1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
Untuk menerapkan tata kelola klinis (clinical governance) agar staf medis di
rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan
mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
C. RUANG LINGKUP
Komite medik RS. Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta adalah organisasi non
struktural yang memilik tanggung jawab menjaga pelayanan medis di Rumah sakit
berjalan dengan baik, bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien dengan
cara menjaga dokter yang berpraktek di rumah sakit memiliki komp[etensi yang baik,
menjaga mutu dan memiliki etika dan disiplin yang baik. Jadi ruang alingkup
pelayanan komite medik dapat diringkas hanya menjadi 3 hal yaitu kredensial,
menjaga mutu profesi dokter dan menjaga etik dan disiplin dokter.
2
D. BATASAN OPERASIONAL
Komite Medis tidak menjadi wadah perwakilan staf medis, sehingga tidak
mengatur atau menjadi saluran aspirasi staf medis dari segi administrasi dan
kepegawaian.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Undang undang Rumah sakit pasal 29 ayat (1) butir r, telah ditetapkan
bahwa setiap rumah sakit wajib menyusun dan melaksanakan hospital
bylaws yang dalam penjelasan undang undang tersebut ditetapkan bahwa
setiap rumah sakit wajib melaksanakan tata kelola klinis yang baik. Hal ini
harus dirumuskan oleh setiap rumah sakit dalam peraturan staff medis
rumah sakit (medical staff bylaws)
5. Peraturan Menteri Kesehatan No 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang
Standar Pelayanan Kedokteran
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 755/MENKES/PER/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan komite Medik di Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Kesehatan No 5025/MENKES/PER/IV/2011 tentang
Registrasi dan Perijinan Praktek
8. Peraturan Menteri Kesehatan No 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
9. Pedoman Kredensial dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) di Rumah
Sakit dari Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonsia tahun 2009.
10. Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
JUMLAH
NAMA JABATAN PENDIDIKAN SERTIFIKASI
KEBUTUHAN
Dokter
Ketua Komite Medis Spesialis - 1
Sekretaris Komite Medis Dokter Umum / - 1
Spesialis
Ketua Sub Komite Dokter
Kredensial Spesialis Pelatihan 1
Kredensi
al
Pelatihan Mutu 1
Ketua Sub Komite Mutu Dokter Umum / dan Audit
Spesialis
Medik
Ketua Sub Komite Etik dan Dokter Umum / - 1
Disiplin Spesialis
4
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Standar Fasilitas
Kegiatan Komite Medik di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila didukung
dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai.
a. Ruang Pertemuan
0 Meja dan Kursi
0 Audio visual
0 Telepon
0 Whiteboard
b. Kantor Ketua Komite Medis
0 Meja dan Kursi
0 Lemari Buku
0 Telepon
c. Kantor Adminstrasi Komite Medis
0 Meja dan Kursi
0 Lemari Buku
0 Komputer
0 Printer
0 Telepon
0 Map / folder file
0 Buku Panduan Pelayanan Klinis
0 Daftar Kewenangan Klinis masing-masing KSM
0 Buku-Buku Landasan Hukum
0 Pedoman / Panduan Audit Medik
6
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
7
4.2. HUBUNGAN KOMITE MEDIK DENGAN PENGELOLA RUMAH SAKIT.
Untuk mewujudkan tata kelola klinik yang baik , direktur rumah sakit
bekerjasama dalam hal pengaturan kewenangan melakukan tindakan medis di
rumah sakit . Kerjasama tersebut dalam rekomendasi pemberian kewenangan klinis
untuk melakukan pelayanan medis dan rekomendasi pencabutannya oleh komite
medik.
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
8
o Tersusunnya jenis-jenis kewenangan klinis ( clinical privilege ) bagi
setiap staf medis yqng melakukan pelayanan medis di rumah sakit
sesuai dengan
2. Konsep
a. Konsep Dasar
Setiap staf medis yang bekerja di rumah sakit adalah staf medis yang
benar-benar kompeten. Kompetensi ini meliputi 2 aspek yaitu kompetensi
profesi medis ( terdiri dari pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku profesi )
dan kompetensi fisik dan mental.
3. Mekanisme
9
Mekanisme kredensial adalah tanggungjawab komite medik yang
dilaksanakan oleh subkomite kredensial. Proses kredensial dilaksanakan
dengan semangat keterbukan, adil, objektif sesuai dengan prosedur dan
terdokumentasi.
4. Keanggotaan
Subkomite Kredensial sekurang-kurangnya terdiri atas 3 orang staf medis
yang memiliki surat penugasan klinis ( clinical appointment ) di rumah sakit
tersebut dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda. Pengorganisasiannya
sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota , yang ditetapkan
dan bertanggungjawab kepada ketua komite medik.
10
a. Staf medis mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada direktur
rumah sakit dengan mengisi formulir daftar rincian kewenangan klinis yang
telah disediakan rumah sakit dengan dilengkapai bahan-bahan pendukung
(mis : bukti sertifikat).
11
11. Rekomendasi pemberian kewenangan kloinis dilakukan oleh komite medis
berdasarkan masukan dari subkomite kredensial
12. Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap staf medis yang
mengajukan permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan
klinis ( clinical appointment ), dengan rekomendasi berupa :
0 Kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan.
0 Kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah
0 Kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi
0 Kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu
0 Kewenangan klinis yang bersangkutan diubah / dimodifikasi
0 Kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri
13. Bagi staf medis yang ingin memulihkan kewenangan klinis yang dikurangi
atau menambahkan kewenangan klinis yang dimiliki dapat mengajukan
permohonan kepada komite medis melalui direktur rumah sakit. Selanjutnya
komite medis menyelenggarakan pembinaan profesi antara lain melalui
mekanisme pendampingan (proctoring).
14. Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan rekomendasi
kewenangan klinis :
0 Pendidikan
0 Perizinan (lisensi)
0 Kegaiatn menjaga mutu profesi (mis : Menjadi anggota organisasi profesi)
0 Kualifikasi personal :
Riwayat disiplin dan etik profesi
Keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui
Keadaan sehat jasmanai dan mental
Riwayat keterlibatan dalam tindak kekerasan
0 Pengalaman di bidang keprofesian
0 Riwayat tempat praktek terdahulu
0 Riwayat tuntutan medis oleh pasien selama menjalankan profesi
12
16. Pencabutan, perubahan/modifikasi, dan pemberian kembali kewenangan
klinis dilakukan dengan pertimbangan :
0 Terjadi gangguan kesehatan baik fisik maupun mental
0 Terjadi kecelakaan medis yang diduga karena incompetensi atau
0 Ada tindakan disiplin dari Komite medik
1. Tujuan
13
Tujuan Umum
Menjaga mutu profesi medis semua staf medis yang bekerja di rumah sakit
2. Tujuan Khusus
3. Konsep
4. Keanggotaan.
5. Mekanisme Kerja
a. Audit Medis
14
Audit medis tidak digunakan untuk mencari ada atau tidaknya kesalahan
seorang staf medis dalam satu kasus. Dalam hal terdapat laporan kejadian
dengan dugaan kelalaian seorang staf medis , mekamisme yang digunakan
adalah mekanisme disiplin profesi, bukannya mekanisme audit medis.
Audit medis yang dilakukan rumah sakit adalah kegiatan evaluasi profesi secara
sistemik yang melibatkan mitra bestari yang terdiri dari kegiatan peer-review,
surveillance, dan asesmen terhadap pelayan medik di rumah sakit.
Secara umum , pelaksanaan audit medis harus dapat memenuhi 4 peran penting,
yaitu :
Audit medis dapat dilakukan dengan cara melakukan siklus perbaikan terus
menerus seperti tercantum dibawah ini:
15
Berdasarkan siklus diatas maka langkah-langkah pelaksanaan audit medis
dilaksanakan sebagai berikut :
(1) Sub Komite mutu profesi menentukan pertemuan – pertemuan ilmiah yang
harus dilaksanakan oleh masing – masing kelompok staf medis dengan
pengaturan – pengaturan waktu yang disesuaikan.
16
a. Pertemuan tersebut dapat pula berupa pembahasan kasus tersebut
antara lain meliputi kasus tersebut antara lain meliputi kasus kematian
(death case), kasus sulit, maupun kasus langka.
17
4.5. SUB KOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI.
1. Tujuan.
Subkomite etika dan disiplin profesi pada komite medis di rumah sakit
dibentuk dengan tujuan :
a. Melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhi syarat
(unqualified) dan tidak layak (unfit/unproper) untuk melakukan asuhan
klinis (clinical care)
2. Konsep
18
tidak terkait atau tidak ada hubungannya dengan proses penegakan
disiplin profesi kedokteran di lembaga pemerintah, penegakan etika medis
di organisasi profesi kedokteran di lembaga pemerintah, penegakan etika
medis di organisasi profesi, maupun penegakan hokum.
e. Pengaturan dan penerapan penegakan disiplin profesi bukanlah sebuah
penegakan disiplin kepegawaian yang diatur dalam tata tertib
kepegawaian pada umumnya.
f. Subkomite ini memiliki semangat yang berlandaskan antara lain :
3. Keanggotaan
Sub Komite Etika dan disiplin profesi di rumah sakit terdiri atas sekurang –
kurangnya 3(tiga) orang staf medis yang memiliki surat penugasan klinis (clinical
19
appointment) di rumah sakit tersebut dan berasal dari disiplin profesi sekurang –
kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota, yang ditetapkan oleh dan
bertanggungjawab kepada ketua komite medis.
4. Mekanisme Kerja.
1. 1 (satu) orang subkomite etik disiplin profesi yang memiliki disiplin ilmu
yang berbeda dari yang diperiksa.
2. 2 (dua) orang atau lebih staf medis dari disiplin ilmu yang sama dengan
yang diperiksa dapat berasal dari dalam rumah sakit atau luar rumah
sakit, baik atas permintaan komite medis dengan persetujuan
kepal/direktur rumah sakit atau kepala/direktur rumah sakit terlapor.
Panel tersebut dapat juga melibatkan mitra bestari yang berasal dari luar
rumah sakit. Pengikutsertaan mitra bestari yang berasal dari luar rumah sakit
mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh rumah sakit berdasarkan rekomendasi
komite medis.
6. Sumber Laporan
20
o Pasien atau keluarga pasien
9. Keputusan.
a. Keputusan panel yang dibentuk oleh subkomite etika dan disiplin profesi
diambil berdasarkan suara terbanyak, untuk menentukan ada atau tidak
pelanggaran disiplin profesi kedokteran di rumah sakit.
21
panel baru. Keputusan ini bersifat final dan dilaporkan kepada direksi rumah
sakit melalui komite medis.
a. Peringatan tertulis
c. Bekerja dibawah supervisi dalam waktu tertentu oleh orang yang mempunyai
kewenangan untuk pelayanan medis tersebut
d. Pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) sementara atau
selamanya.
14. Staf medis dapat meminta pertimbangan keputusan etis pada suatu kasus
pengobatan di rumah sakit melalui kelompok profesinya kepada komite medis.
Subkomite etika dan disiplin profesi mengadakan pertemuan pembahasan kasus
22
dengan mengikutsertakan pihak – pihak terkait yang kompeten untuk
memberikan pertimbangan pengambilan keputusan etis tersebut.
DIREKTUR
Komite medis
Sekretaris
23
BAB V
LOGISTIK
PERSEDIAAN JUMLAH
NO
BARANG BARANG
ATK
RUMAH TANGGA
1 Tissue gulung 2
Sabun cair cuci
2 tangan
refiil 1
3 Keset 1
4 Tempat sampah 2
24
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU
25
BAB VII
PENUTUP
Tata kelola klinis yang baik dan hasil akhir keselamatan pasien merupakan
tujuan dari dibentuknya komite medik rumah sakit. Oleh karena itu dengan
dibentuknya Pedoman Pelayanan Komite Medik ini, maka diharapkan
penyelenggaraan komite medis di RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta akan
berjalan dengan baik sesuai harapan..
26