NAMA : IRDIANTI NIM : 041789201 JURUSAN : 71/ILMU PEMERINTAHAN
Salah satu Indikator terciptanya pemerintahan yang baik (good governance) adalah
terdapatnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan Negara.
1. Berdasarkan hal tersebut, analisis gambaran kondisi ketercapaian pemerintah
yang akuntabel di Indonesia secara berurutan berdasarkan bentuk akuntabilitas publik! Jawaban: Salah satu penilaian akuntabilitas publik pada pemerintah daerah adalah penilaian SAKIP yang dilakukan oleh Kemenpan-RB. Dalam hal ini, peringkat laporan SAKIT terbagi menjadi 6 kategori yaitu AA (memuaskan), A (sangat baik), B (baik, dan perlu sedikit perbaikan), CC (Cukup baik (memadai), perlu banyak perbaikan yang tidak mendasar), C (Agak kurang, perlu banyak perbaikan, termasuk perubahan yang mendasar), D (Kurang, dan perlu banyak sekali perbaikan & perubahan yang sangat mendasar). Berdasarkan informasi dari website Kemenpan-RB, Rapor Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) bagi 151 pemda di wilayah II terdapat 7 pemda yang meraih predikat A, 21 dengan predikat BB. 70 pemda berpredikat B, 49 pemda dengan predikat CC dan 19 pemda lainnya masih C. Porsi paling besar adalah di predikat B. Artinya, secara umum akuntabilitas di pemerintah daerah sudah baik, namun perlu sedikit perbaikan. Tidak adanya sama sekali pemerintah daerah yang memperoleh predikat D menunjutkkan bahwa pada akuntablitas publik sudah menuju arah yang baik dimana predikat D menunjukkan bahwa hal-hal yang sangat mendasar sudah sesuai dengan prosedur. Namun masih ada cukup banyak yang memperoleh predikat C, dimana pemda-pemda tersebut perlu melakukan terobosan/ inovasi terkait hal yang mendasar.
2. Jelaskan permasalahan-permasalahan mendasar yang dihadapi dalam upaya
menciptakan anggaran yang akuntabel serta berikan solusi dari permasalahan tersebut! Jawaban: Permasalahan mendasar dalam anggaran yang akuntabel antara lain: Penyusunan anggaran yang selalu defisit. Dalam hal ini, asumsi penerimaan daerah di pemda-pemda cenderung kecil sedangkan secara realisasi biasanya di atas 100%. Dengan demikian, sebenarnya ada peluang untuk memaksimalkan penerimaan daerah namun seringkali tidak dilakukan. Pelaksanaan anggaraan Secara umum, pelaksanaan kegiatan dilalukan mulai Januari, namun pada prakteknya, kegiatan-kegiatan mulai dilaksanakan di bulan Maret. Bahkan seringkali hingga bulan Oktober penyerapan anggaran masih di bawah 50%. Artinya kegiatan-kegiatan bertumpuk di akhir tahun sehingga hasilnya tidak maksimal. Alokasi anggaran yang tidak sesuai dengan amanat UU Misalnya alokasi untuk kesehatan dan pendidikan
Adapun solusi dari permasalah tersebut diantara nya ialah :
- Merubah cara pandang khususnya terkait penerimaan Negara/ daerah. Dalam hal ini, pentargetan penerimaan dihitung secara lebih cermat dengan mempertimbangkan laporan keuangan sebelumnya serta rekomendasi dari pemeriksa terkait kebocoran sector penerimaan Negara. - Perencanaan anggaran dilaksanakan secara lebih cermat. Kegiatan dijadwalkan dengan memperhatikan waktu sehingga penyerapan anggaran dapat maksimal. - Ketegasan dan komitmen dari pemerintah serta pengawas untuk patuh dan taat pada amanat UU
Sumber : https://www.menpan.go.id/site/reformasi-birokrasi/tingkat-penilaian-akip-rating &