Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

2.1.1 Definisi

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan

normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan

lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo,

2012).

Kehamilan adalah proses pertemuan dan persenyawaan

antara spermatozoa (sel mani) dengan sel telur (ovum) yang

menghasilkan zigot dan berakhir sampai permulaan persalinan

(Maritalia dkk, 2012).

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin

intrauterin mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan

(Dewi, 2011). Periode kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yang

masing-masing terdiri dari 13 minggu, atau 3 bulan menurut

hitungan kalender. Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang

mempertimbangkan bahwa lama kehamilan kurang lebih 280 hari,

40 minggu, atau 9 bulan sejak hari pertama haid terakhir (HPHT).

Trimester pertama secara umum dipertimbangkan berlangsung

pada minggu pertama hingga ke- 12 (12 minggu), trimester kedua

pada minggu ke-13 hingga ke- 27 (15 minggu), dan trimester ketiga

9
10

pada minggu ke- 28 hingga ke- 40 (13 minggu) (Maritalia dkk,

2012).

2.1.2 Perubahan Anatomi dan Fisiologi Kehamilan

Perubahan yang dapat terjadi pada wanita hamil ialah antar

lain sebagai berikut :

1. Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi dan

melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa

untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan

pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu

setelah persalinan. Pada wanita tidak hamil uterus mempunyai

berat 70 gr dan kapasitas 10 ml atau kurang Selama kehamilan,

uterus akan bertambah menjadi suatu organ yang mampu

menampung janin, plasenta, dan cairan amnion. Pengukuran

TFU dengan menggukan pita sentimeter diukur dari tepi atas

simfisis hingga fundus uteri (Saifuddin, 2010).

2. Serviks Uteri

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih

lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan

vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks,

bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada

kelenjar-kelenjar serviks (Prawirohardjo, 2012).


11

3. Vagina dan Vulva

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan

hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan

vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan

yang dikenal dengan tanda chedwick. Perubahan ini meliputi

penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan

hipertrofi dari sel-sel otot polos (Prawirohardjo, 2012).

4. Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus

luteum yang dapat di ovarium. Folikel ini akan berfungsi

maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu

akan berperan sebagai penghasil progesteron dalam jumlah

yang relatif minimal (Prawirohardjo, 2012).

5. Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna

menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan

mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal

dengan nama strie gravidarum. Pada multipara selain strie

kemerahan itu seringkali garis bewarna perak berkilau yang

merupakan sikatrik dan strie sebelumnya (Prawirohardjo, 2012)


12

6. Mammae

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan

payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua

payudara akan bertambah ukurannya dengan vena-vena di

bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih

besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama suatu

cairan berwarna kekuningan disebut kolostrum dapat keluar

(Prawirohardjo, 2012).

7. Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama

kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara,

volume darah dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama

kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg.

a) Indeks masa tubuh (IMT) dan Berat badan Cara yang dipakai

untuk menentukan berat badan menurut tinggi badan adalah

dengan menggunakan indeks massa tubuh dengan rumus

berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2.

Tabel 2.1
Kisaran penambahan berat badan yang dianjurkan pada
gestasi janin tunggal berdasarkan IMT prahamil

Katagori IMT KG
Rendah <19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas >29 <7
13

Penambahan berat badan pada tabel diatas yang

dianjurkan oleh Institute of Medicine (IOM) tahun 1990

menurut kategori IMT prahamil. American Academy of

Pediatrics dan American College of Obstetricians and

Gynecologist tahun 2007, menguatkan anjuran ini. Apabila

nilai IMT dengan kategori rendah akan mengakibatkan bayi

baru lahir rendah (BBLR), pertumbuhan janin terhambat

(PJT), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak

bayi, serta peningkatan resiko kesakitan dan kematian

sedangkan dengan kategori obesitas kemungkinan akan

menyebabkan hipertensi gestasional dan makrosomia

(Cunningham, dkk. 2013).

b) Sistem Kardiovaskuler

Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan

perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskuler

sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung.

Antara minggu ke-10 dan ke-20 terjadi peningkatan volume

plasma sehingga juga terjadi peningkatan preload

(Prawirohardjo, 2012).

c) Traktus Digestivus

Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan

usus akan tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya

seperti apendiks yang akan bergeser ke arah atas dan


14

lateral. Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan

mortilitas otot polos pada traktus digestivus dan penurunan

sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung sehingga

akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang

disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah

sebagai akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya

sfingter esofagus bagian bawah. Mual terjadi akibat

penurunan asam hidroklorid dan penurunan mortilitas, serta

konstipasi sebagai akibat penurunan mortilitas usus besar

(Prawirohardjo, 2012)

d) Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing

tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga timbul

sering kencing. Kedaan ini akan hilang dengan makin tuanya

kehamilan, akan tetapi akan muncul kembali setelah kepala

janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul karena

kandung kencing mulai tertekan kembali (Prawirohardjo,

2012).

2.2 Senam Hamil

2.2.1 Definisi

Senam hamil merupakan bentuk aktivitas fisik yang

bermanfaat karena mengembangkan otot tubuh, meningkatkan

elastisitas otot panggul dan ligamentum serta menurunkan kejadian


15

perdarahan selama dan sesudah bersalin serta dapat menurunkan

kejadian fetal distress. Senam juga merupakan bentuk metode

koping yang dapat menghindarkan terjadinya stress fisik akibat

kehamilan, seperti mengurangi kram kaki, dan punggung,

meningkatkan kemampuan ibu untuk adaptasi dengan adanya

perubahan pada tubuhnya. Oleh karenanya American College of

Obstetricans and Gynecologist (ACOG) merekomendasikan senam

sebagai upaya preventif pada ibu agar proses kahamilan dan

persalinan berjalan secara alamiah (Widyawati, 2013)

Senam hamil merupakan senam yang dilakukan untuk

mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat dimanfaatkan

untuk berfungsi secara optimal dalam persalinan normal. Senam

hamil adalah latihan fisik berupa beberapa gerakan tertentu yang

dilakukan khusus untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil, yang

meliputi latihan pendahuluan, latihan inti serta latihan penenangan

dan relaksasi (Elizawarda, 2012)

Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk

mempersiapkan ibu hamil,secara fisik atau mental, pada persalinan

cepat, aman dan spontan. Ibu hamil sangat dianjurkan untuk

melakukan senam hamil, karena bermanfaat untuk melatih teknik

pernapasan, memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot

dinding perut, melatih relaksasi sempurna untuk mengatasi


16

ketegangan atau rasa sakit serta dapat menjaga kesehatan tubuh

dan janin yang dikandung secara optimal (Yulaikhah, 2010)

Senam hamil adalah suatu terapi latihan gerak untuk

mempersiapkan seorang ibu hamil baik fisik maupun mental pada

persalinan yang cepat,aman dan spontan. Latihan yang dilakukan

selama kehamilan akan menolong ibu dalam menghadapi stres dan

kecemasan. Inti dari senam hamil sendiri adalah melatih

pernapasan menjelang persalinan. Sehingga pada saat detik-detik

kelahiran si bayi, sang ibu bisa rileks dan menguasai keadaan.

Senam hamil biasanya dimulai saat kehamilan memasuki trimester

ketiga, yaitu sekitar usia kehamilan 28-40 minggu (Widyawati, 2013)

Tiga komponen inti dari senam hamil adalah latihan

pernafasan, latihanpenguatan dan peregangan otot, serta latihan

relaksasi. Saat ibu hamil melakukan latihan pernafasan khususnya

pernafasan dalam, mereka merasakan nafasnya menjadi lebih

teratur, ringan, tidak tergesa-gesa dan panjang. Latihan pernafasan

akan membuka lebih banyak ruangan yang dapat dipakai dalam

paru-paru sehingga kapasitas total paru-paru akan meningkat dan

volume residu paru-paru akan menurun, serta melatih otot-otot

sekeliling paru-paru untuk bekerja dengan baik. Disamping itu,

latihan penguatan dan peregangan otot juga berdampak pada

berkurangnya ketegangan ibu hamil (Husin, 2013)


17

2.2.2 Manfaat Senam Hamil

Indriarti (2012) menjelaskan secara umum senam hamil

memiliki lima tujuan penting, antara lain :

a. Senam hamil dilakukan agar ibu hamil menguasai teknik

pernapasan dengan baik. Latihan pernapasan sangat bermanfaat

untuk memperlancar suplai oksigen pada janin ibu.

b. Ibu hamil yang rajin mengikuti senam hamil otot-otot dindingnya

semakin kuat, sehingga elastisitas otot-otot dinding perut juga

dapat dipertahankan. Hal tersebut dapat mencegah dan

mengatasi keluhan nyeri daerah bokong serta nyeri di daerah

perut bagian bawah dan keluhan wasir.

c. Ibu hamil akan terlatih untuk melakukan relaksasi sempurna.

Kemampuan relaksasi sempurna tersebut dapat dilakukan

dengan berlatih secara rutin bagaimana cara berkonsentrasi dan

berelaksasi dengan benar.Relaksasi ini diperlukan untuk

mengatasi ketegangan atau rasa sakit karena proses persalinan.

d. Ibu hamil yang rajin megikuti senam hamil akan menjadi terlatih

ketika melakukan sikap tubuh yang baik dan benar selama

menjalani kehamilan. Sikap tubuh yang baik tersebut akan

membantu ibu dalam mengurangi keluhan yang timbul akibat

perubahan bentuk tubuh.


18

e. Ibu hamil dapat menjalani proses kelahiranya dengan lancar dan

aman tanpa berbagai kesulitan yang berarti. Sehingga ibu dan

bayi tetap sehat setelah persalinan.

f. mampu memperpendek lama persalinan, terutama saat

memasuki kala I dan kala II / saat ibu mengalami pembukaan

lengkap saat persalinan (May et al., 2016)

2.2.3 Syarat Mengikuti Senam Hamil

Syarat yang harus dipenuhi ibu dalam melakukan senam hamil

antara lain sebelum melakukan latihan harus dilakukan

pemeriksaan kesehatan dan meminta nasihat dokter atau bidan,

latihan baru dapat dilakukan setelah umur kehamilan 22 minggu,

latihan harus dilakukan secara teratur dan disiplin dalam batas-

batas kemampuan fisik ibu serta latihan sebaiknya dilakukan

dirumah sakit atau klinik bersalin dibawah pimpinan instruktur

senam hamil.

Menurut Syafei (2011) dalam melakukan senam hamil

diperlukan juga tempat untuk melakukan latihan tersebut, adapun

syarat dari tempat latihan tersebut adalah ruangan cukup luas,

udara segar, terang dan bersih, lantai ditutup karpet agar aman,

tidak lembab dan cukup hangat, dinding ruangan dalam dilapis

cermin secukupnya agar membantu ibu untuk konsentrasi dan

memberi kesempatan untuk mengkoreksi gerakannya sendiri, alat

dan perkakas di dalam ruangan dipilih yang berwarna muda untuk


19

member suasana tenang ada iringan/ alunan musik lembut (musik

klasik) untuk mengurangi ketegangan emosi.

2.2.4 Kontra indikasi

Kontra indikasi senam hamil antara lain kelainan jantung,

tromboflebitis, emboli paru, rentan terhadap kelahiran prematur,

perdarahan pervaginam serta terdapat tanda kelainan janin.

Bard (2014) menjelaskan bahwa senamhamil tidak boleh

dilakukan pada kondisi medis antara lain hipertensi kronis,

lemahnya leher rahim, perdarahan pervaginam, penyakit jantung,

penyakit kelenjar tiroid aktif serta gangguan peredaran darah.

Indivara (2013) menjelaskan ada beberapa kontraindikasi

senam hami lyang harus diperhatikan, antara lain : kontra indikasi

absolut atau mutlak : bila seorang wanita hamil mempunyai

penyakit jantung, penyakit paru, serviks inkompeten, kehamilan

kembar, riwayat perdarahan pervaginam pada trimester II dan III,

kelainan letak plasenta seperti plasenta previa, preeklamsi maupun

hipertensi: kontra indikasi relatif : bila seorang ibu hamil menderita

anemia berat, irama jantung tidak teratur, paru bronchitis

kronis,riwayat diabetes mellitus, obesitas, terlalu kurus, penyakit

dengan riwayat operasi tulang ortopedi, dan perokok berat.


20

2.2.5 Tahapan Senam Hamil

Menurut Widyawati (2013) tahap-tahap senam hamil yaitu :

a. Latihan I

Gambar 2.1 Sikap dan gerakan latihan 1

1) Duduk relaks dan badan ditopang tangan di belakang

2) Kaki dilurus kandengan sedikit terbuka

3) Gerakan latihan-Kaki kanan dan kiri digerakkan ke depan dan

belakang-persendian kaki diputar melingkar ke dalam dan

keluar-Bokong diangkat dengan bantuan kedua tangan dan

ujung telapak kaki apabila memungkinkan-otot dinding perut

dikembangkan dan dikempiskan otot anus dikerutkan dan

kendurkan

4) Gerakan inidilakukan sedikitnya 8-10 kali setiap gerakan

b. Latihan II

Gambar 2.2
Sikap dan gerakan latihan II (latihan otot dasar panggul)
21

1) Sikap duduk tegak dengan badan disangga oleh tangan di

belakang badan.

2) Kedua tungkai bawah lurus dalam posisi rapat

3) Tujuan latihan-Melatih otot dasar panggul agar dapat berfungsi

optimal saat persalinan-meningkatkan peredaran darah ke alat

kelamin bagian dalam sehingga sirkulasi menuju plasenta

makin sempurna

4) Bentuk latihan-Tungkai kanan ditempatkan di atas tungkai

bawah kiri, silih berganti-otot dinding perut bagian bawah

dikembangkan dan kempiskan. Otot anus dikerutkan dan

kendurkan gerakan ini dilakukan setidaknya 8-10 kali.

c. Latihan III

1) Sikap duduk dengan badan disangga kedua tangan di

belakang,tungkai bawah dirapatkan.

2) Tidur terlentang dengan kedua kaki merapat.

3) Tujuan Latihan

a) Memperkuat otot dinding perut sehingga dapat berfungsi

saatpersalinan

b) Meningkatkan sirkulasi darah menuju kelamin bawah sehingga

darah menuju janin dapat ditingkatkan.

4) Bentuk latihan

a) Pada sikap duduk,tungkai bawah diangkatsilih berganti keatas

dengan tinggi semaksimal mungkin.


22

b) Sikap tidur dengan kedua tangan dapat di samping tetapi lebih

baik di bawah kepala.

c) Tungkai bawahdiangkat silih berganti kanan dan kiri dengan

tinggi semaksimal mungkin

d) Latihan ini dilakukan sedikitnya 8-10 kali

d. Latihan IV

Gambar 2.3
Sikap dan gerakan latihan IV (latihan otot perut) Latihan otot perut
1) Sikap duduk bersila dengan tegak

2) Tangan di atas bahu sedangkan siku di samping badan

3) Tujuan latihan melatih otot perut bagian atas dan meningkatkan

kemampuan

4) Bentuk latihan-Lengan diletakkan di depan kepala lengan diputar

ke atas dan ke samping, ke belakang dan selanjutnya kembali ke

depan tubuh (dada). Latihan dilakukan sedikitnya 8-10 kali

e. Latihan V

1) Sikap duduk bersila dengan tumit berdekatan satu sama lain

2) Badan sedikit rileks dan paha lemas


23

3) Kedua tangan di persendian lutut

4) Tujuan latihan melatih otot punggung agar berfungsi dengan baik,

meningkatkan peredaran darah ke alat kelamin bagian dalam

melatih agar persendian tulang punggung tidak kaku

5) Bentuk latihan persendian lutut ditekan dengan berat badan

sebanyak 20 kali-Badan diturunkan ke depan semaksimal mungkin

f. Latihan VI

Gambar 2.4 Sikap dan gerakan latihan VI

1) Sikap latihan tidur di atas tempat tidur datar

2) Tangan ditempatkan di samping badan

3) Tungkai bawah ditekuk pada persendian lutut dengan sudut

tungkai bawah bagian bawah sekitar 80-90 derajat

4) Tujuan latihan melatih persendian tulang punggung bagian atas

melatih otot perut dan otot tulang belakang

5) Bentuk latihan:

a) Badan diangkat dengan topangan pada ujung telapak kedua

kaki dan bahu


24

b) Selama mungkin dipertahankan diposisi atas dan selanjutnya

turunkan perlahan

g. Latihan VII

1) Sikap tidur terlentang di tempat tidur mendatar

2) Badan seluruhnya rileks

3) Tangan dan tungkai bawah lurus dengan rileks

4) Tujuan latihan

a) Melatih persendian tulang punggung dan pinggul

b) Meningkatkan peredaran darah menuju alat kelamin dalam

c) Meningkatkan peredaran darah menuju janin melalui plasenta

5) Bentuk latihan

a) Badan dilemaskan pada tempat tidur

b) Tangan dan tungkai bawah membujur lurus

c) Pinggul diangkat ke kanan dan ke kiri sambil melatih otot liang

anus

d) Otot bagian bawah dikembang kempiskan

e) Latihan ini dilakukan sedikitnya 10-15 kali


25

h. Latihan Pernafasan

Gambar 2.5 latihan pernafasan diafragma

1) Sikap tubuh tidur terlentang di tempat tidur yang datar

2) Kedua tangan di samping badan dan tungkai bawah ditekuk pada

lutut dan santai

3) Satu tangan diletakkan diatas perut

4) Tujuan latihan:

a) Meningkatkan penerimaan konsumsi oksigen ibu dan janin

b) Menghilangkan rasa takut dan tertekan

c) Mengurangi nyeri saat kontraksi

5) Bentuk latihan:

a) Tarik napas perlahan dari hidung serta pertahankan dalam

beberapa saat

b) Bersamaan dengan tarikan napas tersebut, tangan yang berada

diatas perut ikut serta diangkat mencapai kepala

c) Keluarkan napas melalui mulut perlahan

d) Tangan yang diangkat ikut serta diturunkan


26

e) Gerakan latihan ini dilakukan 8-10 kali dengan tangan silih

berganti

6) Bentuk gerakan lain

a) Tangan yang berada di atas perut dibiarkan mengikuti gerak

saat dilakukan tarikan dan saat mengeluarkannya

b) Tangan tersebut seolah-olah memberikan pemberat pada perut

untuk memperkuat diafragma.

i. Latihan Relaksasi

Latihan relaksasi dapat dilakukan bersamaan dengan latihan

otot tulang belakang, otot dinding perut dan otot liang anus atau

sama sekali relaksasi total.

Gambar 2.6 Bentuk latihan kombinasi

Bentuk latihan kombinasi

a) Sikap tubuh seperti merangkak

b) Bersikap tenang dan rileks

c) Badan disangga pada persendian bahu dan tulang paha

d) Tujuan latihan kombinasi:


27

1) Melatih dan melemaskan persendian pinggul dan persendian

tulang paha

2) Melatih otot tulang belakang, otot dinding perut dan otot liang

anus

j. Latihan Relaksasi dengan Posisi Duduk Telungkup

Gambar 2.7 latihan relaksasi dengan duduk telungkup

Bentuk latihan relaksasi dengan duduk telungkup

1) Sikap tubuh duduk menghadap sandaran kursi

2) Keduatangan di sandaran kursi

3) Kepala diletakkan di atas tangan

4) Tujuan relaksasi:

a) Meningkatkan ketenangan

b) Mengurangi pengaruh yang berasal dari luar

c) Mengendalikan dan mengurangi rasa nyeri

d) Latihan ini dapat dilakukan pada kala pertama (masa pembukaan

pada prosespersalinan) sehingga mengurangi nyeri


28

5) Bentuk latihan:

a) Tarik napas dalam dan perlahan

b) Dilakukan pada kala pertama

k. Bentuk Latihan Relaksasi Lain

Gambar 2.8 Bentuk latihan Relaksasi Lain

l. Latihan Menurukan dan Memasukkan Kepala Janin ke PAP

Pada primigravida, kepala janin sudah turun dan masuk pintu

atas panggul (PAP) saat minggu ke-36 akibat mengencangnya otot

dinding perut ibu hamil, tarikan kuat ligamentum yang menyangga

rahim, bentuk kepala janin sesuai dengan pintu atas panggul, gaya

berat kepala janin, terjadinya BraxtonHicks dan pada multigravida

kepala masuk menjelang persalinan.

Gambar 2.9 Sikap dan latihan untuk menurunkan


dan memasukkan kepala janin ke PAP
1) Sikap tubuh berdiri tegak dan jongkok
29

2) Berdiri dengan berpegangan pada sandaran tempat tidur atau

kursi dan jongkok

3) Tujuan latihan:

a) Dengan jongkok selama beberapa waktu, diharapkan tulang

panggul melengkung sehingga rahim tertekan

b) Sekat rongga tubuh menekan rahim sehingga kepala janin

dapatmasuk pintu atas panggul

4) Bentuk latihan:

a) Dilakukan dengan berdiri dan jongkok

b) Beberapa saat ditahan sehingga tekanan pada rahim mencapai

maksimal untuk memasukkan kepala janin ke pintu atas

panggul

m.Latihan Koordinasi Persalinan

Gambar 2.10 sikap posisi mengejan

1) Sikap badan dengan dagu diletakkan ke arah dada sampai

menyentuhnya

2) Tulang punggung dilengkungkan

3) Pinggul ditarik ke atas


30

4) Paha ditarik ke arah badan dengan jalan menarik persendian lutut

dengan tangan sampai mencapai siku

5) Badan melengkung sedemikian rupa sehingga terjadi hasil akhir

kekuatan his untuk mengejan.

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu

pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata) (Notoatmojo,

2012).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor-faktor

pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan

pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang

tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti

seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan

rendah pula. Menurut teori WHO (World Health Organization) yang

dikutip oleh Notoatmodjo (2012).


31

Dari beberapa definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa

pengetahuan adalah hasil seseorang untuk mengetahui sesuatu

yang belum diketahuinya melalui pengindraan terhadap suatu objek

tertentu, sehingga mendorong keingintahuan mencari penalaran,

dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur

pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang

diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah

sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi.

2.3.2 Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a. Cara coba salah (Trial and Error)

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang

lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya

mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan

pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat

yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa

terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik


32

berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran

sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu (Wawan dan Dewi,

2010).

d. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular

disebut metode penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh

Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold

van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian

yang dewasa ini dikenal dengan penelitian ilmiah. Contohnya melalui

seminar selain itu bisa melalui media elektronik seperti televisi, koran,

majalah, poster (Wawan dan Dewi, 2010).

2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Notoatmojo (2012), yaitu:

a. Umur

Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam

penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal

yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup


33

seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin

tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau

pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang

diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang

diperoleh dari orang lain.

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan

seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan,

sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses

perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar.

Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah menerima

ide-ide dan teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam

menentukan kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia

dianggap akan memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin

tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas karena

pendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik

yang menjadikan hidup yang berkualitas.

c. Paparan media massa

Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik

maka berbagai ini berbagai informasi dapat diterima oleh

masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media


34

massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki.

Menurut Straubhaar et.al, (2011) media massa adalah suatu

perubahan pada pengetahuan, sikap, emosi atau tingkah laku setiap

individu atau seseorang yang mengkonsumsi media massa yang

dilakukan secara terus menerus. Efek media massa adalah suatu

kesan yang timbul pada pikiran khalayak akibat adanya suatu

proses penyampaian pesan melalui media atau alat-alat komunikasi

mekanis seperti: surat kabar, radio, televisi, video, buku saku, dan

sebagainya

d. Sosial ekonomi (pendapatan)

Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun sekunder

keluarga, status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi

dibanding orang dengan status ekonomi rendah, semakin tinggi

status sosial ekonomi seseorang semakin mudah dalam

mendapatkan pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih

berkualitas

e. Hubungan sosial

Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu

sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model

komunikasi media. Apabila hubungan sosial seseorang dengan

individu baik maka pengetahuan yang dimiliki juga akan bertambah.


35

f. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasanya

diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan

misalnya sering mengikuti organisasi.


36

2.4 Kerangka Teori

Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan ibu 1. Baik a. Baik : 76 – 100%


hamil tentang senam 2. Cukup: 56 – 75%
hamil 3. Kurang: Jika≤55%

Gambar 2.4.1 Kerangka Teori


Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Senam Hamil Di Wilayah
Puskesmas Sungai Raya Dalam Kabupaten Kubu Raya Tahun 2017
Sumber : Notoatmojo (2012), dan Widyawati, (2013)

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep

yang satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti

(Riyanto, 2012). Penelitian ini karakteristik tingkat pengetahuan

berdasarkan usia dan pendidikan kemudian mengetahui tingkat

pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil sebagai berikut :

Pengetahuan ibu hamil tentang


a. Pengertian senam
b. Manfaat senam hamil
c. Syarat mengikuti senam hamil
d. Kontraindikasi senam hamil
e. Tahapan senam hamil

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Senam Hamil Di Wilayah
Puskesmas Sungai Raya Dalam Kabupaten Kubu Raya Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai