Anda di halaman 1dari 3

Nama: Keysar Khoirullah Hisam

NIM: 21103040172
Mata Kuliah/Kelas: Hukum Perdata Islam/IH-B

TUGAS MENANGGAPI BERITA


“Pengajuan Poligami di Banyuwangi Meningkat 100 Persen di Tahun 2022”
Source: https://www.detik.com/jatim/berita/d-6314718/pengajuan-poligami-di-banyuwangi-meningkat-
100-persen-di-tahun-2022

Isi Berita
Banyuwangi - Sejak Januari hingga akhir September 2022, Pengadilan Agama (PA) Banyuwangi
mencatat ada 10 pengajuan izin poligami. Pengajuan ini meningkat 100 persen lebih
dibandingkan tahun sebelumnya. Panitera PA Banyuwangi Subandi mengatakan, dari 10 kasus
poligami itu, sudah ada 7 pengajuan poligami yang dikabulkan. Sementara, tiga pengajuan lagi
masih dalam proses. "Kasus poligami hingga September 2022, ada 10 perkara masuk dan
diterima. Sebanyak 7 perkara telah dikabulkan, sementara 3 masih berproses," jelasnya saat
dikonfirmasi, Selasa (27/9/2022). Menurutnya, pengajuan poligami meningkat hingga 100 persen
lebih dibandingkan pada tahun 2021. Di tahun lalu, hanya sekitar 4 pengajuan poligami.

Menurut Subandi, PA Banyuwangi tidak mengabulkan semua pengajuan poligami. Sebab, ada
syarat formil maupun materil yang harus dipenuhi. Beberapa syarat itu, di antaranya apabila istri
tidak bisa menjalankan kewajiban sebagai istri, atau sang istri tidak punya keturunan, sementara
sang suami berkeinginan memiliki anak. "Kemudian syarat selanjutnya ada persetujuan dari istri,
bahwa istri tidak keberatan dimadu. Serta mampu memberikan nafkah lahir batin. Sehingga
pengajuan poligami bisa saja dikabulkan," cetusnya. Subandi membeberkan, poligami juga bisa
tidak harus mendapatkan persetujuan istri. Asalkan gugatan dari suami benar adanya. "Contoh,
istri tidak kunjung punya keturunan, sedangkan suami ingin memiliki keturunan dan mau
berpoligami, namun istri tidak menyetujui. Faktanya sudah berusaha, sudah ke medis, tapi belum
dikaruniai. Jadi bisa saja perkara itu dikabulkan," terangnya.

Meski demikian, lanjut Subandi, ada juga pengajuan perkara poligami yang tidak diterima dan
ditolak oleh PA Banyuwangi. "Tidak diterima karena tidak memenuhi unsur-unsur poligami.
Contohnya, gugatan suami menyatakan bahwa si istri tidak memberikan nafkah batin. Padahal
faktanya istri tiap malam sudah memberikan itu," jelasnya. Sedangkan perkara itu bisa ditolak,
karena gugatan suami juga tidak benar dengan fakta serupa. "Katanya istri ini tidak punya
keturunan. Tapi faktanya punya keturunan. Jadi perkara itu bisa saja ditolak," pungkasnya.
Komentar dan Analisa
Dijelaskan bahwa di daerah Banyuwangi mengalami kenaikan keinginan untuk berpoligami.
Menurut saya pribadi, poligami merupakan hal yang sah-sah saja namun dengan catatan sesuai
dengan syarat dan ketentuan yang sudah disepakati.
Poligami merupakan sesuatu yang dibolehkan menurut undang-undang. Perihal poligami pun
diatur dengan ketat melalui sejumlah peraturan lain. Dalam peraturan perundang-undangan
tersebut, terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi jika ingin melakukan poligami.

Berbagai hal terkait perkawinan, termasuk poligami, diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 16 Tahun 2019. Menurut
undang-undang ini, pada dasarnya, dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh
mempunyai seorang istri. Begitu juga sebaliknya. Meski demikian, UU Perkawinan
membolehkan dilakukannya poligami jika memang diinginkan dan dibolehkan oleh pihak terkait.
Pasal 3 Ayat 2 berbunyi, “Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri
lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.” Seorang suami
yang hendak beristri lebih dari seorang wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan di
daerah tempat tinggalnya.
Bagi yang beragama Islam, ketentuan mengenai poligami diatur lebih lanjut dalam Kompilasi
Hukum Islam (KHI). Mengacu pada KHI, suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus
mendapat izin dari Pengadilan Agama. Poligami yang dilakukan tanpa izin dari Pengadilan
Agama dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum. Aturan ini pun membatasi seorang suami
hanya boleh berpoligami sampai empat istri pada waktu bersamaan.
Bagi orang yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan ingin berpoligami, terdapat
pula aturan tambahan yang harus dipatuhi. Dasar hukum untuk melakukan poligami bagi PNS
tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas PP
Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil. Pasal
4 Ayat 1 berbunyi, “Pegawai Negeri Sipil pria yang akan beristri lebih dari seorang, wajib
memperoleh izin lebih dahulu dari pejabat.”
Syarat poligami menurut hukum yang berlaku Menurut UU Perkawinan, pengadilan hanya
memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila: istri tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri, istri mendapat cacat badan atau penyakit yang
tidakdapat disembuhkan, istri tidak dapat melahirkan keturunan.
Untuk dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan, ada sejumlah syarat yang harus
dipenuhi, yakni: adanya persetujuan dari istri/istri-istri, adanya kepastian bahwa suami mampu
menjamin keperluan-keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka, adanya jaminan bahwa
suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka. Persetujuan ini tidak
diperlukan bagi seorang suami apabila istri/istri-istrinya tidak mungkin dimintai persetujuannya
dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian. Selain itu, persetujuan juga tidak dibutuhkan
jika tidak ada kabar dari istrinya selama minimal dua tahun atau karena sebab lainnya yang perlu
mendapat penilaian dari hakim pengadilan.
Secara garis besar, syarat poligami yang ada pada UU Perkawinan tertuang juga dalam KHI dan
PP Nomor 45 Tahun 1990. Namun, KHI menyebut, syarat utama untuk poligami adalah suami
harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya. Jika syarat utama ini tidak
mungkin dipenuhi, suami dilarang beristri dari seorang.
Sementara itu, bagi PNS, ada juga syarat kumulatif yang seluruhnya harus dipenuhi, yaitu: ada
persetujuan tertulis dari istri, PNS pria yang bersangkutan mempunyai penghasilan yang cukup
untuk membiayai lebih dari seorang istri dan anak-anaknya yang dibuktikan dengan surat
keterangan pajak penghasilan, ada jaminan tertulis dari PNS yang bersangkutan bahwa ia akan
berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya.
Izin untuk beristri lebih dari seorang tidak akan diberikan jika: bertentangan dengan
ajaran/peraturan agama yang dianut PNS yang bersangkutan, tidak memenuhi syarat alternatif
dan ketiga syarat kumulatif, bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
alasan yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat, ada kemungkinan mengganggu
pelaksanaan tugas kedinasan.

Anda mungkin juga menyukai