Anda di halaman 1dari 5

REVITALISASI PENDIIKAN YANG HUMANIS DAN KRITIS DI

ERA GLOBALISASI

Diusulkan Oleh : Achmad Rifa’i

“Hanya pendiikan yang bisa menyelamatkan masa depan, tanpa pendidikan


Indonesia tak mungkin bertahan.” Kata saya cukil dari Najwa Shihab, bagaiamana dari
peryataan tersebut menunjukan bahwa pentingnya sebuah ranah pendidikan, dalam
kemajuan masa depan. Pendidikan adalah sebuah belati yang selalu mengasah
kecedarsan, mulai dari konteks intelektual sampai konteks perubahan. Dalam berbagai
literatur sejarah banyak mengkisahkan bahwa orang hebat selalu akan lahir dari rahim
pendidikan. Tapi degradasi pada masa depan juga akan dipengaruhi oleh pendidikan
ketika metode itu gagal, maka masa depan Indonesia juga dipertaruhkan. Ketika kita
sedikit mengacu pada kebijakan Mentri Pendidikan dan Kebudayaann Bapak Nadiem
Makarim tentang kurikulum Merdeka Belajar yang mengusung kebebasan dalam
belajar dan berpikir kritis, ini menjadi hal yang menggembirakan untuk pendidikan di
Indonesia karena dengan konsep seperti itu menjadikan pemikiran yang bebas dan
mendalam bagi siswa untuk mengenal sebuah koherensi intelektual.

Kita tahu pada Abad Ke-21 menjadi sebuah ranah globalisasi yang mempunyai
dampak positif dan negatif. Dengan damapk tersebut sebuah globalisasi nantinya akan
diselimutti oleh kompetisi antar Individu, antar negara maupun antar perusahaan yang
tajam. Hak Asasi Manusia (HAM dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) nantinya akan
menjadi isu hangat pada Abad Ke- 21. Bagaimna peran pendidikan pada era globalisasi
seperti ini ?.

PENDIDIKAN YANG HUMANIS DAN KRITIS MENJADI


ORIENTASI YANG TEPAT HARI INI

Revitalisasi Pendidikan yang Humanis dan Kritis menjadi gagasan saya hari ini
karena pendidikan di Indonesia masih terlalu kurang akan sebuah variabel yang jelas
dalam sebuah sistem pendidikan, kita masih meraba-raba mana yang akan menajadi
acuan karena masih terbentur akan sebuah regulasi, kebijakan, asasmen pada pengajar
dan hal-hal yang lainya. Dari hal tersebut harus adanya sebuah revitalisasi pada
pendidikan di Indonesia, karena ketika orientasi kita hanya stagnan pada hal itu saja,
maka pendidikan Indonesia akan berhenti pada sebuah kegagalan. Revitalisasi menjadi
penting karena ketika kita ingin melakukan sebuah kemajuan, kita harus siap dengan
namanya perubahan.

Pendidikan yang Humanis menjadi sebuah impian dari Bapak Pendidikan Ki


Hajar Dewantara bahwa pendidikan dengan orientasinya adalah siswa yang berpusat
pada minat dan kebutuhan dari siswa itu sendiri, dimana pendidikan harus menjadi
tempat berpikir dan belajar secara mengasyikan. Sekolah harus menjadi ruang yang
ramah bukan neraka pada siswanya. Suasana yang harus menyenangkan ditaburi oleh
cinta dan persahabatan. Marwah dari sebuah pendidikan tidak akan pernah pudar ketika
bisa menjadi teman untuk muridnya, yang perlu kita ingat bahwa pembelajaran yang
disiplin itu bukan memainkan sebuah kekearasan sampai membunuh karakter dari
peserta didik. Menyadarkan tanggung jawab siswa dengan kasih sayang akan selalu
diingat oleh siswa dari pada kekerasan. Pendidikan yang Humasi ini akan menjadikan
sebuah kesadaran pada siswa untuk menemukan jati dirinya dan akan memperjuangkan
hak yang adil untuk mendapatkan pendidikan yang sama.

Konsep pendidikan yang kritis adalah bagaimana peserta didik harus


mendapatkan pembelajaran yang dibenturkan oleh realita sosial, dimana sebuah esensi
dari pendidikan adalah mencerdaskan anak bangsa dan nantinya harus dekat dengan
keringat msayarakat, karena peserta didik yang dekat dengan msayarakat akan
mempunyai kesadaran untuk membangun negeri ini dan pastinya nanti akan ada
orientasi hal-hal baru dan inovasi yang kreatif untuk perkembangan bangsa Indonesia.
Karena pendidikan di era globalisai hari ini, tidak ada legitimasi atau pelegalan sistem
dan struktural sosial, dengan adanya pendidikan kritis akan menjadi awal untuk sebuah
transformasi dan perubahan sosial yang lebih baik.
Korelasi anatara pendidikan kritis dan humanis adalah ketika kita ingin
membangun pemikiran yang krtis maka harus adanya dehumanisasi, di butuhkan
sebuah alat untuk memberi diagnosa akan realita sosial di tempat dia berinteraksi.
Disinilah peran pendidikan bermain, dimana pendidikan mengenalkan dirinya sendiri
dengan hakikatnya dan mengenalkan tentang realita sosial hari ini. Dengan begitu akan
tercipta suatu proses kesadaran, agar individu mengnal bagaimana untuk bersikap.

Dengan adanya kesadaran itu nantinya era globalisai tidak akan berpengarus
pada orientasi dan visi pendidikan itu sendiri, karena sudah ada kesadaran dari individu
itu sendiri, Idealisme pada siswa akan tetap terjaga, tidak berpikir prargamtis yang
nantinya dapat menjadikan degradasi moral dan pemikiran oleh siswa tersebut.

Tuban, 15 November 2021

DAFTAR PUSTAKA

Freire, Paulo, 2016. Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: Pustaka LP3ES

Freire, Paulo. 2016. Sekolah Kapitalisasi Yang Licik. Yogyakarta: IRCiSoD


Lampiran-lampiran

Lampiran 1

Biodata Peserta

Nama Achmad Rifa’i


Tempat, tanggal Tuban, 09 November 2021
lahir
Alamat rumah Dusun Mejeruk RT. 04 RW. 04 Desa Bulurejo Kecamatan
Rengel Kabupaten Tuban
Asal Perguruan Universitas Nahdlatul Ulama’ Sunan Giri Bojonegoro
Tinggi
No. HP 0881026462144
E-mail rifaimejeruk@gmail.com
Lampiran 2

LEMBAR ORISINALITAS LOMBA BIKOPEDIA ESSAY COMPETITION


DAN ORASI ILMIAH NASIONAL 2021

Anda mungkin juga menyukai