Setiap Pertemuan)
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memenuhi Tugas MID pada
Mata Kuliah Ulumul Qur’an Jurusan Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
Oleh:
FAHRUL RAHMAN
NIM: 80200220038
PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
1. Kontrak Perkuliahan
Wawasan dan tambahan ilmu baru yang kami dapatkan pada pertemuan
perdana ini adalah tentang motivasi-motivasi luarbiasa ketika mengkaji ulumul Qur’an.
mengajarkannya. Hal yang juga sangat penting terkait ulumul Qur’an adalah ketika
beliau mengatakan “Ilmu Al-Qur’an tidak akan ada habisnya (kering) untuk dibahas”
hal ini menjadi penggugah semangat untuk terus mengkaji dan belajar terkait ulumul
Qur’an.
Wawasan dan tambahan ilmu baru yang kami dapatkan pada pertemuan ini
adalah tentang kaidah-kaidah dalam penyusunan tulisan ilmiah makalah yang meliputi
tatacara penomoran, ukuran huruf, serta layout penulisan makalah. Selain itu, melalui
pengkajian pertama ini kami menemukan bahwa ilmu Al-Qur’an suatu ilmu yang
lengkap dan mencakup semua ilmu yang ada hubungannya dengan al-Qur’an baik
berupa ilmu-ilmu agama, seperti tafsir, maupun berupa ilmu-ilmu bahasa Arab seperti
ilmu i’rab al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia.
Lebih lanjut, kami juga dapat mengetahui tentang pembagian ruang lingkup
ulumul Qur’an yang begitu luas, diantaranya pendapat dari M. Hasbi As-Shiddieqy
dalam Rosihun Anwar berpendapat bahwa ruang lingkup pembahasan ulum al-Qur’an
terdiri dari enam hal pokok. Adapun enam hal pokok tersebut sebagai berikut:
1. Persoalan turunnya al-Qur’an (nuzul Al-Qur’an). Persoalan menyangkit
turunya al-Qur’an menyangkut tiga hal yaitu:
a. Waktu dan tempat turunnya al-Qur’an (auqat nuzul wa mawathin an-nuzul)
b. Sebab-sebab turunnya al-Qur’an (asbab an-nuzul)
c. Sejarah turunnya al-Qur’an (tarikh an-nuzul)
2. Persoalan sanad (rangkaian para periwayat).Persoalanini menyangkut enam hal
yaitu :
a. Riwayat mutawatir
b. Riwayat ahad
c. Riwayat syadz
d. Macam-macam qira’at Nabi
e. Para perawi dan penghapal Al-Qur’an
f. Cara-cara penyebaran riwayat (tahammul)
3. Persoalan qira’at (cara pembacaan Al-Qur’an). Persoalan ini menyangkut hal-
hal berikut ini :
a. Cara berhenti (waqaf)
b. Cara memulai (ibtida’)
c. Imalah
d. Bacaan yang dipanjangkan (madd)
e. Meringankan bacaan hamzah
f. Memasukkan bunyi huruf yang sukun kepada bunyi sesudahnya (idhgam)
4. Persoalan kata-kata Al-Qur’an. Persoalan ini menyangkut beberapa hal berikut :
a. Kata-kata Al-Qur’an yang asing (gharib)
b. Kata-kata Al-Qur’an yang berubah-ubah harakat akhirnya (mu’rob)
c. Kata-kata Al-Qur’an yang mempunyai makna serupa (homonym)
d. Padanan kata-kata Al-Qur’an (sinonim)
e. Isti’arah
f. Penyerupaan (tasybih)
5. Persoalan makna-makna al-Qur’an yang berkaitan dengan hukum. Persoalan.
Makna ini menyangkut hal-hal berikut :
a. Makna umum (‘am) yang tetap dalam keumumannya
b. Makna umum (‘am) yang dimaksudkan makna khusus
c. Makna umum (‘am) yang maknanya dikhususkan sunnah
d. Nash
e. Makna lahir
f. Makna global (mujmal)
g. Makan yang diperinci (mufashshal)
h. Makna yang ditunjukkan oleh konteks pembicaraan (manthuq)
i. Makan yang dapat di pahami dari konteks pembicaraan (mafhum)
j. Nash yang petunjukknya tidak melahirkan keraguan (muhkam)
k. Nash yang musykil ditafsirkan karena terdapat kesamaran di dalamnya
(mutasyabih)
l. Nash yang maknanya tersembunyi karena suatu sebab yang terdapat pada kata itu
sendiri (musykil)
m. Ayat yang menghapus dan dihapus (nasikh-mansukh)
n. Yang didahulukan (muqaddam)
o. Yang diakhirkan (mu’akhakhar)
6. Persoalan makna-makna al-Qur’an yang berpautan dengan kata-kata al-
Qur’an. Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut :
a. Berpisah (fashl)
b. Bersambung (washl)
c. Uraian singkat (i’jaz)
d. Uraian panjang (ithnab)
e. Uraian seimbang (musawah)
f. Pendek (qashr)
adalah tentang proses turunya wahyu berupa gemerincing lonceng. Ini sangat menarik
karena siswa-siswi kita bisa saja punya potensi mempertanyakan hal ini. Gemerincing
lonceng yang dimaksud sebenarnya bukan dalam artian seperti bel yang berbunyi
disekolah akan tetapi yang dimaksudkan adalah berupa dengungan karena pada
dasarnya lonceng itu adalah berdengung. Selain itu gemerincing yang dimaksudkan
adalah dapat dilihat dari kondisi Nabi Muhammad saw yang bisa berkeringat dingin,
bahkan beliau juga sampai sesak napas ketika wahyu turun dalam bentuk tandanya
gemerincing lonceng.
Selanjutnya kami juga bisa sedikit memahami proses turunya al-Qur’an yang
diturunkan secara berangsur-angsur dengan tiga tahapan yaitu turunnya al-Qur’an dari
Allah swt ke Lauh Al-Mahfudz, kemudian turunnya al-Qur’an dari Lauh Al-Mahfudz
ke Bait Al-‘Izzah dan terakhir turunnya al-Qur’an dari langit dunia kepada Nabi
Wawasan dan tambahan ilmu baru yang kami dapatkan pada pertemuan ini
adalah makna dari jam’ul Qur’an yaitu proses kodifikasi Al-Qur’an yang dimaksudkan
Selanjutnya proses kodifikasi Al-Qur’an ini tidak secara instan terjadi. Akan
tetapi terdiri atas beberapa tahap: Jam’ul Qur’an periode Rasulullah saw. Yaitu
huffazh yang wafat, dan terakhir pada periode Utsman bin Affan dilakukan karena
adanya perbedaan bacaan. Dan perlu kita ketahui bahwa ada istilah Al-Qur’an rasm
ustmani yang pada dasarnya buah dari proses Jam’ul Qur’an dimasa Usman bin Affan
Wawasan dan tambahan ilmu baru yang kami dapatkan pada pertemuan ini
adalah lebih kepada cara kita membedakan surah yang termasuk makkiyah dan
a. Dari segi waktu, makkiyyah berarti segala ayat yang turun sebelum Nabi
berarti segala ayat yang turun setelah hijrah nabi Muhammad saw. sekalipun
turunya di Makkah. Patokannya adalah saat hijrah Nabi Muhammad saw. dari
b. Dari segi tempat, makkiyah berarti segala ayat yang diturunkan di Makkah dan
c. Pada sisi lain, makkiyyah berarti segala ayat yang khitab (isi pembicaraannya)
kepada penduduk Makkah dan sekitarnya, dan madaniyyah berarti segala ayat
Berdasarkan ketiga kriteria inilah orang mengatakan setiap ayat yang berisi
seruan kepada orang-orang mukmin “yaa ayyuhallasina aamanu”
menunjukkan ia turun di Madinah, dan setiap ayat yang berisi seruan kepada
Wawasan dan tambahan ilmu baru yang kami dapatkan pada pertemuan ini
biasa disebut juga dengan awail al-suwar (permulaan-permulaan surah). Di antara para
ulama yang mengartikan fawatih al- suwar sebagai huruf al-muqaththa’ah . Fawatih
al-Suwar adalah pembuka surah yang bisa berupa huruf, kata, ataupun kalimat.
Wawasan dan tambahan ilmu baru yang kami dapatkan pada pertemuan ini
adalah kami dapat mengetahui kriteria ayat yang termasuk kedalam ayat yang muhkam
dan mutasyabih. Untuk kriteria Muhkam yaitu ayat-ayat yang membatalkan ayat-ayat
yang lain, ayat-ayat yang menghalalkan atau membatalkan ayat-ayat lain, dan ayat-ayat
Lebih lanjut untuk kriteria ayat yang mutasyabih: ayat-ayat yang tidak
diketahui hakikat maknanya seperti tibanya hari kiamat, ayat-ayat yang dapat diketahui
maknanya dengan sarana bantu baik dengan hadis atau ayat muhkam, dan ayat yang
Munasabah ayat yang satu dengan ayat yang lain sangat penting untuk
melakukan istinbath hukum. Hal ini kemudian penting agar hukum yang dihasilkan
semakin jelas dan kuat karena diperkaya dengan dalil-dalil yang memiliki padanan
makna.
QS. Al-Fatihah dan QS. Al-Baqarah itu bukan memiliki munasabah dari segi
namanya melainkan dari segi isi kandungannya. Misalnya ayat tentang pujian dan
syukur dalam QS. Al Fatihah ayat 1 bermunasabah dengan QS. Al-Baqarah ayat 152.