Anda di halaman 1dari 6

Mengenal Ya’juj dan Ma’juj

Kemunculan sebuah bangsa yang akan menciptakan kekacauan serta kerusakan di muka bumi telah
ditakdirkan Allah subhanahuwata’ala sebagai salah satu penanda kiamat besar. Siapakah dan bagaimanakah
mereka?
Di dalam beberapa hadits tentang tanda-tanda hari kiamat kubra, disebutkan ada sepuluh tanda hari
kiamat. Di antaranya adalah keluarnya Ya`juj wa Ma`juj. Berita tentang keluarnya Ya`juj wa Ma`juj bukan
hanya mutawatir, bahkan disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 96-97: Hingga apabila dibukakan
(dinding) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah
dekatlah datangnya janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang
kafir. (Mereka berkata): “Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami dalam kelalaian tentang ini, bahkan
kami adalah orang-orang yang dzalim.” Ibnu Katsir rahimahullahu menerangkan: mereka adalah dari
keturunan Adam ‘alaihissalam dari keturunan Nabi Nuh ‘alaihissalam, dari anak keturunan Yafits yakni nenek
moyang bangsa Turki yang terisolir oleh benteng tinggi yang dibangun oleh Dzulqarnain.
Sedangkan makna “min kulli hadabin yansilun” diterangkan oleh Ibnu Katsir ahimahullahu: yakni
turun dari tempat-tempat yang tinggi dengan cepat dengan membuat kerusakan.
Demikian pula disebutkan dalam surat Al-Kahfi ayat 94: “Wahai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya`juj wa Ma`juj
merusak di muka bumi, kami akan siapkan imbalan yang besar agar kiranya engkau membuatkan benteng
antara kami dengan mereka.” Adapun kalimat yang menunjukkan bahwa runtuhnya benteng Dzulqarnain dan
keluarnya Ya`juj wa Ma`juj sebagai tanda dekatnya hari kiamat adalah ucapan Allah subhanahuwata’ala pada
ayat ke-98:
“Ini adalah rahmat dari Rabbku…..” Ibnu Katsir rahimaullahu menyatakan: “Ini adalah dalil yang
menunjukkan bahwa mereka tidak akan bisa melubanginya sedikitpun…” Sedangkan makna “Jika datang janji
Rabbku” adalah: Jika telah dekat hari kiamat, Allah subhanahuwata’ala akan runtuhkan benteng tersebut.
Demikian dikatakan oleh Ibnu Katsir rahimahullahu.

Ya`juj wa Ma`juj dari keturunan Adam ‘alaihissalam


Ya’juj wa Ma’juj adalah dari jenis manusia keturunan Adam q. Tidak seperti yang digambarkan oleh
sebagian orang bahwa mereka bukanlah dari keturunan manusia.
Hanya saja mereka adalah orang-orang yang merusak serta memiliki sifat dan perangai yang Allah
subhanahuwata’ala takdirkan kepada mereka tidak seperti manusia pada umumnya.
Dalil yang menunjukkan bahwa mereka dari jenis manusia keturunan Adam ‘alaihissalam adalah apa yang
diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dalam Kitabul Anbiya’ bab Qishah Ya’juj wa Ma’juj, dari Abu Sa’id Al-
Khudri.
Radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi Sallallahu’alaihiwassallam bersabda:
‫ضي اللَّهم َع ْنهم ع َِن‬ ِ ‫عَن َأبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِريِّ َر‬
‫صلَّى ا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل يَقُو ُل ا َت َعالَى‬ َ ‫النَّبِ ِّي‬
‫ك‬ َ ‫ك َو ْال َخ ْي ُر فِي يَ َد ْي‬َ ‫ك َو َس ْع َد ْي‬ َ ‫يَا آ َد ُم فَيَقُو ُل لَبَّ ْي‬
‫ار قَا َل‬ ُ ‫ار قَا َل َو َما بَع‬
ِ َّ‫ْث الن‬ ِ َّ‫ْث الن‬ َ ‫فَيَقُو ُل َأ ْخ ِرجْ بَع‬
ُ‫ف تِ ْس َع ِماَئ ٍة َوتِ ْس َعةً َوتِ ْس ِعينَ فَ ِع ْن َده‬ ٍ ‫ِم ْن ُكلِّ َأ ْل‬
ِ ‫ض ُع ُكلُّ َذا‬
‫ت َح ْم ٍل َح ْملَهَا‬ َ َ‫ص ِغي ُر ) َوت‬
َّ ‫َي ِشيبُ ال‬
‫اس ُسكَا َرى َو َما هُ ْم بِ ُسكَا َرى َولَ ِك َّن‬ َ َّ‫َوتَ َرى الن‬
‫ك‬ ‫َأ‬ ُ
َ ِ‫اب ا َش ِدي ٌد ( قَالوا يَا َرسُو َل ا َو يُّنَا َذل‬ َ ‫َع َذ‬
‫ْأ‬ ‫اًل‬ ُ ْ ‫َأ‬
‫اح ُد قَا َل ب ِْشرُوا فَِإ َّن ِمنك ْم َر ُج َو ِم ْن يَ جُو َج‬ ِ ‫ْال َو‬
‫… َو َمْأجُو َج َأ ْلفًا‬

Allah subhanahuwata’ala berfirman kepada Adam: “Wahai Adam.” Maka Adam menjawab:


“Labbaika wa sa’daika wal khairu fi yadaika (Aku sambut panggilan-Mu dengan senang hati dan kebaikan
semuanya di tangan-Mu).” Kemudian Allah subhanahuwata’ala berfirman: “Keluarkan pasukan penghuni
neraka.” Maka Adam bertanya: “Apa itu pasukan penghuni neraka?” Allah subhanahuwata’ala berfirman:
“Mereka dari setiap seribu orang, sembilan ratus Sembilan puluh sembilan orang!” Maka ketika itu anak kecil
menjadi beruban, setiap yang hamil melahirkan apa yang dikandungnya, dan kamu lihat orang-orang seakan-
akan mabuk padahal mereka tidak mabuk, tetapi karena adzab Allah subhanahuwata’ala  yang sangat keras.
Kemudian para sahabat bertanya: “Siapa yang satu itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab:
“Bergembiralah sesungguhnya penghuni neraka itu dari kalian satu dan dari Ya’juj wa Ma’juj seribu….” (HR.
Al-Bukhari dengan Fathul Bari, juz 6 hal.382) Dari hadits di atas kita dapatkan beberapa faedah: Pertama:
Ya’juj wa Ma’juj adalah calon penghuni neraka.
Kedua: jumlah Ya’juj wa Ma’juj sangat besar. Ketiga: bahwa Ya’juj wa Ma’juj dari jenis manusia
keturunan Adam.
Sifat-sifat Ya’juj wa Ma’juj
Walaupun mereka dari jenis manusia keturunan Adam, namun mereka memiliki sifat khas yang
berbeda dari manusia biasa. Ciri utama mereka adalah perusak dan jumlah mereka yang sangat besar sehingga
ketika mereka turun dari gunung seakanakan air bah yang mengalir, tidak pandai berbicara dan tidak fasih,
bermata kecil (sipit), berhidung kecil, lebar mukanya, merah warna kulitnya seakan-akan wajahnya seperti
perisai dan lain-lain. Disebutkan dalam riwayat Al-Imam Ahmad rahimahullahu, dari Ibnu Harmalah, dari
bibinya, dia berkata:
‫َاصبٌ ِإصْ بَ َعهُ ِم ْن‬ ِ ‫ َوهُ َو ع‬n ‫ب َرسُو ُل ا‬ َ َ‫خ‬
َ ‫ط‬
ُ
‫ ِإنَّ ُك ْم تَقُولونَ اَل َع ُد َّو وَِإنَّ ُك ْم‬:‫ب فَقَا َل‬ ْ
ٍ ‫لَ ْد َغ ِة َعق َر‬
‫ْأ‬ ‫ْأ‬
‫اَل تَزَالُونَ تُقَاتِلونَ َع ُد ًّوا َحتَّى يَ تِ َي يَ جُو ُج‬
ُ
ُ‫ُون ُشهْب‬ ِ ‫صغَا ُر ْال ُعي‬ ِ ‫َو َمْأجُو ُج ِع َراضُ ْال ُوجُو ِه‬
‫ب يَ ْن ِسلُونَ َكَأ َّن ُوجُوهَهُ ُم‬
ٍ ‫اف ِم ْن ُكلِّ َح َد‬
ِ ‫ال ِّش َع‬
ُ‫ط َرقَة‬ْ ‫ْال َم َجانُّ ْال ُم‬
Rasulullah sallallahu’alaihi wassallam berkhutbah dalam keadaan jarinya tersengat kalajengking.
Beliau bersabda: “Kalian mengatakan tidak ada musuh. Padahal sesungguhnya kalian akan terus memerangi
musuh sampai datangnya Ya’juj wa Ma’juj, lebar mukanya, kecil (sipit) matanya, dan ada warna putih di
rambut atas. Mereka mengalir dari tempat-tempat yang tinggi, seakan-akan wajah-wajah mereka seperti
perisai.” (HR. Ahmad)

Ya`juj dan Ma`juj Sudah Ada Sekarang


Ya`juj dan Ma`juj sudah ada dan terus dalam keadaan turun-temurun (beranak pinak), tidak
meninggal satu orang dari mereka, kecuali lahir seribu orang lebih. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat
Abdullah bin ‘Amr radhiallahuanhu yang diriwayatkan Al-Hakim rahimahullahu dalam Mustadrak-nya.
Namun alhamdulillah Allah subhanahuwata’ala telah bentengi mereka dari kita, yaitu dengan sebab
menakdirkan munculnya Dzulqarnain yang dengan kemampuannya membuat benteng yang terbuat dari besi
dan tembaga. Allah subhanahuwata’ala berfirman:  “Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi).
Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan keduanya, suatu kaum
yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: ‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj
itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan suatu pembayaran
kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?’ Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang telah
dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan
(manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-
potongan besi.’ Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah
Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu).’ Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata:
‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa
mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata:
‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabb-ku Dia akan menjadikannya
hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar’.” (Al-Kahfi:92-98)

Kesombongan Ya’juj dan Ma’juj


Ya`juj dan Ma`juj ketika keluar tidaklah melewati sesuatu kecuali dirusaknya. Tidaklah melewati
danau kecuali meminumnya hingga habis. Tidaklah mendapati manusia kecuali dibunuhnya sampai ketika
mereka merasa
menang membantai seluruh penduduk bumi, dia menantang penduduk langit. Inilah kesombongan yang luar
biasa dari Ya`juj wa Ma`juj.
‫ثُ َّم َي ِسيرُونَ َحتَّى يَ ْنتَهُوا ِإلَى َجبَ ِل ْال ُخ َم ِر َوهُ َو‬
‫ لَقَ ْد قَت َْلنَا َم ْن‬: َ‫س فَيَقُولُون‬
ِ ‫ت ْال َم ْق ِد‬
ِ ‫َجبَ ُل بَ ْي‬
َ‫ فَيَرْ ُمون‬.‫ض هَلُ َّم فَ ْلنَ ْقتُلْ َم ْن فِي ال َّس َما ِء‬ ِ ْ‫فِي اَأْلر‬
‫ِبنُ َّشابِ ِه ْم ِإلَى ال َّس َما ِء فَيَ ُر ُّد هللاُ َعلَ ْي ِه ْم نُ َّشابَهُ ْم‬
‫َم ْخضُوبَةً َد ًما‬
“Kemudian mereka berjalan dan berakhir di gunung Khumar, yaitu salah satu gunung di Baitul Maqdis.
Kemudian mereka berkata: “Kita telah membantai penduduk bumi, mari kita membantai penduduk langit.”
Maka mereka melemparkan panah-panah dan tombak-tombak mereka ke langit. Maka Allah
subhanahuwata’ala kembalikan panah dan tombak-tombak mereka dalam keadaan berlumuran darah.” (HR.
Muslim dalam kitab Al-Fitan wa Asyrathus Sa’ah)
Yakni mereka mengira bahwa darah tersebut bukti kemenangan mereka melawan penduduk langit.
Maka Allah subanauwata’ala binasakan seluruhnya pada saat puncak kesombongan mereka dalam waktu yang
hampir bersamaan. Binasanya Ya’juj dan Ma’juj dengan doa Nabi Isa ‘alaihissallam. Diriwayatkan dari An-
Nawwas Ibni Sam’an dalam hadits yang panjang. Di antaranya sebagai berikut:
ُ ْ‫ِإ ْذ َأوْ َحى هللاُ ِإلَى ِعي َسى ِإنِّي قَ ْد َأ ْخ َرج‬
‫ت ِعبَادًا‬
‫ور‬
ِ ‫الط‬ ُّ ‫َان َأِل َح ٍد بِقِتَالِ ِه ْم فَ َحرِّ ْز ِعبَا ِدي ِإلَى‬
ِ ‫لِي اَل يَد‬
‫ب‬ٍ ‫ث هللاُ يَْأجُو َج َو َمْأجُو َج َوهُ ْم ِم ْن ُكلِّ َح َد‬ ُ ‫َويَ ْب َع‬
َ‫يَ ْن ِسلُونَ فَيَ ُمرُّ َأ َواِئلُهُ ْم َعلَى بُ َح ْي َر ِة طَبَ ِريَّةَ فَيَ ْش َربُون‬
ً‫آخ ُرهُ ْم فَيَقُولُونَ لَقَ ْد َكانَ بِهَ ِذ ِه َم َّرة‬ ِ ُّ‫َما فِيهَا َويَ ُمر‬
ُ َّ ‫َأ‬
َ‫ص ُر نَبِ ُّي هللاِ ِعي َسى َو صْ َحابُهُ َحتى يَكون‬ َ ْ‫َما ٌء َويُح‬
ُ‫َار َأِل َح ِدك ُم‬ ‫َأِل‬ ‫ْأ‬
ٍ ‫َر سُ الثَّوْ ِر َح ِد ِه ْم خَ ْيرًا ِمن ِماَئ ِة ِدين‬
ْ
‫ْاليَوْ َم فَيَرْ غَبُ نَبِ ُّي هللاِ ِعي َسى َوَأصْ َحابُهُ فَيُرْ ِس ُل‬
‫هللاُ َعلَ ْي ِه ُم النَّ َغفَ فِي ِرقَابِ ِه ْم فَيُصْ بِحُونَ فَرْ َسى‬
‫اح َد ٍة ثُ َّم يَ ْهبِطُ نَبِ ُّي هللاِ ِعي َسى‬ ِ ‫س َو‬ ٍ ‫ت نَ ْف‬ ِ ْ‫َك َمو‬
‫ض‬ِ ْ‫ض فَاَل يَ ِج ُدونَ فِي اَأْلر‬ ِ ْ‫َوَأصْ َحابُهُ ِإلَى اَأْلر‬
‫ض َع ِشب ٍْر ِإاَّل َمَأَلهُ َزهَ ُمهُ ْ«م َونَ ْتنُهُ ْم فَيَرْ غَبُ نَبِ ُّي‬ ِ ْ‫َمو‬
‫هللاِ ِعي َسى َوَأصْ َحابُهُ ِإلَى هللاِ فَيُرْ ِس ُل هللاُ طَ ْيرًا‬
‫ْث شَا َء‬ ُ ‫َط َر ُحهُ ْم َحي‬ ْ ‫ت فَتَحْ ِملُهُ ْم فَت‬
ِ ‫َاق ْالب ُْخ‬
ِ ‫َكَأ ْعن‬
‫َر‬ ٍ ‫ْت َمد‬ ُ ‫طرًا اَل يَ ُكنُّ ِم ْنهُ بَي‬ َ ‫هللاُ ثُ َّم يُرْ ِس ُل هللاُ َم‬
‫ض َحتَّى يَ ْت ُر َكهَا كَال َّزلَفَ ِة ثُ َّم‬ َ ْ‫َواَل َوبَ ٍر فَيَ ْغ ِس ُل اَأْلر‬
‫ض َأ ْنبِتِي ثَ َم َرت َِك َو ُردِّي بَ َر َكت َِك‬
ِ ْ‫…يُقَا ُل لَِأْلر‬
Ketika Allah subhanahuwata’ala mewahyukan kepada Isa ‘alaihissalam: Sesungguhnya aku
mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak ada kemampuan bagi seorang pun untuk memeranginya. Maka
biarkanlah mereka hamba-hamba-Ku menuju Thuur. Lalu Allah subhanahuwata’ala keluarkan Ya’juj wa
Ma’juj dan mereka mengalir dari tiap-tiap tempat yang tinggi. Kemudian mereka melewati danau Thabariyah1,
dan meminum seluruh air yang ada padanya. Hingga ketika barisan paling belakang mereka sampai di danau
tersebut mereka berkata: “Sungguh dahulu di sini masih ada airnya.” Ketika itu terkepunglah Nabiyullah Isa
‘alaihissallam dan para sahabatnya.
Hingga kepala sapi ketika itu lebih berharga untuk mereka daripada seratus dinar kalian sekarang ini.
Maka Isa dan para sahabatnya berharap kepada Allah subhanahuwata’ala. Maka Allah subhanahuwata’ala pun
mengirim sejenis ulat yang muncul di leher mereka. Maka pagi harinya mereka seluruhnya binasa menjadi
bangkai-bangkai dalam waktu yang hampir bersamaan. Kemudian turunlah (dari gunung Thuur) Nabiyullah
Isa dan para sahabatnya, maka
tidak didapati satu jengkal pun tempat kecuali dipenuhi oleh bangkai dan bau busuk mereka. Maka Nabi Isa
‘alaihissallam pun berharap (berdoa) kepada Allah subhanahuwata’ala. Maka Allah subhanahuwata’ala
mengirimkan burung-burung yang lehernya seperti unta, membawa bangkai-bangkai mereka dan kemudian
dilemparkan di tempat yang Allah subhanahuwata’ala kehendaki2. Kemudian Allah kirimkan hujan yang tidak
menyisakan satu pun rumah maupun kemah, lalu membasahi bumi hingga menjadi licin. Kemudian dikatakan
kepada bumi itu: ‘Tumbuhkanlah buahbuahanmu dan kembalilah berkahmu…” (HR. Muslim)

Wajib Beriman dengan berita Ya`juj wa Ma`juj


Berita tentang Ya`juj wa Ma`juj adalah berita dari Allah subhanahuwata’ala dan Rasul-Nya, sehingga
seorang muslim yang beriman wajib menerimanya. Bukankah ciri-ciri orang yang bertakwa adalah beriman
kepada hal ghaib yang dikabarkan oleh Allah subhanahuwata’ala dan Rasul-Nya? Dan termasuk hal yang
ghaib adalah apa yang akan terjadi pada akhir zaman, termasuk berita akan keluarnya Ya`juj wa Ma`juj?
Namun sebagian kaum muslimin, khususnya kaum Mu’tazilah dan para rasionalis atau orang-orang yang
terpengaruh oleh mereka, menolak berita-berita hadits yang -menurut anggapan mereka- tidak masuk akal.
Mereka menganggap hadits-hadits tersebut hanya akan membuat orang lari dari Islam.
Ketika mereka mendengarkan hadits-hadits tentang diangkatnya Nabi Isa ‘alaihissallam dalam
keadaan hidup, akan turunnya beliau pada akhir zaman, berita tentang Dajjal – yang sudah ada wujudnya
dalam keadaan terbelenggu- atau tentang Ya`juj wa Ma`juj yang masih beranak-pinak dan terus menerus
berupaya untuk keluar dari benteng yang dibuat oleh Dzulqarnain, dan lain-lainnya. Mereka benar-benar
gelisah, panas dadanya seraya berkata: “Untuk apa hadits-hadits seperti ini disampaikan. Hadits-hadits ini akan
menjadikan manusia semakin jauh dari Islam.” Mereka melontarkan olok-olok, celaan, dan berbagai macam
ucapan penolakan terhadap hadits-hadits tersebut. Keadaan mereka ini persis seperti yang dikatakan oleh para
ulama tentang ahlul bid’ah:
Ahmad bin Sinan Al-Qaththan rahimahullahu berkata: ”Tidak ada di dunia ini seorang mubtadi’ (ahli bid’ah)
pun kecuali akan membenci ahlil hadits. Jika seseorang mengada-adakan kebid’ahan niscaya akan dicabut
kelezatan hadits dari hatinya.” (Aqidatussalaf wa Ashhabul Hadits hal. 300)
Abu Nashr bin Sallam Al-Faqih rahimahullahu berkata: “Tidak ada sesuatu yang lebih berat dan lebih dibenci
bagi orang-orang mulhid (sesat) daripada mendengarkan hadits dengan riwayat dan sanadnya.” (AqidatusSalaf
Ashhabil Hadits hal. 302)

Penutup
Sebagai nasihat dan peringatan untuk kita dan seluruh kaum muslimin, kami nukilkan beberapa
ucapan para ulama dalam masalah ini:
Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullahu menyatakan: “Barangsiapa yang menolak hadits Nabi
salallahu’alaihiwassallam, maka dia berada di pinggir jurang kehancuran.” (Thabaqat Al-Hanabilah, 2/11 dan
Al-Ibanah, 1/269; lihat Ta’zhimus Sunnah hal. 29)
A l – I m a m A l – B a r b a h a r i rahimahullahu menegaskan: “Jika engkau mendengar seseorang mencela
riwayat-riwayat (yakni riwayat hadits yang shahih), menolaknya atau menginginkan selainnya, maka
curigailah Ke islamannya dan jangan ragu kalau dia adalah pengekor hawa nafsu, ahlul bid’ah.”(Syarhus
Sunnah hal. 51)
Abul Qashim Al-Ashbahani rahimahullahu menerangkan: Ahlus Sunnah dari kalangan salaf berkata:
“Barangsiapa mencerca riwayat-riwayat hadits, maka sepantasnya untuk dituduh keislamannya.” (Al-Hujjah fi
Bayanil Mahajjah 2/248. Lihat Ta’zhimus Sunnah, hal. 29)
Al-Imam Az-Zuhri  –imamnya para imam pada zamannya- berkata: “Dari Allah subanahuwata’ala
keterangannya, Rasulullah sallallahu’alaihiwassalam yang menyampaikannya, maka kewajiban kita adalah
menerimanya.” (Aqidatus Salaf Ashhabil Hadits, hal. 249)
Beliau berkata juga: “Diriwayatkan dari salaf bahwa kaki Islam tidak akan kokoh, kecuali di atas fondasi at-
taslim (yakni menerima dan tunduk pada seluruh ucapan Allah subhanahuwata’ala dan Rasul-Nya, pent.).”
(Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits hal. 200) Wallahu a’lam.
Catatan kaki:
1.       Danau Tiberias/Galilea, terletak di wilayah pendudukan Yahudi, tepatnya di barat daya Dataran Tinggi Golan.
Merupakan sumber air tawar bagi warga Yahudi-Israel.
2.       Dalam riwayat lain, dilemparkan ke laut. (HR. Hakim dalam Mustadrak-nya, dan Al-Imam Ahmad dalam
Musnad-nya)

Anda mungkin juga menyukai