Anda di halaman 1dari 26

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK GRAND FAMILY

NOMOR : 003/SK/DIR/RSIAGF/VII/2022

TENTANG

PANDUAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK GRAND FAMILY

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK GRAND FAMILY

Menimbang : a. bahwa untuk mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan yang


bermutu dan profesional khususnya upaya menjaga Keselamatan
Pasien dan Pegawai Rumah Sakit Ibu dan Anak Grand Family dalam
masa pandemi Covid-19, diperlukan Panduan Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) di lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Grand Family;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a tersebut di atas maka perlu menetapkan Keputusan Direktur
tentang Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Rumah
Sakit Ibu dan Anak Grand Family.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 tahun
2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pelayanan Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 413 tahun
2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
2019 (Covid-19);
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1128
tahun 2022 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK FAMILY


TENTANG PANDUAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
(APD) RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK GRAND FAMILY.
KESATU : Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Rumah Sakit Ibu dan Anak
Grand Family sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur ini.

KEDUA : Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Grand Family sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu agar dapat
digunakan sebagai acuan para petugas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Grand
Family.

KETIGA : Masa berlaku Keputusan Direktur tentang Panduan Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Grand Family adalah selama 3 (tiga)
tahun terhitung 28 Juli 2022 sampai dengan 28 Juli 2025

KEEMPAT : Dengan berlakunya keputusan ini, maka Keputusan Direktur Rumah


Sakit Ibu dan Anak Grand Family Nomor 108/SK/DIR/RSIAGF/V/2018
Tentang Panduan Penggunaan Alat Pelindungi Diri (APD) dinyatakan
tidak berlaku.

KELIMA : Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 28 Juli 2022
Direktur

Dr. Sugino Kesuma Karo S

KATA PENGANTAR

SK
2 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 2 dari 26
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga tersusunnya
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ini. Dalam upaya meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, Rumah Sakit Ibu dan Anak Grand Family senantiasa
meningkatkan penyelenggaraan peningkatan sarana dan prasarana yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ini, merupakan bagian dari
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi terutama upaya pengkajian area atau aktivitas yang
berisiko menimbulkan terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit. Tersusunnya
panduan ini, merupakan salah satu upaya untuk memutus mata rantai penularan kepada
petugas, keluarga pasien maupun lingkungan rumah sakit.
Panduan ini, masih akan selalu diperbaharui sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Jakarta, 28 Juli 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
SK
3 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 3 dari 26
SK Komite Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ..........................................................................................................5
B. PENGERTIAN .....................................................................................................................5
BAB II RUANG LINGKUP ...................................................................................................7
BAB III KEBIJAKAN ............................................................................................................8
BAB IV TATA LAKSANA
A. AREA PENGGUNAAN APD ..............................................................................................9
B. PENGGUNAAN APD PER LEVEL SAAT PANDEMI COVID-19 .................................10
C. PANDUAN UMUM APD ...................................................................................................11
D. JENIS-JENIS APD ..............................................................................................................12
E. PEMAKAIAN APD DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN ................................21
F. DAMPAK APD ...................................................................................................................24
BAB V DOKUMENTASI ......................................................................................................26

Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak


Grand Family
Nomor : 002/SK/DIR/RSIAGF/VII/2022
Tanggal : 28 Juli 2022
Tentang : Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Rumah Sakit Ibu dan Anak Grand Family
SK
4 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 4 dari 26
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi
diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat
mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi. Peralatan pelindung
diri tidak menghilangkan atau pun mengurangi bahaya yang ada. Peralatan ini hanya
mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara penempatan penghalang antara
tenaga kerja dengan bahaya (Suma’mur, 2009).
Melihat tingginya risiko terhadap gangguan kesehatan di rumah sakit, maka perlu
dilakukan upaya-upaya pencegahan terhadap kejadian penyakit atau traumatik akibat
lingkungan kerja dan faktor manusianya. Salah satu upaya tersebut diantaranya adalah
penggunaan APD. Kemampuan petugas untuk mencegah transmisi infeksi dan upaya
pencegahan infeksi di rumah sakit Ibu dan Anak Grand Family dan upaya pencegahan
adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan bermutu.
Perawat berperan dalam pencegahan infeksi di rumah sakit, hal ini disebabkan
perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang berhubungan langsung dengan
klien dan bahan infeksius di ruang rawat (Habni, 2009).
Risiko infeksi di rumah sakit selain dapat terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit,
juga dapat terjadi pada para petugas rumah sakit. Berbagai prosedur penanganan pasien
memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang berasal dari pasien.
Infeksi di rumah sakit merupakan salah satu risiko kerja yang dihadapi oleh
tenaga kesehatan di rumah sakit. Darah dan cairan tubuh merupakan media penularan
penyakit dari pasien kepada tenaga kesehatan. Human Immunodeficiency Virus (HIV),
Hepatitis B dan Virus Hepatitis C merupakan ancaman terbesar pada tenaga kesehatan.
Pada tahun 2002, WHO memperkirakan terjadi 16.000 kasus penularan virus hepatitis C,
66.000 kasus penularan hepatitis B dan 1.000 kasus penularan HIV pada tenaga
kesehatan di seluruh dunia dan Infeksi di rumah sakit banyak terjadi di seluruh dunia
dengan kejadian terbanyak di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena
penyakit-penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama. Suatu penelitian yang
dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8.7% dari 55 rumah sakit dari 14
negara di Eropa, Timur tengah, dan Asia Tenggara dan Pasifik terdapat infeksi
nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak 10% (Anggraini, 2000).

B. Pengertian
Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk
melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya dari bahaya kerja.
Alat Pelindung Diri adalah peralatan keselamatan yang harus dipergunakan oleh personil
apabila berada dalam suatu tempat kerja yang berbahaya. Alat Pelindung Diri adalah
suatu alat yang berfungsi untuk melindungi tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan agar
SK
5 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 5 dari 26
SK Komite Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
terhindar dari bahaya dalam tempat bekerja. Pelindung barrier, yang secara umum
disebut sebagai alat pelindung diri (APD), telah digunakan selama bertahun-tahun untuk
melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan. Namun dengan
munculnya AIDS dan hepatitis C, serta meningkatnya kembali tuberkulosis di banyak
negara, pemakaian APD menjadi juga sangat penting untuk melindungi petugas. Dengan
munculnya infeksi baru seperti flu burung, SARS dan penyakit infeksi lainnya (Emerging
Infectious Diseases), pemakaian APD yang tepat dan benar menjadi semakin penting
APD semua peralatan yang melindungi pekerja selama bekerja termasuk pakaian
yang harus di pakai pada saat bekerja, pelindung kepala (hair cup), sarung tangan
(gloves), pelindung mata (eye protection), pelindung muka (fice shiel), pakaian yang
bersifat reflektive, sepatu, pelindung pendengaran (hearing protection) dan pelindung
pernapasan (masker). (HSE,1992)

BAB II

SK
6 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 6 dari 26
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di RSIA Grand Family meliputi:
1. Seluruh Karyawan RSIA Grand Family
2. Seluruh Karyawan Outsourcing yang ditempatkan di RSIA Grand Family
3. Seluruh Karyawan Pihak Ketiga yang bekerja sama dengan RSIA Grand Family

BAB III
SK
7 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 7 dari 26
SK Komite Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
KEBIJAKAN

Kebijakan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Grand Family tentang Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) adalah sebagai berikut:
1. Seluruh karyawan yang bekerja Rumah Sakit Ibu Dan Anak Grand Family termasuk
karyawan outsourcing/pihak ketiga wajib memakai Alat Perlindungan Diri bila
melakukan kegiatan yang beresiko terjadi paparan.
2. Sarung tangan, masker, pelindung maata serta alat pelindung diri lainnya tersdia dan
digunakan secara tepat oleh Karyawan yang bekerja di RSIA Grand Family sesuai
dengan syarat dan ketentuan yang diatur dalam Panduan maupun SPO Penggunaan Alat
Pelindung Diri.
3. Alat pelindung diri di rumah sakit Grand Family mengacu pada Panduan Covid-19, yang
dibagi berdasarkan level area Rumah Sakit.

BAB IV

SK
8 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 8 dari 26
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
TATA LAKSANA

A. Area Penggunaan Alat Pelindung Diri


Penggunaan APD di tempat kerja di sesuaikan dengan pajanan bahaya yang dihadapi di
area kerja. Berikut adalah jenis APD yang diperlukan:

NO NAMA RUANG JENIS APD KETERANGAN


1. ICU/HCU − Masker Untuk melindungi petugas
− Sarung tangan kesehatan dan pengunjung
− Apron kedap air/ Schot kain
− Sandal pelindung

2. VK − Masker Untuk melindungi petugas


− Topi kesehatan dan pengunjung
− Sarung tangan
− Apron kedap air
− Sepatu pelindung
− Google
3. IGD − Masker Untuk melindungi petugas
− Sarung tangan steril kesehatan
− Sarung tangan bersih
− Apron kedap air
− Sepatu pelindung
− Google jika perlu
4. PERAWATAN − Masker Untuk melindungi petugas
− Sarung tangan steril kesehatan
− Sarung tangan bersih
− Apron kedap air/Gaun
− Tutup kepala jika diperlukan
− Kaca mata jika perlu
5. SECURITY − Masker Untuk melindungi petugas
− Sarung tangan bersih kesehatan
− Sepatu pelindung
6. POLIKLINIK − Masker Untuk melindungi petugas
− Sarung tangan kesehatan
− Apron jika perlu
− Kaca mata jika perlu
7. LABORATORIUM – Masker Untuk melindungi petugas
– Sarung tangan kesehatan
– Gaun/Apron
– Sepatu pelindung
– Kaca mata jika perlu
8. RADIOLOGI – Masker Untuk melindungi petugas
– Sarung tangan kesehatan
– Apron pelindung radiasi
9. GIZI – Masker Untuk melindungi petugas
– Topi ( hair Cup) kesehatan
– Sarung tangan plastik bersih
– Sepatu pelindung
– Apron kedap air
SK
9 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 9 dari 26
SK Komite Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
NO NAMA RUANG JENIS APD KETERANGAN
10. FISIOTHERAPI – Masker Untuk melindungi petugas
– Sarung tangan kesehatan
11 FARMASI (JURU – Masker
RACIK) – Sarung tangan biasa
– Apron kedap air
– Hair Cup
11. CSSD – Masker Untuk melindungi petugas
– Sarung tangan rumah tangan kesehatan
dan sarung tangan biasa
– Apron kedap air
– Topi
– Kaca mata pelindung
– Sepatu pelindung
12. LAUNDRY – Masker Untuk melindungi petugas
– Topi kesehatan
– Apron kedap air
– Sarung tangan rumah tangga
– Sepatu pelindung
– Kaca mata jika perlu
13. PEMULASARAAN – Masker Untuk melindungi petugas
JENAZAH – Apron kedap air kesehatan
– Sarung tangan rumah tangga
– Sepatu pelindung/Boot
– Kacamata jika perlu
14. PENGOPLOSAN – Masker Untuk melindungi petugas
OBAT – Sarung tangan kesehatan
15. SANITASI DI – Masker Untuk melindungi petugas
R.PERAWATAN – Sarung tangan rumah tangga kesehatan
DAN dan sarung tangan biasa
LINGKUNGAN – Sepatu pelindung
RUMAH SAKIT – Gaun pelindung
16. SANITASI DI – Sarung tangan rumah tangga Untuk melindungi petugas
TAMAN – Sepatu Boot kesehatan
– Masker
– Wearpack
B. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Per Level saat Pandemi Covid-19
NO LEVEL APD UNIT/RUANGAN JENIS APD

1 LEVEL 1 1. Admin, Kasir, Informasi (Reguler) - Baju seragam dinas


2. Customer Care - Masker 2 rangkap (medis
3. Back Office di dalam, kain di luar)
4. Security
5. Petugas Screening Pintu Masuk
6. Keperawatan Poliklinik
7. Keperawatan Rawat Inap
8. Penunjang Medis : Catatan :
- Radiologi *untuk keperawatan Poli dan
- USG/ABVS Rawat Inap dapat
SK
10 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 10 dari 26
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
- Farmasi Rajal/Ranap menggunakan alternatif
- Rehabilitasi Medik dan masker KN95
Fisioterapi
*head cap untuk petugas gizi
9. Dapur/Gizi (service room to room) dan
10.Cleaning Service cleaning service

LEVEL 1 (+) 1. Kamar bayi dan NICU - Baju scrub + coat (gown)
2. Ruang Tindakan reguler - Masker 2 rangkap (medis
di dalam, kain di luar)
- Hair cap

2 LEVEL 2 1. Dokter Spesialis - baju scrub


2. IGD reguler - masker N95
3. Laboratorium reguler - hair cap
4. Kamar Bersalin (VK) reguler
5. Kamar Bedah (OK) reguler Catatan :
6. Poliklinik Gigi - + gown/coat (tentative
7. Ruang Perawatan anak sakit jika diperlukan. contoh :
8. Terapi wicara dan Sensori saat ada tindakan, dll)
Integrasi

3 LEVEL 3 1. IGD infeksius - baju scrub


2. Ruang tindakan/ transit infeksius - hazmat (coverall)
3. OK/VK infeksius - masker N95
4. Ruang sampling PCR - gloves
- head cap

Catatan :
*faceshield (jika diperlukan)

C. Panduan Umum Alat Pelindung Diri


1. Mencuci tangan sebelum menggunakan APD.
2. Lepas dan ganti APD bila diperlukan jika sudah rusak atau sobek, setelah Anda
mengetahui APD tersebut tidak berfungsi optimal.
3. Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai memberikan pelayanan dan
hindari kontaminasi dengan:
a. Lingkungan di luar ruang isolasi
b. Para pasien atau pekerja lain, dan
c. Diri Anda sendiri.
4. Buang semua perlengkapan APD dengan hati-hati dan segera membersihkan tangan.
a. Perkirakan risiko terpajan cairan tubuh atau area terkontaminasi sebelum
melakukan kegiatan perawatan kesehatan
b. Pilih APD sesuai dengan perkiraan risiko terjadi pajanan.
SK
11 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 11 dari 26
SK Komite Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
D. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri
1. SARUNG TANGAN
Sarung Tangan melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan
penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas
kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting
untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti antara setiap
kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari kontaminasi silang.
Ingat: Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci
tangan atau pemakaian antiseptik yang digosokkan pada tangan.
Penggunaan sarung tangan dan kebersihan tangan, merupakan komponen
kunci dalam meminimalkan penyebaran penyakit dan mempertahankan suatu
lingkungan bebas infeksi (Garner dan Favero 1986). Selain itu, pemahaman
mengenai kapan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi diperlukan dan
kapan sarung tangan tidak perlu digunakan, penting untuk diketahui agar dapat
menghemat biaya dengan tetap menjaga keamanan pasien dan petugas.
a) Tiga saat petugas perlu memakai sarung tangan:
1) Perlu untuk menciptakan barier protektif dan cegah kontaminasi yang berat.
Disinfeksi tangan tidak cukup untuk memblok transmisi kontak bila
kontaminasi berat. misal menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, eksresi,
mukus membran, kulit yang tidak utuh.
2) Dipakai untuk menghindari transmisi mikroba di tangan petugas ke pada
pasien saat dilakukan tindakan terhadap kulit pasien yang tidak utuh, atau
mukus membran.
3) Mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien transmisi kepada
pasien lain. Perlu kepatuhan petugas untuk pemakaian sarung tangan sesuai
standar. Memakai sarung tangan tidak menggantikan perlunya cuci tangan,
karena sarung tangan dapat berlubang walaupun kecil, tidak nampak selama
melepasnya sehingga tangan terkontaminasi.
b) Kapan Pemakaianan Sarung Tangan diperlukan :
Meskipun efektifitas pemakaian sarung tangan dalam mencegah
kontaminasi dari petugas kesehatan telah terbukti berulang kali (Tenorio et al.
2001) tetapi pemakaian sarung tangan tidak menggantikan kebutuhan untuk
mencuci tangan. Sebab sarung tangan bedah lateks dengan kualitas terbaik
sekalipun, mungkin mengalami kerusakan kecil yang tidak terlihat, sarung
tangan mungkin robek pada saat digunakan atau tangan terkontaminasi pada saat
melepas sarung tangan (Bagg, Jenkins dan Barker 1990; Davis 2001).
Ingat: Sebelum memakai sarung tangan dan setelah melepas sarung
tangan lakukan kebersihan tangan menggunakan antiseptik cair atau handrub
berbasis alkohol.
Tergantung keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna bersih harus
digunakan oleh semua petugas ketika:
1) Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain,
membran mukosa atau kulit yang terlepas.
SK
12 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 12 dari 26
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
2) Melakukan prosedur medis yang bersifat invasif misalnya menusukkan
sesuatu kedalam pembuluh darah, seperti memasang infus.
3) Menangani bahan-bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau
menyentuh permukaan yang tercemar.
4) Menerapkan Kewaspadaan Transmisi kontak (yang diperlukan pada kasus
penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui atau dicurigai), yang
mengharuskan petugas kesehatan menggunakan sarung tangan bersih, tidak
steril ketika memasuki ruangan pasien. Petugas kesehatan harus melepas
sarung tangan tersebut sebelum meninggalkan ruangan pasien dan mencuci
tangan dengan air dan sabun atau dengan handrub berbasis alkohol.
5) Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien, sebagai
upaya menghindari kontaminasi silang (CDC,1987). Pemakaian sepasang
sarung tangan yang sama atau mencuci tangan yang masih bersarung tangan,
ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lain atau ketika melakukan
perawatan di bagian tubuh yang kotor kemudian berpindah ke bagian tubuh
yang bersih, bukan merupakan praktek yang aman. Doebbeling dan
Colleagues (1988) menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada tangan
petugas yang hanya mencuci tangan dalam keadaan masih memakai sarung
tangan dan tidak mengganti sarung tangan ketika berpindah dari satu pasien
ke pasien lain.
c. Jenis-jenis Sarung Tangan:
1) Sarung tangan bersih
2) Sarung tangan steril
3) Sarung tangan rumah tangga

Apakah kontak dengan TANPA SARUNG TANGAN


TIDAK
darah atau cairan tubuh ?

Y
A

SARUNG TANGAN RUMAH


Apakah kontak dengan
TIDAK TANGGA atau SARUNG
pasien?
TANGAN BERSIH

Y
A

SARUNG TANGAN BERSIH


d. Bagan
Apakah alur
kontak pemilihan jenis sarung tangan
dengan atau SARUNG TANGAN DTT
TIDAK
jaringan dibawah kulit

SK Y 2022
13 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun Hal. 13 dari 26
SK Komite Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
A

SARUNG TANGAN STERIL


atau SARUNG TANGAN DTT
e. Hal yang Harus Dilakukan Bila Persediaan Sarung Tangan Terbatas
Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak
memadai, sarung tangan bedah sekali pakai (disposable) yang sudah digunakan
dapat diproses ulang dengan cara :
1) Bersihkan dan disinfeksi dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
2) Dicuci dan bilas, serta dikeringkan.
3) Hanya digunakan pada tindakan-tindakan yang tidak menembus jaringan
tubuh.
Jangan memproses ulang sarung tangan yang retak, mengelupas atau
memiliki lubang atau robekan yang dapat terdeteksi (Bagg, Jenkins dan Barker
1990). Bila sarung tangan rumah tangga tidak tersedia, gunakan dua lapis sarung
tangan periksa atau sarung tangan bedahyang telah diproses untuk memberikan
perlindungan yang cukup bagi petugas kebersihan, petugas laundry, pekarya
serta petugas yang menangani dan membuang limbah medis. Selain itu
pemakaian bedak pada sarung tangan tidak direkomendasikan.
f. Hal yang Harus Diperhatikan pada Pemakaian Sarung Tangan
1) Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung
tangan bedah. Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat
menggangu ketrampilan dan mudah robek.
2) Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan risiko sarung tangan robek.
3) Tarik sarung tangan ke atas manset gaun (jika Anda memakainya) untuk
melindungi pergelangan tangan.
4) Gunakan pelembab yang larut dalam air (tidak mengandung lemak) untuk
mencegah kulit tangan kering/berkerut.

SK
14 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 14 dari 26
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
5) Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak
sarungtangan bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks.
6) Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena
dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
7) Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas
atau terlalu dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat
pemanas, AC, cahaya ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin rontgen,
karena dapat merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi
efektifitasnya sebagai pelindung
g. Reaksi Alergi Terhadap Sarung Tangan
Reaksi alergi terhadap sarung tangan lateks semakin banyak dilaporkan
oleh berbagai petugas di fasilitas kesehatan, termasuk bagian rumah tangga,
petugas laboratorium dan dokter gigi. Jika memungkinkan, sarung tangan bebas
lateks (nitril) atau sarung tangan lateks rendah alergen harus digunakan, jika
dicurigai terjadi alergi (reaksi alergi terhadap nitril juga terjadi, tetapi lebih
jarang). Selain itu, pemakaian sarung tangan bebas bedak juga
direkomendasikan. Sarung tangan dengan bedak dapat menyebabkan reaksi
lebih banyak, karena bedak pada sarung tangan membawa partikel lateks ke
udara. Jika hal ini tidak memungkinkan, pemakaian sarung tangan kain atau
vinil di bawah sarung tangan lateks dapat membantu mencegah sensitisasi kulit.
Meskipun demikian, tindakan ini tidak akan dapat mencegah sensitisasi pada
membran mukosa mata dan hidung. (Garner dan HICPAC, 1996).
Pada sebagian besar orang yang sensitif, gejala yang muncul adalah
warna merah pada kulit, hidung berair dan gatal-gatal pada mata, yang mungkin
berulang atau semakin parah misalnya menyebabkan gangguan pernapasan
seperti asma. Reaksi alergi terhadap lateks dapat muncul dalam waktu 1 bulan
pemakaian. Tetapi pada umumnya reaksi baru terjadi setelah pemakaian yang
lebih lama, sekitar 3-5 tahun, bahkan sampai 15 tahun (Baumann, 1992),
meskipun pada orang yang rentan. Belum ada terapi atau desensitisasi untuk
mengatasi alergi lateks, satu-satunya pilihan adalah menghindari kontak.

2. MASKER
Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu,
dan rambut pada wajah (jenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang
keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin
serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau
mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka
masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan, kain kasa,
kertas dan bahan sintetik yang beberapa di antaranya tahan cairan. Masker yang
dibuat dari katun atau kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan cairan atau
efektif sebagai filter. Masker yang dibuat dari bahan sintetik dapat memberikan
perlindungan dari tetesan partikel berukuran besar (>5 µm) yang tersebar melalui

SK
15 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 15 dari 26
SK Komite Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
batuk atu bersin ke orang yang berada di dekat pasien (kurang dari 1 meter). Namun
masker bedah terbaik sekalipun tidak dirancang untuk benar-benar menutup pas secara
erat (menempel sepenuhnya pada wajah) sehingga mencegah kebocoran udara pada
bagian tepinya. Dengan demikian, masker tidak dapat secara efektif menyaring udara
yang dihisap.
Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit
menular melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus dapat mencegah
partikel mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan.

Ketika melepas masker, pegang bagian talinya karena bagian tengah masker
merupakan bagian yang paling banyak terkontaminasi (Rothrock, McEwen dan Smith
2003).
Masker dengan efisiensi tinggi merupakan jenis masker khusus yang
direkomendasikan, bila penyaringan udara dianggap penting misalnya pada perawatan
seseorang yang telah diketahui atau dicurigai menderita flu burung atau SARS.
Masker dengan efisiensi tinggi misalnya N-95 melindungi dari partikel dengan ukuran
< 5 mikron yang dibawa oleh udara. Pelindung ini terdiri dari banyak lapisan bahan
penyaring dan harus dapat menempel dengan erat pada wajah tanpa ada kebocoran. Di
lain pihak pelindung ini juga lebih mengganggu pernapasan dan lebih mahal daripada
masker bedah. Sebelum petugas memakai masker N-95 perlu dilakukan fit test pada
setiap pemakaiannya.
Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui airborne maupun droplet, seperti misalnya flu burung atau
SARS, petugas kesehatan harus menggunakan masker efisiensi tinggi. Pelindung ini
merupakan Masker, gogel dan visor melindungi wajah dari percikan darah. Untuk
melindungi petugas dari infeksi saluran napas maka diwajibkan menggunakan masker
sesuai aturan standar. Pada fasilitas kesehatan yang memadai petugas dapat memakai
respirator sebagai pencegahan saat merawat pasien multi drug resistance (MDR) atau
extremely drug resistance (XDR) TB.

Perangkat N-95 yang telah disertifikasi oleh US National Institute for


Occupational Safety and Health (NIOSH), disetujui oleh European CE, atau standard
nasional/regional yang sebanding dengan standar tersebut dari negara yang
SK
16 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 16 dari 26
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
memproduksinya. Masker efisiensi tinggi dengan tingkat efisiensi lebih tinggi dapat
juga digunakan. Masker efisiensi tinggi, seperti khususnya N-95 harus diuji
pengepasannya (fit test) untuk menjamin bahwa perangkat tersebut pas dengan benar
pada wajah pemakainya.
a. Pemakaian masker efisiensi tinggi
Petugas Kesehatan harus :
1)Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat apakah
lapisan utuh dan tidak cacat. Jika bahan penyaring rusak atau kotor, buang
masker tersebut. Selain itu, masker yang ada keretakan, terkikis, terpotong atau,
terlipat pada sisi dalam masker, juga tidak dapat digunakan.
2)Memeriksa tali-tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau rusak. Tali
harus menempel dengan baik di semua titik sambungan.
3)Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam (jika ada) berada pada
tempatnya dan berfungsi dengan baik.
b. Fit test untuk masker efisiensi tinggi
Fungsi masker akan terganggu/tidak efektif, jika masker tidak dapat melekat
secara sempurna pada wajah, seperti pada keadaan di bawah ini:
1) Adanya janggut, cambang atau rambut yang tumbuh pada wajah bagian
bawah atau adanya gagang kacamata.
2) Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi dapat mempengaruhi perlekatan
bagian wajah masker.
3) Apabila klip hidung dari logam dipencet/dijepit, karena akan menyebabkan
kebocoran. Ratakan klip tersebut di atas hidung setelah Anda memasang
masker, menggunakan kedua telunjuk dengan cara menekan dan menyusuri
bagian atas masker.
4) Jika mungkin, dianjurkan fit test dilakukan setiap saat sebelum memakai
masker efisiensi tinggi.

SK
17 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 17 dari 26
SK Komite Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
c. Cara fit test respirator

Langkah 1

Genggamlah respirator dengan


satu tangan, posisikan sisi depan
bagian hidung pada ujung jari-
jari Anda, biarkan tali pengikat
respirator menjuntai bebas di
bawah tangan Anda.
Langkah 2
 
Posisikan respirator di bawah
dagu Anda dan sisi untuk hidung
berada di atas.

Langkah 3

Tariklah tali pengikat respirator


yang atas dan posisikan tali
agak tinggi di belakang kepala
Anda di atas telinga.
Tariklah tali pengikat respirator
yang bawah dan posisikan tali di
bawah telinga.
Langkah 4
Letakkan jari-jari kedua tangan Anda
di atas bagian hidung yang terbuat
dati logam.
Tekan sisi logam tersebut (Gunakan
dua jari dari masing-masing tangan)
mengikuti
Bentuk hidung Anda. Jangan
Langkah
menekan 5 respirator dengan satu
 tangan karena dapat
mengakibatkan
Tutup bagian depan respirator
respirator bekerja
dengan
kurang
kedua tangan, dan hati-hati agar
efektif.
posisi respirator tidak berubah.

Langkah 5.a) Pemeriksaan Segel Positif


Hembuskan napas kuat-kuat. Tekanan positif di dalam respitaror
berarti tidak ada kebocoran. Bila terjadi kebocoran atur posisi dan/atau
ketegangan tali. Uji kembali kerapatan respirator.
Ulangi langkah tersebut sampai respirator benar-benar tertutup rapat.
Langkah 5.b) Pemeriksaan Segel Negatif
Tarik napas dalam-dalam. Bila tidak ada kebocoran, tekanan negatif
akan membuat respirator menempel ke wajah.
Kebocoran akan menyebabkan hilangnya tekanan negatif di dalam
respirator akibat udara masuk melalui celah-celah pada segelnya.
SK
18 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 18 dari 26
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
d. Kewaspadaan
Beberapa masker mengandung komponen lateks dan tidak bisa digunakan oleh
individu yang alergi terhadap lateks. Petugas harus diberi cukup waktu untuk
menggunakan dan mengepaskan masker dengan baik sebelum bertemu dengan
pasien.

3. ALAT PELINDUNG MATA


Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara
melindungi mata. Pelindung mata mencakup kacamata (goggles) plastik bening,
kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata
dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika ditambahkan pelindung
pada bagian sisi mata.
Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau
pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan cairan
secara tidak sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas
kesehatan dapat menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta masker.

4. PELINDUNG WAJAH
Jenis yang sering digunakan adalah face shield digunakan untuk melindungi wajah
secara menyeluruh.

5. TO
PI

SK
19 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 19 dari 26
SK Komite Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit
dan rambut tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan. Topi harus cukup besar
untuk menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi
pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.
6. GAUN PELINDUNG
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain,
pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular
melalui droplet/airborne. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk
melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat
pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas
kesehatan harus mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk
merawat pasien karena ada kemungkinan terpercik atau tersemprot darah, cairan
tubuh, sekresi atau ekskresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung lengan
gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien. Setelah gaun
dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang potensial
tercemar, lalu cuci tangan segera untuk mencegah berpindahnya organisme.
Kontaminasi pada pakaian yang dipakai saat bekerja dapat diturunkan 20-100x
dengan memakai gaun pelindung. Perawat yang memakai apron plastik saat
merawat pasien bedah abdomen dapat menurunkan transmisi S.aureus 30x
dibandingkan perawat yang memakai baju seragam dan ganti tiap hari.

7. APRON
Yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk
sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan (Gambar 4-5). Petugas kesehatan
harus mengenakan apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan
langsung pada pasien, membersihkan pasien, atau melakukan prosedur dimana ada
risiko tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi. Hal ini penting jika gaun
pelindung tidak tahan air. Apron akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju
dan kulit petugas kesehatan.

8. PELINDUNG KAKI
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda
berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu “sandal
jepit” atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. Sepatu

SK
20 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 20 dari 26
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan, tetapi
harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh
lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap
benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas
dapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui
sepatu dan seringkali digunakan sampai di luar ruang operasi. Kemudian dilepas tanpa
sarung tangan sehingga terjadi pencemaran (Summers et al. 1992).

E. PEMAKAIAN APD DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN


1. Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan pada pemakaian APD
a. Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki
ruangan.
b. Gunakan dengan hati-hati jangan menyebarkan kontaminasi.
c. Lepas dan buang secara hati-hati ke tempat limbah infeksius yang telah disediakan di
ruang ganti khusus. Lepas masker di luar ruangan.
d. Segera lakukan pembersihan tangan dengan langkah-langkah membersihankan
tangan sesuai pedoman.

2. Cara Mengenakan APD


Langkah-langkah mengenakan APD pada Perawatan Ruang Isolasi Kontak dan
Airborne adalah sebagai berikut :
a. Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian pelindung.
b. Kenakan pelindung kaki.
c. Kenakan sepasang sarung tangan pertama.
d. Kenakan gaun luar.
e. Kenakan celemek plastik.
f. Kenakan sepasang sarung tangan kedua.
g. Kenakan masker.
h. Kenakan penutup kepala.
i. Kenakan pelindung mata.
Prinsip-prinsip PPI yang perlu diperhatikan pada pemakaian APD
a. Gaun pelindung
SK
21 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 21 dari 26
SK Komite Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
1) Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga
bagianpergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung.
2) Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.

b. Masker
– Eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah kepala dan leher.
– Paskan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung.
– Paskan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga melekat dengan baik.
– Periksa ulang pengepasan masker.

c. Kacamata atau Pelindung Wajah


Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas.

d. Sarung Tangan
Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolasi.

SK
22 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 22 dari 26
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
3. Langkah-langkah melepaskan APD pada Perawatan Ruang Isolasi Kontak dan
Airborne adalah sebagai berikut :
a. Disinfeksi sepasang sarung tangan bagian luar.
b. Disinfeksi celemek dan pelindung kaki.
c. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian luar.
d. Lepaskan celemek.
e. Lepaskan gaun bagian luar.
f. Disinfeksi tangan yang mengenakan sarung tangan.
g. Lepaskan pelindung mata.
h. Lepaskan penutup kepala.
i. Lepaskan masker.
j. Lepaskan pelindung kaki.
k. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian dalam.
l. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih.
Prinsip-prinsip PPI yang perlu diperhatikan pada pelepasan APD
a. Sarung Tangan
1. Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi!
2. Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, lepaskan.
3. Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan yang
masih memakai sarung tangan.
4. Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah
sarung tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan.
5. Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama.
6. Buang sarung tangan di tempat limbah infeksius.

b. Kacamata atau pelindung wajah


1. Ingatlah bahwa bagian luar kacamata atau pelindung wajah telah
terkontaminasi!
2. Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kacamata.
3. Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam
tempat limbah infeksius.

SK
23 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 23 dari 26
SK Komite Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
c. Gaun pelindung
1. Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah
terkontaminasi!
2. Lepas tali.
3. Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja.
4. Balik gaun pelindung.
5. Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah
disediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat limbah infeksius.

d. Masker
1. Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi - JANGAN
SENTUH!
2. Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas.
3. Buang ke tempat limbah infeksius.

F. DAMPAK APD

Alat Pelindung Diri


Terhadap Pasien Terhadap Petugas Kesehatan
(APD)
Jas Dan Celemek Mencegah kontak mikro Mencegah badan/kulit petugas
Plastik organisme dari tangan, tubuh kesehatan kontak dengan percikan
dan pakaian petugas kesehatan darah atau cairan tubuh penderita.
kepada pasien.
Sepatu Pelindung Mengurangi kemungkinan Mencegah perlukaan kaki oleh
terbawanya mikroorganisme benda tajam yang terkontaminasi
dari ruang lain atau luar ruangan atau terjepit benda berat (misalnya
mencegah luka karena menginjak
benda tajam atau kejatuhan alat
kesehatan) dan mencegah kontak
dengan darah atau cairan tubuh
lainnya.

SK
24 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 24 dari 26
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri
Terhadap Pasien Terhadap Petugas Kesehatan
(APD)
Sarung Tangan Mencegah kontak mikro Mencegah kontak tangan petugas
organisme pada tangan petugas dengan darah dan cairan tubuh
kesehatan kepada pasien penderita lainnya, selaput lendir,
kulit yang tidak utuh atau alat
kesehatan dan permukaan yang telah
terkontaminasi.
Kaca Mata Mencegah membran mukosa petugas
Pelindung kesehatan kontak dengan percikan
darah atau cairan tubuh penderita.
Masker Mencegah kontak droplet dari Mencegah membran mukosa petugas
mulut dan hidung petugas kesehatan (hidung dan mulut)
kesehatan yang mengandung kontak dengan percikan darah atau
mikroorganisme dan terpercik cairan tubuh penderita.
saat bernapas, bicara atau batuk
kepada pasien.

SK
25 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 25 dari 26
SK Komite Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
BAB V
DOKUMENTASI

1. Tools Ketersediaan Fasilitas APD


2. Tools Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

SK
26 Dir.RSIAGF No. 003 Tahun 2022 Hal. 26 dari 26
Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Anda mungkin juga menyukai