Anda di halaman 1dari 19

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/332684317

Manajemen Rekayasa Lalu Lintas pada Pelabuhan Bakauheni Menyambut Tol


Trans Sumatera

Article · May 2019

CITATIONS READS

0 566

1 author:

Muhammad Fakhruriza Pradana


University of Duisburg-Essen
65 PUBLICATIONS   42 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Manajemen Rekayasa Lalu Lintas Pelabuhan Bakauheni View project

Analisa Dampak Lalu Lintas Rencana Pembangunan Pusat Perbelanjaan Modern "Giant" Di Kota Serang View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Fakhruriza Pradana on 23 July 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MANAJEMEN REKAYASA LALU LINTAS PADA PELABUHAN BAKAUHENI
MENYAMBUT TOL TRANS SUMATERA

Muhammad Fakhruriza Pradana


Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Pelabuhan Bakauheni berada di selatan Sumatra di Provinsi Lampung merupakan


urat nadi bagi transportasi dari pulau Sumatra menuju pulau Jawa dan sebaliknya.
Pelabuhan ini terletak di Bakauheni, Kalianda yang merupakan ibu kota Kabupaten
Lampung Selatan. Berbagai kapal RoRo beroperasi di sini, melakukan bongkar
muat penumpang dan barang di Pelabuhan Bakauheni. Pelabuhan Bakauheni
adalah Pelabuhan Penyeberangan di Selat Sunda yang berada pada titik koordinat
5º 55’ 51” LS - 105º 59’43” BT dengan luas 76 hektar.

Gambar 1. Lokasi Pelabuhan Bakauheni

Analisa manajemen rekayasa lalu lintas pada Pelabuhan Bakuheni ini dilakukan
pada 2 kondisi yakni kondisi normal, kondisi dimana kemungkinan terjadi kepadatan
tertinggi di Pelabuhan dan kondisi dimana jalan tol Trans Sumatera sudah
dioperasikan. Dari hasil analisa tersebut akan direkomendasikan Manajemen
Rekayasa Lalu Lintas untuk jangka pendek (5 tahun), jangka menengah (10 tahun)
dan jangka panjang (20 tahun).

1. Karakterisitik Pelabuhan Bakauheni


Pelabuhan Bakauheni mulai beroperasi sejak bulan Mei pada tahun 1981 dan saat
ini Pelabuhan Bakauheni terdiri dari Tujuh Dermaga yaitu: Dermaga I, Dermaga II,
Demaga III, Dermaga IV, Dermaga V, Dermaga VI dan Dermaga Plengsengan. Di
samping itu, juga terdapat Terminal, Areal Parkir kendaraan tiap dermaga dan Areal
Parkir Kendaraan Timbangan.

1.1. Pola Alur Kendaraan


Pola alur masuk baik kendaraan di pelabuhan Bakauheni terbagi menjadi 2 bagian
yaitu alur masuk kendaraan yang akan menuju ke kapal dan alur masuk kendaraan
(pengantar atau angkutan umum) yang akan masuk ke dalam terminal Pelabuhan
Bakauheni. Pola pergerakan keluar masuk kendaraan dari toll gate hingga dermaga
pelengsengan, dermaga I dan dermaga II mengikuti pola pergerakan satu arah tidak
ada pergerakan dua arah. Sedangkan pola pergerakan keluar masuk kendaraan
dari toll gate hingga dermaga III sampai dengan dermaga VI, terdapat pergerakan
dua arah pada akses jalan menuju dermaga III hingga dermaga VI.

Pelengsengan

Dermaga I

Dermaga II

Dermaga III

Dermaga VI

Legenda
Kend Masuk kapal
Dermaga IV
Kend Masuk & Keluar terminal
Kend Keluar kapal

Dermaga V

Gambar 2. Pola Alur Masuk dan Keluar Kendaraan (sumber: ASDP Bakauheni,
2014)

1.2. Kapal Penyeberangan dan Pola Operasi


Dari data operasional PT. ASDP cabang Bakauheni, jumlah kapal yang beroperasi
pada tahun 2014 sebanyak 49 kapal yang dioperasikan oleh 19 perusahaan kapal
penyeberangan. Perusahan Pemerintah yang ada di Merak adalah PT. ASDP (Antar
Sungai Danau dan Pulau) adapun Perusahaan swasta yang ada di pelabuhan
Merak ada 18 Perusahaan.

1.3. Toll Gate


Toll gate adalah suatu tempat yang digunakan untuk pembelian tiket bagi
kendaraan/penumpang yang akan masuk kapal. Toll gate untuk kendaraan yang
terdapat di Pelabuhan Bakauheni sebanyak 7 buah toll gate untuk kendaraan roda
4 dan 2 buah toll gate untuk kendaraan roda 2.
Gambar 3. Toll Gate

1.4. Area Parkir Dermaga


Area parkir dermaga adalah wilayah yang digunakan oleh kendaraan yang telah
memiliki karcis untuk parkir sebelum masuk ke dalam kapal (Zona B). Terdapat 6
(enam) lokasi parkir kendaraan di Pelabuhan Bakauheni. Kapasitas/daya tampung
parkir kendaraan pada Pelabuhan Bakauheni secara total sebesar 500 kendaraan
golongan II (sepeda motor roda 2), 990 kendaraan golongan IV penumpang (mobil
sedan atau sejenis), 666 kendaraan golongan V barang (truk sedang) dan 705
kendaraan golongan VI barang (truk besar).

Area Parkir
Dermaga I

Area Parkir
Dermaga II

Area Parkir
Dermaga III

Area Parkir
Dermaga V Area Parkir
Dermaga VI

Area Parkir
Dermaga IV

Gambar 4. Area Parkir Dermaga


1.5. Identifikasi Lokasi Konflik
Dari hasil pengamatan dilapangan, ditemukan beberapa lokasi konflik yang
menghambat arus pergerakan kendaraan di Pelabuhan Bakauheni.

Pelengsengan

1 4

Dermaga I

5
3

Dermaga II

7
Dermaga III

Dermaga VI

Legenda
Kend Masuk kapal
Kend Masuk terminal
Kend Keluar kapal
Dermaga IV Kend Keluar terminal
Konflik Primer
Konflik Sekunder

8
Dermaga V

Gambar 5. Lokasi Konflik Kendaraan

2. Produksi Penyeberangan
Produksi penyeberangan tertinggi pada Pelabuhan Bakauheni tahun 2014 terjadi
pada bulan Juli dengan jumlah pergerakan:
- penumpang sebanyak 91.741 orang
- kendaraan roda 2 sebanyak 31.891 kendaraan
- kendaraan roda 4 sebanyak 79.394 kendaraan
- Bus sebanyak 8.919 kendaraan
- Truk sebanyak 57.127 kendaraan
Data ini dibreakdown kembali sehingga mendapatkan data Lalu Lintas Harian (LHR)
sebesar 13.614 kend/hari kemudian data LHR tersebut dibreakdown kembali untuk
mendapatkan data jam puncak kedatangan kendaraan.

Tabel 1. Data Produksi Penyeberangan 24 Jam


Pukul Pnp R-2 R-4 Bus Truk Total
07.00 487 37 148 17 106 307
08.00 1,168 37 82 9 59 187
09.00 1,363 18 41 5 30 93
10.00 2,045 12 14 2 10 39
11.00 1,947 6 4 0 3 14
12.00 876 30 8 1 6 46
13.00 584 49 12 1 9 71
14.00 185 578 27 3 19 627
15.00 192 731 29 3 21 784
16.00 297 1,036 25 3 18 1,081
17.00 88 1,267 29 3 21 1,320
18.00 68 1,213 33 4 24 1,273
19.00 29 548 37 4 27 616
20.00 19 366 37 4 27 433
21.00 10 61 185 21 133 399
22.00 5 6 246 28 177 457
23.00 10 1 328 37 236 602
24.00 2 3 431 48 310 793
01.00 1 6 575 65 414 1,059
02.00 10 3 493 55 354 905
03.00 39 - 452 51 325 827
04.00 68 6 287 32 207 533
05.00 97 43 345 39 248 674
06.00 146 37 238 27 171 473
Sumber: Analisa, 2015

Dari tabel tersebut terlihat bahwa puncak pergerakan kendaraan total terjadi pada
pukul 17.00 WIB dengan jumlah kendaraan sebesar 1.320 kendaraan/jam. Kondisi
ini sesuai dengan puncak pergerakan kendaraan roda 2 yang terjadi pada pukul
17.00 WIB dengan jumlah kendaraan sebanyak 1.267 kendaraan/jam sedangkan
puncak kendaraan roda 4 terjadi pada pukul 01.00 WIB dengan jumlah kendaraan
sebanyak 575 kendaraan/jam. Data jam puncak penumpang dan kendaraan ini
yang dijadikan populasi untuk menentukan sampel pada perhitungan waktu
pelayanan toll gate dan loket penumpang.

Gambar 6. Persentase Pola Kedatangan Kend 24 Jam di Bakauheni


(sumber: Analisa, 2015)

Dari hasil survey traffic counting di Pelabuhan Bakauheni didapatka sebaran rata-
rata kendaraan yang menuju masing-masing dermaga adalah:
- Dermaga I sebesar 18,36%
- Dermaga II sebesar 20,61%
- Dermaga III sebesar 18,16%
- Dermaga V sebesar 24,28%
- Dermaga VI sebesar 19,26%
Data kedatangan kendaraan lainnya untuk studi kali ini juga ditambahkan pada 2
kondisi yang diasumsikan. Kondisi pertama adalah saat terjadi tingkat kedatangan
kendaraan yang akan masuk kapal tertinggi bertemu dengan kedatangan
kendaraan dari kapal (dermaga 1, dermaga 2, dermaga 3 dan dermaga
pelengsengan) secara bersamaan. Kondisi kedua adalah ketika tol Trans Sumatera
dioperasikan, dimana berdasarkan data dari hasil kajian Studi Kelayakan Tol Trans
Sumatera yang dilakukan oleh PT Hutama Karya didapatkan volume lalu lintas
harian (LHR) tahun 2012 yang akan melewati Tol Trans Sumatera segmen Medan-
Binjai 13.550 kend/hari, segmen Pekanbaru-Dumai 8.367 kend/hari, segmen
Bakauheni-Terbanggil Besar 9.470 kend/ hari dan segmen Palembang-Indralaya
17.882 kend/ hari. Jika melihat jumlah LHR segmen Bakauheni-Terbanggil Besar
yang hanya berjumlah 9.470 kend/hari tentu saja angka ini masih dibawah data
harian kendaraan yang melewati pelabuhan Bakauheni secara eksisting dimana
puncak kedatangan harian berdasarkan data pada bagian sebelumnya didapatkan
13.614 kend/hari.

3. Titik Nol Tol Trans Sumatera


Berdasarkan hasil pengumpulan data primer di PT Hutama Karya sebagai pihak
yang melakukan studi kelayakan Jalan Tol Trans Sumatera didapatkan data titik nol
Tol Trans Sumatera pada lokasi pelabuhan bakauheni terdapat pada koordinat
Univeral Transverse Mercator (UTM) pada 9351194,793 North dan 583187,258
South. Titik nol trans sumatera ini tidak menggunakan jalan eksisting, tetapi melalui
jalan yang baru sehingga tidak mempengaruhi keberadaan gerbang pelabuhan
Bakauheni eksisting.

Titik Nol
Tol Trans
Sumatera

Gambar 7. Lokasi Titik Nol Tol Trans Sumatera

4. Kinerja Pelayanan
4.1. Kinerja Pelayanan Gerbang Tol/Toll Gate Kendaraan Eksisting
Pola antrian yang ada di toll gate adalah First In Firs Out (FIFO) dimana kendaraan
yang datang akan dilayani terlebih dahulu. Terdapat 7 gerbang toll yang melayani
kedatangan kendaraan roda 4 dan 2 gerbang tol yang melayani kendaraan roda 2.
Dengan memperhitungkan rata-rata kedatangan kendaraan pada jam puncak,
kapasitas parkir pada zona A dan rata-rata waktu pelayanan, maka dapat dihitung
jumlah kendaraan dalam sistem, jumlah kendaraan dalam antrian, waktu kendaraan
dalam sistem dan waktu kendaraan dalam antrian.

Perhitungan kinerja pelayanan gerbang toll di bawah ini dilakukan untuk kendaraan
roda 4 pada kondisi eksisting:
1. Tingkat kedatangan kendaraan
Dari data tingkat kedatangan didapatkan bahwa volume kendaraan tertinggi
terjadi pada pukul 17.00 WIB sebanyak 1.320 kend/jam, namun untuk
perhitungan tingkat pelayanan gerbang tol dibagi atas tingkat kendatangan
tertinggi untuk kendaraan roda 2 dan roda 4. Tingkat kedatangan tertinggi
untuk kendaraan roda 4 sebanyak 1053 kend/jam terjadi pada pukul 01.00
WIB.
2. Waktu Pelayanan (WP)
Dari data survey dilapangan pada Toll gate diperoleh rata-rata waktu
transaksi kendaraan roda 4 sebesar 36,75 detik, waktu pelayanan truk 29,97
detik dan waktu pelayanan bus 39,28 detik maka rata-rata total waktu
pelayanan kendaraan roda 4 adalah 35,33 detik.
Untuk kendaraan roda 4 dihitung
Tingkat Pelayanan (μ)= Tingkat Kedatangan/Jumlah Gerbang tol
= 1053/7
= 150 kendaraan/Gerbang
Jadi waktu pelayanan yang dibutuhkan adalah:
WP = 3600/ μ
= 3600/150
= 23,9 detik/kendaraan
Dari tingkat kedatangan (λ) kendaraan roda 4 = 1053 kendaraan/jam,
diperoleh bahwa kondisi waktu pelayanan untuk 1 kendaraan pada gerbang
tol Pelabuhan Bakauheni adalah 23,9 detik/kendaraan, sedangkan dari hasil
survei diperoleh waktu pelayanan 35,33 detik/kendaraan.
3. Perhitungan Kinerja Gerbang Tol
Sedangkan untuk jumlah Gerbang toll ideal bagi kendaraan roda 4 dengan
waktu ideal pelayanan sebesar 23,9 detik/kend adalah:
Tingkat pelayanan = 3600/23,9
= 151
Maka untuk memenuhi persamaan:

= (1053/7)/151
= 0,99 < 1
Hal ini menunjukkan bahwa dengan jumlah Gerbang tol sebanyak 7 buah
mampu melayani pergerakan kendaraan roda 7 pada jam puncak (1053
kend/jam) hanya waktu pelayanan pada posisi ideal yaitu 23,9 detik. Dengan
melakukan simulasi maka dengan jumlah kedatangan puncak kendaraan
roda 4 sebesar 1.053 kend/jam memenuhi indikator kinerja gerbang tol (ρ <
1) artinya kinerja gerbang tol masih dalam kategori baik. Namun waktu
pelayanan meningkat di atas 23,9 detik maka kinerja gerbang tol dalam
kategori buruk.
4. Perhitungan Antrian Pada Gerbang Toll
Pada gerbang tol Pelabuhan Bakauheni menggunakan disiplin antrian FIFO,
yaitu kendaraan yang pertama tiba pada suatu tempat pelayanaan akan
dilayani pertama.

Tabel 2. Perhitungan Antrian Kendaraan Roda 4


Jumlah Jumlah Waktu
Jumlah Waktu
Waktu Kedatangan Tingkat kend Kend Kend
Gardu Kend dalam
Pelayanan Kendaraan/λ Pelayanan/μ dalam dalam dalam
Tol Sistem/d
(detik) (kend/jam) (kend/gerbang) sistem/n antrian/q Antrian/w
(buah) (detik)
(kend) (kend) (detik)
15 1053 7 240 2 1 40.19 25.19
16 1053 7 225 2 1 48.28 32.28
17 1053 7 212 2 2 58.69 41.69
18 1053 7 200 3 2 72.62 54.62
19 1053 7 189 4 3 92.20 73.20
20 1053 7 180 5 4 121.74 101.74
21 1053 7 171 7 6 171.43 150.43
22 1053 7 164 11 10 272.57 250.57
23 1053 7 157 25 24 590.83 567.83
23.9 1053 7 151 292 291 6992.67 6968.82
24 1053 7 150 -351 -352 -8400.00 -8424.00
25 1053 7 144 -23 -24 -560.00 -585.00
26 1053 7 138 -13 -14 -300.83 -326.83
27 1053 7 133 -9 -10 -210.58 -237.58
28 1053 7 129 -7 -8 -164.71 -192.71
29 1053 7 124 -6 -7 -136.93 -165.93
30 1053 7 120 -5 -6 -118.31 -148.31
31 1053 7 116 -4 -6 -104.96 -135.96
32 1053 7 113 -4 -5 -94.92 -126.92
33 1053 7 109 -4 -5 -87.09 -120.09
34 1053 7 106 -3 -5 -80.81 -114.81
35 1053 7 103 -3 -5 -75.68 -110.68
35.33 1053 7 102 -3 -5 -74.18 -109.51
36 1053 7 100 -3 -4 -71.39 -107.39
Sumber: Analisa, 2015

Dari tabel di atas terlihat bahwa untuk waktu pelayanan 15 detik dengan 7
buah Gerbang toll yang melayani 1053 kendaraan roda 4 per jam maka
terjadi antrian sebanyak 1 kendaraan dengan lama waktu tunggu untuk rata-
rata untuk satu kendaraan sebesar 25,19 detik/kendaraan. Pada kondisi
puncak yakni saat waktu pelayanan 23,9 detik terjadi antrian kendaraan
sebanyak 291 kendaraan dengan waktu tunggu rata-rata 6968,82
detik/kendaraan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kinerja Gerbang Tol akibat Kendaraan Eksisting
pada jam puncak sebanyak 1.053 kendaraan dan waktu pelayanan rata-rata
berdasarkan hasil survey sebesar 35,33 detik maka kinerja gerbang tol buruk. Oleh
karena itu waktu pelayanan kendaraan roda 4 pada jam puncak harus ditingkatkan
menjadi maksimal 23,9 detik/kendaraan

4.2. Kinerja Pelayanan Gerbang Tol/Toll Gate Akibat Tol Trans Sumatera
Pola antrian yang ada di toll gate akibat dari pengoperasian tol Trans Sumatera
masih mempertahankan pola First In Firs Out (FIFO) dengan jumlah LHR sebesar
9.470 kend/ hari. Jika angka ini dimasukkan kedalam pola kedatangan maka
didapatkan jam puncak kedatangan kendaraan sebesar 711 kend/jam terjadi pada
pukul 22.00 wib dengan jenis kendaraan yang datang adalah kendaraan roda 4.
Tabel 3. Sebaran Kendaraan Roda 4 tol Trans Sumatera
Jumlah kendaraan
Waktu Total kend
Kend Roda 4 Truk Bus
8:00 AM 195 122 6 323
9:00 AM 210 122 3 336
10:00 AM 155 158 6 318
11:00 AM 107 134 3 244
12:00 PM 202 153 18 373
1:00 PM 202 158 15 375
2:00 PM 135 144 6 285
3:00 PM 242 176 9 428
4:00 PM 202 176 12 391
5:00 PM 206 238 30 474
6:00 PM 210 221 36 468
7:00 PM 234 172 24 430
8:00 PM 286 193 24 503
9:00 PM 254 195 60 509
10:00 PM 433 231 48 711
11:00 PM 353 271 75 699
12:00 AM 413 167 75 655
1:00 AM 405 160 48 613
2:00 AM 286 167 21 474
3:00 AM 159 139 36 334
4:00 AM 103 89 9 202
5:00 AM 75 52 15 142
6:00 AM 40 45 3 87
7:00 AM 60 38 0 97
Total Kendaraan 5170 3720 581 9470
Sumber: Analisa, 2015

Jika menggunakan data ini maka dengan cara yang sama untuk menghitung antrian
didapatkan sebesar:

Tabel 4. Perhitungan Antrian Kendaraan Roda 4 Akibat Tol Trans Sumatera


Jumlah Jumlah Waktu
Waktu
Waktu Kedatangan Jumlah Tingkat kend Kend Kend
Kend dalam
Pelayanan Kendaraan/λ Gardu Tol Pelayanan/μ dalam dalam dalam
Sistem/d
(detik) (kend/jam) (buah) (kend/gerbang) sistem/n antrian/q Antrian/w
(detik)
(kend) (kend) (detik)
15 711 7 240 1 0 26.01 11.01
16 711 7 225 1 0 29.17 13.17
17 711 7 212 1 0 32.67 15.67
18 711 7 200 1 1 36.57 18.57
19 711 7 189 1 1 40.95 21.95
20 711 7 180 1 1 45.90 25.90
21 711 7 171 1 1 51.53 30.53
22 711 7 164 2 1 58.00 36.00
23 711 7 157 2 1 65.51 42.51
23.9 711 7 151 2 1 72.92 49.07
24 711 7 150 2 1 74.34 50.34
25 711 7 144 2 2 84.85 59.85
26 711 7 138 3 2 97.59 71.59
27 711 7 133 3 2 113.34 86.34
28 711 7 129 4 3 133.33 105.33
29 711 7 124 5 4 159.53 130.53
30 711 7 120 6 5 195.35 165.35
31 711 7 116 7 6 247.29 216.29
32 711 7 113 9 8 329.41 297.41
33 711 7 109 14 13 478.76 445.76
34 711 7 106 24 23 835.09 801.09
35 711 7 103 79 78 2800.00 2765.00
35.33 711 7 102 313 312 11077.72 11042.39
36 711 7 100 -65 -66 -2290.91 -2326.91
Sumber: Analisa, 2015

Dari tabel di atas terlihat bahwa untuk waktu pelayanan berdasarkan hasil survey
lapangan sebesar 35,33 detik dengan 7 buah Gerbang toll yang melayani 711
kendaraan roda 4/jam maka terjadi antrian sebanyak 312 kendaraan dengan lama
waktu tunggu kendaraan dalam antrian sebesar 11042,39 detik/kendaraan. Melihat
hal ini maka kinerja gerbang tol akibat adanya pengoperasian tol Trans Sumatera
masih baik.

4.3. Kinerja Area Parkir Dermaga


Kinerja area parkir dermaga diperhitungkan berdasarkan kondisi jam puncak
kedatangan kendaraan serta sebaran kendaraan. Pada kondisi jam puncak
kedatangan kendaraan tercatat:
- Kendaraan roda 2 sebesar 1267 kendaraan
- Kendaraan roda 4 sebesar 575 kendaraan
- Bus sebesar 65 kendaraan
- Truk sebesar 414 kendaraan
Jumlah kendaraan pada kondisi puncak ini kemudian dikalikan dengan sebaran
pada tiap dermaga
- Dermaga I sebesar 18,36%
- Dermaga II sebesar 20,61%
- Dermaga III sebesar 18,16%
- Dermaga V sebesar 24,28%
- Dermaga VI sebesar 19,26%
Maka didapatkan jumlah kendaraan, luasan terpakai dan luasan yang tersedia
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Sebaran Kendaraan Pada Jam Puncak dan Kapasitas Dermaga


Jenis Kendaraan Dermaga I Dermaga II Dermaga III Dermaga V Dermaga VI
Roda-2 233 261 230 308 244
Roda-4 106 118 104 140 111
Bus 12 13 12 16 12
Truk 76 85 75 100 80
Kebutuhan Luas (m) 4,033 4,527 3,989 5,333 4,230
Kapasitas Dermaga (m) 11.385.98 10.722,10 17.654,93 11.492,00 6.903,60
Sumber: Analisa, 2015

Dari data di atas terlihat bahwa sebaran kendaraan pada masing-masing dermaga
dengan kebutuhan luas berdasarkan kendaraan yang tersebar dihubungkan dengan
ketersediaan lahan maka luas area parkir yang ada di dermaga masih mampu
menampung sebaran kendaraan yang masuk pada jam puncak.

Pada bagian ini pula dihitung sebaran kendaraan berdasarkan jam puncak
kedatangan akibat dari beroperasinya tol Trans Sumatera. Dijelaskan pada tabel di
bawah ini. Pada tabel dibawah ini terlihat bahwa kondisi kapasitas dermaga masih
mampu mengakomodir kedatangan kendaraan pada jam puncak akibat dari
beroperasinya jalan Tol Trans Sumatera

Tabel 6. Sebaran Kendaraan pada Jam Puncak dan Kapasitas Dermaga Akibat Tol
Trans Sumatera
Jenis Kendaraan Dermaga I Dermaga II Dermaga III Dermaga V Dermaga VI
Roda-2 - - - - -
Roda-4 79 89 79 105 83
Bus 42 48 42 56 44
Truk 9 10 9 12 9
Kebutuhan Luas (m) 2,315 2,599 2,290 3,062 2,429
Kapasitas Dermaga (m) 11.385.98 10.722,10 17.654,93 11.492,00 6.903,60
Sumber: Analisa, 2015

Dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa kapasitas parkir area dermaga
masih mampu menampung kedatangan kendaraan pada jam puncak pada kondisi
normal dan kedatangan kendaraan pada jam puncak akibat beroperasinya tol Trans
Sumatera.

4.4. Analisa Lokasi Konflik


Pada pelabuhan Bakauheni terjadi 8 lokasi konflik dengan 2 lokasi konflik primer
yang perlu penanganan lebih khusus dan 6 lokasi konflik sekunder. Konflik
sekunder terjadi karena adanya merging arus kendaraan dari jalan mayor dengan
jalan minor. Untuk itu didalam menganalisa konflik sekunder langkah pertama yang
harus dilakukan adalah melakukan identifikasi terhadap jalan mayor dan jalan
minor. Langkah kedua adalah dengan memberikan rambu prioritas bagi jalan mayor
dan jika memungkinkan pada lokasi konflik sekunder dibuatkan ramp untuk
memperlancar proses merging arus lalu lintas. Secara lengkap ulasan rekayasa lalu
lintas berdasarkan lokasi konflik ditampilkan pada keterangan di bawah ini:

Analisa pada 6 lokasi konflik sekunder adalah


1. Pada lokasi konflik 2, jalan mayor adalah jalan yang dilalui oleh arus
kendaraan yang akan menuju dermaga III, IV, V dan VI (satu arah)
sedangkan jalan minor adalah jalan yang dilewati oleh arus kendaraan yang
dari terminal (satu arah)). Model pengaturan arus pada lokasi 2 adalah
dengan melakukan pemasangan rambu prioritas/rambu stop pada lengan
dari arah terminal yang hendak menuju keluar.
2. Pada lokasi konflik 4, jalan mayor adalah jalan yang dilalui oleh arus
kendaraan yang keluar dari dermaga pelengsengan (satu arah) sedangkan
jalan minor adalah jalan yang dilewati oleh arus kendaraan yang keluar dari
dermaga I (satu arah). Model pengaturan arus pada lokasi 4 adalah dengan
melakukan pemasangan rambu prioritas/rambu stop pada lengan dari arah
dermaga I.
3. Pada lokasi konflik 5, jalan mayor adalah jalan yang dilalui oleh arus
kendaraan yang keluar dari dermaga pelengsengan dan dermaga I (satu
arah) sedangkan jalan minor adalah jalan yang dilewati oleh arus kendaraan
yang keluar dari dermaga II (satu arah). Model pengaturan arus pada lokasi
5 adalah dengan melakukan pemasangan rambu prioritas/rambu stop pada
lengan dari arah dermaga II.
4. Pada lokasi konflik 6, jalan mayor adalah jalan yang dilalui oleh arus
kendaraan yang keluar dari dermaga pelengsengan, dermaga I dan
dermaga II (satu arah) sedangkan jalan minor adalah jalan yang dilewati
oleh arus kendaraan yang keluar dari dermaga III dan dermaga VI (satu
arah). Model pengaturan arus pada lokasi 6 adalah dengan melakukan
pemasangan rambu prioritas/rambu stop pada lengan dari arah dermaga III
dan dermaga VI.
5. Pada lokasi konflik 7, jalan mayor adalah jalan yang dilalui oleh arus
kendaraan yang keluar dari dermaga VI (satu arah) sedangkan jalan minor
adalah jalan yang dilewati oleh arus kendaraan yang keluar dari dermaga III
(satu arah). Model pengaturan arus pada lokasi 7 adalah dengan melakukan
pemasangan rambu prioritas/rambu stop pada lengan dari arah dermaga III.
6. Pada lokasi konflik 8, jalan mayor adalah jalan yang dilalui oleh arus
kendaraan yang keluar dari dermaga IV (satu arah) sedangkan jalan minor
adalah jalan yang dilewati oleh arus kendaraan yang keluar dari dermaga V
(satu arah). Model pengaturan arus pada lokasi 8 adalah dengan melakukan
pemasangan rambu prioritas/rambu stop pada lengan dari arah dermaga V.

Analisa pada 2 lokasi primer adalah sebagai berikut


1. Pada Lokasi konflik 1 terdapat 1 titik konflik primer (diverging) dimana jalan
mayor adalah jalan yang dilalui oleh kendaraan yang akan menuju Dermaga
III, IV, V dan VI (satu arah) sedangkan jalan minor adalah jalan yang dilalui
oleh arus kendaraan yang akan menuju terminal (satu arah). Pada
perlintasan 4 lengan dimana masing-masing lengan menerapkan arus satu
arah maka pengaturan yang paling mungkin dapat dilakukan adalah dengan
pembatasan kecepatan (traffic calming). Berdasarkan Peraturan Menteri No
96 tahun 2015 pengaturan dan pembatan kecepatan bertujuan untuk
menurunkan tingkat kecelakaan dan membantu pengendara dalam memilih
kecepatan yang sesuai dengan kondisi jalan dan cuaca serta lingkungan
yang ada sehingga diperoleh kondisi lalu lintas yang lebih baik. Oleh karena
itu manajemen rekayasa lalu lintas yang diterapkan pada lokasi ini adalah
dengan pembatasan fisik berupa traffic hump pada jalan minor.
2. Pada lokasi konflik 3 terdapat 5 titik konflik primer dan 3 titik konflik sekunder
baik antar kendaraan maupun dengan pejalan kaki. Arahan PM 96 tahun
2015 untuk rekayasa simpang terbagi menjadi beberapa usulan, yaitu
simpang dengan prioritas, simpang dengan APILL (alat pemberi isyarat lalu
Lintas) dan simpang dengan bundaran. Melihat beberapa prasyaratan yang
diperlukan untuk rekayasa simpang pada lokasi konflik 3 maka yang paling
memungkinkan adalah penerapan simpang dengan bundaran. Dimana
prasyaratnya adalah:
- Volume lalu lintas yang belok kanan di atas 30% dari volume lalu lintas
- Volume lalu lintas yang dari masing-masing kaki pendekat relatif sama
besar
- Memiliki paling sedikit 4 kaki persimpangan
- Tersedia lahan yang memadai untuk membangun bundaran
Jika dihubungkan kondisi eksisting pada lokasi, untuk syarat pertama jika
disimulasikan tingkat kedatangan dan bongkar kendaraan pada ke 6
dermaga dilakukan secara bersamaan maka volume lalu lintas yang belok
kanan berkisar 30% dari total volume, serta volume lalu lintas pada masing-
masing kaki pendekat relatif sama. Serta pada lokasi konflik 3 memiliki 4
kaki persimpangan dan tersedia lahan untuk membangun bundaran.
Berdasarkan acuan dari Manual Kapasitas Jalan Indonesia untuk jalan
dengan berdasarkan tabel di bawah ini dengan jumlah arus lalu lintas total
yang mungkin akan melewati simpang pada lokasi 3 (arus pada jam puncak
roda 2 dan roda 4 sebanyak 2.320 kend/Jam) maka tipe bundaran yang
cocok untuk dipakai pada lokasi konflik 3 adalah R10-12 (radius bundaran
10 meter dengan 1 lajur pada pendekat minor dan 2 lajur pada pendekat
mayor
Gambar 8. Dimensi Bundaran

5. Perencanaan Teknis Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (MRLL)


Didalam perencanaan teknis manajemen rekayasa lalu lintas beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah kinerja eksisting dari masing-masing fasilitas yang ada
dipelabuhan seperti toll gate, loket tiket, area parkir dan titik-titik konflik yang terjadi.
Penerapan manajemen rekayasa lalu lintas ini khusus di prioritaskan untuk jangka
panjang dibagi berdasarkan frame waktu yaitu jangka pendek (5 tahun), jangka
menengah (10 tahun) dan jangka panjang (20 tahun).

5.1. Perencanaan MRLL Jangka Pendek (5 tahun)


Perencanaan MRLL jangka pendek pada pelabuhan Bakauheni adalah sebagai
berikut:
1. Mempertahankan pola dan alur pergerakan kendaraan mulai dari pintu
gerbang pelabuhan hingga masuk ke kapal, begitupun sebaliknya
2. Menambahkan rambu-rambu dan marka-marka penunjuk arah
3. Memperbaiki lokasi-lokasi konflik sesuai dengan arahan sebelumnya
4. Membangun fasilitas gang way dan side ramp untuk dermaga pelengsengan
dan dermaga VI
Gambar 9. Gambaran MRLL Jangka Pendek

5.2. Perencanaan MRLL Jangka Menengah (10 tahun)


Perencanaan MRLL jangka menengah pada pelabuhan Bakauheni meliputi:
1. Berdasarkan analisa pertumbuhan total kendaraan yang mengikuti pola
logaritmic dengan persamaan y = 209906,82 ln(x) + 1552855,05, maka
dalam 10 tahun mendatang kedatangan kendaraan dari 1.886.609
kend/tahun menjadi 2.036.183 kend/tahun. Penambahan jumlah kendaraan
ini masih belum melampaui kapasitas dari areal parkir dermaga oleh karena
itu pola yang sudah ditetapkan pada perencanaan MRLL jangka pendek
tetap dipertahankan
2. Untuk memperlancar arus lalu lintas dan mengurangi adanya konflik pada
lokasi konfik 1 dan lokasi konflik 2 maka dilakukan pemindahan terminal ke
areal workshop dan menghubungkannya dengan gang way menuju loket
penjualan tiket sehingga tidak ada jalur pedestrian yang berkonflik dengan
kendaraan
3. Membuat akses jalan masuk menuju dermaga IV, V dan VI sehingga
kendaraan yang akan menuju dermaga ini tidak lagi mengalami crossing
dengan kendaraan lain
4. Memberi marka dan rambu penomoran pada masing-masing area parkir
dermaga yang terkoneksi dengan fasilitas tiket dengan nomor dan lokasi
area parkir dermaga
5. Menyempurnakan fasilitas zona B dan C pada area dermaga IV dan V
dengan pembuatan loket penumpang
Gambar 10. Gambaran MRLL Jangka Menengah

5.3. Perencanaan MRLL Jangka Panjang (20 tahun)


Perencanaan MRLL jangka panjang pada pelabuhan Bakauheni meliputi:
1. Mempertahankan perencanaan MRLL yang sudah direkomendasikan pada
jangka pendek dan menengah
2. Membangun akses keluar bagi kendaraan secara elevated (fly over) yang
memungkinkan kendaraan yang akan keluar tidak akan lagi berkonflik
dengan kendaraan lainnya.
Gambar 11. Gambaran MRLL Jangka Panjang

Gambar 12. Preview dari Gerbang Masuk Eksisting


Gambar 13. Preview dari Dermaga Pelengsengan

Gambar 14. Preview dari Dermaga 2


Gambar 15. Bundaran

Gambar 16. Preview dari Dermaga 5

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai