Anda di halaman 1dari 2

RESUME KULIAH FILSAFAT

Filsafat Ilmu & Potensi Terapan Di Pelayanan Kedokteran

Nama/NPM/Prodi : Radian Savani / 2206143122 / Pulmonologi

Narasumber : Dr. dr. Rahyussalim, SpOT(K)

Hari/Tanggal/Jam : Selasa/31 Januari 2023/Pkl 10.00-12.00

Filsafat berasal dari kata Philos (Cinta) dan Sophia (Kebijaksanaan), Philoshophos berarti
cinta kepada ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan). Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
alam. Ilmu pengetahuan harus logis dan diterima, sederhana tidak complicated dan bersifat
general.ilmu juga harus bersifat presisi dan mudah dipahami serta didasarkan fakta bukan
khayalan atau fiktif. Semuanya salah berhubungan satu sama lain isi mengisi dan tambah
menambah.

Seorang dokter harus memiliki sifat belas kasih, simpati, tenang, pemikir, bersikap kritis,
mampu menahan diri serta kesadaran bahwa tidak selalu menyembuhkan tapi selalu bersedia
menolong. Seorang dokter harus mawas diri atas keterbatasan pengetahuannya sendiri dan
keilmuan kedokteran masa kini. Sehingga dengan diterapkannya hal ini kita tidak menjanjikan
pasien suatu hal yang pasti. Tetapi tetap dalam praktiknya kita harus tetap memberikan data-data
EBM sehingga pasien mempunyai gambaran terhadap perjalanan penyakit dan rencana
terapinya.

Bahasa pasien biasanya bersifat ekspektasi, sehingga kita harus membatasi ekspektasi
pasien tersebut sesuai dengan keilmuan yang ada. Sehinga pasien tidak merasa dikhianati oleh
dokter tersebut. Tetapi seorang dokter juga harus confident dalam menangani pasiennya sehingga
dokter tersebut meyakini bahwa pasien bisa mendapatkan pelayanan terbaik yang bisa mereka
dapatkan dari dirinya.

Menurut UU No.20 Tahun 2013, semua dokter harus memahami 4 pilar kedokteran,
Biomedik, Kedokteran Komunitas, Kedokteran Klinik, dan Humaniora Kedokteran. Semua ini
digunakan untuk menentukan diagnosis , terapi dan prognosis. Dalam memberikan pelayanan
Kesehatan, porsi 4 pilar ini bisa sama dan bisa berbeda.
Sebagai contoh ada pasien spondylitis TB yang menolak Tindakan operasi, padahal
Tindakan ini dipastikan bisa membantu kelumpuhan pasien tersebut. Bagaimana kita harus
bersikap? Semua ini diawali oleh rasa empati dan simpati kita dalam menyikapinya, apakah kita
menyerah kemudian mengikuti kemauan pasien begitu saja atau berusaha melakukan
pendekatan-pendakatan untuk mempersuasi pasien agar bersedia untuk diambil tindakan.

Paradigma pelayanan kedokteran terdiri dari social dan materialistis. Bisa social murni,
materialistis murni, social parsial dan materalistis parsial. Keputusan ini berdasarkan aspek lain
seperti lingkungan kerja dan aturan yang ada. Hal ini menimbulkan terminology atau istilah
Social Health Care dan Health Care Industry. Ada 5 unsur utama yang membedakan social dan
materialistis ini yaitu subjek, tujuan, pelayanan, skill dan risk management. Unsur-unsur inilah
yang menentukan kecenderungan pelayanan pasien mengarah ke social atau materialistis.

Pelayanan kedokteran bukan hanya berfokus pada pelayanan semata, tetapi ada nilai-nilai
yang tidak bisa dinilai dengan uang atau materi. Terkadang pelayanan yang kita berikan dan
pasien tertolong, itu sudah cukup untuk membuat kita berpuas diri. Semua ini dikarenakan ada
rasa cinta dan rasa selalu ingin menolong.

Anda mungkin juga menyukai