Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
PENDAHULUAN 1
METODE 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
KESIMPULAN 9
UCAPAN TERIMAKASIH 9
KONTRIBUSI PENULIS 10
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN-LAMPIRAN 12
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping 12
Lampiran 2. Kontribusi Anggota Penulis 17
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana
18
Lampiran 4. Surat Pernyataan Sumber Tulisan
19

i
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. DIAGRAM ALIR PENULISAN 4

ii
1

Pemanfaatan Internet of Things dalam Peningkatan Penegakan


Hukum dalam Mencapai Good Governance di Indonesia

Arjuna Marcelino 1, Niko Bernardus Simamora 2, Radhitya Alfiandi 3


Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia
1
arjunamarcelino@gmail.com
2
nikosimamora54@gmail.com
3
radhitya571@gmail.com

Abstrak

Penegakan hukum di Indonesia masih belum maksimal. Untuk


meningkatkan hal ini, Internet of Things merupakan salah satu solusi untuk
meningkatkan keefektifan pemerintah dalam menegakkan hukum. Implementasi
Internet of Things dalam penegakan hukum telah banyak diterapkan di berbagai
negara dan memberikan peningkatan pada instrumen-instrumen penegakan
hukum. Peninjauan terhadap prinsip-prinsip Good Governance dan nilai-nilai
Pancasila sebagai etika sains dapat memberikan representasi baik dalam menilai
kelebihan implementasi Internet of Things dalam penegakan hukum.

Kata-kata kunci — penegakan hukum, good governance, internet of things.

Abstract

Law enforcement in Indonesia is still not maximal to increase this Internet


of Things is one solution to increase the effectiveness of the government in
enforcing the law. The implementation of the Internet of Things in law
enforcement has been widely applied in various countries and provides
improvements in law enforcement instruments. A review of the principles of good
governance and the value of Pancasila as a science ethic can implement a
valuable representation in assessing the advantages of implementing Internet of
Things in law enforcement.

Keywords — law enforcement, good governance, internet of things.

Pendahuluan

Perkembangan pesat terjadi pada teknologi internet dalam beberapa tahun


terakhir. Saat ini, perangkat yang terkoneksikan internet sudah melampaui jumlah
populasi dunia. Internet of Things (IoT), yang selanjutnya disebut IoT, adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan koneksi ini. Akar dari konsep ini
sudah dikenalkan sejak tahun 1999 di Auto-ID Center, MIT. IoT memungkinkan
pengiriman data yang dikumpulkan oleh suatu perangkat seperti sebuah sensor
melalui internet. Hal ini memungkinkan kita untuk lebih proaktif dan kurang
reaktif. (Dave Evans, 2011: 2-5).
2

IoT di Indonesia mulai marak dengan munculnya berbagai perangkat


seperti smartwatch. Penggunaan internet sendiri, di Indonesia, pada Januari 2020
sudah mencapai 175,4 juta dengan penetrasi mencapai 64 persen (Wahyunanda
Kusuma Putri, 2020). Hal ini akan terus berkembang untuk tahun yang akan
datang seiring dengan perkembangan smart city (Mathilda Gian Ayu, 2020).
Perkembangan ini akan meningkatkan aplikasi dari IoT dalam berbagai bidang.
Saat ini pemanfaatan IoT tidak dibatasi oleh dimensi apapun, seperti yang
terjadi pada berbagai bidang industri, infrastruktur, dan militer. Dalam
pemanfaatannya di berbagai bidang, ada beberapa hal yang menjadi kesamaan.
IoT seperti dijelaskan di awal, memungkinkan untuk mengumpulkan data dari
berbagai perangkat yang terhubung. Data yang didapat akan dimonitor secara
berkelanjutan. Hal ini akan memudahkan proses manajemen dan kontrol.
Pemanfaatan IoT ini juga dapat kita aplikasikan lebih maksimal untuk
keberjalanan suatu pemerintahan. IoT dalam pemerintahan bisa diaplikasikan
dalam berbagai bidang, seperti contohnya pencegahan korupsi dan pencegahan
kecurangan dalam pemilihan umum. Oleh karena itu, pemanfaatan IoT ini
berhubungan dengan terciptanya Good Governance atau suatu penyelenggaraan
pemerintahan yang solid dan terintegrasi yang pelaksanaannya bisa
dipertanggungjawabkan secara bersama-sama. Good Governance memiliki 8
prinsip utama, diantaranya adalah partisipasi, berorientasi pada konsensus,
transparan, akuntabel, responsif, efektif dan efisien, adil, dan mematuhi peraturan
yang ada (Unescap, 2009). Apabila prinsip - prinsip ini terlaksana pada suatu
pemerintahan, akan banyak permasalahan yang biasa ditemui di suatu
pemerintahan yang tidak akan terjadi lagi seperti misalnya korupsi, sikap
diskriminasi, dan tindakan yang merugikan negara lainnya.
Pada prinsip pertama, partisipasi, di mana semua orang, tanpa pandang
identitas dan status, harus dipertimbangkan dalam segala kebijakan yang akan
dibuat oleh pemerintah. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan
kebebasan berkumpul dan mengemukakan pendapat, serta kapasitas untuk
berpartisipasi secara konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar
setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka
mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah menyediakan saluran
komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya. Partisipasi dari
warga bisa disalurkan kepada suatu lembaga yang tujuannya menjadi perwakilan
rakyat, seperti contohnya DPRD dan DPR untuk pemerintahan di Indonesia.
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan
kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Sehubungan
dengan itu, hukum yang ada dalam suatu pemerintahan dengan sistem Good
Governance, harus berjalan tanpa memihak siapapun dengan karakter-karakter
antara lain sebagai berikut: supremasi hukum (the supremacy of law), kepastian
hukum (legal certainty), hukum yang responsif, penegakkan hukum yang
konsisten
3

dan nondiskriminatif, independensi peradilan. Hukum yang berjalan harus


independen dan harus mengutamakan hak asasi manusia.
Good Governance juga tercipta apabila semua informasi mengenai
keputusan yang ditentukan oleh pemerintah dapat diketahui oleh banyak orang.
Hal ini berarti pemerintah harus transparan dan harus mengikuti regulasi yang
sudah ada dalam melakukan tugasnya. Prinsip transparansi menciptakan
hubungan yang harmonis (meningkatkan kepercayaan) antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin keakuratan informasi
yang didapat. Pemerintah daerah perlu lebih proaktif untuk mendayagunakan
berbagai jalur komunikasi agar dapat memberikan informasi lengkap tentang
kebijakan dan layanan yang diberikan kepada masyarakat.
Pemerintah yang baik harus berorientasi pada konsensus. Keputusan yang
diputuskan oleh pemerintah harus melibatkan semua pemangku jabatan. Hal ini
bertujuan agar keputusan yang dihasilkan sesuai dengan pendapat masyarakat
serta sesuai dengan adat dan nilai sosial yang ada di masyarakat tersebut. Tata
pemerintahan dapat dikatakan baik apabila dapat menjembatani kepentingan-
kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam
segala hal yang terbaik bagi masyarakatnya. Selain itu, pemerintah juga harus
memiliki pandangan bagaimana caranya agar keputusan yang diputuskan akan
tetap stabil dalam berbagai ancaman yang ada dan bisa mencapai tujuan akhir
bersama.
Keadilan dalam suatu pemerintahan harus ditegakkan, tidak boleh ada
tindakan diskriminasi terhadap kelompok tertentu. Perhatian pada kelompok
rakyat yang rentan harus selalu diutamakan sehingga pendapat mereka akan selalu
didengar.
Pemerintahan yang baik harus mempertimbangkan keefektifan dari segala
keputusan yang dibuat. Tidak boleh terdapat keputusan yang bersifat sia - sia dan
memberikan efek negatif terhadap banyak aspek misalnya lingkungan. Keputusan
yang dibuat juga harus efisien sehingga tidak akan membutuhkan banyak sumber
daya manusia namun tujuan yang dibuat tetap bisa dicapai. Selain itu, pemerintah
harus bersikap responsif terhadap segala hal yang terjadi di masyarakat.
Kunci dari Good Governance adalah akuntabilitas. Setiap sektor
pemerintahan harus akuntabel dalam melaksanakan masing - masing tugasnya
sehingga bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Efek positif dan
negatif dari keputusan yang diambil harus bisa dipertimbangkan sehingga
memperkecil kerugian terhadap pihak tertentu. Akuntabilitas tidak akan berjalan
apabila pemerintah yang ada tidak transparan dan tidak patuh kepada peraturan
yang sudah dibuat. Dari semua prinsip yang ada untuk mencapai suatu Good
Governance, tidak bisa berjalan secara individu. Semua prinsip harus berjalan
secara serentak agar tercapainya Good Governance dalam sebuah pemerintahan.
Salah satu dari pemanfaatan IoT adalah dalam bidang penegakan hukum.
Seperti yang bisa kita perhatikan, penegakan hukum di Indonesia masih belum
4

berjalan dengan optimal. Masih terjadi tumpang tindih dan ketidakadilan dalam
proses penegakan hukumnya. Hal ini bisa terjadi karena adanya keterbatasan dari
penegak hukum untuk dapat mencari dan mengetahui kebenaran hukum yang
terjadi. Dengan pemanfaatan IoT, penegak hukum dapat meningkatkan efisiensi
dan efektivitas dalam proses penegakan hukum sehingga hukum dapat ditegakkan
dengan lebih baik dan lebih objektif tanpa pandang bulu dan diskriminasi.
Penegakan hukum yang baik dapat mendorong terwujudnya Good Governance
dalam suatu pemerintahan, terkhususnya di Indonesia.

Metode

Penulisan artikel ini dilakukan sejak tanggal 23 November 2020 sampai 20


Maret 2021. Metode penulisan yang dilakukan mengikuti diagram alir berikut.

Gambar 1. Diagram Alir Penulisan

Penelurusan dilakukan pada situs pencarian menggunakan beberapa kata


kunci yaitu Good Governance, IOT, dan Law Enforcement. Hasil studi pustaka
didapat dari artikel, jurnal, dan media elektronik.
5

Hasil dan pembahasan

IoT dapat menjadi salah satu kunci dalam peningkatan penegak hukum.
Sebagai contoh salah satu permasalahan yang sering terjadi di kota-kota besar
adalah kemacetan. Kemacetan menyebabkan banyak kerugian di berbagai pihak.
Dilansir dari liputan6.com, kemacetan yang terjadi di Jakarta menyebabkan
kerugian sebesar Rp 56 Triliun dalam satu tahun (Yayu Agustini Rahayu, 2019).
IoT dalam hal ini dapat digunakan untuk membantu mengontrol lalu lintas.
Menurut Bas van der Bijl, Manager, dan Stefan Hjort, pakar sistem transportasi
cerdas di Sweco (A&S Adria, 2019), penggunaan sensor yang banyak dan murah,
serta komunikasi antara pengguna jalan dan sistem lalu lintas dapat memberikan
informasi yang dapat mengoptimalkan arus kendaraan. Data yang didapat dari
berbagai jaringan yang terhubung akan dideteksi dan diolah, respons dapat dipilih
dengan cepat karena ketersediaan pustaka yang telah direkayasa sebelumnya.
Pustaka ini adalah hasil pengolahan seluruh data yang didapat di suatu area.
Walaupun tidak dapat mencegah kemacetan namun, IoT mengandalkan akurasi
dan presisi dalam mengelola lalu lintas ketika terjadi kemacetan. Kamera yang
ditempatkan dapat menghitung jarak dan kecepatan dari kendaraan. Data tersebut
yang dapat digunakan dalam pemilihan pustaka yang sudah disebutkan
sebelumnya. Petugas dapat bekerja lebih efisien dan efektif karena tindakan yang
akan dilakukan sudah terukur.
Selain itu, IoT sangat efektif dalam mencegah tindakan kriminal. Seperti
contohnya di Thailand, IoT diaplikasikan sebagai sebuah alat tracker. Pada
awalnya, tracker tersebut dipasang di kendaraan polisi terlebih dahulu. Hal ini
membuat para polisi mudah untuk dikoordinasi ketika terjadi sesuatu yang
membutuhkan jasa mereka. Karena alat ini membutuhkan biaya yang cukup besar
dan perawatan, pihak kepolisian bekerja sama dengan suatu instansi yang memang
memiliki kompetensi di dalam bidang IoT. Setelah melalui proses perkembangan,
alat tracker tersebut akhirnya diproduksi sebanyak 200 buah dan tidak perlu
memakan biaya yang banyak untuk biaya perawatannya. Alat ini bisa melacak
lokasi setiap kendaraan yang akan dikirimkan ke pihak kepolisian. Apabila terjadi
suatu kecelakaan ataupun insiden lain, pihak kepolisian dapat dengan mudah
mendapatkan informasi yang sudah didapatkan dari alat tersebut. Selain itu, alat
ini juga bisa mengirimkan kecepatan dari sebuah kendaraan yang dikendarai oleh
seseorang sehingga memudahkan polisi untuk selalu mengontrol para pengemudi
kendaraan. Tidak hanya alat berupa tracker, pihak kepolisian Thailand pun
menggunakan sebuah alat checkpoint yang bisa mendokumentasikan setiap
kendaraan yang ada. Hal ini bertujuan untuk memudahkan polisi ketika terjadi
sebuah tindakan kriminalitas, polisi bisa melacak pelaku kriminalitas dengan
mengecek sistem. Sistem tersebut menyimpan informasi apakah suatu kendaraan
6

sudah melewati checkpoint tersebut, jumlah penumpang, dan informasi penting


lainnya (Nation Thailand, 2019).
Penanganan akan ketidaktaatan masyarakat terhadap hukum perlu
ditingkatkan lagi. Hal ini dilakukan dibarengi dengan peningkatan dalam hal
pengawasan terhadap perilaku masyarakat secara umum. Salah satu aplikasi IoT
yang dapat digunakan dalam hal ini adalah penggunaan kendaraan tak bersenjata
dan tak berpengemudi. Kendaraan ini akan meningkatkan efisiensi dalam hal
pengawasan dan penanganan kasus ketidaktaatan terhadap hukum yang berlaku
karena alat ini tidak mewajibkan pihak berwenang hadir secara fisik, tetapi dapat
melakukan pengamatan dari jauh. Penggunaan IoT ini dapat diaplikasikan untuk
menjangkau lokasi yang sulit dijangkau secara fisik dan juga yang dapat
menimbulkan ancaman bagi pihak berwenang. Hal ini akan memudahkan
pemantauan terhadap perilaku pihak yang diamati guna memastikan tingkat
kriminalitas dapat berkurang dan mereda. Drone ini berperan sebagai mata, dan
juga sekaligus dapat ditambah alat-alat dengan fungsi tertentu seperti sensor yang
dapat membantu pihak berwenang meningkatkan kualitas pengawasan. Pihak
berwenang harus menerima dan memanfaatkan teknologi ke dalam visi mereka
untuk memastikan keamanan dan produktivitas. Contoh kasus di Indonesia adalah
dengan pengawasan terhadap kelompok kriminal bersenjata (KKB) di daerah
konflik di Indonesia, seperti di Sulawesi dan Papua. Drone ini dapat digunakan
untuk mengawasi gerak-gerik mereka dan juga membaca pergerakan mereka
sehingga pihak berwenang dapat lebih optimal dalam menjaga ketentraman di
masyarakat dengan mengutamakan pencegahan terjadinya konflik dan
pertumpahan darah di daerah tersebut. Dengan pengawasan ini, diharapkan dapat
memberikan informasi yang jelas juga ke masyarakat karena adanya pengawasan
dan juga bukti yang kuat akan suatu peristiwa sehingga tidak ada saling tuduh dan
perpecahan di tengah masyarakat dan hukum juga dapat ditegakkan dengan baik.
Permasalahan yang sudah dibahas sebelumnya relevan dengan
permasalahan yang ada di negara ini. Peningkatan penggunaan kendaraan yang
terus meningkat setiap waktunya memaksa kita untuk segera mencari solusi
kemacetan. Lalu, mengingat tingkat kejahatan yang cukup tinggi di Indonesia,
khususnya di daerah - daerah yang tidak dalam pengawasan polisi. Penggunaan
checkpoint pada beberapa titik bisa membantu para polisi untuk tetap mengontrol
aktivitas penduduk khususnya apabila terjadi sebuah tindakan kriminalitas. Hal ini
akan mempercepat proses penyelidikan dan memperkecil peluang para pelaku
kriminal untuk melakukan aksinya. Selain itu, penggunaan drone yang cukup
efektif dalam meningkatkan penegakan hukum. Pengaplikasian IoT merupakan
sebuah solusi yang bisa digunakan untuk memecahkan permasalahan -
permasalahan tersebut.
Penggunaan IoT dalam penegakan hukum perlu ditinjau bagaimana
keterkaitannya dengan tercapainya Good Governance. Peninjauan dilakukan pada
7

setiap prinsip agar jelas bahwa IoT dapat membantu tercapainya Good
Governance.
IoT mengutamakan penggunaan sensor atau devais lainnya dalam
pengumpulan data. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam menjaga
keberadaan sistem ini. Hal yang sering terjadi adalah perusakan yang berakhir
pada kerugian alat. Partisipasi dalam penegakan hukum juga menjadi kunci
penting untuk mencapai masyarakat yang terorganisir. Dengan keberadaan IoT
dalam penegakan hukum, masyarakat diharapkan dapat menerima sistem baru dan
dapat ikut berpartisipasi aktif dalam menjalaninya.
Hukum yang memerintah adalah prinsip berikutnya dari Good
Governance. IoT dalam penegakan hukum menyediakan wadah untuk hukum
yang semakin adil. IoT memfasilitasi data yang faktual dan aktual. Dalam sebuah
peradilan data yang faktual dan aktual dapat meningkatkan keadilan, sehingga
hukum yang berbicara. IoT juga meningkatkan sarana dan prasarana penegak
hukum. Peningkatan ini akan linear dengan peningkatan kinerja penegak hukum.
Kinerja penegak hukum yang baik tidak memungkinkan adanya intervensi dari
orang luar dalam penegakan hukum.
Transparansi sebagai salah satu prinsip Good Governance, diartikan
bahwa informasi dapat diakses secara bebas. Penyimpanan data yang
dikumpulkan dari berbagai devais yang terhubung dengan internet menjadi data
yang paling mudah diakses oleh masyarakat. Pengolahan dari data-data ini juga
akan mudah dipahami karena sudah diolah oleh sistem. Masyarakat bisa secara
langsung bersinergi dengan pemerintah dalam melihat data dan fakta di lapangan.
Dalam memenuhi prinsip pemerintahan yang responsif, penggunaan IoT
dalam penegakan hukum secara tidak langsung akan meningkatkan respons dari
penegak hukum setempat apabila terjadi sebuah pelanggaran. Data yang ada akan
tersimpan di sistem sehingga penegak hukum seperti misalnya polisi, akan dengan
mudah mengontrol aktivitas masyarakat dan apabila terjadi sebuah tindakan
kriminal, sistem akan memberikan sejenis warning sehingga polisi akan dengan
cepat merespons kejadian tersebut. Selain itu, pelaksanaan dari kebijakan
penggunaan IoT sendiri harus disosialisasikan terlebih dahulu untuk memenuhi
prinsip Good Governance yaitu berorientasi pada konsensus. Pemerintah harus
mempertimbangkan banyak hal seperti kebiasaan, adat dan istiadat, dan nilai
budaya yang ada di masyarakat itu sendiri sehingga tidak akan menyalahi budaya
yang sudah dijalankan sejak dahulu. Selain itu, masyarakat juga harus diedukasi
sehingga mengetahui tujuan dari penggunaan IoT untuk meningkatkan penegakan
hukum sehingga mencegah misinformasi yang akan menghasilkan berita - berita
palsu di masyarakat. Edukasi mengenai IoT harus dilakukan secara jelas dan
dalam bahasa yang sederhana sehingga masyarakat mudah memahami. Lalu,
dalam sudut pandang prinsip keadilan, penggunaan IoT dalam penegakan hukum
tentu saja memberikan keadilan bagi semua orang. Tidak peduli kaya atau
miskin, tua atau
8

muda, semua orang bisa diadili apabila memang terbukti melakukan sebuah
kejahatan. Penggunaan IoT akan mengurangi kecurangan dalam proses
penyelidikan. Seperti misalnya, apabila seseorang ingin melakukan kejahatan lalu
ia bisa memberi uang kepada polisi untuk tidak menangkapnya. Hal ini bisa saja
terjadi apabila terdapat oknum yang tidak bertanggung jawab. Tentu saja, dengan
penggunaan IoT, hal ini bisa dikurangi karena setiap aktivitas yang dilakukan
akan terkirim ke dalam sistem sehingga kepolisian pusat bisa terus mengontrol
segala hal tanpa adanya peristiwa seperti pada contoh yang sudah diberikan
sebelumnya.
Penggunaan IoT dalam pemerintahan akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam kinerja pemerintah. Hal ini juga dapat dirasakan dalam hal
penegakan hukum karena dapat mengurangi kehadiran secara fisik dalam hal
pengawasan dan penanganan. Kinerja yang efisien dan efektif akan berakibat pada
kurangnya celah terhadap pelaku kecurangan untuk bertindak sehingga kerja
pemerintahan dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.
Pertanggungjawaban akan suatu kebijakan dari pemerintah terutama dalam
hal penegakan hukum dapat dilakukan dengan baik apabila pemerintah mampu
secara terbuka menyampaikan kondisi dan resolusi konflik yang sedang dihadapi
kepada masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah membuktikan bahwa dalam
pelaksanaannya, pemerintah mengambil keputusan berdasarkan fakta yang terjadi
di lapangan dan dapat dibuktikan dengan secara jelas. Penggunaan IoT dalam
penegakan hukum ini memberi kepastian karena mengoptimalisasi pengawasan
sehingga ketidakadilan dan kecurangan dalam hukum dapat berkurang karena
keputusan diambil berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan secara jelas dan
akurat di lapangan yang merupakan hasil pengaplikasian IoT.
Implementasi IoT di Indonesia merupakan bentuk dari peningkatan ilmu
pengetahuan dan perlu ditinjau berlandaskan nilai-nilai Pancasila sebagai etika
Sains. Implementasi IoT ini harus tetap menjaga martabat masyarakat,
implementasi ini tidak boleh mengurangi martabat dari penduduk sehingga harus
terjadi komunikasi yang baik antara pemerintah dengan penduduk. Pemerintah
tidak bisa semerta - merta langsung mengimplementasikan IoT ini untuk
penegakan hukum tanpa adanya sebuah komunikasi agar tidak menimbulkan
konflik baru. Selain itu, implementasi IoT ini tentu saja meningkatkan kualitas
dari kehidupan masyarakat. Implementasi ini sangat terbuka untuk masyarakat.
Penggunaan teknologi akan membuat masyarakat belajar tentang hal baru dan
semakin terbiasa dengan teknologi serta dapat memberikan ruang untuk
beradaptasi dengan revolusi industri yang semakin hari semakin cepat. Dengan
belajar hal yang baru, masyarakat akan memiliki pemikiran yang semakin
terbuka terhadap perubahan. Namun, implementasi IoT ini harus tetap mengikuti
nilai - nilai etika kemanusiaan. Hal ini tidak boleh melanggar salah satu dari nilai -
nilai yang sudah melekat pada masyarakat tertentu. Implementasi IoT harus dikaji
lebih dulu, apakah sudah sesuai dengan nilai - nilai kemanusiaan yang ada di
masyarakat setempat atau
9

belum. Hal ini menjadi poin penting dalam implementasi IoT untuk penegakan
hukum karena masyarakat tidak boleh merasa dirugikan karena adanya
implementasi ini yang disebabkan oleh adanya pelanggaran terhadap nilai - nilai
kemanusiaan yang sudah ada sejak zaman dahulu. Walaupun banyak hal yang
perlu dipertimbangkan dalam implementasi IoT untuk penegakan hukum, hasil
dari implementasi ini akan setimpal dengan persiapan yang sudah dilakukan
karena akan dihasilkan penegakan hukum yang transparan yang memperkecil
ruang untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum dalam mencapai suatu
Good Governance dalam negara ini.

Kesimpulan

Salah satu dari pemanfaatan IoT adalah dalam bidang penegakan hukum.
Penggunaan IoT bisa meningkatkan keefektifan dari pelaksanaan penegakan
hukum di Indonesia. Di negara ini, banyak permasalahan yang dapat diatasi
dengan penggunaan IoT, seperti misalnya permasalahan kemacetan yang sudah
ada sejak lama. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai ruang untuk
diimplementasikannya IoT. Lalu, pelanggaran hukum di jalan raya, hal ini bisa
diatasi dengan pemasangan sebuah sensor yang bisa mengawasi pengguna
kendaraan. Lalu untuk pengamanan daerah remote, penggunaan Drone yang
sangat membantu dalam proses pengawasan terhadap kelompok bersenjata. Hal
ini akan memudahkan TNI dan Polri dalam menjaga stabilitas keamanan negara.
Implementasi IoT di Indonesia juga harus mempertimbangkan Pancasila sebagai
etika sains. Dengan berbagai peningkatan instrumen penegakan hukum, kedelapan
prinsip dalam Good Governance, yaitu partisipasi, berorientasi pada konsensus,
transparan, akuntabel, responsif, efektif dan efisien, adil, dan rule of law, dapat
diraih dengan lebih mudah dengan melibatkan IoT dalam proses di dalamnya.

Ucapan terimakasih

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada


semua pihak yang sudah memberikan bantuan dalam pembuatan makalah
penelitian ini. Terwujudnya makalah ini tidak lepas dari peran dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada,

1. Ridwan Fauzi, S.Pd., M.H. selaku dosen Mata Kuliah Pancasila dan
Kewarganegaraan.

2. Ayah dan Ibu, Kakak, Adik, serta seluruh keluarga yang telah
memberikan dukungan.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan permohonan maaf apabila terdapat
10

kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi banyak pihak .

Kontribusi penulis

Arjuna Marcelino sebagai Penulis Satu mengoordinasi seluruh kegiatan,


analisis hasil studi Pustaka, evaluasi dan perbaikan; Niko Bernardus Simamora
sebagai Penulis Dua melakukan studi pustaka, analisis hasil studi pustaka,
evaluasi dan perbaikan; Radhitya Alfiandi sebagai Penulis Tiga menuliskan
artikel ilmiah, analisis hasil studi pustaka, evaluasi dan perbaikan; Ridwan Fauzi,
S.Pd., M.H. sebagai Penulis Empat sebagai pengarah dan pendesain kegiatan serta
penyelaras akhir manuskrip.

Daftar pustaka

A&S Adria. 2019. How IoT And Smart Devices Are Reducing Urban Traffic
Congestion. URL: https://www.asadria.com/en/how-iot-and-smart-devices-are-
reducing-urban-traffic- congestion/#:~:text=The%20internet%20of%20things
%20(IoT,world%20ease
%20urban%20traffic%20congestion.&text=%E2%80%9CCommunication%20
between%20road%20users%20and,the%20flows%2C%E2%80%9D%20they%
20said. Diakses tanggal 26 November 2020.

Ayu, M. G. 2020. Perkembangan dan Penggunaan IoT di Indonesia Tahun 2021


Diprediksi Meningkat. URL:
https://www.cloudcomputing.id/berita/perkembangan-dan-penggunaan-iot-di-
indonesia. Diakses tanggal 23 November 2020.

Evans, D. 2011. The Internet of Things: How the Next Evolution of the Internet Is
Changing Everything. CISCO White Paper. (1): 2-5.

Nation Thailand. 2019. New IoT devices considered to prevent crime, make roads
safer. URL : https://www.nationthailand.com/news/30377211. Diakses tanggal
27 November 2020.

Naveen Joshi. 2018. Transforming Law Enforcement with The Internet of Things.
URL : https://www.bbntimes.com/technology/transforming-law-enforcement-
with-the-internet-of- things#:~:text=Leveraging%20applications%20of%20the
%20Internet%20of% 20Things%20%28IoT%29,ease%20out%20human
%20life%20by%20automati ng%20numerous%20processes. Diakses tanggal 1
Desember 2020.

Pertiwi, W. K. 2020. Penetrasi di Indonesia Capai 64 Persen.URL:


https://tekno.kompas.com/read/2020/02/20/14090017/penetrasi-internet-di-
indonesia-capai-64-persen. Diakses tanggal 23 November 2020.
11

Rahayu, Y. A. 2019. Indonesia Rugi Rp 56 Triliun Gara-gara Jalanan Macet. URL


: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4077826/indonesia-rugi-rp-56-triliun-
gara-gara-jalanan-macet. Diakses tanggal 26 November 2020.

Unescap. 2009. What is Good Governance?. URL :


https://www.unescap.org/sites/default/files/good-governance.pdf. Diakses
tanggal 23 November 2020.
12

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping


13
14
15

Biodata Dosen Pendamping


16
17

Lampiran 2. Kontribusi Anggota Penulis

Posisi
No Nama Bidang Ilmu Kontribusi
Penulis
1 Arjuna Penulis Teknik Mengoordinasi seluruh
Marcelino pertama Informatika kegiatan, analisis hasil studi
Pustaka, evaluasi dan
perbaikan.
2 Niko Penulis Teknik Tenaga Melakukan studi pustaka,
Berndardus kedua Listrik analisis hasil studi pustaka,
Simamora evaluasi dan perbaikan.
3 Radhitya Penulis Teknik Tenaga Menuliskan artikel ilmiah,
Alfiandi ketiga Listrik analisis hasil studi pustaka,
evaluasi dan perbaikan.
4 Ridwan Penulis Sosioteknologi Pengarah dan desain
Fauzi, S.Pd., korespond FSRD kegiatan serta penyelaras
M.H. ensi akhir manuskrip.
18

Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana


19

Lampiran 4. Surat Pernyataan Sumber Tulisan

Protect pdf from copying with Online-PDF-No-Copy.com

Anda mungkin juga menyukai