Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN DM


Dosen pembimbing; Ns. Lela Larasati, M.Kep Sp.Kep., Mat

Disusun oleh :
Kelompok 12

1. Fiorentisa Fajrin A (2114401024)


2. Innaya Dyas Pramesty (2114401026)
3. Jarullah Dhenu A (2114401027)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


STIKES RSPAD GATOT SOEBROTO
PRODI D-III KEPERAWATAN
2022/2023

i
ii

KATA PEGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
semua rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar dapat kami selesaikan tepat waktu.

Terima kasih dihanturkan untuk Ibu Ns. Lela Larasati, M.Kep Sp.Kep.,
Mat selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas di STIKes RSPAD
Gatot Soebroto yang membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, dan
terimakasih kepada rekan rekan yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami makalah yang kami buat dapat berguna bagi pembaca.

Tujuan kami menulis makalah ini adalah untuk memenuhi komposisi


nilai tugas pada mata kuliah Keperawatan Anak, dan yang terpenting
penulisan makalah ini bertujuan sebagai bahan pengetahuan bagi para
mahasiswa.

Kami menyadari bahwa susunan dan materi yang kami buat ini banyak
kekuranganya. Untuk itu kami memohon maaf atas kekurangan yang ada di
laporan kami. Segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan
sangat kami nantikan. Semoga apa yang kami tulis dapat bermanfaat dan
Allah SWT senantiasa meridhai kita semua. Aamiin.

Jakarta, 24 Februari 2023

Penulis, Kelompok 12

2
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum..................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus.................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
2.1 DEFINISI KEHAMILAN..................................................................3
2.2 Etiologi....................................................................................................4
2.3 Patofisiologi.............................................................................................6
2.4 Manifestasi Klinik..................................................................................8
2.5 Pemeriksaan penunjang.......................................................................11
2.6 Pathway.................................................................................................12
2.7 Penatalaksanaan...................................................................................13
BAB III.................................................................................................................15
3.1 Pengkajian............................................................................................16
3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................17
3.3 Intervensi..............................................................................................17
3.4 Inplementasi.........................................................................................20
3.5 Evaluasi.................................................................................................20
BAB IV..................................................................................................................21
4.1 Kesimpulan...........................................................................................22
4.2 Saran.....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

iii
iv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kehamilan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu,
banyak ibu hamil dapat melalui proses kehamilannya secara
normal (Prawiharjo, 2018)
Diabetes Melitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan
peningkatan konsentrasi glukosa disertai munculnya gejala utama yang
khas, yaitu urine yang berasa manis dalam jumlah yang besar. Diabetes
menjadi masalah kesehatan utama karena komplikasinya bersifat jangka
pendek dan jangka panjang. Mulai dari ujung rambut hingga ke ujung
kaki. Komplikasi yang mengenai berbagai organ tubuh inilah yang
menjadi perhatian khusus dari WHO maupun dari organisasi diabetes
sedunia untuk melakukan berbagai pencegahan timbulnya penyakit DM
(Natosba, 2016). Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes
Melitus Gestasional (DMG) merupakan intoleransi glukosa pada waktu
kehamilan, pada wanita normal atau yang mempunyai gangguan toleransi
glukosa setelah terminasi kehamilan. Estimasi kasus diabetes mellitus
berdasarkan prevalensi global pada tahun 1995 adalah kira-kira 135 juta
orang manakala projeksinya ke tahun 2025 akan menunjukkan angka
peningkatan yaitu kira-kira 300 juta. Diabetes Melitus dalam kehamilan
terjadi sekitar 4% dari semua kehamilan di Amerika Serikat, dan 3 - 5%
di Inggris (ADA, 2004). Prevalensi Diabetes Melitus Gestasional di
Eropa sekitar 2-6% (Buckley et al, dalam Saldah dkk., 2012). Prevalensi
prediabetes di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 10% sedangkan
prevalensi Diabetes Melitus Gestasional di Indonesia sebesar 1,9% -
3,6% pada kehamilan umumnya. Diperkirakan angka kejadian DM dalam

2
3

kehamilan adalah 0,3-0,7%. Rasio 0,18% di RSCM di Jakarta.


(Syamhudi, 2015)

Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga Diabetes Melitus, prevalensi


Diabetes Gestasional sebesar 5,1%. Diabetes Gestasional di Indonesia
sangat membutuhkan penanganan yang serius melihat jumlah penderita
yang cukup banyak serta dampak yang ditimbulkan pada ibu hamil dan
janin (Sirega, 2022)

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui


tentang diabetes melitus gestasional

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa keperawatan


tentang faktor resiko seseorang ibu hamil untuk mendapat
DMG
2. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang diagnosa
dan pemeriksaan yang harus ditegakkan bagi ibu hamil yang
menderita DMG

v
vi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI KEHAMILAN


Menurut International Federation of Obstetrics and Gynecology ,
kehamilan didefinisikan sebagai pembuahan atau penyatuan sperma dan sel
telur diikuti dengan implantasi ke dalam dinding rahim. Jika dihitung dari saat
pembuahan hingga kelahiran bayi, maka kehamilan normal terjadi dalam
waktu 40 minggu atau 9 bulan dalam kalender internasional atau 10 bulan
dalam hitungaan lunar . (Prawihardjo, 2018)

DEFINISI DIABETES MELITUS GESTASIONAL


Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah gangguan toleransi
glukosa yang pertama kali ditemukan pada saat kehamilan. DMG merupakan
keadaan pada wanita yang sebelumnya belum pernah didiagnosis diabetes
kemudian menunjukkan kadar glukosa tinggi selama kehamilan. (Sirega,
2022). Diabetes melitus gestasional berkaitan erat dengan komplikasi selama
kehamilan seperti meningkatnya kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya
risiko ketonemia, preeklampsia dan infeksi traktus urinaria, serta
meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia, hipoglikemia neonatus, dan
ikterus neonatorum). Efek luaran jangka panjang DMG bagi bayi adalah

2
3

lingkungan intrauterin yang berisiko genetik terhadap obesitas dan atau


diabetes; bagi ibu, DMG merupakan faktor risiko kuat terjadinya diabetes
melitus permanen di kemudian hari. (Djamaluddin, 2020)
Klasifikasi diabetes mellitus dalam kehamilan dibagi menjadi 2 kelas
yaitu A1 dan A2 yang memenuhi kriteria pemeriksaan gula darah puasa dan
gula darah 2 jam postprandial (setelah makan), yang selanjutnya menjadi
dasar terapi. (Sugianto, 2016)

a. Tipe A1: Tes hubungan glukosa oral abnormal (TTGO) tetapi puasa normal
dan 2 jam setelah makan. Tipe A1 adalah jenis diabetes gestasional yang
hanya dapat diobati dengan diet sehat untuk mengontrol kadar gula darah.
b. Tipe A2: TTGO tidak normal diikuti dengan peningkatan abnormal pada
puasa atau setelah makan gula darah. Penatalaksanaan tipe A2 dilakukan
melalui terapi insulin atau obat lain yang diperlukan untuk mengontrol kadar
gula darah.

2.2 ETIOLOGI
a) Penyebab Diabetes Mellitus Gestasional resiko tinggi :
Berdasarkan American Diabetes Association (ADA), seorang dikatakan
berisiko tinggi mengalami diabetes mellitus dalam 24 kehamilan dan
memerlukan pemeriksaan awal sesegera mungkin jika:
1. Obesitas (IMT > 30)
2. Mengalami diabetes karena kehamilan sebelumnya pernah memiliki
riwayat diabetes mellitus gestasional.
3. Adanya glukosa dalam urin
4. Memiliki riwayat diabetes dalam keluarga
5. Disarankan melakukan pemeriksaan awal jika menemukan adanya
kondisi :
6. Adanya riwayat melahirkan bayi makrosomia atau bayi besar > 4 kg.
7. Adanya riwayat bayi lahir mati

vii
viii

8. Ada riwayat bayi lahir dengan kecacatan


9. Ada riwayat tekanan darah tinggi
10. Usia ibu diatas 35 tahun. (Sugianto, 2016)

b) Penyebab diabetes mellitus gestasional resiko rendah :


1. Usia dibawah 25 tahun
2. Berat badan normal
3. Bukan termasuk anggota kelompok dengan angka kejadian diabetes
yang tinggi.
4. Tidak ada riwayat diabetes dalam keluarga
5. Tidak ada pemeriksaan hasil laboratorium kadar gula darah yang
diatas batas yang ditentukan sebelumnya.
6. Tidak memiliki riwayat kehamilan dengan riwayat kelahiran bayi
berukuran besar (makrosomia) atau keluhan lain yang berhubungan
dengan diabetes karena kehamilan. (Sugianto, 2016)

c) Resiko sedang

Berdasarkan American Diabetes Association (ADA) seseorang


dikatakan beresiko menengah mengalami diabetes mellitus dalam
kehamilan dan belum diperlukan pemeriksaan jika tidak mengalami ciri-
ciri seperti dalam kategori risiko tinggi atau sedang. Pada kategori ini,
skrining awal dilakukan di usia kehamilan 24-28 minggu. Namun
demikian, perlu diingat bahwa pada kasus diabetes mellitus karena
kehamilan sering kali pengidapnya tidak memiliki resiko sama sekali,

2
3

sehingga sangat penting untuk melakukan skrining awal pada usia


kehamilan 24-28 minggu. (Sugianto, 2016).

2.3 PATOFISIOLOGI
Dari segi klinis, gambaran sentral dari metabolisme karbohidrat dapat
disimpulkan dalam istilah sederhana. Jika seorang wanita menjadi hamil maka
ia membutuhkan lebih banyak insulin untuk mempertahankan metabolisme
karbohidrat yang normal. Jika ia tidak mampu untuk menghasilkan lebih
banyak insulin untuk memenuhi tuntutan itu, ia dapat mengalami diabetes
yang mengakibatkan perubahan pada metabolisme karbohidrat. Kadar glukosa
dalam darah wanita hamil merupakan ukuran kemampuanya untuk
memberikan respon terhadap tantangan kehamilan itu. Kadar glukosa darah
maternal dicerminkan dalam kadar glukosa janin, karena glukosa melintasi
plasenta dengan mudah.

Insulin tidak melintasi barier plasenta, sehingga kelebihan produksi


insulin oleh ibu atau janin tetap tinggal bersama yang menghasilkan.akhirnya,
glukosuria lebih sering pada wanita wanita hamil dibandingkan wanita yang
tidak hamil. Perubahan hormonal yang luas terjadi pada hehamilan dalam
usaha mempertahankan keadaan metabolisme ibu yang sejalan dengan
bertambahnya usia kehamilan. Hormon-hormon ini mungkin yang
bertanggung jawab secara langsung maupun tidak langsung, menginduksi

ix
x

resistensi insulin periver dan mengkontribusi terhadap perubahan sel β


pancreas.

Ovarium, kortek adrenal janin, plasenta, kortek adrenal ibu dan


pancreas terlibat dalam timbulnya perubahan-perubahan hormonal ini, yang
mempunyai pengaruh terhadap metabolisme karbohidrat. Terutama yang
penting adalah peningkatan progresif dari sirkulasi estrogen yang pertama kali
dihasilkan oleh ovarium hingga minggu ke 9 dari kehidupan intra uterine dan
setelah itu oleh plasenta. Sebagian besar estrogen yang dibentuk oleh plaenta
adalah dalam bentuk estriol bebas, yang terkonjugasi dalam hepar menjadi
glukoronida dan sulfat yang lebih larut, yang dieskresikan dalam urine.

Estrogen tidak mempunyai efek dalam transport glukosa, tetapi


meningkatkan peningkatan insulin maksimum ( insulin binding). Progesteron
yang dihasilkan korpus luteum sepanjang kehamilan kususnya selama 6
minggu pertama.

Trofoblas mensintesis progesterone dan kolesterol ibu dan merupakan


penyumbang utama terhadap kadar progesterone plasma yang meningkat
secara secara menetap selama kehamilan. Progesterone juga mengurangi
kemampuan dari insulin untuk menekan produksi glukosa endogen. Lactogen
plasenta manusia (HPL) merupakan hormone plasenta penting lain yang
mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Kadarnya dalam darah ibu
meningkat secara berlahan-lahan sepanjang kehamilan, mencapai puncaknya
saat aterm.

HPL adalah salah satu dari hormone-hormonutama yang bertanggung


jawab menurunkan sensitivitas insulin sejalan dengan bertambahnya usia
kehamilan. Kadar HPL meningkat pada keadaan hipoglikemia dan menurun
pada keadaan hiperglikemia. Dengan kata lain HPL merupakan antagonis
terhadap insulin. HPL menekan transport glukosa maksimum tetapi tidak
mengubah pengikatan insulin. Setelah melahirkan dan pengeluaran plasenta,

2
3

kadar HPL ibu cepat menghilang, pengaturan hormonal kembali normal.


Kortek adrenal terlibat dalam peningkatan kortisol bebas secara progresif
selama kehamilan.

Pada kehamilan lanjut, konsentrasi kortisol ibu diperkirakan 2,5 kali


lebih tinggi dari keadaan tidak hamil. Rizza dkk melaporkan bahwa laju
produksi glukosa hepar meningkat dan sensitivitas insulin menurun pada
pemberian sejumlah besar kortisol.. Peningkatan kadar plasma insulin pada
kehamilan normal berhubungan dengan perubahan respon unik terhadap
ingestion glukosa. Sebagai contoh, setelah makan pada wanita hamil
didapatkan perpanjangan hiperglikemia, hiperinsulinemia,dan supresi
glukagon. Mekanisme ini sepertinya bertujuan untuk mempertahankan suplai

glukosa posprandial ke fetus. Respon ini konsisten dengan pernyataan


bahwa kehamilan menginduksi resistensi perifer terhadap insulin, yang
diperkuat dengan tiga hasil pengamatan: peningkatan respon insulin terhadap
glukosa, pengurangan ambilan perifer terhadap glukosa, penekanan respon
dari glikogen mekanisme yang bertanggung jawab terhadap resistensi insulin
belum lengkap dimengerti.

Beberapa peneliti telah melaporkan sensitifitas insulin menurun secara


signifikan ( 40-80 %) dengan bertambahnya usia kehamilan. Fetus normal
mempunyai system yang belum matang dalam pengaturan kadar glukosa
darah. Sel beta pancreas fetus kemudian akan menyesuaikan diri terhadap
tingginya kadar glukosa darah. Hal ini akan menimbulkan fetal
hiperinsulinemia yang sebandinga dengan kadar glukosa darah ibu dan fetus.
Hiperinsulinemia yang bertanggung jawab terhadap terjadinya makrosomia /
LGA oleh karena meningkatnya lemak tubuh. (Syamhudi, 2015)

xi
xii

2.4 MANIFESTASI KLINIS


a. Mudah merasa haus secara berlebihan.
Hal ini berhubungan dengan tanda dan gejala lain pada diabetes
mellitus yaitu poliuria yang dimana pengeluaran cairan secara berlebihan
dari tubuh akan menyebabkan dehidrasi. Akibat dari dehidrasi sel-sel pada
tubuh akan kehilangan air dan menyebabkan perpindahan ostomotik air
dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik dan menyebabkan reaksi
tubuh banyak minum atau mudah merasa haus secara berlebihan. (Soep,
2015).

b. Sering buang air kecil terutama di malam hari.


Untuk penyakit Diabetes memiliki gejala sering buang air kecil
berhubungan langsung dengan peningkatan kadar gula darah mencapai
160-180 mg/dL yang menyebabkan glukosa dikeluarkan melalui urin dan

ketika kadar glukosa meningkat, ginjal mengeluarkan air tambahan


untuk mengencerkan glukosa dalam jumlah besar yang dibutuhkan hilang.
Oleh karena itu, gejala poliuria terjadi pada penderita diabetes mellitus
dimana ginjal memproduksi urin dalam jumlah berlebihan yang
menyebabkan penderita sering buang air kecil dalam jumlah banyak.
(Soep, 2015).

c. Mudah merasa lelah.


Gejala ini dapat terjadi pada penderita diabetes mellitus dikarenakan
sumber karbohidrat yang diperoleh tubuh tidak diubah menjadi energi
secara total dan keluar bersama dengan urine yang berlebihan sehingga
tubuh kekurangan kalori/energi. (Soep, 2015)

d. Kesemutan pada tangan dan kaki.

2
3

Komplikasi pada pembuluh darah yang disebabkan oleh diabetes


mellitus yaitu neuropati diabetik. Neuropati diabetik terjadi pada penderita
diabetes mellitus karena dimana pembuluh darah terdiri dari sel-sel
endotel yang melapisi bagian dalam lumen dan bertindak sebagai
penghubung antara aliran darah dan sel otot– otot polos pembuluh darah.
Dinding pembuluh darah melemah ketika kadar gula darah tinggi sehingga
menghambat penyerapan oksigen dan nutrisi dari sel saraf terhambat,
gangguan fungsi sel endotel tersebut juga menyebabkan gangguan fungsi
dari sel saraf perifer sehingga menyebabkan keram pada tangan atau kaki.
(Suyanto, 2016).

e. Pandangan kabur.
Diabetes Mellitus berdampak terhadap gangguan penglihatan
disebabkan karena kadar glukosa darah yang tinggi menyebabkan
rusaknya saraf, pembuluh darah, dan struktur internal lainnya dalam
tubuh. Dampak dari penyakit diabetes melitus adalah dapat terjadi

perubahan suplai aliran darah ke tubuh atau hipertensi, dimana


hipertensi menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di retina atau
area di belakang mata. Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh
darah yang mengalirkan darah ke retina, menyebabkan pendarahan pada
mata dan penglihatan kabur. (Soep, 2015)

f. Banyak makan dan cepat lapar.


Poliphagia merupakan keadaan dimana penderita mudah merasa lapar
dan nafsu makan bertambah, hal ini terjadi karena karbohidrat yang
diperoleh tubuh tidak dapat di gunakan oleh 28 tubuh karena jumlah
insulin yang ada tidak dapat membantu proses metabolisme glukosa dalam
darah. (Soep, 2015)

xiii
xiv

g. Gairah seks menurun.


Disfungsi seksual yang disebabkan oleh diabetes mellitus tidak lebih
dari kerusakan sistem saraf dan pembuluh darah yang membuat penderita
diabetes lebih rentan terhadap penyakit jantung. Masalah pada jantung
dapat menyebabkan aliran darah ke area-area sensitif pada tubuh atau
organ genital tersumbat, membuat gairah bahkan kehilangan hasrat
seksual dini dan bahkan gairah seksual hilang sebelum waktunya. (Soep,
2015).

h. Gatal pada area tubuh.


Kadar gula darah tinggi kronis pada diabetes mellitus dapat
menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan
beberapa organ dalam tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah. Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang sering
terkena penyakit diabetes melitus, hal ini disebabkan kerusakan serabut
saraf atau gangguan sirkulasi pada pembuluh darah yang mengakibatkan
kemampuan dan fungsi kulit untuk melindungi dari berbagai bakteri dan
virus berkurang sehingga penderita diabetes cenderung mudah menderita
penyakit kulit. (Soep, 2015).

i. Penyembuhan luka lebih lama.


Pada penderita Diabetes Mellitus cenderung mengalami penyembuhan
luka yang lebih lama di karenakan adanya kerusakan pada jaringan yang
menyebabkan kerusakan di aorta atau pembuluh darah. Kadar gula darah
yang tinggi menyebabkan pembuluh darah berangsur akan menjadi keras
dan menyempit yang disebabkan oleh aliran darah dari jantung ke tubuh
terhambat dan mengakibatkan suplai darah ke bagian tubuh yang terluka
berkurang. Proses penyembuhan luka di dukung sirkulasi sel darah yang
bermetabolisme cepat dan besar karena pada jaringan yang terluka
membutuhkan oksigen dan nutrisi yang terkandung dalam darah untuk

2
3

mempercepat penyembuhan luka namun pada penderita diabetes mellitus


terdapat hipoksia jaringan yang menghambat proses penyembuhan luka
secara cepat. (Soep, 2015).

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:
1. Post prandial: Dilakukan 2jam setelah makan atau setelah minum. Angka
diatas 130mg/dl mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai
kadar gula darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi
6,1%menunjukkan diabetes.
3. Tes Glukosa Darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah
jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan
kedalam celah pada mesin glucometer, pemeriksaan ini hanya digunakan
untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah. (Lumadi,
2017

2.6 PATHWAY

xv
xvi

2.7 PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Umum

2
3

Jika diagnosis diabetes mellitus gestasional telah ditegakkan diskusikan


kondisi dan merencanakan penanganan dengan dokter. Biasanya
kehamilan yang disertai dengan diabetes mellitus membutuhkan
kunjungan yang lebih rutin. Dengan kunjungan rutin serta penanganan
yang tepat dapat menurunkan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.
Pasien dianjurkan melakukan kontrol sebanyak 2-4 minggu sekali, bahkan
lebih sering lagi saat mendekati persalinan. Kasus pada wanita hamil
dengan diabetes mellitus gestasional tidak perlu dirawat jika kadar 37 gula
darahnya terkontrol dengan baik. Sementara itu, kehamilan dengan
diabetes mellitus gestasional yang berkomplikasi harus dipantau dan
mendapatkan perawatan dan pengobatan sejak usia kehamilan 34 minggu.
(Fatimah, 2015).
b. Penatalaksanaan khusus
Tujuan penatalaksanaan khusus yaitu agar dapat mencapai sasaran kadar
gula darah normal (normoglikemia) dengan cara menjaga dan
mempertahankan kadar glukosa darah.
1. Diet yang tepat American Diabetes Association (ADA) sangat
menyarankan untuk dapat menemukan pola makan yang sesuai dengan
cara berkonsultasi dengan dokter dan ahli gizi.
2. Olahraga dan tetap beraktivitas Disarankan terlebih dahulu untuk
mengonsultasikan kembali dengan dokter untuk mengetahui olahraga
dan aktivitas fisik apa yang sesuai, karena sejumlah aktivitas berat dan
olahrag mungkin perlu dikurangi pada masa kehamilan menjelang
persalinan.

xvii
xviii

3. Konsumsi obat pengendali kadar gula darah atau suntikan insulin jika
memang diperlukan.
4. Apabila wanita hamil dengan diabetes mellitus tidak bisa mengontro
atau mengendalikan gula darah dengan pola diet dan jenis dan jadwal
olahraga terencana, maka kemungkinan besarnya diperlukan resep
obat 38 untuk membantu dalam mengontrol kadar gula darah selama
kehamilan.
5. Kontrol dan periksa kadar gula darah secara rutin setidaknya 2 kali
seminggu. (Wahjudi, 2018)

2
3

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk
mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data tentang klien dan
membuat catatan tentang respon kesehatan klien
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa
status perkawinan, pekerjaan, Pendidikan terakhir, tanggal masuk
rumah sakit
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak sembuh, kesemutan,
menurunnya berat badan, meningkatnya nafsumakan, sering haus,
banyak kencing, menurunnya ketajaman penglihatan
Riwayat Kesehatan Dahulu :
Riwayat penyakit, pancreas, hipertensi, ISK berulang
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Riwayat penyakit pancreas, hipertensi, ISKberulang
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa darah
a. Gula darah sewaktu/random>200mg/dl
b. Gula darah puasa > 140mg
c. Gula darah2jam PP>200mg/dl
b. Asetonplasma–hasil( +) mencolok
c. Aseton lemakbebas–peningkatan lipiddankolestrol
d. Osmolaritasserum(>330osm/l)

e.

xix
xx

f. Urinalisis–proteinuria, ketonuria, glukosuria

4. Pemeriksaan Fisik
5. Pengkajian
Menurut (Doengoes,2001), sebagai berikut:
a. Aktivitas atau istrahat.
Tanda: Lemah, letih, susah, bergerak atau susah berjalan, kram
otot, tonus otot menurun. Tachicardi, tachipnea pada keadaan
istrahat atau daya aktivitas, Letargi atau disorientasi, koma.
b. Sirkulasi:
Tanda:Adanya riwayat hipertensi: infarkmiokard akut, kesemutan
pada ekstremitas dan tachicardia. Perubahan tekanan darah
postural: hipertensi, nadi yang menurun atau tidak ada. Disritmia,
krekel: DVJ
c. Neurosensori:
Gejala: Pusing atau pening, gangguan penglihatan, disorientasi:
mengantuk, lifargi, stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala,
kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan
penglihatan, gangguan memori (baru,masa lalu) : kacau mental,
refleks tendo dalam (RTD) menurun (koma), aktifitas kejang.
d. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah
meringis dengan palpitasi: tampak sangat berhati–hati.
e. Keamanan
Gejala:Kulit kering, gatal: ulkus kulit,demam diaphoresis,
Menurunnya kekuatan immune / rentang gerak, Parestesia
paralysis otot termasuk otot– otot pernapasan (jika kadar kalium
menurun dengan cukup tajam).Urine encer, pucat, kuning, poliuria
(dapat berkembang menjadi oliguria /anuria jika terjadi

2
3

hipololemia barat). Abdomen keras, bising usus lemah dan


menurun: hiperaktif (diare).

f. Pemeriksaan Diagnosti

Gejala: Glukosa darah: meningkat 100–200mg/dl atau lebih.

Asetonplasma: positif secara menyolok.


Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
Osmolaritas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari osm/l.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebihan dan tidak adekuatnya intake cairan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
kelainan metabolism
3. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

3.3 Intervensi

1. Diagnosa Kekurangan volume cairan b.d. diuresis osmotik,


kehilangan gastrik berlebihan masukan yang terbatas.

Tujuan :Px menunjukkan cairan dalam batas normal selama dalam


perawatan.

Kriteria hasil:

1. Turgor kulit baik


2. Tanda vital stabil,
3. Nadi perifer dapat teraba
4. Cairan dan elektrolit dalam batas normal.

xxi
xxii

Intervensi:

a. Kaji riwayat Px berhubungan dengan lamanya/intensitas dari


gejala seperti muntah, pengeluaran berlebihan

Rasional:
Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume tubuh total
b. Pantau Tanda Vital
Rasional: hipovolemi dapat ditandai dengan hipotensi dan
takikardi
c. Pantau masukan dan haluaran, catat BJurine
Rasional: memberikan perkiraan akan pergantian cairan dan,fungsi
ginjal dan keefektifan terapi.
d. Ukur BB setiap hari
Rasional: memberikan hasil pengkajian terbaik dan status cairan
yang sedang berlangsung
e. Kolaborasi:
Berikan terapi cairan sesuai indikasi
Rasional: tipe dan jumlah cairsn tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respon Px secara individual

2. Diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan ketidak cukupan insulin, penurunan masukan
oral, hipermetabolisme

Tujuan : meningkatkan nutrisi, nutrisi dalam batas normal selama


dalam perawatan

Kriteria hasil :

Berat badan normal, Menghabiskan porsi makan sesuai diet,


Keluhan mual/muntah berkurang atau tidak ada.

2
3

Intervensi:

a. Timbang BB setiap hari


Rasional; mengkaji pemasukan makanan yang adekuat

b. Tentukan program diet dan pola makanan Px dan bandingkan


dengan makanan yang dihabiskan Px
Rasional;
c. mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan
d. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri, abdomen, mual,
muntah
Rasional :hiperglikemi dapat menurun kan motilitas atau
fungsi lambung (distensiatauileusparalitik)
e. Libatkan keluarga pada perencanan makanan sesuai indikasi
Rasional:memberikan informasi kepada keluarga untuk
memahami nutrisi klien.
f. Kolaborasi dengan ahli nutrisi
Rasional ; sangat bermanfaat dalam perhituingan dan
penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan Px

3. Diagnosa Nyeri berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes


mellitus).
Tujuan: Px dapat mengontrol dan mengidentifikasi Nyeri
Kriteria Hasil :Penampilan rileks, Klien menyatakan nyeri
berkurang,
Skala nyeri 0-2
Intervensi:
a. Kaji tingkat nyeri, kualitas, frekuensi, presipitasi, durasi dan
lokasi

xxiii
xxiv

Rasional : mengetahui subjektifitas klien terhadap nyeri untuk


menentukan tindakkan selanjutnya
b. Monitor vital sign
Rasional: nyeri mempengaruhi TTV

c. Lakukan Teknik distraksi dan relaksasi


Rasional: mengalihkan perhatian untuk mengurangi nyeri

3.4 Implementasi
Implementasi Keperawatan merupakan komponen dari proses
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan

3.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan akhir dari proses
keperawatan untuk mengukut respon pasien terhadap tindakan
keperawatan dan perkembangan pasien kearah pencapaian tujuan

2
3

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Diabetes melitus gestasional adalah gangguan toleransi glukosa yang


pertama ditemukan saat kehamilan. Prevalensi DMG di seluruh dunia
dilaporkan bervariasi mulai 7% hingga 11,6% dan insidensnya meningkat
sesuai peningkatan kasus obesitas. Penyebab utamanya masih belum
diketahui pasti, sejumlah penelitian melaporkan adanya gangguan
pemberian sinyal insulin.

4.2 Saran
Untuk para mahasiswa keperawatan disarankan dapat lebih memahami
dalam mengidentifikasi ibu hamil dengan diabetes melitus gestasional
pada saat pemeriksaan ANC agar dapat menangani lebih awal atau dapat
dilakukan skrining awal pada ibu hamil dengan Diabetes Mellitus
Gestasional karena kasus ini sama membahayakannya dengan ibu hamil
dengan hipertensi, anemia dan lainlainnya

xxv
xxvi

DAFTAR PUSTAKA

Djamaluddin, N. (2020). Gambaran Diabetes Melitus Gestasional Pada Ibu Hamil di RSUD.
Jambura Nursing Journal, Vol. 2 No. 1.

Fatimah, R. N. (2015). DIABETES MELITUS TIPE 2. J MAJORITY Volume 4 Nomor 5.

Lumadi, S. A. (2017). PENERAPAN PENILAIANFAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2


PADAIBU HAMIL TRIMESTER 2 DAN 3. Journal of Nursing Care.

Natosba, J. (2016). SKRINING DIABETES MELLITUS GESTASIONALDAN FAKTOR RISIKO .


Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 3 - Nomor 2.

Prawiharjo, S. (2018). Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka.

Sirega, K. N. (2022). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Diabetes Melitus Pada Wanita Usia
20-25 di DKI Jakarta (Analisis Data Posbindu PTM 2019). Bikfokes Volume 2 Edisi 2.

Soep, T. C. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka gangrene pada


penderita diabetes mellitus di ruang rawat inap RSUD DR.PIRINGADI Medan.
Jurnal Ilmiah PANMED 10, No 2 .

Sugianto. (2016). Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan. Jakarta: Erlangga.

SYAMHUDI, D. B. (2015). BAYI DARI IBU DENGAN DIABETES MELITUS. Palembang: Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Wahjudi, P. (2018). Gambaran Kondisi Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus di RSD dr.
Soebandi Jember Tahun 2013-2017. e-Jurnal Pustaka Kesehatan.

2
3

xxvii

Anda mungkin juga menyukai