Anda di halaman 1dari 4

1.

Buatlah essai/narasi mengenai tumbuh dan berkembangnya serta dinamika aktivitas perekonomian
pelabuhan-pelabuhan di Jawa (3 wilayah), Sumatera (1 wilayah), dan Nusantara bagian Timur (1 wilayah)!

- Sejak zaman kuno, pelabuhan telah menjadi pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan di seluruh dunia, dan
Indonesia bukanlah pengecualian. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki banyak
pelabuhan yang tersebar di berbagai wilayahnya, yang masing-masing memiliki karakteristik dan dinamika aktivitas
yang unik. Di wilayah Jawa, terdapat beberapa pelabuhan besar seperti Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta,
Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, dan Pelabuhan Tanjung Mas di Semarang. Pelabuhan-pelabuhan ini telah
tumbuh dan berkembang sejak zaman kolonial Belanda, dan kini menjadi pusat kegiatan perdagangan dan logistik
yang vital bagi perekonomian nasional. Selain itu, pelabuhan-pelabuhan di Jawa juga memiliki peran penting dalam
kegiatan ekspor-impor, seperti pengiriman barang-barang pertanian dan manufaktur ke luar negeri. Di Sumatera,
Pelabuhan Belawan di Medan menjadi pusat kegiatan ekonomi di wilayah ini. Pelabuhan ini terletak di pantai timur
Sumatera dan menjadi pintu gerbang utama bagi barang-barang impor ke daerah-daerah di Sumatera Utara. Selain
itu, Pelabuhan Belawan juga merupakan salah satu pelabuhan ekspor terbesar di Sumatera, khususnya untuk produk-
produk pertanian seperti kelapa sawit dan karet. Di wilayah Nusantara bagian Timur, Pelabuhan Ambon menjadi
salah satu pelabuhan terbesar dan paling penting di wilayah ini. Sejak zaman kolonial Belanda, pelabuhan ini telah
menjadi pusat kegiatan perdagangan dan logistik yang penting bagi wilayah Timur Indonesia. Selain itu, Pelabuhan
Ambon juga menjadi titik transit penting bagi kapal-kapal yang berlayar dari Timur Indonesia ke barat, seperti
kapal-kapal yang mengangkut hasil-hasil pertanian dari Maluku ke Sulawesi dan Kalimantan. Dalamtumbuh dan
berkembangnya pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Salah satu
faktornya adalah letak geografis. Pelabuhan-pelabuhan di wilayah Jawa dan Sumatera, misalnya, terletak di daerah
yang strategis dan mudah dijangkau oleh kapal-kapal dari luar negeri, sehingga memudahkan akses ke pasar global.
Di sisi lain, pelabuhan-pelabuhan di wilayah Nusantara bagian Timur terletak lebih jauh dari pasar global, sehingga
lebih bergantung pada pasar lokal. Selain itu, faktor ekonomi juga mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya
pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. Pelabuhan-pelabuhan di Jawa dan Sumatera, misalnya, berkembang pesat karena
keduanya merupakan pusat kegiatan industri dan manufaktur di Indonesia. Di sisi lain, pelabuhanpelabuhan di
wilayah Timur Indonesia lebih bergantung pada hasil-hasil pertanian dan perikanan, yang diangkut melalui
pelabuhan-pelabuhan tersebut untuk dijual ke pasarpasar lokal dan nas ional. Selain faktor letak geografis dan
ekonomi, faktor politik dan sosial juga mempengaruhi dinamika aktivitas perekonomian pelabuhan di Indonesia.
Seiring dengan perubahan politik dan kebijakan ekonomi di Indonesia, pelabuhan-pelabuhan juga mengalami
perubahan dalam dinamika aktivitasnya. Sebagai contoh, pada masa orde baru, Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta
menjadi pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan yang penting, sementara Pelabuhan Belawan di Medan lebih
fokus pada kegiatan ekspor komoditas pertanian. Namun, pada era reformasi, kedua pelabuhan tersebut mengalami
perubahan dalam dinamika aktivitasnya, di mana Pelabuhan Tanjung Priok lebih fokus pada kegiatan ekspor-impor
dan Pelabuhan Belawan mengalami peningkatan dalam kegiatan impor. Dalam era globalisasi, pelabuhan-pelabuhan
di Indonesia juga mengalami perubahan dalam dinamika aktivitasnya, di mana kini semakin banyak pelabuhan yang
fokus pada kegiatan ekspor-impor dan logistik internasional. Selain itu, dengan adanya teknologi dan digitalisasi,
pelabuhanpelabuhan juga mengalami perubahan dalam cara mereka melakukan kegiatan operasional, di mana kini
semakin banyak pelabuhan yang mengadopsi teknologi canggih untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Dalam kesimpulannya, pelabuhan-pelabuhan di Jawa, Sumatera, dan Nusantara bagian Timur memiliki karakteristik
dan dinamika aktivitas yang berbeda-beda. Faktor letak geografis, ekonomi, politik, dan sosial mempengaruhi
tumbuh dan berkembangnya pelabuhan-pelabuhan tersebut. Dalam era globalisasi, pelabuhan-pelabuhan di
Indonesia semakin mengarah pada kegiatan eksporimpor dan logistik internasional, dengan mengadopsi teknologi
canggih untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

2. Buatlah essai/narasi mengenai kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh para Gubernur
Jenderal (Daendels, Raffles, dan van der Cappelen), dampak dari kebijakan yang dibuat oleh mereka dan
bagaimana keadaan masyarakat Hindia Belanda pada saat itu di Nusantara setelah keruntuhan VOC!
# gubernur jendral Daendels Daendels lahir di Hattem, Gelderland, Belanda, 21 Oktober 1762. Pada masa
pemerintahannya di Jawa, Daendels dikenal sangat keras kepala, kejam, gigih, berkemauan teguh, dan sering
menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. Itu mengapa ia dikenal dengan sebutan gubernur jenderal
guntur atau gubernur jenderal yang gemuruh. Dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan rakyat, Daendels
membuat kebijakan sebagai berikut: 1) Membentuk Dewan Pengawas Keuangan Negara dan melakukan
pemberantasan korupsi dengan keras.2) Meningkatkan gaji pegawai menjadi lebih baik.3) Mengeluarkan uang
kertas.4) Membuat kebijakan monopoli perdagangan beras. 5) Mengadakan pinjaman paksa kepada orang yang
dianggap mampu. 6) Menjual tanah kepada pihak swasta, seperti di Batavia dan beberapa daerah di Jawa Timur dan
Jawa Barat. 7) Pajak in natura (contingenten) dan sistem penyerahan wajib yang diterapkan pada masa VOC
dilanjutkan, bahkan diperberat. 8) Mengadakan Preanger Stelsel, yakni kewajiban bagi rakyat Priangan dan
sekitarnya untuk menanam tanaman ekspor (kopi). #Dampak positif kebijakan Daendels bagi Indonesia adalah
timbulnya kaum intelek, pembangunan sarana dan prasarana yang telah dibuat pada zaman kolonialisme seperti
jalan raya Anyer - Panarukan, bangunan - bangunan sebagai objek pariwisata, rel - rel kereta api, dan lain-lain.
#Sedangkan dampak negatifnya adalah terjadi keterbelakangan mental, pendidikan, ekonomi, dan menimbulkan
banyak korban karena dipaksa kerja rodi pada saat pembangunan jalan raya Anyer - Panarukan.

# gubernur jendral Raffles , Raffles berkuasa penuh di nusantara. Ia pun segera mengambil langkah-langkah
penting dalam rangka menciptakan suatu sistem yang bebas dari unsur paksaan seperti yang diterapkan oleh VOC
dan Daendels. Salah satu langkah yang diambil Raffles dalam bidang pemerintahan adalah menjadikan para bupati
sebagai pegawai pemerintahan. Prinsip-prinsip pemerintahan Raffles sangat dipengaruhi oleh pengalamannya di
India. kebijakan: 1) Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (Verplichte
Leverantie) sejak zaman VOC yang dianggap memberatkan rakyat. 2) Menetapkan sistem sewa tanah (landrent
system). 3) Pajak dibayarkan kepada kolektor yang dibantu oleh kepala desa tanpa melalui bupati. 4) Petani
diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedangkan pemerintah membuat pasar untuk merangsang
petani menanam tanaman yang paling menguntungkan. 5) Mengadakan monopoli garam dan minuman keras.
Dampak: Dampak kebijakan ekonomi masa Raffles : Negatif : Semakin menderitanya rakyat akibat pajak yang
diterapkan. Positif: Dikenalnya sistem pembayaran dengan uang fisik bagi rakyat sebagai pembayaran pajak.

# gubernur jendral Van der Capellen menjadi gubernur jenderal Hindia-Belanda pada tahun 1816-1826. Salah
satu tugas Gubernur Jenderal van der Capellen adalah mengisi kas negara. kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh
para Gubernur Jenderal van der Cappelen : -Memberikan kebebasan kepada kelompok swasta untuk menanamkan
modalnya di Hindia Belanda, tetapi pengelolaan sumber daya alam tetap dilakukan oleh pemerintah Hindia
Belanda.- Menghapus peran para pejabat lokal.- Menetapkan pajak untuk penduduk pribumi.

Kebijakan van der Capellen kurang berhasil karena rakyat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
sementara beban pajak semakin memberatkan rakyat. Perlawanan-perlawanan pun mulai bermunculan,
salah satunya Perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830). Pemerintah Hindia Belanda terpaksa harus
mengeluarkan biaya untuk menghadapi perlawanan tersebut. Kerajaan Belanda di ambang kebangkrutan dan
pemerintahan van der Capellen dianggap tidak berhasil mengisi kas kerajaan yang semakin menipis. Van der
Capellen digantikan oleh Hendrik Merkus de Kock.

-dampak dari kebijakan yang dibuat oleh mereka

 Monopoli dan penguasaan suatu daerah (koloni) oleh penjajah menyebabkan terjadinya situasi yang tidak
sehat dalam hal perdagangan. *Perekonomian bergeser dari pertanian pangan menjadiindustri perkebunan

 Praktik monopoli perdagangan yang diterapkan oleh voc mengakibatkan mundurnya perdagangan di
nusantara dari kancah perdagangan internasional

 Dalam mengeksploitasi tanah jajahan voc memanfaatkan para penguasa tradisional (menerapkan sistem
indirect rule) dalam penyerahan wajib hasil bumi dan pemungutan (pajak hasil bumi)
 Penerapan sistem tanam paksa menyebabkan rakyat indonesia mengenal jenis tanaman baru. Munculnya
pedagang-pedagang perantara dalam perdagangan internasional yang dipegang oleh orang timur asing.
sedangkan bangsa indonesia hanya sebagai pengecer

 Munculnya kota-kota baru di sekitar perusahaan-perusahaan belanda.

 Dikenalnya sistem ekonomi uang bagi masyarakat Indonesia. Salah satu dampaknya adalah dikenalnya
sistem utang. Sedangkan dalam pengerjaan lahan pertanian, penduduk memulai mengenal pinjaman modal.
Namun mereka harus mengembalikan uang dengan sistem bunga yang memperparah perekonomian

-bagaimana keadaan masyarakat Hindia Belanda pada saat itu di Nusantara setelah keruntuhan VOC!

latar belakang terjadinya pergantian kekuasaan karena VOC bangkrut. Karena itu pada tahun 1800 di Indonesia telah
terjadi pergantian kekuasaan dari tangan VOC ke tangan pemerintah Belanda. Mulai tahun 1800 itu pula Indonesia
dikuasai langsung oleh Pemerintah Belanda, sehingga Indonesia dikenal sebagai Hindia Belanda. Sejak itu kekayaan
atau bahkan hutang-hutang VOC diambil alih oleh Pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda melanjutkan politik
tradisional VOC dengan tujuan memperoleh penghasilan sebagai upeti dan laba perdagangan, semuanya demi
keuntungan Negeri Belanda, dengan cara politik dan administrasi VOC dijalankan suatu sistem pemerintahan tidak
langsung, pembesar-pembesar pribumi tetap mengurusi perkara-perkara pribumi dan agen-agen Belanda dikuasakan
mengawasi tanaman wajib yang hasilnya untuk pasaran Eropa.

3. Buatlah essai/narasi mengenai Tanam Paksa yang dicetuskan oleh Gubernur Jenderal van Den Bosch dari
awal terbentuknya, aturan-aturan yang ditetapkan, penyimpangannya yang terjadi, pelaksanaan tanam
paksa, dan dampaknya bagi masyarakat di Hindia Belanda (penjelasan tidak boleh kurang dari 500 kata!).
Jelaskan pula satu wilayah di Hindia Belanda yang terkena kebijakan tanam paksa tersebut !

- Tanam Paksa di Indonesia Penjelasan mengenai tanam paksa yang di cestuskan oleh jendral van den bosch, 500
kata dan beserta link dari informasi yang diambil Tanam paksa adalah sebuah kebijakan yang diterapkan oleh
Jenderal Van den Bosch pada masa penjajahan Belanda di Indonesia pada abad ke-19. Kebijakan ini dilaksanakan
pada periode 1830-1870 dan diarahkan untuk meningkatkan produksi dan ekspor komoditas pertanian di Indonesia,
khususnya di Jawa. Kebijakan tanam paksa mengharuskan petani Jawa untuk menanam tanaman komoditas tertentu
seperti kopi, the, kapas, tebu dan indigo. Kebijakan ini dijalankan dengan cara memaksa para petani Jawa untuk
menyerahkan sebagian tanah mereka untuk menanam tanaman komoditas tersebut, dan jika petani tidak mengikuti
kebijakan tersebut maka mereka akan dihukum dengan denda atau hukuman lainnya. Dalam kebijakan tanam paksa
ini, para petani Jawa diwajibkan menanam tanaman komoditas tersebut di lahan pertanian mereka dan menyerahkan
hasil panen kepada pihak Belanda dengan harga yang sangat rendah. Selain itu, petani juga diwajibkan membayar
pajak tanah yang cukup besar kepada pihak Belanda. Kebijakan tanam paksa ini sangat merugikan petani Jawa
karena mereka harus bekerja keras dan mengeluarkan biaya yang besar untuk menanam dan merawat tanaman
tersebut, tetapi hasil panen mereka tidak sepenuhnya dapat mereka nikmati sendiri karena harus diserahkan kepada
pihak Belanda. Kebijakan tanam paksa juga menyebabkan kemiskinan dan kelaparan di kalangan petani Jawa karena
mereka tidak lagi dapat menanam tanaman pangan seperti padi dan jagung untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka sendiri. Sebagian besar hasil panen yang mereka dapatkan harus diserahkan kepada pihak Belanda sehingga
mereka tidak memiliki cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Kebijakan tanam
paksa juga menyebabkan banyak petani Jawa kehilangan tanah mereka karena mereka tidak mampu membayar
pajak tanah yang sangat besar yang ditetapkan oleh pihak Belanda. Meskipun kebijakan tanam paksa berhasil
meningkatkan produksi dan ekspor komoditas pertanian di Indonesia, tetapi dampak buruk yang ditimbulkannya
sangat besar bagi rakyat Indonesia khususnya petani Jawa. Kebijakan ini juga menjadi salah satu faktor penting
dalam memperburuk kondisi ekonomi Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
satu wilayah di Hindia Belanda yang terkena kebijakan tanam paksa tersebut

- Tanam Paksa di Pasuruan Sistem Tanam Paksa pasti menghasilkan tekanan-tekanan baru terhadap desa-desa
Pasuruan. Desa sendini menanggapi tekanan-tekanan itu dengan melakukan penyesuaian yang lentur sama seperti
sikap mereka terhadap kekuatan dan kekuasan lebih tinggi yang selalu dikenakan secara tradisional. Rumusan
bahwa tidak boleh ada diutarakan oleh semua pejabat Eropa yang sering campur tangan dalam urusan internal tanah
desa niscaya hampir suaian atas prakarsa sendiri atau atas "anjuran" penguasa lebih tinggi. Seperti disebutkan dalam
laporan statistik Pasuruan tahun 1820, penanam tetap memiliki tanahnya selama tidak ada pem-bagian atau
pemberian tanah lagi. Tebu ditanam pada bidang jalur tanah desa di Pasuruan, tidak setiap tanah petani digunakan,
namun semua penduduk desa bekerja pada tanah yang ditanami tebu ini. Tanam Paksa telah menghancurkan
susunan alami-ah desa di Pasuruan, atau mengakibatkan pemerataan sosial, dengan diterapkannya pola kepemilikan
tanah komunal.

Anda mungkin juga menyukai