LATAR BELAKANG
Segala sesuatu yang kita kerjakan pasti memiliki tingkat risiko bahaya tergantung dari
seberapa sulit suatu pekerjaan tersebut dan seberapa besar peluang terjadinya risiko bahaya pada
pekerjaan yang kita lakukan tersebut. Hal ini tentu berhubungan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja atau yang dikenal dengan K3.
Risiko menurut KBBI adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan dan
membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Risiko (risk) yaitu menyatakan
kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu (Tarwaka,2008).
Risiko adalah probabilitas timbulnya konsekuensi yang merusak atau kerugian yang sudah
diperkirakan seperti hilangnya nyawa, cederanya orang-orang, terganggunya harta benda,
penghidupan, dan aktivitas ekonomi, atau rusaknya lingkungan, yang diakibatkan oleh adanya
interaksi antara bahaya yang ditimbulkan alam atau diakibatkan manusia serta kondisi yang
rentan (ISDR, 2004). Hazard atau bahaya adalah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) atau penyakit akibat kerja. Hazard adalah
suatu kondisi secara alamiah, maupun karena ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan
kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia (BNPB, 2008).
Keselamatan kerja merupakan suatu proses perencanaan dan pengendalian yang memiliki
potensi kecelakaan kerja menurut prosedur dan peraturan yang diterapkan. Salah satu peraturan
yang mengatur tentang kesehatan dan keselamatan kerja adalah UU Nomor 13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan, pasal 86 dan 87.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari
risiko kecelakaan yang dapat mengakibatkan cidera, penyakit, kerusakan serta gangguan
lingkungan. Pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan,
penelitian dan juga mencakup berbagai tindakan maupun displin medis. Rumah sakit adalah
tempat kerja yang memiliki potensi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Bahan mudah terbakar,
gas medic, radiasi pengion, dan bahan kimia merupakan potensi bahaya yang memiliki risiko
kecelakaan kerja. Oleh karena itu, Rumah Sakit membutuhkan perhatian khusus terhadap
keselamatan dan kesehatan pasien, staf dan umum (Sadaghiani,2001 dalam Omrani dkk., 2015).
Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan melindungi pekerja atas keselamatannya agar
dapat meningkatkan produktifitas nasional. Menjamin semua pekerja yang berada di tempat kerja
menjaga dan merawat sumber produksi secara aman dan efisien (MENKES,2009). Risk
Management Standart AS/NZS 4360:2004 menyatakan bahwa analisis resiko bersifat pencegahan
terhadap terjadinya kerugian maupun accident. Pengelolaan resiko harus dilakukan secara
berurutan langkah-langkahnya yang akan bertujuan untuk membantu dalam pengambilan
keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang mungkin ditimbulkan.
Dari penelitian Novie E Mauliku tahun 2011, risiko bahaya dalam kegiatan Rumah Sakit
dalam aspek kesehatan kerja, antara lain berasal dari sarana kegiatan di Poliklinik, ruang
perawatan, laboratorium, kamar rontgent, instalasi gizi, laundry, ruang medical record, bagian
rumah tangga (housekeeping), farmasi, sterilisai alat-alat kedokteran, pesawat uap atau bejana
dengan tekanan,instalasi peralatan listrik, instalasi proteksi kebakaran, air limbah, sampah medis,
dan sebagainya.
Setiap kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besar kecilnya risiko yang
terjadi tergantung jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi karena pekerjaan atau saat melakukan
pekerjaan. Secara umum kecelakaan kerja ini dikarenakan tindakan manusia yang tidak
memenuhi keselamatan (unsafe human action) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe
condition) (Suma’mur, 2014).
Upaya pencegahan kecelakaan akibat kerja dapat direncanakan, dilakukan dan dipantau
dengan melakukan studi karakteristik tentang kecelakaan agar upaya pencegahan dan
penanggulangannya dapat dipilih melalui pendekatan yang paling tepat. Secara garis besar ada
beberapa faktor utama yang mempengaruhi kecelakaan yaitu alat-alat mekanik, lingkungan dan
kepada manusianya sendiri (Suma’mur, 2014).
Manajemen K3 adalah upaya terpadu untuk mengelola risiko yang ada dalam aktivitas
perusahaan yang dapat mengakibatkan cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap
perusahaan. Manajemen risiko terbagi atas tiga bagian yaitu Hazzard Identification, Risk
Assement and Risk Control (HIRARC). Manajemen ini adalah bagian dari manajemen risiko
yang menentukan arah penerapan K3 dalam perusahaan (Ramli,2010)
Metode HIRARC ini adalah rangkaian proses identifikasi bahaya yang terjadi dalam
aktivitas rutin maupun non rutin di perusahaan yang diharapkan dapat dilakukan usaha untuk
pencegan dan pengurangan terjadinya kecelakaan kerja serta pengendaliannya dalam melakukan
proses kegiatan perbaikan dan perawatan sehingga prosesnya menjadi aman. Identifikasi bahaya
dan penilaian risikon dan pengendaliannya ini merupakan bagian dari sistem manajemen risiko
yang merupakan dasar dari SMK3 sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terdiri dari identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian resiko (risk assement), dan
pengendalian risiko (risk control).
Menurut ILO, Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah menjaga dan meningkatkan
kesejahteraan fisik, mental, dan social seluruh para pekerja dan pada semua sector pekerjaan,
melindungi pekerja dari resiko yang berdampak buruk pada kesehatan, menempatkan dan
menjaga pekerja dalam lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiologi dan psikologi,
menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja serta pekerja dengan pekerjaannya.
METODE
Kajian ini dilakukan dengan metode menganalisis dari berbagai sumber bacaan. Baik dari
berbagai jurnal online, e-book, skripsi yang memiliki hubungan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam keperawatan.
Penulisan kajian ini melakukan metode perbandingan antar satu artikel dengan artikel
lainnya. Kemudian perbandingannya ditulis secara beraturan dalam hasil dari kajian. Dengan isi
yang akan dibadingkan tetap berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
keperawatan.
HASIL
Dari beberapa sumber yang didapat baik dari jurnal online, skripsi. Ditemukan bahwa
beberapa negara membuktikan bahwa Rumah Sakit adalah salah satu tempat kerja yang
berbahaya dan perawat adalah salah satu petugas kesehatan yang berisiko untuk mengalami
gangguan kesehatan dan keselamatan kerja akibat dari pekerjaannya.
Sebanyak 48% kecelakaan kerja disebabkan karena penggunaan tenaga atau otot yang
berlebihan oleh perawat ketika menangani pasien, seperti mengangkat, memindahkan atau
menjangkau pasien, dan peralatan medis lainnya. Selain itu 54% jenis kecelakaan yang dialami
berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, seperti sprint dan strain otot, dan hal ini
menempatkan gangguan muskuloskeletal sebagai penerima klaim kompensasi terbesar dari biaya
rumah sakit.
Penelitian lainnya di negara berkembang seperti india juga menyimpulkan hasil yang
sama Sandeep, Shreemathi, Kaylan, Teddy, Kapil, dan Prachi (2016) melaporkan dalam 1 tahun
terakhir 5,4% perawat rumah sakit di India mengalami luka akibat tertusuk jarum suntik 7,4%,
mengalami varises, dan 56,9% mengalami stres kerja.
Situasi menegangkan yang sering dialami perawat adalah tindakan kekerasan dan
pelecehan dari pasien. Komunikasi dan hubungan tim juga merupakan salah satu hal penting
dalam meningkatkan keselamatan perawat. Komunikasi dan hubungan tim adalah proses yang
dapat dilaksanakan melalui rapat, pengumpulan informasi, pendapat dalam pendapat dalam
melaksanakan program kerja, evaluasi program kerja, penyelesaian masalah, bimbingan serta
arahan, serta penjelasan yang bermanfaat untuk mengurangi kesenjangan komunikasi antar
pimpinan atau sesama staff.
Sebuah penelitian di rumah sakit melaporkan perawat jatuh atau terpeleset karena lantai
yang licin 5,9% (Szeto, Law, Lee, Lau, Ying Chan & Wai Law, 2010). Angka kejadian akibat
paparan bahan kimia 0,5 sampai 1,9 kasus per 1000 perawat per tahun (Trinkoff, Brown, Caruso,
Lipscomb, Johantgen, Nelson, Sattler, & Selby, 2007). Penelitian di Lusaka menemukan 11,4%
perawat tertular tuberkulosis (TBC) (Menzies, Joshi, & Pai,2007).
Perawat tertular Human Immunodeficiency Virus/ HIV pada saat bekerja 57%. Perawat
yang mengalami nyeri muskuloskeletal atau sakit pada punggung sebagai dampak dari pekerjaan
sebesar 52%. Pich, Hazelton, Sundin dan Kable (2010) melaporkan bahwa perawat mengalami
kekerasan baik fisik maupun verbal sebesar 60 sampai 90%, tertusuk jarum suntik 52,9%
(Manyele, Ngonyani, & Eliakimu, 2008).
Hasil laporan National safety Council NSC tahun 2008 menunjukkan bahwa terjadinya
kecelakaan di rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi
adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores atau terpotong, luka bakar dan penyakit
infeksi serta lain-lain.
PEMBAHASAN
Perawat merupakan salah satu tenaga medis yang memberikan pelayanan kesehatan,
kesehatan dan keselamatan perawat perlu mendapat perhatian lebih dibanding dengan komponen
pelayanan kesehatan lainnya. Karena tiap harinya mereka bertemu langsung dengan pasien dan
bahaya-bahaya yang ada di rumah sakit. Setiap hari perawat tidak pernah jauh dan selalu
berinteraksi dengan pasien. Hal tersebut yang membuat perawat selalu berhadapan langsung
dengan bahaya dan dapat mengancam kesehatan dan keselamatan kerja perawat itu sendiri,
maupun orang-orang yang berada di sekitarnya seperti keluarga saudara maupun teman terlepas
dari keberadaan pasiennya. Karena keberadaan dan kepentingan mereka yang tidak hanya berada
di rumah sakit, tetapi juga terhadap lingkungan diluar rumah sakit. Maka dikhawatirkan, jika
seorang perawat secara tidak langsung dapat menjadi penyebab sumber penyakit, maupun
sumber dari efek negatif dari risiko profesi mereka menjadi perawat.
RISIKO
1. Definisi Risiko
Risiko adalah gabungan dari kemungkinan atau frekuensi dan akibat atau konsekuensi dari
terjadinya bahaya tersebut penilaian risiko adalah penilaian menyeluruh untuk mengidentifikasi
bahaya dan menentukan apakah risiko dapat diterima. Manajemen risiko adalah pengelolaan
risiko yang mencakup identifikasi penilaian dan pengendalian risiko. Manajemen risiko terdiri
dari tiga langkah pelaksanaan yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko
(Ramli ,2010).
Risiko adalah besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia, kerusakan dan
kerugian ekonomi yang disebabkan oleh bahaya tertentu di suatu daerah pada suatu waktu
tertentu.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan pengendalian terhadap tingkat risiko
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Penilaian risiko adalah proses evaluasi risiko risiko
yang diakibatkan adanya bahaya-bahaya dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang
dimiliki, dan menentukan apakah risiko dapat diterima atau tidak (Puspitasari, 2010).
3. Pengendalian Risiko
Menurut Hanafi dan Partawibawa 2016, pengendalian risiko terhadap bahaya yang
teridentifikasi dilakukan setelah dilakukan penilaian sebelumnya, sehingga pengendalian risiko
bahaya diprioritaskan pada bahaya dengan kategori paling tinggi ke rendah.
HAZARD
1. Pengertian Hazard
Hazard adalah :
1. Suatu kondisi secara alamiah maupun karena ulah manusia yang berpotensi menimbulkan
kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia (BNPB, 2008)
2. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi
bencana.
3. Sumber bahaya suatu peristiwa yang hebat atau kemungkinan menimbulkan kerugian
atau korban manusia (Dirjen yanmedik, 2007).
Secara umum terdapat 5 faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain: faktor bahaya biologi
seperti : jamur, virus, bakteri, dan lain-lain. Faktor bahaya kimia, seperti: gas, Debu, bahan
beracun, dan lain-lain. Faktor bahaya biomekanik, seperti: posisi kerja gerakan, dan lain-lain titik
faktor bahaya sosial psikologis, seperti: stres, kekerasan dan lain-lain.
2. Klasifikasi Hazard
Menurut Ndejjo 2015, bahaya secara luas diklasifikasikan sebagai biologis dan non biologis.
Bahaya biologis didefinisikan untuk dimasukkan luka laserasi, luka yang tajam, kontak langsung
dengan spesimen yang terkontaminasi bahan biohazardous, bioterorisme, yang ditularkan
melalui darah patogen, penyakit infeksi, penyakit udara, penyakit vektor yang ditanggung, dan
kontaminasi silang dari material kotor
3. Identifikasi Hazard
Mengidentifikasi suatu bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi bahaya
yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik bahaya, maka dapat
lebih berhati-hati dan waspada untuk melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak terjadi
kecelakaan, namun tidak semua bahaya dapat dikenali dengan mudah (Ramli, 2009).
1. Perawat
Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat adalah tenaga perawatan yang
berasal dari jenjang pendidikan tinggi keperawatan Ahli Madya, Ners, Ners Spesialis, dan Ners
Konsultan. Dalam pemberian pelayanan kesehatan, perawat dituntut untuk lebih profesional agar
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan semakin meningkat.
2. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan
perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Standar asuhan keperawatan ini
tercantum dalam standar praktik klinis keperawatan yang terdiri dari lima fase asuhan
keperawatan. Lima (5) fase tersebut yaitu: Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi
dan Evaluasi. Asuhan keperawatan memiliki manfaat untuk meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan dalam bidang keperawatan.
2. Upaya mencegah dan meminimalkan Risiko dan Hazard pada asuhan keperawatan
a. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada pengkajian asuhan
keperawatan
Upaya yang dapat dilakukan perawat dalam tahap pengkajian tersebut yaitu:
a) Perawat harus memperkenalkan identitas diri baik kepada pasien
maupun kepada keluarganya
b) Perawat hendak tidak menyinggung perasaan klien saat pengkajian
dilakukan, Misalnya menggunakan masker yang sebenarnya tidak perlu
dipakai
c) Perawat juga dapat membangun kepercayaan kepada pasien
d) Dalam merawat pasien, perawat harus memperlakukan setiap pasien
dengan sama
e) Pada saat melakukan wawancara dengan pasien, perawat harus menjadi
pendengar yang baik, perawat harus mampu menempatkan diri sebagai
tempat curhat pasien sebaik mungkin dan diharapkan menggunakan
bahasa serta tutur kata yang sopan
f) Ketika pasien terlihat dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk
didekati, maka perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarganya
terlebih dahulu
g) Saat melakukan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta persetujuan
dari klien terlebih dahulu
h) Perawat harus menggunakan APD saat melakukan pemeriksaan fisik
pada klien
i) Perawat juga harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam
bentuk apapun kepada pihak rumah sakit
j) Perawat juga harus menghindari memegang benda yang mungkin telah
terkontaminasi
k) Sebelum menuju klien hendaknya perawat mencuci tangan.
b. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard dalam tahap perencanaan
asuhan keperawatan
a) Identifikasi sumber bahaya yang mungkin dapat terjadi saat menyusun
rencana keperawatan
b) Lakukan penilaian faktor risiko dengan jalan melakukan penilaian
bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan
kerja saat menyusun perencanaan keperawatan
c) Kendalikan faktor risiko yang mungkin terjadi saat menyusun rencana
tindakan keperawatan. Hal ini dapat dilakukan dengan menghilangkan
bahaya, mengganti sumber risiko dengan sarana atau peralatan lain yang
lebih memiliki tingkat risiko yang lebih rendah
d) Ketika menyusun rencana keperawatan perawat hendak berpedoman
pada pedoman rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan
diagnosis keperawatan yang ada
e) Perawat juga diharapkan untuk mampu mempertimbangkan alokasi
waktu pencapaian dari rencana keperawatan yang disusun untuk menjadi
indikator evaluasi keperawatan.
c. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap implementasi
asuhan keperawatan
a) Perawat harus menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik
aseptik seperti mencuci tangan, memakai APD lengkap, menggunakan
alat kesehatan dalam keadaan steril
b) Perawat harus mematuhi SOP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit
dan tidak terburu-buru dalam melakukan tindakan
c) Perawat hendak memperhatikan cara menutup jarum suntik yang benar
susunan sel hidung kamu banyak diharapkan perawat dapat menghindari
kontak langsung dengan segala macam cairan klien, apabila dirasa
sistem imunitas tubuh sedang menurun atau tidak menggunakan APD
d) Perawat sebaiknya menerapkan perilaku hidup bersih dan juga sehat
serta menerapkan pola hidup yang sehat pula
e) Perawat harus menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi,
dan ketenangan saat bekerja terutama saat melakukan tindakan yang
beresiko kepada pasien
f) Perawat dituntut untuk belajar mengoperasikan alat-alat yang sudah
disediakan oleh pihak rumah sakit dengan tujuan mengurangi risiko
cedera baik bagi klien maupun bagi perawat sendiri.
d. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada evaluasi asuhan
keperawatan evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai sejauh mana
intervensi dan implementasi yang diberikan berhasil dalam perkembangan
kesembuhan pasien ada beberapa cara untuk mencegah dan mengurangi resiko
hazard. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko dan hazard dalam
evaluasi asuhan keperawatan yaitu
a) Identifikasi sumber bahaya yang mungkin terjadi saat menyusun
evaluasi keperawatan, dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya baik pada
klien maupun kepada diri perawat sendiri
b) Memperhatikan setiap perkembangan atau respon yang ditampakkan
atau ditimbulkan oleh klien setelah selesai melakukan tindakan
keperawatan.
KESIMPULAN
Kesehatan dan keselamatan kerja K3 adalah ilmu terapan yang bersifat multidisiplin,
bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di
sebuah institusi maupun lokasi proyek. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya untuk
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman dan mencapai tujuan yaitu produktivitas
setinggi-tingginya (Yuanita dan Waruru, 2016).
Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang berpotensi tinggi terhadap terjadinya
kecelakaan kerja. Adanya bahan mudah terbakar, gas medis radiasi pengion, dan bahan kimia
yang membutuhkan perhatian serius terhadap keselamatan pasien, staf dan umum (Sarastuti,
2016).
Risiko merupakan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang
berhubungan dengan cedera parah atau sakit akibat kerja dan terpaparnya seseorang atau alat
pada suatu bahaya. Sedangkan hazard merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera atau kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, tentu perawat tidak akan pernah
terlepas dari risiko dan Hazard. Untuk itu ada beberapa hal hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah risiko dan Hazard pada tahap proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA