Anda di halaman 1dari 4

UAS MATA KULIAH

BAHASA INDONESIA

Dosen Pembimbing:
Drs. Amril Canrhas,M.S.

Disusun Oleh:
Malia Dwi Putri
Kelas B
B1A019082

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BENGKULU
BENGKULU
2020

Belajar Arti Sebuah Dedikasi dan Pengorbanan


Dari Seorang Ibu Yus di Usia Senjanya

Oleh: Malia Dwi Putri

Membaca kisah “Janda Tua Guru Yang Hampir Pensiun” mengajarkan kita
tentang bagaimana besarnya peran seorang guru bagi siswanya. Guru memang tidak
hanya semata sebagai penyampai materi dikelas tetapi lebih dari itu guru mengajarkan
arti nilai-nilai kehidupan bagi siswanya. Seorang guru tidak hanya mengajarkan ilmu
pengetahuan kepada murid-muridnya, tetapi juga mendidik mereka untuk menjadi
pribadi yang unggul dimasa yang akan datang. Sangat banyak pelajaran yang dapat
dipetik dari pengorbanan seorang guru. Karena seperti apapun yang dilakukan oleh
seorang guru adalah demi kebaikan bagi siswanya boleh jadi kita berfikir itu buruk
padahal tersebut adalah baik dan begitupun sebaliknya dan sejatinya Kerja seorang guru
tidak ubah seperti kerja seorang petani yang sentiasa membuang duri serta mencabut
rumput yang tumbuh di celah-celah tanamannya.

Kisah Tangan “Pengkor” Bu Yus

Kisah ini mengajarkan kita, bagaiamana Bu Yus berusaha keras mendidik siswanya
yang saat itu putus asa karena kematian Ibunya, Bu Yus menampar anak itu ketika dia
mengatakan tidak ingin melajutkan sekolahnya lagi, hal ini dapat kita ketahui dari
pidato perpisahan masa purnabakti Bu Yus yang disampaikan oleh Bapak Wahyu
mantan siswanya dahulu yang saat ini menjadi kepala sekolah di tempat Bu Yus
mengabdi. Berikut kutipan pidato sambutan dari Pak Wahyu:
” Tangan kanan beliau yang kalian sering ejek dengan kata pengkor, tangan
yang tak lurus dan mengecil itu, adalah tangan luar biasa yang bapak
patahkan dua puluh tahun lalu karena menampar bapak dalam rangka
mendidik bapak. Padahal seandainya tangan itu tak menampar bapak,
tangan itu mungkin masih sempurna baik-baik saja kini, tapi mungkin bapak
juga tak berdiri di sini. Mungkin bapak akan jadi gelandangan seperti
kebanyakan orang putus asa lainnya”
Bu Yus jugalah yang menyekolahkan Wahyu kecil dimasa itu hingga sukses seperti
saat ini, jika dibandingkan gaji honornya yang saat itu hanya Rp 60.000/ bulan tentu
rasanya tidak akan sanggup Bu Yus untuk menyekolahkan Wahyu kecil hingga pada
jenjang perguruan tinggi. Namun cinta, kasih dan ketulusan lah yang memberikan
kekuatan kepada Bu Yus untuk melakukan hal mulia tersebut. Entah apa jadinya jika

UAS BAHASA INDONESIA 1


MALIA DWI PUTRI
dulu Bu Yus tidak melakukan semua hal mulia tersebut, Wahyu kecil mungkin saja
akan tumbuh menjadi Wahyu dewasa yang kehidupannya sangat memprihatinkan.

Pengorbanan Tulus tanpa Berharap Imbalan


Seorang guru rela mengorbankan waktu, tenaga, bahkan perasaan untuk
kesuksesan muridnya. Dia tanpa lelah selalu memberikan pasokan pengetahuan kepada
muridnya meskipun muridnya sangat susah sekali untuk memahami apa yang
disampaikan oleh guru. Guru menggunakan berbagai cara supaya muridnya dapat
memahami ilmu pengetahuan yang dia sampaikan. Waktu yang seharusnya dia gunakan
untuk beristirahat, dia habiskan untuk memikirkan muridnya. Bahkan perasaanpun tak
jarang dia korbankan, ketika ada murid yang menyinggung atau menyakiti perasaannya,
dia bersabar menghadapi itu semua, dia balas kelakuan muridnya dengan untaian-
untaian nasihat yang mana hal ini akan membuahkan hasil yang baik dimasa
mendatang. Guru, engkau bagaikan setitik secahaya di gelapan, walaupun sinarmu kecil
tapi cahayamu mampu menerangi gelapan, begitu lah perumpamaan dahsyatnya
kebaikan yang telah kau berikan untuk dunia pendidikan agar lebih baik lagi. Terima
kasih guruku, tanpamu apa jadinya aku.
Tidak dapat dibayangkan apabila seorang guru tidak perduli akan siswanya
sudah pasti anak tersebut akan mengalami kegagalan dan berputus asa serta menjadi
orang yang tidak berguna dimasa mendatang karena berkat didikan yang diberikan oleh
seorang janda tua ini sekarang salah satu siswanya telah menjadi orang yang sukses dan
tidak berputus asa seperti pada kisah’ Janda tua guru yang hampir pensiun’ini. Seorang
guru itu adalah orang yang mempengaruhi keabadian serta tidak pernah bisa
mengungkapkan dimana pengaruhnya berhenti. Pengorbanan yang dicontohkan Bu Yus
melalaui kisahnya tidak hanya sebatas pada pengorbanan waktu dan tenaga. Namun
dedikasinya sebagai seorang pendidik juga beliau realisasikan melalui pengorbanan
materi, hal ini dapat kita lihat pada kutipan berikut:

"....Saya ingin memeluk Bu Yus yang dengan gaji honornya 60 ribu per bulan
dua puluh tahun lalu setiap hari membawakan saya sarapan, membelikan saya
makan siang dan mengantar makan malam saya ke rumah, saat bahkan ayah
saya tak peduli dan memilih menikah lagi ketika makam ibu saya masih merah
dan basah"

UAS BAHASA INDONESIA 2


MALIA DWI PUTRI
Buah Manis dari Sebuah Kebaikan
Manusia tidak akan pernah tau, kapan kebaikan yang dilakukannya akan
berbuah manis. Kisah Bu Yus mengingatkan kita pada pribahasa “Apa yang kita tanam
itu lah yang akan kita tuai dikemudian hari”, kebaikan yang telah dilakukan Bu Yus
dimasa mudanya terbalaskan dengan kesuksesan “Wahyu Kecil” yang kembali mencari
sosok Bu Yus untuk membalassemua kebaikan Bu Yus yang telah dilakukan untuk
mengatarkannya pada kesuksesan. Wahyu Kecil yang dulu adalah sosok anak putus asa
saat ini menjadi seorang kepala sekolah yang berwibawa dan dikagumi banyak orang.
Kebaikan Bu Yus benar-benar telah terukir dalam pikirannya sehingga Pak Wahyu
selalu berusaha melakukan semua yang terbaik untuk membalasnya. Hal ini dapat
dilihat pada kutipan berikut:
“Beliau memang tidak terlalu banyak bicara sehingga nampak berwibawa,
tapi beliau tidak sombong sehingga memiliki kharisma tersendiri. Hal ini
menjadikan bapak kepala sekolah menjadi idola semua murid SMP yang baru
beranjak remaja bahkan juga idola guru-guru, terutama siswa dan guru
perempuan. Tapi siapapun sepakat, sepertinya bapak kepala sekolah hanya
tertambat pada satu perempuan. Bu Yus. Seperti pagi ini, selesai berkeliling,
bapak kepala sekolah masuk ke ruang guru. Ternyata beliau membawakan
beberapa kotak roti untuk sarapan guru-guru. Beliau segera meminta Bu Lilis
yang menjabat tata usaha di SMPN 5 Satu Atap Bandar untuk membagikannya
kepada semua guru. Khusus untuk Bu Yus, bapak kepala sekolah
menyerahkannya sendiri dengan sangat lemah lembut lengkap dengan
minuman dan serantang nasi lengkap untuk makan siang."Terimakasih, Pak.
Seharusnya bapak tidak usah repot-repot membawakan saya makanan
sebanyak ini. Saya sudah tua. Ini terlalu banyak buat saya," Bu Yus berkata
sambil tersenyum.

Kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh ibu yus ini sangat menginspirasi dan
menyadarkan para siswa, rekan-rekan guru untuk melakukan pengorbanan-pengorbanan
dan kebaikan terhadap orang lain. Kisah yang sangat menarik dan dapat dipetik banyak
hikmahnya.Pengabdian dan pengorbanan seorang guru yang merupakan orangtua kedua
kita di sekolah. Betapa berjasanya ia, semoga guru yang telah memberikan kita ilmu
selalu dalam keadaan baik-baik saja dan semoga selalu mendapatkan berkah dari Allah

atas jasanya. Impian seperti apapun tidak akan mungkin terwujud tanpa sepak terjang
guru yang mengenalkan abjad, panduan membaca, hingga terobosan baru menjelajahi
cakrawala dunia yang luas. Ada tangis dan permohonan yang tidak sempat mereka
ucapkan untuk mengucapkan terimakasih seperti pada kisah yang dilansir berjudul
“Janda tua guru yang hampir pensiun”.

UAS BAHASA INDONESIA 3


MALIA DWI PUTRI

Anda mungkin juga menyukai