Anda di halaman 1dari 6

APRIL MOP II

Kulirik lagi arlojiku. Pukul 12.45 menit. Seharusnya ia sudah keluar dari kelas sekarang. Apa yang
menahannya?

Kalian sudah tahu aku kan? Aku Gulf Kanawut dari kelas 12B. Saat ini aku sedang menunggu
seseorang didepan kelasnya. 12A. Seseorang yang aku sukai. Seseorang yang baru saja menyatakan
perasaannya padaku, tapi aku malah mempermalukannya.

Namanya adalah Mew Suppasit.

Saat ini adalah tanggal 1 April. Hari pertama Ujian Kelulusan di sekolah kami. Dan juga
merupakan hari perayaan April Mop.

Aku menyukai Mew, sejak pertama kali aku melihatnya. Tapi aku belum pernah berbicara
padanya sekalipun. Karna aku tidak berani. Dia terlalu tampan dan sangat populer. Banyak wanita dari
kelasku yang sering membicarakannya. Selain itu, ia juga tidak pernah berusaha berbicara padaku. Itulah
kenapa aku juga diam saja.

Aku tidak pernah memberitahu siapapun kalau aku penyuka sesama jenis. Jadi tidak ada yang
tahu. Meskipun begitu, ibuku sepertinya sudah curiga karna aku tidak pernah memperkenalkan satu
gadispun padanya.

Itu juga alasan kenapa aku malu menerima pernyataan cintanya. Aku takut orang-orang akan
menghinaku karna aku Gay. Aku tahu, aku sangat egois kan? Itulah kenapa aku berdiri disini sekarang
seperti orang idiot. Menunggu Mew. Untuk meminta maaf padanya. Dan aku juga ingin meluruskan
sesuatu dengannya. Sesuatu tentang hubungan kami tentunya.

Setelah beberapa saat, seorang Guru keluar dari Kelas 12A. Diikuti oleh beberapa siswa.
Kuperhatikan mereka satu persatu. Mencari wajah Mew. Tapi hingga gerombolan siswa itu habis pun,
aku tidak melihat Mew. Kemana dia?

Kuhela nafasku lalu memutuskan untuk melirik kedalam kelas. Namun kepalaku menubruk
sesuatu ketika aku baru saja akan melongokkan kepalaku ke dalam kelas.
“Aduh!” Pekikku dan refleks mengusap kepalaku.

“Ngapain kamu disini?”

Itu Mew!

Aku segera menatapnya, wajahnya yang tampan terlihat malas menatapku.

“Nungguin kamu.”

“Buat apa? Mau memperlakukanku lagi ya?” Ia bertanya dengan sinis. Hatiku mencelos
mendengarnya. “Silahkan saja, aku gak perduli.” Lalu ia mulai berjalan meninggalkanku.

Aku menghela nafas. Aku tudak bisa menyalahkan Mew. Karna itu sepenuhnya adalah salahku.
Aku berlari menyusulnya.

“Ngapain ngikutin aku? Kamu beneran belum puas bikin aku malu?” Mew masih saja bertanya
dengan nada dingin. Hatiku seperti teriris mendengarnya.

“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” Aku berusaha mengimbangi langkahnya yang lebar. Ia
berjalan terburu-buru. Aku tidak ingin berfikir ia berjalan dengan cepat untuk menghindariku karna
rasanya sangat menyakitkan hanya dengan memikirkannya. Tidakkah ia tahu bahwa aku sungguh sangat
menyesal?

“Ngomong apa?”

“Kamu beneran suka sama aku?” Aku bertanya terus-terang meskipun aku sebenernya sangat
malu. Aku melakukannya karna aku tahu saat ini Mew pastinya sedang tidak ingin bertele-tele.

“Gak usah terlalu dipikirin.”


“Tapi...”

“Aku niatnya mau bilang April Mop. Tapi kamu udah bilang gitu duluan.” Lanjut Mew memotong
ucapanku. Kami berjalan melintasi lapangan sekolah. Tidak banyak siswa yang terlihat. Tapi aku yakin
mereka menatap ke arah kami. Biarkan saja. Toh, dua orang pria berjalan bersama saat pulang sekolah
tidak mencurigakan, bukan?

“Jadi kamu gak beneran suka ke aku?” Tanyaku. Entah dia mendengarnya atau tidak, tapi aku
merasakan kekecewaanku mengalir saat mengatakan itu.

“Gak.” Jawabnya singkat. Dan langkahku terhenti. Namun dia terus berjalan selama beberapa
langkah hingga ia kahirnya mencapai gerbang sekolah. Beberapa siswa masih terlihat menunggu
jemputan mereka disana.

Jadi, ada baiknya aku mengatakan April Mop saat dia mengatakan bahwa ia menyukaiku tadi.
Karna jika tidak, bisa-bisa aku yang mati kutu. Tapi kenapa dadaku terasa sesak? Mataku memanas
padahal aku tidak kelilipan. Rasanya airmata akan segera mengalir.

“Kenapa kamu?”

Aku mendongak dan melihat Mew berbalik menatapku dari gerbang.

Kugelengkan kepalaku lalu berjalan menghampirinya. “Gak apa-apa. Mungkin cuman kelilipan.”
Aku bohong. Aku segera mengusap mataku untuk menghilangkan airmata yang menumpuk disana.

“Kamu beneran suka sama aku?” Mew tiba-tiba bertanya. Wajahnya tampak lebih cerah dari
sebelumnya. Kenapa?

Kugelengkan kepalaku. Aku bohong tentu saja. “Lupain aja. Toh kamu gak beneran suka ke aku.”

“Kamu beneran?” Mew bertanya lagi.


“Kenapa emang?”

“Aku gak percaya aja. Soalnya ini masih April Mop. Aku takut kamu bilang gitu lagi.” Sepertinya
Mew trauma aku mengerjainya.

“Aku beneran suka kamu. Aku suka dari dulu. Tapi kamu gak pernah ngelirik aku sekalipun.”
Semburku padanya sambil cemberut. Pipiku memanas dan aku yakin warnanya merah saat ini. kuharap
tidak ada yang memperhatikan.

“Buktiin.”

“Apa?”

“Buktiin kalo kamu beneran suka sama aku.” Mew memperjelas maksud perkataannya.

“Gimana caranya?” Aku tidak mengerti jalan pikiran Mew.

“Bilang kalo kamu cinta aku. Bilang keras-keras.”

Aku membelalak. Rasanya mataku akan segera keluar dari rongganya. “KAMU GILA YA?! Kamu
mau dibilang Gay sama orang-orang?!”

“Aku gak masalah tuh. Keluargaku udah pada tau kalo aku suka cowok.” Mew tersenyum simpul.
“Kalo kamu gak berani bilang gitu, berarti kamu gak beneran suka sama aku.” Mew tersenyum angkuh
lalu berbalik berjalan meninggalkanku.

Dan sekarang aku dilemma. Apa yang harus kulakukan? Aku menyukainya. Aku ingin menjadi
pacarnya. Tapi yang benar saja?! Apa aku harus berteriak mengatakan bahwa aku menyukainya? Itu gila!
Otakku menentang keras hal itu. Tapi hatiku mengernyit sakit melihat Mew berjalan meninggalkanku.
Dan pada akhirnya, hatiku menang. Aku tidak bisa mengendalikan diriku yang mulai berteriak seperti
orang gila.
“AKU MENYUKAIMU, MEW! KAU DENGAR AKU? AKU MENYUKAIMU!”

Daann... alhasil semua mata segera tertuju padaku. Para siswa yang masih menunggu jemputan
menatapku dan Mew bergantian.

Mew berbalik ke arahku. Ia menatapku dengan senyuman yang belum pernah kulihat
sebelumnya. Senyum bahagia yang menambah aura ketampanannya. Ia berjalan ke arahku dengan
perlahan.

“Katakan sekali lagi.” Bisiknya ketika ia sudah berada tepat dihadapanku.

Jantungku berdetak dengan cepat sehingga rasanya akan meledak. Wajahku benar-benar panas.
Aku sampai khawatir aku terkena demam dadakan. Aku juga mengkhawatirkan apa yang akan dikatakan
orang-orang ini nantinya? Mereka pasti akan menghina kami habis-habisan. Tapi tanpa diduga, yang
mereka katakan adalah:

“Cium... cium.. cium...”

Apa ini? Mereka meminta kami berciuman? Yang benar saja?! Aku sangat malu sampai rasanya
akan mati! Aku ingin kabur dari sini secepatnya.

Dan aku tau caranya. Aku harus melakukannya. Maafkan aku Mew.

“APRIL MOP!” Aku berteriak lagi. Dan seketika, senyum di wajah Mew hilang. Sorakan para
siswa itu juga hilang.

“April Mop.” Ujarku sekali lagi. Lalu aku berlari sambil tertawa untuk menyembunyikan rasa
maluku. Dan semua orang tertawa. Semuanya ikut tertawa kecuali satu, Mew.

Ia berteriak padaku, "Awas saja Gulf, aku akan membalasmu! Kau dengar itu? Aku bersumpah akan
membalasmu!"
Aku sebenarnya menyesal, tapi aku tak punya pilihan. Biarlah, nanti aku akan mencari cara
untuk minta maaf dan memperbaiki semuanya.

End.
April 23, 2020.

Anda mungkin juga menyukai