Anda di halaman 1dari 2

Sang Sarjana Keluarga

(Karya: Eka Septiyani)

“Tidak kah engaku tergoda menjadi ibu yang lewat rahimmu lahir dan tanganmu
tumbuh orang-orang besar yang memaksa sejarah bertepuk tangan”

-Gamal Albinsaid-

Jika dalam kehidupan di dunia ini ada Universitas untuk memberi gelar
untuk mahasiswanya, ada Sekolah untuk memberikan kelulusan bagi para siswa
dan siswinya, namun tak ada sekolah formal yang bisa memberikan predikat
“LULUS” bagi seorang “IBU” karena menjadi seorang ibu merupakan sekolah
dengan durasi paling lama yang dilakukan seumur hidup, karena dengan menjadi
seorang ibu merupakan pembelajaran yang tak pernah ada hentinya, tak terbatas
waktu dan tak lekang oleh zaman.

Menjadi seorang ibu merupakan bentuk nyata bagi seorang perempuan yang
menyanyangi keluarga melebihi rasa sayangnya terhadap diri sendiri, seorang
perempuan yang selalu berada di sudut belakang untuk menjaga dan mendukung
keluarganya, seorang perempuan yang merelakan kehidupannya untuk berbakti
terhadap keluarga, seorang perempuan yang menjadi rumah ternyaman bagi
keluarganya.

Penulis pernah mendengar kalimat tentang “Kunci peradaban dunia bisa di


pegang oleh seorang Ibu” karena dalam kehidupan, ibu merupakan pencetak
generasi dari waktu ke waktu, selain itu ibu merupakan orang pertama yang menjadi
guru dan sekolah bagi anak-anaknya, bagaimana seorang ibu mengajarkan anaknya
mulai dari hal terkecil seperti merangkak, berjalan, berlari hingga hal hal luar biasa
lainnya yang ibu ajarkan hingga bisa mencetak generasi emas.

Ibu “Sang Sarjana Keluarga” yang tak ada hentinya untuk terus belajar
menjadi seorang ibu terbaik untuk keluarganya, yang rela pagi dan petang untuk
mencurahkan segala kasih sayangnya, tak ada kata “LELAH” yang terucap dari
mulut seorang ibu karena apapun yang ibu lakukan merupakan bentuk cintanya,
baktinya, tulusnya, pengabdiannya terhadap keluarga sepanjang masa sehingga
“ALLAH” memberikan hadiah keistimewaan bagi soerang ibu bahwa terdapat
surga di bawah telapak kakinya.

Syaikh Ali Musthafa Thantawi mengatakan sebait pepatah “Jika ada gelas
kaca yang mampu menahan beban seberat gunung, maka dialah wanita (IBU).
Dalam kelemahannya ada kekuatan yang begitu hebat”. Tak ada yang mampu
membalas kebaikan seorang ibu, tak ada yang mampu membalas cintanya seorang
ibu terhadap keluarganya, tak ada yang mampu membalas hilangnya waktu ibu
untuk mengurus keluarganya.

Ibu” Sang Sarjana Keluarga” aku tak mampu membalas kebaikan mu tapi
aku berjanji untuk menjadi orang terbaik dalam kehidupanmu, aku tak mampu
membalas cinta yang telah engkau berikan, namun aku berjanji untuk menjadi
seseorang yang paling mencintaimu, ibu aku juga tak mampu membalas hilangnya
waktu ibu demi merwat dan mendidikku tapi aku berjanji untuk menjadi orang
pertama yang merawatmu kelak saat hari tuamu. Rambut yang dulu hitam perlahan
mulai memutih, kulit yang dulu sangat kencang perlahan mulai mengendur, goresan
kerut pada wajah yang perlahan makin terlihat nyata, ibu aku tak bisa membeli
umurmu untuk engkau tetap menjadi terlihat muda, tapi aku berjanji untuk selalu
memberikan senyuman pada guratan wajah ibu.

~ Ibu terima kasih telah menjadi “SARJANA BAGI KELUARGA” semoga kelak
ALLAH SWT memberikan gelar KEISTIMEWAAN pada hari kelulusanmu
IBU~

Anda mungkin juga menyukai