Anda di halaman 1dari 17

MATERI PROLANIS

4 DESEMBER 2015

KESEHATAN KULIT
Pasien Diabetes Melitus
   

Diabetes melitus dapat mempengaruhi hampir semua bagian tubuh, termasuk kulit. Kadar gula darah yang tidak
terkontrol pada pasien diabetes melitus sering kali membuat kulit kering dan terasa gatal, luka menjadi sulit sembuh,
infeksi kulit dan lain-lain. Berikut ini adalah link-link yang mungkin dapat membantu Anda untuk memahami
perawatan kulit dan masalah-masalah yang dapat timbul pada pasien diabetes pada umumnya.

Perawatan Kulit Pasien Diabetes Melitus

Karena diabetes melitus dapat mempengaruhi kesehatan kulit, maka sangatlah penting untuk mengetahui hal-hal
yang mempengaruhi kesehatan kulit dan cara perawatan kulit bagi pasien diabetes melitus agar terhindar dari
masalah.

Luka yang Tidak Kunjung Sembuh pada Pasien Diabetes Melitus

Pasien diabetes melitus seringkali bermasalah dengan luka di kaki yang sulit sembuh atau bahkan berakhir dengan
amputasi. Artikel ini memberikan penjelasan mengenai proses terjadinya luka pada pasien diabetes melitus faktor-
faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka.

Sekilas tentang Penyakit Bisul

Bisul adalah salah satu penyakit kulit yang sering diderita oleh pasien diabetes melitus. Pasien diabetes melitus yang
gula darahnya tinggi tidak terkontrol bahkan dapat menderita bisul berukuran besar dalam jumlah banyak. Artikel ini
menjelaskan beberapa hal yang sering ditanya mengenai bisul.

Infeksi Jamur pada Kulit

Infeksi jamur pada kulit sering juga diderita oleh pasien diabetes melitus, terutama yang kadar gula darahnya tidak
terkontrol. Ketahui hal-hal yang dapat meningkatkan risiko infeksi jamur pada kulit dan pencegahannya, kenali ciri-
cirinya dan lakukan penanganan yang tepat.

Tips cara merawat luka kaki pada penderita diabetes atau penyakit gula basah. Bagaimana cara pengobatan dan
perawatan luka penderita diabetes. Penyakit diabetes mellitus dapat menyebabkan timbulnya luka pada kaki yang
yang biasa disebut sebagai luka gangren ( luka akibat pembusukan ). Luka gangren terjadi akibat sistem imun yang
menurun tajam. Pada penderita diabetes mellitus yang cukup parah biasanya terjadi pembusukan pada daerah kaki.

Penyakit diabetes memiki beberapa jenis, salah satunya adalah diabetes basah. Sebagian besar penderita diabetes
basah memiliki satu keluhan yang sama yakni penyembuhan luka yang sangat sulit. Pada beberapa penderita
penyakit diabetes basah ada yang memiliki luka pada bagian kaki. Bahkan ada sebagian penderita yang harus rela
kakinya diamputasi karena terjadi pembusukan. Tentunya untuk mencegah pembusukan makin parah, maka
diperlukan perawatan yang benar.

Penyakit diabetes terjadi akibat adanya gangguan pada sistem tubuh khususnya kurangnya suplai zat insulin pada
aliran darah. Kekurangan zat insulin mengakibatkan penumpukan gula darah dalam tubuh. Pada keadaan normal zat
gula darah akan di ubah menjadi tenaga untuk proses kehidupan manusia. Itulah sebabnya mengapa penderita
diabetes merasakan kelemahan pada sekujur tubuhnya. Penumpukan zat gula darah dalam tubuh inilah, maka
penyakit ini disebut juga sebagai penyakit gula.
 Bagaimana terjadinya penyakit diabetes pada diri sesorang. Timbulnya penyakit diabetes / penyakit gula akibat dari
kerusakan bagian sistem pencernaan tubuh khususnya adanya kerusakan pada pancreas. Kurang maksimalnya
kerja pancreas mengakibatkan suplai zat insulin berkurang atau tidak sesuai dengan jumlah zat gula darah dalam
tubuh. Sehingga semakin lama terjadi penumpukan zat gula darah dalam tubuh. Untuk itulah sebagian pengobatan
penderita diabet adalah dengan menyuntikkan zat insulin yang berguna membantu merubah zat gula darah menjadi
tenaga.

Timbulnya luka yang biasanya terjadi pada kaki penderita diabetes mellitus ( DM ) akibat kurang maksimalnya
pengobatan yang dilakukan oleh penderita sendiri. Sebagian besar penderita DM kurang serius memperhatikan
pengobatannya, sehingga semakin lama tambah parah. Hal lain yang menjadi pemicu adalah kurangnya menjaga
kebersihan. Lihat penyebab penyakit diabetes.

Jangan ada kata putus asa dalam kamus anda jika sedang menderita penyakit DM. Dengan pengobatan teratur dan
dengan cara yang benar maka penderita penyakit diabetes mellitus masih dapat disembuhkan. Ketidakseriusan
pengobatan penyakit diabet dapat mengakibatkan komplikasi berbagai penyakit, seperti : penyakit jantung, penyakit
ginjal, dan lainnya. Lihat gejala penyakit batu ginjal pada tahap awal yang tentunya masih dapat disembuhkan
dengan obat obatan.

Beberapa hal yang dapat mengakibatkan penyakit diabetes anda bertambah parah, yaitu :

 Pengobatan kurang maksimal dan tidak teratur.


 Tidak mematuhi dan menjalankan diet makan oleh tim dokter anda.
 Banyak pikiran sehingga mengarah ke stress ( mental down ).

Dampak paling parah penderita diabetes mellitus adalah adanya pembusukan pada bagian kaki. Pembusukan pada
kaki ini disebabkan oleh adanya luka kecil yang tidak disadari oleh pasien. Pada penderita diabetes mellitus stadium
parah biasanya terjadi masalah pada sistem saraf, sehingga saat terjadi atau timbul luka penderita tidak
menyadarinya. Dan sebagaimana diketahui bahwa luka penderita diabetes jenis basah memang sangat sulit diobati,
hal ini disebabkan oleh tingginya zat gula darah dalam tubuh.

Tingginya kadar zat gula darah dalam tubuh tersebut mengakibatkan supply nutrisi keseluruh tubuh menjadi
terganggu. Bagian kaki sebelah bawah ( lutut ke bawah ) merupakan bagian terjauh dalam sistem tubuh manusia,
sehingga tentu saja menjadi bagian paling lemah dan bagian paling sedikit mendapatkan nutrisi. Dengan demikian
sistem saraf dan pengiriman aliran darah juga paling lemah. Hal inilah mengapa jika terjadi luka sangat sulit
disembuhkan dan akhirnya terjadi pembusukan.

Dengan demikian bagi penderita diabetes khususnya jenis mellitus / diabetes jenis basah disarankan untuk merawat
luka pada bagian kaki meskipun luka tersebut sangat kecil. Perawatan pada luka kaki ini dapat anda lakukan sendiri
atau dengan bantuan orang lain, namun demikian sebaiknya dilakukan dengan benar. Berikut perawatan luka kaki
penderita diabetes mellitus.

Cara merawat luka kaki pada penderita diabetes:

 Cuci bagian luka pada kaki termasuk bagian kaki lainnya dengan air hangat dengan sabun antiseptik.
 Keringkan dengan kain lembut secara perlahan dan pastikan semua bagian kaki telah dilap hingga kering.
Perhatikan juga bagian sela sela jari kaki yang biasanya terlewatkan. Kelembaban pada daerah kaki dapat
memicu timbulnya infeksi jamur dan bakteri lainnya.
 Anda dapat mengoleskan pelembab untuk mencegah kekeringan, namun demikian sebaiknya bagian sela
sela jari kaki jangan diolesi pelembab.
 Anda tidak disarankan merendam kaki anda karena dikawatirkan menimbulkan kelebaban.

Seperti diketahui bahwa pembusukan identik dengan kelembaban, maka oleh karena itu selalu perhatikan
permukaan kulit kaki anda. Jika terjadi keadaan seperti berikut : kaki melepuh, kulit kaki pecah pecah, kuku rapuh,
perubahan warna kulit, maka sebaiknya cepat hubungi dokter anda. Meskipun demikian anda tetap disarankan untuk
memotong kuku jari kaki jika telah panjang, namun harus tetap waspada dan hati hati jangan sampai terluka.

Untuk membantu melancarkan peredaran darah anda, maka sebaiknya tetap lalukan olah raga secara teratur
meskipun hanya 5 hingga 10 menit dengan olah raga ringan.

Semoga bermanfaat.
KELAINAN KULIT PADA PENDERITA DABETES MELITUS

KELAINAN KULIT PADA PENDERITA DABETES MELITUS

Diabetes mellitus merupakan suatu kondisi yang sering disertai dengan manifestasi pada kulit. Manifestasi yang
muncul pada kulit pun dapat bermacam-macam bentuknya. Adanya efek metabolik didalam mikrosirkulasi dan
berubahnya susunan kolagen dikulit mengakibatkan banyak kelainan yang mungkin terjadi pada kulit penderita DM.
Diperkirakan bahwa 30% dari pasien dengan diabetes mellitus akan mengalami masalah kulit pada tahap tertentu
sepanjang perjalanan penyakit mereka. 

Kadar gula kulit


Kadar gula kulit (glukosa kulit) merupakan 55% dari kadar gula darah atau glukosa darah pada orang biasa. Pada
penderita diabetes, rasio kadar glukosa kulit meningkat sampai 69-71% dari glukosa darah yang sudah meninggi.
Pada penderita yang sudah diobatipun rasionya melebihi 55%. 
Glukosa kulit berkonsentrasi tinggi di daerah intertriginosa (lipatan seperti ketiak,lipat paha, intergluteal, lipat
payudara, antara jari tangan atau kaki) dan interdigitalis. Hal tersebut mempermudah timbulnya dermatitis, infeksi
bakterial (terutama furunkel) dan infeksi jamur (terutama kandidiosis). kandidosis sering di temukan sebagai kolpitis.
Keadaan ini dinamakan diabetes kulit (skin desease)
Pruritus
Pruritus pada diabetes mellitus merupakan keluhan yang sering terdengar, tetapi tidak selalu ada. Sensasi tersebut
tidak hanya disebabkan oleh hiperglikemi, tetapi juga iritabilitas ujung-ujung saraf dan kelainan-kelainan metabolik
dikulit. 
Pruritus terutama berlokalisasi pada daerah anogenital (pruritus ani/vulvae/skroti) dan daerah-daerah intertriginosa
(terutama submama pada wanita dengan adipositas). Kadar glikogen pada sel-sel epitel kulit dan vagina meningkat,
hingga menimbulkan “diabetes kulit”. Keadaan tersebut merupaka faktor predisposisi timbulnya dermatiis,
kandidosis, dan furunkolosis.
Acanthosis Nigricans
Acanthosis Nigricans merupakan salah satu lesi Kulit Non-Spesifik Pada Diabetes Mellitus selain pruritus, sehingga
keadaan ini bisa di jumpai pada keluhan penyakit yang lainnya. Acanthosis Nigricans adalah merupakan kehitaman
yang ada pada kulit atau hiperpigmentasi kulit pada daerah lipatan tubuh. Biasanya terjadi pada ketiak, belakang
leher, lipatan tangan dan pusar. 
Acanthosis Nigricans ditandai oleh adanya penebalan kulit seperti beludru yang berwarna kehitaman pada daerah
ketiak, lipat paha dan leher bagian belakang. Karakteristik dari acanthosis nigricans yaitu plak hiperpigmentasi,
hyperkeratosis dan terjadi simetris. Warna gelap adalah karena penebalan keratin yang mengandung epitel
superfisial.
Meskipun lesi umumnya asimtomatik, mereka bisa menyakitkan, berbau busuk, atau maserasi. Karena kelainan ini
merupakan lesi yang nonpesifik dari diabetes, maka Acanthosis Nigricans dapat pula ditemukan pada efek samping
obat tertentu (misalnya, asam nikotinat, kortikosteroid), dan di berbagai masalah endocrinopathies (misalnya,
acromegaly, sindrom Cushing, leprechaunism) dan juga sebagai tanda paraneoplasm (terutama pada kanker
lambung).
Tinggi kadar plasma insulin diperkirakan untuk berkontribusi pada pengembangan acanthosis nigricans. Hal ini
terjadi karena jumlah insulin yang tidak berikatan dengan reseptornya meningkat sehingga insulin banyak berikatan
dengan reseptor yang mirip dengan reseptor insulin sehingga terjadi resistensi insulin, yang kemudian tumbuh
jaringan baru yang menyebabkan penebalan kulit dan perubahan warna (hiperpigmentasi).
Pengobatan yang paling efektif adalah perubahan gaya hidup. Penurunan berat badan dan olahraga dapat
mengurangi resistensi insulin. Acanthosis nigricans adalah reversibel dengan penurunan berat badan jika dilihat
sebagai komplikasi dari obesitas. Jika lesi tidak menunjukkan gejala, mereka tidak memerlukan pengobatan. Salep
yang mengandung asam salisilat atau retinoat dapat digunakan untuk mengurangi lesi lebih tebal di daerah maserasi
ataupun dapat dilakukan tindakan laser.

akantosis nigrans tampak plak hiperpigmentasi dan hyperkeratosis

Acanthosis Nigricans pada lipatan ketiak

nigricans acanthosis pada lipatan leher


plak hiperpigmentasi dari nigricans acanthosis, biasanya diperkirakan berhubungan dengan tingginya tingkat
sirkulasi insulin.

Dermopati Diabetikum
Dermopathy diabetes adalah suatu kondisi kulit yang ditandai gambaran klinis lesi coklat terang atau kemerahan,
oval atau bulat, patch bersisik sedikit menjorok paling sering muncul pada tulang kering. Dermopati Diabetikum ini
tidak spesifik untuk diabetes, dimana sekitar 20% dari orang nondiabetes menunjukkan lesi serupa. Pria lebih sering
terkena dari pada wanita, dan usia rata-rata adalah 50 tahun.

Lesinya juga dapat terjadi pada lengan, dibagian samping depan dan bawah kaki. Kelainannya dimulai dengan
papul-papul kecil dan plak yang kecil berwarna merah memudar. Kemudian lesi dapat berkembang menjadi banyak
(multiple), bilateral, berbatas tegas, bulat atau oval, skar dangkal yang hiperpigmentasi dan atau macula
hiperpigmentasi atropik yang bersisik halus pada daerah pretibial.

Penyebab pasti dermopathy diabetes tidak diketahui, tetapi mungkin berhubungan dengan diabetes neuropatik
(saraf) dan komplikasi vascular (pembuluh darah) , studi telah menunjukkan kondisi yang terjadi lebih sering pada
pasien diabetes dengan retinopati (kerusakan retina mata), neuropati (saraf / kerusakan sensorik) dan nefropati
(kerusakan ginjal), selain itu gambaran bercak-bercak tibial pada dermopathy diabetes juga diperkirakan muncul
karena respon trauma panas, dingin atau trauma tumpul pada pasien diabetes.
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit kulit. Kondisi ini cenderung sembuh dengan sendirinya menjadi bekas
luka depresi.

Dermopati Diabetikum dengan gambaran klinis lesi Bulat atau oval,Warna coklat kemerahan, Awalnya bersisik tapi
kemudian mendatar dan menjadi menjorok
Dermopati Diabetikum Umumnya terjadi pada kedua tulang kering, selain itu juga dapat ditemukan pada Lengan,
Anterior paha, Lateral kaki

Dermopathy diabetes cenderung terjadi pada pasien yang lebih tua atau mereka yang telah menderita diabetes
selama setidaknya 10-20 tahun

Penyebab pasti dermopathy diabetes tidak diketahui, tetapi mungkin berhubungan dengan diabetes neuropatik
(saraf) dan komplikasi vascular (pembuluh darah) ataupun akibat trauma

Necrobiosis Lipoidica Diabeticorum ( NLD)


Necrobiosis lipoidica adalah gangguan degenerasi kolagen dengan respon granulomatosa, penebalan dinding
pembuluh darah, dan penumpukan lemak. Ini juga merupakan kelainan non spesifik, sebab dapa ditemukan pada
penyaki lain. Kejadiannya adalah 0,3% pada penderita diabetes, dan sangat jarang di non-penderita diabetes.

NLD mirip dengan dermopathy diabetes. Perbedaannya adalah bahwa tempat yang sedikit, namun lebih besar dan
lebih dalam. Gambaran klinisnya berupa bercak-bercak numuler yang nyeri atau plak eritem dengan warna kuning
pada bagian central yang menandakan akumulasi dari lipid. Lesi secara perlahan dapat membesar. Dengan
bentukkan plak yang irreguler, tepi lesi terkadang sedikit meninggi dan kulit disekitar lesi berwarna merah kebiruan,
dengan pembuluh darah yang menonjol (telangiectasia)

Biasanya NLD paling sering berlokasi pada kedua tungkai, pretibial, bagian medial maleolus dan 15 % terdapat di
tangan, pergelangan tangan, badan, wajah dan kulit kepala dimana NLD dapat menyebabkan atropi dan allopesia. 

Patogenesis dari NLD belum diketahui secara pasti. Ada pendapat yang menghubungkan mikroangiopati diabetikum
yang berkaitan dengan neuropati dengan terjadinya NLD. Biopsi kulit dapat dilakukan untuk mengkonfirmasikan
diagnosis. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan reaksi inflamasi granulomatous sekitar kolagen yang hancur. Hal
ini dikenal sebagai necrobiosis atau collagenolyis.

Terapi pada NLD ditujukan untuk menghambat perkembangan proses penyakit. Terapi yang digunakan yaitu dengan
steroid topical krim potensi tinggi atau steroid intralesional injeksi pada daerah yang aktif. Krim steroid telah diketahui
menyebabkan penipisan kulit, jadi jika digunakan, yang terbaik adalah dengan membungkus daerah dengan kain. 

Dalam beberapa kasus resisten, aspirin, chloroquine (Aralen), dan siklosporin ( Sandimmune, Neoral) telah
digunakan dengan beberapa keberhasilan. 

Bagian bawah kaki harus dilindungi dari trauma. Pasien harus disarankan untuk menghindari hal yang berpotensi
menimbulkan trauma seperti olahraga tertentu dan mereka harus mengenakan stoking selutut atau bantalan tulang
kering untuk perlindungan.
Necrobiosis lipoidica dengan klinis berupa lesi bulat, oval atau tidak teratur. Pusat patch menjadi mengkilap, pucat,
menipis, dengan pembuluh darah yang menonjol (telangiectasia)

Necrobiosis lipoidica diperlukan pemeriksaan biopsi, dengan gambaran histopatologik menunjukkan reaksi inflamasi
granulomatous sekitar kolagen hancur. Hal ini dikenal sebagai necrobiosis atau collagenolyis.

Necrobiosis Lipoidica Diabeticorum, penyebabnya belum diketahui diduga berhubungan dengan mikroangiopati
diabetikum
Necrobiosis Lipoidica Diabeticorum. Terapi yang digunakan yaitu dengan steroid topical krim potensi tinggi atau
steroid intralesional injeksi

Granuloma Annulare
Bentuk lesinya berupa plaque anular yang berwarna merah seperti daging, atau papul-papul berwarna merah
kecoklatan dengan susunan bilateral dapat terjadi pada tubuh bagian atas, leher, lengan, dan kadang pada kaki.

Etiologi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti. Kelainan ini umumnya terkena pada kulit anak-anak, remaja
atau dewasa muda (usia kurang dari 30 tahun). Keadaan ini juga ditemukan pada penyaki lain selain diabetes
melitus.

Diagnosa dilakukan dengan biopsi untuk menentukan penyebab ruam. Biopsi menunjukkan degenerasi necrobiotic
karakteristik kolagen dermal dikelilingi oleh reaksi inflamasi. Selain dengan biopsi, juga dilakukan pemeriksaan
dengan KOH 10% untuk membedakan antara annulare granuloma dan infeksi jamur.

Karena annulare granuloma biasanya tidak menimbulkan gejala, pengobatan mungkin tidak dibutuhkan kecuali untuk
alasan kosmetik. Terapi yang disarankan adalah kortikosteroid intralesi dan topical (5 mg/mL acetonide
triamcinolone) dan niacinemide 500 mg 3 kali dalam sehari, penggunaanya dimonitor karena dapat meningkatkan
kadar gula darah. Obat lain yang digunakan pada kasus yang lebih berat adalah dapsone dan Psoralen-Ultraviolet A
(PUVA) tiga kali dalam seminggu.

Granuloma annulare, dengan klinis lesinya berupa plaque anular yang berwarna merah seperti daging, atau papul-
papul berwarna merah kecoklatan dengan susunan bilateral

Granuloma Annulare, penyebabnya tidak diketahui dan dijumpai pada kulit anak-anak, remaja atau dewasa muda.

Granuloma annulare, dapat dicegah dengan melindungi daerah-daerah dari matahari dengan membatasi paparan.
Dan didiagnosa dengan uji KOH dan biopsi
Granuloma annulare on the elbow. Terapi dengan kortikosteroid intralesi dan topical dan niacinemide

Bula Diabetikum
Diabetes bula, juga dikenal sebagai bullosis diabeticorum dengan adanya bentuk lepuh blister yang besar, longgar,
tanpa rasa nyeri dan non-inflammatoris, sering terjadi pada ekstremitas bawah tapi terkadang juga bisa ditemui pada
tangan dan jari. 
Penyebab terbentuknya bula diabetikum belum diketahui secara pasti. Bula biasanya muncul secara secara tiba-tiba
dan kelainan ini bukan akibat dari trauma maupun infeksi. Diabetes bula tampaknya lebih sering terjadi pada pria
daripada wanita dan terjadi antara usia 17-84 tahun.
Sering terjadi pada pasien yang memiliki diabetes yang berlangsung lama, diabetes type 1 atau dengan komplikasi
diabetes ganda dengan neuropati perifer. Diagnosis diferensial meliputi epidermolisis bulosa acquisita, porfiria
cutanea tarda, bulosa pemfigoid, bulosa impetigo, lecet koma, dan eritema multiforme.
Terdapat 2 tipe bula diabetikum yaitu intraepidermal dan subepidermal. Bula intraepidermal terdiri dari cairan jernih,
steril, nonhemorragik, dan umumnya sembuh sendiri dalam waktu 2 sampai 5 minggu tanpa skar atropi. Tipe bula
subepidermal memiliki ciri yang sama dengan bula intraepidermal hanya saja kadang-kadang tipe subepidermal
berupa bula hemorragik dan penyembuhannya menimbulkan skar atropi.
Diabetes bula biasanya spontan sembuh dalam 2-6 minggu. Pengobatan terdiri dari aspirating lecet dan menerapkan
petroleum jelly atau salep antibiotik topikal untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah infeksi sekunder

Bullosis diabeticorum dengan klinis bentuk lepuh blister yang besar, longgar, tanpa rasa nyeri dan non-inflammatoris
Bula Diabetikum yang tanpak mengelupas. Bula atau melepuh ini terjadi secara spontan pada kaki dan tangan
pasien diabetes. Biasanya pada diabetes kronis.

Diabetic bullae, terdiri atas bentuk bula intraepidermal dan bula subepidermal

Bullosis Diabeticorum, biasanya dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan

KUTANEOUS INFEKSI PADA DIABETES MELLITUS

Neuropati sensorik, penyakit vaskular aterosklerotik, dan hiperglikemia semua mempengaruhi pasien diabetes untuk
terjadinya infeksi pada jaringan kulit dan soft tissue.
Pasien dengan diabetes yang berlangsung lama atau kronis cenderung memiliki mikrovaskuler dan penyakit
makrovaskular dengan perfusi jaringan yang dihasilkan miskin dan peningkatan risiko infeksi. Selain itu, kemampuan
kulit untuk bertindak sebagai penghalang terhadap infeksi tidak terjadi akibat adanya neuropati diabetes sehingga
memungkinkan penderita tidak sadar telah terjadi cedera atau luka. Adanya Hiperglikemia dan asidemia juga
memperburuk gangguan dalam kekebalan humoral dan leukosit polimorfonuklearBeberapa infeksi kutaneus yang
terjadi pada penderita diabetes melitus :

Infeksi Kandida
Diabetes mellitus dan infeksi kandidiasis adalah dua hal yang saling berhubungan, dimana Diabetes mellitus dapat
menyebabkan terjadinya infeksi kandidiasis dan sebaliknya infeksi kandidiasis juga dapat memperparah keadaan
Diabetes mellitus. Oleh karena itu, penanggulangannya harus berkesinambungan.

Perlèche adalah tanda klasik diabetes pada anak-anak, dan infeksi kandida lokal dari alat kelamin perempuan
(kandidiasis vulva-vaginalis), pada pria berupa Candida balanitis, balanoposthitis, dan intertrigo dapat menyajikan
petunjuk tanda-tanda memiliki hubungan yang kuat dengan diabetes

Infeksi kandidiasis vulva-vaginalis merupakan masalah yang sering menimpa wanita yang mengidap diabetes. Hal ini
merupakan penyebab tersering timbulnya pruritus vulva selama glukosuria. Klinisnya dapat berupa eritem pada
vulva, yang dapat disertai fissure dengan atau tanpa satelit pustul. Vaginitis biasanya ditunjukkan dengan adanya
discharge berwarna putih. Pengobatan tradisional melibatkan menormalkan gula darah, mengobati baik vagina dan
vulva dengan obat topikal. Karena pasien ini sering memiliki reservoir Candida dalam usus besar, nistatin oral juga
dapat diberikan. Pilihan lain untuk kandidiasis vagina oral satu dosis 150 mg flukonazol.

Kandidiasis oral sering ditemukan pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Secara klinis kandidiasi oral
memberikan gambaran berwarna putih, ada bagian eritematous, daerah dengan fissure terutama pada sudut mulut
atau patch berwarna putih pada buccal dan palatum.pengobatan mungkin tergantung pada normalisasi gula darah
dan penggunaan obat anti candida atau anti jamur. 
Selain itu infeksi juga dapat terjadi pada kaki dan tangan, misalnya Candida paronychia yang umumnya terjadi pada
diabetes merupakan Candida paronychia kronik dan biasanya melibatkan tangan tetapi mungkin terjadi pada kaki.
Sering dimulai pada lipatan kuku lateral tanpak eritema, bengkak, dan pemisahan lipat dari batas lateral kuku. Infeksi
lebih lanjut dapat mengakibatkan keterlibatan lipatan kuku proksimal dan pemisahan kutikula dari kuku.
Dermatofitosis

Diabetes mellitus dikenal sebagai faktor predisposisi terjadinya infeksi dermatofita meskipun hal ini tidak umum yang
melibatkan kuku dan area intertriginosa.

Infeksi dangkal yang umum disebabkan oleh Trichophyton rubrum, T mentagrophytes , dan Epidermophyton
floccosum . Pada pasien diabetes, onikomikosis atau tinea pedis perlu untuk dipantau dan dirawat, karena dapat
menjadi pelabuhan masuk kuman untuk infeksi. Hal ini terutama berlaku untuk pasien dengan komplikasi
neurovaskular dan intertrigo.

Gangren Pada Diabetes

Kelainan tungkai bawah karena diabetes disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan saraf, dan
adanya infeksi. Gangren adalah kerusakan dan kematian jaringan pada tubuh yang terjadi ketika pasokan darah ke
suatu bagian tubuh yang terkena terputus karena berbagai faktor. Ganggren diabetikum biasanya terlihat dijari kaki,
atau tangan, kadang-kadang ditempat yang terkena (daerah sacral dan trokhanter)

Ada tiga jenis gangren: gangrene kering, basah atau gas. Gangren kering adalah salah satu yang paling sering
mempengaruhi orang-orang dengan diabetes. 

gangren kering terjadi karena kendala atau memperlambatnya aliran darah ke organ atau bagian dari tubuh yang
terpengaruh.

Adapun gejalanya berupa rasa sakit, dingin, jika ada luka sukar sembuh karena aliran darah ke bagian tersebut
sudah berkurang. Nadi kaki sukar diraba, kulit pucat atau kebiru-biruan, kemudian dapat menjadi gangren/jaringan
busuk, kemudian terinfeksi dan kuman tumbuh subur, hal ini akan membahayakan pasien karena infeksi bisa
menjalar ke seluruh tubuh (sepsis).

Gangren diabetik merupakan dampak jangka lama arteriosclerosis dan emboli trombus kecil. Angiopati diabetik
hampir selalu juga mengakibatkan neuropati perifer. Neuropati diabetik ini berupa gangguan motorik, sensorik dan
autonom yang masing-masing memegang peranan pada terjadinya luka kaki.

Faktor predisposisi terbentuknya gangren diabetikum ini adalah trauma ringan, infeksi lokal, atau tindakan lokal
(misalnya ekstraksi kuku). Gangren terutama terlihat pada penderita yang berusia setengah tua atau lebih.

Gangren sering menyebar begitu cepat sehingga tidak dapat dihentikan dengan antibiotik saja. Jaringan yang telah
rusak oleh gangren tidak dapat diselamatkan, oleh karena itu sebelum jaringan tersebut rusak atau mengalami
kematian pengobatan masih dapat dilakukan (dengan antibiotik), namun jika jaringan yang mengalami ganggren
atau kematian, maka tindakan debridemen dan amputasi merupakan langkah penatalaksanaan yang di tempuh.

Gangren Pada Diabetes, merupakan ganggren kering


Gangren Diabetes, disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan saraf, dan adanya infeksi

Gangrene Diabetes, merupakan dampak jangka lama arteriosclerosis dan emboli trombus kecil

Gangrene Diabetes, pengobaannya dapat dengan menggunakan antibiotik, dan jika terdapat jaringan nekrotik ,
maka dilakukan nekrotomi dan debridemen.

Infeksi bakteri
Infeksi pyoderma seperti impetigo, folikulitis, carbuncles, furunkulosis, ecthyma, dan erisipelas bisa lebih parah dan
meluas pada pasien diabetes. Terapi terdiri dari kontrol diabetes yang memadai dan, jika perlu, terapi antibiotik
sistemik yang memadai, infeksi lebih membutuhkan antibiotik intravena.

Beberapa infeksi bisa serius dan memerlukan perhatian segera medis misalnya. carbuncles, yang merupakan infeksi
bakteri mendalam folikel rambut (abses) dan selulitis yang merupakan infeksi kulit yang mendalam. Selulitis sering
muncul sebagai, merah panas dan lembut pembengkakan kaki.

Erythrasma, disebabkan oleh Corynebacterium minutissimum , terjadi dengan frekuensi yang meningkat pada pasien
diabetes obesitas. Daerah intertriginosa adalah tempat yang terkena dampak utama. Erythrasma klinisnya sebagai
lesi eritoskuama, patch hiperpigmentasi dengan perbatasan aktif. Dengan lampu Wood, fluoresensi karakteristik
karang terlihat. Pengobatan terdiri dari eritromisin topikal atau sistemik, atau keduanya. Pencegahan berkeringat,
gesekan maserasi, dan dapat membatasi kemungkinan terkena infeksi ini
Infeksi pseudomonas, juga dapat nampak pada pasien diabetes, terutama pada pasien yang tua. Biasanya infeksi
yang terjadilah adalah Otitis eksternal maligna yang merupakan infeksi saluran telinga eksternal oleh Pseudomonas,
dengan gambaran klinis berupa nyeri pada saluran telinga eksternal dan discharge purulenMANIFESTASI LAPISAN
DERMAL KULIT DIABETES MELLITUS

Diabetic Thick Skin (kulit tebal)


Berdasarkan banyak pengamatan, penderita diabetes memiliki kulit yang lebih tebal daripada pasien non-diabetik.
Ada 3 bentuk dari diabetik thick skin yaitu : perubahan kulit seperti scleroderma pada jari dan punggung tangan yang
berkaitan dengan persendian ; gambaran klinis yang tidak tampak tapi penebalan kulit dapat diukur dan
dibandingkan dengan kontrol ; scleredema adult.

Penebalan kulit pada dorsum tangan terjadi pada 20% sampai 30% dari semua pasien diabetes, terlepas dari jenis
diabetes. Prevalensi sindrom tangan diabetes bervariasi dari 8% menjadi 50%, ini dimulai dengan kekakuan sendi
interphalangeal metacarpophalangeal dan proksimal dan berkembang untuk membatasi mobilitas sendi. Duyputen
contracture (atau penebalan fasia palmaris) lebih lanjut dapat mempersulit sindrom tangan diabetes.
Diabetic thick skin syndrome, secara klinis tampak sebagai pengerasan kulit, dikaitkan dengan diabetik neuropathy,
dan terjadi secara independent tidak tergantung pada tingkat keparahan penyakit yang mendasarinya, usia pasien,
atau regimen terapi. Bertentangan dengan pola non-penderita diabetes, ketebalan kulit dapat meningkatkan dengan
usia

Skleredema pada Diabetes.

Skleredema adultorum pada diabetes merupakan sindrom yang di tandai dengan adanya penambahan ketebalan
kulit terutama pada bagian punggung dan leher pada penderita paruh baya, kelebihan berat badan, yang tidak
mengontrol dengan baik diabetes tipe II nya.
Scleredema diabeticorum ditandai dengan penebalan dari kulit leher posterior dan punggung atas, kadang-kadang
meluas ke daerah deltoid dan lumbar, sering dengan penurunan sensitivitas terhadap rasa sakit dan sentuhan.
Scleredema terjadi pada 2,5% sampai 14% dari penderita diabetes dan kadang-kadang sulit dibedakan dengan
scleredema karena penyakit Buschke, yang merupakan gangguan langka di mana daerah penebalan kulit terjadi,
terutama pada wajah, lengan, dan tangan, sering setelah infeksi saluran pernapasan atas. Tidak ada pengobatan
yang efektif dikenal untuk scleredema diabeticorum.

Yellow Skin (Kulit kuning)


Orang dengan diabetes sering memiliki rona kuning pada kulit, yang biasanya sering terlihat pada telapak tangan
dan telapak kaki, karena pada daerah-daerah tersebut jarang pigmen melanocytic.

Akibat berkurangnya kemampuan metabolisme hepatic dari karotenoid, sekitar 10 % dari penderita diabetes yang
kronik mengalami perubahan warna kulit kekuning-kuningan (yellowish discoloration) yang dikenal sebagai
aurantiasis.

Namun ada juga pendapat bahwa salah satu kemungkinan penyebab kulit kuning mungkin glikosilasi produk akhir.
Hal ini diketahui bahwa protein yang memiliki waktu perputaran yang lama, seperti kolagen kulit, menjalani glikosilasi
dan menjadi kuning. Suatu produk glikosilasi canggih yang telah diidentifikasi, 2 - (2-furoyl) -4 (5) - (2-furanil)-1H-
imidazol, dimana produk ini memiliki rona kuning yang jelas.VASKULAR MANIFESTASI DARI DIABETES
MELLITUS

Diabetes angiopathy
Angiopati diabetik merupakan bentuk angiopathy berhubungan dengan diabetes mellitus. Angiopathy sendiri adalah
istilah umum untuk penyakit dari pembuluh darah (arteri , vena , dan kapiler ). Diabetes angiopaty merupakan
komplikasi kornis dari diabetes melitus
Ada dua jenis angiopathy: macroangiopathy dan microangiopathy

Makroangiopati 
Makroangiopati merupakan angiopathy pembuluh darah besar . Penderita diabetes memiliki insiden dan prevalensi
yang lebih tinggi pada penyakit pembuluh darah besar, dan memungkinkan terjadinya infark miokard dan stroke
pada usia yang jauh lebih muda daripada non-diabetes

Kelainan pembuluh darah besar (atherosclerosis) juga dapat terjadi pada ekstremitas bawah dan mengakibatkan
atropi kulit, kerontokan rambut, dingin pada kaki, distropi kuku, dan lain-lain. Risiko relatif penyakit pembuluh besar
dalam populasi yang paling tinggi untuk perempuan daripada laki-laki pada penderita diabetes

Langkah pertama untuk terjadinya makroangipathy adalah rusaknya sel endotel oleh karena pengaruh lemak atau
oleh karena pengaruh tekanan darah. Keadaan ini diikuti oleh melekatnya dan berkumpulnya sel-sel platelet.
Kejadian ini berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan non diabetes. Platelet ini mempunyai pengaruh stimulasi
terhadap proliferasi otot polos. Sel otot dari tunika media akan berproliferasi kedalam tunika intima dan kedalam
lumen dari pembuluh “Clot” ataupun “plaque” yang terbentuk akan terdiri dari deposit-deposit lemak, platelets, dan
sel otot.
Mikroangiopati 
Mikroangiopati merupakan komplikasi kronik yang mengenai pembuluh darah kecil (arteri kecil, arteriola, venula dan
kapiler). Klinisnya dapat berupa hemorragik, eksudat, devaskularisasi pada area yang terkena.

Lesi yang terutama pada angiopathy dan merupakan tanda dari diabetik “vascular disease” adalah penebalan dari
membrana basalis kapiler. Penebalan ini semakin nyata bila perjalanan penyakit diabetes semakain lama, dan
mungkin ada hubungan dengan tingkat kontrol terhadap gula darah, walaupun penyataan ini masih memerlukana
penelitian lebih lanjut. Sebagian besar pembuluh darah mengalami penebalan membrana basalis. Patologis yang
pasti tentang terjadinya penebalan membrana basalis ini belum diketahui. Tetapi telah dapat ditunjukkan bahwa
membrana basalis yang menebal ini permaebilitasnya meningkat terhadap cairan dan protein. Hal ini akan
menghalangi masuknya leukosit lebih jauh ke dalan cairan interstitial dan akan menyebabkan menurunnya
pertahanan terhadap infeksi bakteri. Selain itu juga penebalan membran basalis pembuluh darah ini juga akan
menyebabkan terjadinya stenosis aliran darah, yang akibatnya akan menyebabkan kondisi iskemik dan berakhir
pada nekrosis jaringan sekitarnya.

Keadaan pada diabetes melitus yang berhubungan dengan penyakit mikrovaskuler menyebabkan kebutaan (diabetik
retinopaty), gagal ginjal (diabetik nefropati), dan neuropati,
Williamson menyatakan bahwa hanya satu mekanisme untuk terjadinya angiopathy, baik makroangiopathy ataupun
mikroangiopathy, yaitu meningkatnya permeabilitas membran dari pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil. 

Forsham menyatakan bahwa akibat langsung dari hiperglikemia yang berlama-lama akan mengakibatkan terjadinya
penebalan pada membrana basalis pada otot-otot kapiler baik pada skeletal maupun pada “coronary capiler”.
Red Skin and Rubeosis Facei

Rubeosis facei merupakan keadaan dimana di jumpai kulit muka dan daerah mata yang memerah atau flushed face
yang di jumpai pada sekitar 3% to 59% dari penderita diabetes melitus.
Kemerahan pada kulit wajah dan daerah mata yang dikenal dengan rubeosis facei ini terjadi karena pembengkakan
atau dilatasi dari pleksus vena dangkal atau vena superfisial akibat dari microangiopathy fungsional(viskositas darah
meningkat). Karena variasi normal dalam kulit, tanda ini sulit untuk digunakan sebagai penanda microangiopathy
fungsional. Pada orang pirang dan berambut merah kulitnya akan lebih berwarna merah karena pada kulit orang
tersebut jumlah melainnya sangat sedikit sehingga mengaburkan eritema atau kemerahan yang muncul.

Warna kemerahan pada kulit wajah ini selain mungkin disebabkan oleh microangiopathy fungsional, juga karena efek
sensitivitas matahari, atau dehidrasi. Kontrol Ketat glukosa mungkin memperbaiki penampilan rubeosis facei, karena
tidak ada pengobatan yang spesifik untuk keadaan ini.

Pigmented Purpura
Purpura diabetikum adalah suatu kondisi kulit pada ekstremitas bagian bawah yang merupakan hasil dari
ekstravasasi sel darah merah dari pleksus vascular superficial. 
Kelainan ini ditandai dengan macula kecil sampai patch, multiple yang berwarna coklat kemerahan sampai orange.
Kelainan ini sering diderita pada pasien diabetik usia tua.
Diperkirakan bahwa sekitar satu-setengah dari orang dengan kondisi ini juga memiliki dermopathy diabetes. Dalam
sebagian besar pasien, dekompensasi jantung dengan edema pada kaki diperkirakan menjadi faktor pencetus bagi
purpura.

Periungual telangiectasia
Penyakit mikrovaskuler adalah komplikasi utama dari diabetes mellitus. Pada tingkat kapiler, hal ini dapat
disebabkan masalah struktural (dinding kapiler misalnya menebal) dan masalah fungsional (viskositas darah
meningkat).

Periungual telangiectasia adalah warna kemerahan disekitar daerah lipatan kuku, dimana warna merah itu
disebabkan oleh darah yang terdapat didalam pembuluh darah akibat kapiler yang berdilatasi / teleagiectasia yang
dekat dengan permukaan kulit pada daerah lipatan kuku

Lesi dari telangiectasia periungual, muncul sebagai merah, melebar atau dilatasi kapiler, yang mudah terlihat dengan
mata telanjang dan merupakan hasil dari hilangnya loop kapiler dan pelebaran kapiler yang tersisa. Periungual
telangiectasia lebih banyak dijumpai pada penderita Diabetes melitus type I.

Dilatasi Vena mikrosirkulasi periungual tampaknya menjadi indikator yang sangat baik terjadinya microangiopathy
fungsional (viskositas darah meningkat). Perubahan struktural daerah ini mungkin diwakili oleh tortuositas (gambaran
berkelok-kelok) vena.
Penyakit Jaringan ikat juga dapat melibatkan telangiectases periungual, meskipun lesi secara morfologis berbeda.
Dalam diabetes, telangiectasia periungual sering dikaitkan dengan eritema kuku lipat, disertai dengan nyeri jari dan
"regged" kutikula.

Erupsi Xanthoma
Xanthoma diabetikorum tampak sebagai papul bulat berwarna kuning kemerah-merahan dan kadang- kadang
disertai talangikekstatis atau dilatasi kapiler serta dapat menimbulkan rasa gatal. beberapa xanthomas bisa
bergabung dan membentuk xanthomas tuberous
Kondisi ini dapat terjadi ketika trigliserida yang kaya lipoprotein naik ke tingkat yang sangat tinggi. Resistensi
terhadap insulin yang parah membuat sulit bagi tubuh untuk membersihkan lemak dari darah. 

Tempat predelesinya ialah bokong, siku, dan lutut. xantoma terutama terlihat pada wanita berusia 20-50 tahu dengan
obesitas. Trauma merupakan fakor predisposisi.
Erupsi Xanthoma terjadi pada 0,1% dari pasien diabetes. Fitur histologis utama adalah pembentukan sel busa dalam
dermis superfisial yang dicampur dengan infiltrat limfositik dan neutrophilic.
Pengobatan untuk erupsi xanthomatosis terdiri dari mengendalikan tingkat lemak dalam darah. Letusan kulit akan
hilang selama beberapa minggu. Obat yang mengendalikan berbagai jenis lemak dalam darah (obat penurun lipid)
mungkin juga diperlukan.
Xanthelasma

Xanthelasma merupakan bentuk xanthoma yang paling sering dijumpai. Xanthelasma adalah kumpulan kolesetrol di
bawah kulit dengan batas tegas berwarna kekuningan biasanya di sekitar mata seperti benjolan, sehingga sering
disebut xanthelasma palpebra.
Xanthelasma atau plaque kekuningan yang sering ditemukan di dekat canthus bagian dalam kelopak mata, terutama
sering ditemukan di kelopak mata atas daripada di kelopak mata bawah. Benjolan tersebut berwarna kuning atau
putih, berbentuk datar atau bergelombang dan lembut jika disenntuh. 

Selain pada mata, mereka dapat ditemukan pada, lutut siku, dan telapak tangan. Xanthelasma mungkin terlihat
seperti jerawat, tetapi ketika ditekan tidak ada nanah yang keluar.

Xanthelasma tersusun atas sel-sel xanthoma. Sel-sel ini merupakan histiosit dengan deposit lemak intraseluler
terutama dalam retikuler dermis atas. Lipid utama yang disimpan pada hiperlipidemia dan xanthelasma normolipid
adalah kolesterol. Kebanyakan kolesterol ini adalah yang teresterifikasi. 

KELAINAN KUKU PADA DIABETES MELLITUS

Oychomycosis dan paronikia


Kelainan pada kuku biasanya berupa oychomycosis dan paronikia biasanya ditemukan ditangan tapi juga dapat
ditemukan pada kaki. Infeksi biasanya mulai pada daerah lateral kuku sebagai eritem, bengkak, dan terpisah antara
pinggiran kuku ke bagian lateral kuku. Kemudian infeksi lebih lanjut memberikan gambaran pada kuku bagian
proksimal dan memisahkan antara kutikula dan kuku. Adanya pelembab yang terperangkap pada celah-celah tadi
mengakibatkan jamur tumbuh semakin pesat dan memperberat inflamasi yang terjadi. Pada saat itu dapat terbentuk
discharge purulen di tempat tersebut. diagnosa infeksi jamur dapat ditegakkan dengan pengambilan sample
discharge lalu dilakukan pengecatan dengan KOH.

Yellow nails atau kuku kuning


Pasien lansia diabetes tipe 2 cenderung memiliki kuku kuning. Prevalensi dari kuku kuning akibat diabetes 40%
sampai 50% pada pasien dengan diabetes tipe 2 telah dilaporkan, tetapi kadang-kadang kuku kuning juga ditemukan
pada orang lanjut usia normal (tanpa diabetes) dan pada pasien dengan onikomikosis, jadi ini bukan kelainan
spesifik dari diabetes.

Perubahan warna kuning pada diabetes paling jelas di ujung distal dari kuku hallux. Terjadinya kuku kuning ini
mungkin berhubungan dengan produk akhir dari glikosilasi, mirip dengan proses terjadinya warna kuning pada kulit
diabetes, meskipun hal ini belum dikonfirmasi ataupun bisa juga berhubungan dengan gangguan mikrosirkulasi ke
kuku dan matriks kuku.

MANIFESTASI KUTANEUS DARI KOMPLIKASI DIABETES

Diabetic foot atau kaki diabetes


Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus. Suatu
penyakit pada penderita diabetes pada bagian kaki, terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat
membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang. Diabetes yang menderita neuropati dapat
berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas.
Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan
bahkan amputasi

Kaki diabetik disebabkan oleh neuropati ( berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat), sirkulasi darah dan tungkai
yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh darah (Angiopaty) dan berkurangnya daya tahan tubuh terhadap
infeksi. Selain ketiga faktor diatas,ada faktor lain lain yang merupakan faktor resiko terjadinya kaki diabetes, yaitu :
Faktor risiko demografis (usia, jenis kelamin, etnik, situasi sosial ), Faktor risiko perilaku (ketrampilan manajemen diri
sendiri sangat berkaitan dengan adanya komplikasi kaki diabetik. Ini berhubungan dengan perhatian terhadap
kerentanan.) Faktor risiko lain (Ulserasi terdahulu (inilah faktor risiko paling utama dari ulkus), Berat badan, Merokok

Diabetic gustatory sweating


Diabetic gustatory sweating adalah suatu keadaan patologik yang ditandai dengan keluarnya keringat yang
berlebihan saat makan yang tidak berhubungan dengan udara panas ataupun akibat makanan yang pedas, keadaan
ini disebabkan karena adanya kerusakan pada urat syaraf di area wajah karena degenerasi aksonal saraf. Urat
syaraf menjadi terlalu sensitif dalam menerima rangsangan dan menghasilkan keringat yang membanjir setiap kali
makan.
Diabetic gustatory sweating ditandai dengan keringat seperti mengalir tanpa henti dari wajah, leher, dan area batas
tumbuh rambut di kepala. Keadaan ini berhubungan dengan neuropaty dan nefropaty.

Pengobatan yang efektif terdiri dari antikolinergik oral, clonidine, dan topikal glycopyrrolate. Gustatory sweating
diabetic mungkin dapat mengatasi transplantasi postrenal menunjukkan adanya etiologi peran nefropati.

Oral Lichen planus

Oral lichen planus merupakan penyakit inflamasi kronik yang terkait immune dimana etiopathologinya belum
diketahui secara pasti. Faktor seperti stres, latarbelakang genetik, beberapamaterial dental, obat-obatan, agen
penginfeksi, atau kaitannya dengan kelainan system immune dikatakan sebagai pencetus dari lesi ini 
Hubungan antara diabetes dan lichen planus khususnya oral lichen planus telah banyak diteliti. Namun, sebagian
besar studi dilakukan untuk meneliti prevalensi dari diabetes milletus pada pasiendengan lichen planus namun tidak
untuk sebaliknya. Selain itu banyak penelitian yang dibuat tanpa membedakan tipe diabetesnya. Dalam satu studi
yang dilakukan oleh Petrou-Amerikanou et al didapatkan bahwa prevalensi oral lichen planus lebih banyak ditemui
pada pada pasien diabetes tipe 1dibanding control, namun tidak pada pasien diabetes tipe 2. 
Secara klinis, oral lichen planus terlihat dalam bentuk garis putih retikular. Secara klinis dan histopatologis lichen
planus dan lesi lichenoid akibat reaksi obat sangat sulit untuk dibedakan, meskipun demikian sejumlah besar
eosinofil, parakeratosis dan inflamasi perivaskuler di sekitar bagian tengah dan dalam pleksus kulit terlihat pada lesi
lichenoid akibat reaksi obat dan pada umumnya tidak pada lichenplanus. 

Lesi oral lichen planus biasanya bilateral, dan atropic serta lesierosinya biasanya sensitive dan terasa sangat sakit.
Lesi ini lebihsering terlihat pada mukosa bukal, lidah dan gingival serta jarang sekali terjadi di palatum, mukosa
bibir,dan dasar mulut.

KOMPLIKASI KULIT AKIBAT PENGOBATAN DIABETES MELITUS

Sulfonilurea yang hipoglikemik


Obat ini dapat menimbulkan reaksi alergi, misalnya pruritus, eritema, urtika, bahkan dermatitis generalisata dengan
debris. Biasanya reaksi timbul setelah 2-3 pekan. Kadang-kadang timbul foto-sensitisasi (foto-dermatitis bulosa) atau
purpura.
Generasi pertama sulfonil urea.

Kebanyakan reaksi kulit terhadap obat hipoglikemik oral telah dilaporkan dengan generasi pertama sulfonilurea
(misalnya, klorpropamid, tolbutamid [Orinase]). 
Antara 1% dan 5% dari pasien yang meminum generasi pertama sulfonilurea mengalami reaksi kulit dalam 2 bulan
pertama pengobatan. Letusan makulopapular adalah reaksi yang paling umum dan sering menghilang dengan
penghentian obat. Reaksi kulit lainnya adalah eritema umum, urtikaria, erupsi lichenoid, eritema multiforme
exsudativum, dermatitis eksfoliatif, eritema nodosum, dan reaksi fotosensitifitas.

Generasi kedua sulfonil urea


Generasi kedua sulfonilurea seperti Glipizide (Glucotrol) dan glimepiride (Amaryl) juga telah dikaitkan dengan reaksi
kulit. Reaksi yang paling sering dikaitkan dengan Glipizide yaitu photosensitivity, ruam, urtikaria, dan pruritus. Ini
dilaporkan kurang sering terjadi pada glimepiride. 

Senyawa Biguanidin
Obat ini dapat menyebabkan reaksi-raksi dermatologik, tetapi jauh lebih jarang daripada reaksi-reaksi dalam alat
cerna.

Insulin
Obat ini dapat menyebabkan lipodistrofi, obesitas, reaksi-reaksi alergik (biasanya urtika) atau kadang-kadang juga
keloid. Lipodistrofi hipertrofi menimbulkan penonjolan yang menyerupai lipoma tidak nyeri. Penonjolan akan
menghilang dalam beberapa pekan atau bulan, bila pemberian insulin dihentikan. Lipodistrofi atrofik tampak sebagai
kulit yang lekuk dan atrofik. Kelainan tersebut jarang mengalami regresi spontan.

Alergi insulin mungkin bersifat lokal atau sistemik dan biasanya terjadi dalam bulan pertama dari terapi insulin.
Gambaran alergi lokal berupa Eritematosa atau nodul pruritus, urtikaria pada tempat suntikan, mungkin muncul
segera, dalam 15 menit sampai 2 jam setelah injeksi, atau tertunda dengan onset 4 atau lebih jam setelah injeksi.
Gambaran reaksi alergi sistemik insulin dapat berupa utikaria umum dan jarang terjadi syok anafilatik. Pada alergi
lokal biasanya tidak memerlukan pengobatan karena resolusi spontan, sedangkan alergi sistemik dapat diatasi
dengan penghentian insulin untuk bentuk lain dari terapi atau mungkin memerlukan desensitisasi.
Metformin (Glucophage) 

Obat antihyperglycemic biguanide-derivatif, adalah obat pilihan pertama oral pasien diabetes tipe 2. Efek samping
yang dilaporkan termasuk Dermal psoriatiform erupsi obat, eritema multiforme exsudativum, dan vasculitis
leukocytoclastic. Pedoman Obat Letusan Litt ini memberikan risiko reaksi fotosensitifitas terhadap metformin sebagai
1% sampai 10% tapi tidak ada referensi untuk mengutip pernyataan ini. Eritema, eksantema, pruritus, urtikaria dan
juga telah dilaporkan sebagai efek samping dari metformin.

Acarbose (Precose) 
Acarbose (Precose) adalah obat yang minimal diserap dari usus: hanya sekitar 1% dari dosis mencapai aliran darah,
dengan demikian jarang menyebabkan efek samping. 
menurut penelitian melaporkan kasus acarbose menyebabkan terjadinya eritema multiforme. Obat-induced stimulasi
limfosit dan uji tes patch untuk acarbose negatif.

Anda mungkin juga menyukai