PENGHARAMAN RIBA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Ekonomi
Dosen Pengampu :
2023
i
A. Pendahuluan
Al-Qur’an merupakan sumber penggalian dan pengembangan ajaran Islam
dalam berbagai dimensi kehidupan manusia. Untuk melakukan penggalian dan
pengembangan pemahaman Ayat-ayat Al-Qur’an. Kemampuan tertentu guna
mengasilakan pemahaman yang baik mengenai berbagai perilaku kehidupan
manusia, termasuk dalam bidang ekonomi. Pengembangan ilmu ekonomi Al-
Qur’an pada dasarnya mempunyai peluang yang sama dengan pengembangan
ilmu-ilmu lain dalam tradisi keilmuan Islam. Sayang, sebagai suatu disiplin
ilmu, ilmu ekonomi Al- Qur’an belum berkembang pesat. Padahal kebutuhan
terhadap ilmu ini dirasakan sudah mendesak, sehubungan kegagalan ilmu
ekonomi modern dalam merealisasikan pembangunan dan
kemaslahatanmasyarakat.
Sebagai metodologi atau rumusan dalam makalah ini, penulis ingin sedikit
menyampaikan agar dalam penulisannya lebih baik dari sebelumnya untuk
lebih memahami dan lebih fokus pada pembahasannya, maka ada beberapa hal
yang dipaparkan dalam makalah ini yakni: Pengertian, Ayat dan artinya,
Asbabul Nuzul, Hikmah ayat dan Kesimpulan. Inilah yang nantinya penulis
ingin uraikan satu persatu demi untuk melatih pemahaman kita tentang ayat-
ayat tentang Ekonomi.
B. Pembahasan
Di dalam bahasa Arab, lafadz “Riba” bermakna : Ziyadah / tambahan.
dalam pengertian lain secara linguistik, riba juga berarti Tumbuh dam
membesar. Adapun menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan
dari harta pokok atau modal secara batil.1
1
Muhammad Syafi’I Antoni, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. (Depok Gema Insani.
Cet. IV. 2009), 37.
1
130. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu beruntung.2
C. Isi kandungannya Surat Al-imbran ayat 130.
Surat Ali Imron ayat 130 sebagaimana di atas terdapat kata-kata diantaranya :
Hai orang-orang
يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا َّ
ََّللا kepada Allah
yang beriman
janganlah kamu
ِّ ِ َال ت َأ ْ ُكلُوا
الربَا لَ َعلَّ ُك ْم supaya kamu
memakan riba
mendapat
ًعفَة ْ َأ
َ ض َعافًا ُم
َ ضا dengan berlipat َت ُ ْف ِل ُحون
keberuntungan
dan bertakwalah
َواتَّقُوا
kamu
2
Imam Jalalud-din Al-Mahalliy, Imam Jalalud-din As-Suyuthi.,Tafsir Jalalain. (Sinar
Baru Bandung 1990), 269
3
Departemen agama RI, Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid, (Kalim, Pondok Karya Permai,
Banten), 48.
2
dalam harta dirham yang berlebihan, disusul lagi lafadz sebagai penguwat yaitu
ًعفَة
َ ضا
َ ُمini maksudnya adala االجلmisi atau tujuan, kemudian dilanjutkan lagi
َّ َواتَّقُواtakutlah kamu semua orang Iman kepada Allah di dalam
dengan kata ََّللا
memakan sesuatu yang mengandung Riba. َ َل َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحونini dengan maksud
supanya kamu semua mendapatkan keselamatan dari murka siksaan Allah.4
Dalam Tafsir di atas dalam Surat Ali Imron ayat 130 ini penulis simpulkan
bahwa:
1) yang diperingatkan dalam ayat ini adalah Golongan Saqif, umumnya
Ummat Manusia beragama Islam.
2) Peringatan untuk menjahui makan Riba.
3) Takutlah kepada Allah dalam makan harta Riba, dengan harapan tidak
mendapat murka dan Siksa dari Allah.
4
Ibn Thohir bin Ya’kub Al-Fauruzi Zadi, Tanwirul Al Miqbaas min Tafsir Ibn Abbas, (Dar
Al-Fikr), 56.
5
Ibid h.312
3
dengan riba keji yaitu riba dengan penambahan dari pokok modal dari hutang
yang berlipat ganda.6
6
Muhammad Ali Ash-Shobuni, Tafsir Ayat Ahkam, Terj. Mua’ammal Hamidy, Imron A.
Manan (Surabaya: PT. Bina Ilmu,2003), 390.
4
maka sudah pasti kebutuhan orang akan menganggap berat dengan
diambilnya uang satu dirham dengan diharuskannya mengembalikan dua
dirham. Justru itu, maka terputuslah perasaan belas-kasih dan kebaikan.
(Ini suatu alasan yang dapat diterima, dipandang dari segi ethik).
4) Pada umumnya pemberi piutang adalah orang yang kaya, sedang
peminjam adalah orang yang tidak mampu. Maka pendapat yang
membolehkan riba, berarti memberikan jalan kepada orang kaya untuk
mengambil harta orang miskin yang lemah sebagai tambahan. Sedang
tidak layak berbuat demikian sebagai orang yang memperoleh rahmat
Allah. (Ini ditinjau dari segi sosial).
Ini semua dapat diartikan, bahwa riba terdapat unsur pemerasan terhadap
orang yang lemah demi kepentingan orang kuat dengan suatu kesimpulan: yang
kaya bertambah kaya, sedang yang miskin tetap miskin. Hal mana akan
mengarah kepada membesarkan satu kelas masyarakat atas pembiayaan kelas
lain, yang memungkinkan akan menimbulkan golongan sakit hati dan
pendengki; dan akan berakibat berkobarnya api terpentangan di antara anggota
masyarakat serta membawa kepada pemberontakan oleh golongan ekstrimis
dan kaum subversi. Sejarah pun telah mencatat betapa bahayanya riba.
G. Kesimpulan
Di dalam bahasa Arab, bahwa lafadz “Riba” itu bisa mengandung makna
tambahan secara mutlaq atau bahwa Riba secara bahasa bermakna : Ziyadah /
tambahan. Secara umum yang menegaskan bahwa riba adalah pengambil
tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara
batil atau bertentangan dengan prisip muamalah dalam Islam.
Riba di sini ialah Riba nasi'ah. menurut sebagian besar ulama bahwa Riba
nasi'ah itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba itu ada dua
macam: nasiah dan fadhl. Sebab Turunya Ayat Menurut Mujahid, orang Arab
terbiasa melakukan transaksi jual-beli dengan jangka waktu (kredit).
Surat Ali Imron ayat 130 ini menyimpulkan bahwa:
1) yang diperingatkan dalam ayat ini adalah Golongan Saqif, umumnya
Ummat Manusia beragama Islam.
5
2) Peringatan untuk menjahui makan Riba.
3) Takutlah kepada Allah dalam makan harta Riba, dengan harapan tidak
mendapat murka dan Siksa dari Allah.
Kami Sebagai penulis makalah cenderung setuju dengan tokoh modern
yang lebih menekankan perhatiannya pada aspek moral sebagai bentuk
pelarangan riba dan mengesampingkan dari larangan riba sebagaimana yang
dijelaskan dalam hukum islam. Argumentasi mereka adalah sebab dilarangnya
riba karena menimbulkan ketidakadilan, sebagaiman diungkapkan dalam Al-
qur’an: “laa tadzlimuuna walaa tudzlamuun” Bahwa tidak seluruh bunga bank
itu dilarang. Sebab pada prinsipnya aktivitas perbankan dengan ciri bunga itu
bertujuan pembinaan ekonomi.
6
DAFTAR PUSTAKA
Departemen agama RI. Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid. Banten : Kalim,
Pondok Karya Permai.
Thohir bin Ya’kub Al-Fauruzi Zadi, Ibn . Tanwirul Al Miqbaas min Tafsir
Ibn Abbas. Dar Al-Fikr.