Anda di halaman 1dari 24

BAB lV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Bagian ini terdiri dari dua bagian yaitu, bagian pertama: berisikan
uraian hail yang di perolah dari studi kasus. Bgian kedua: memuat uraian
tetang pembahasan atas teman-temuan studi kasus/studi kasus yang di
laksanakan.
Dalan Bab ini menjelasan tentang ringkasan penerapan terapi
distraksi musik klasik untuk menurunkan nyeri pada pasien post operasi
herniotomi, yang dilakukan pada pasien Tn. L dan Tn. T di Rumah Sakit
RS Pelamonia Makassar pada tanggal 15 Mei sampai 27 Mei 2023
dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi dan
pemeriksaan fisik.
A. Hasil Studi Kasus
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pelamonia Makassar pada
tanggal 15 sampai 27 Mei 2023. Studi kasus ini adalah studi kasus
yang menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan
menggambarkan Penerapan Terapi Distraksi Musik Klasik Untuk
Menurunkan Nyari pada Pasien Post Operasi Herniotomi. Jumlah
responden yang di ambil di rumah sakit 2 orang berjenis kelamin
laki-laki, dengan diagnosa medis Hernia
2. Identiras Responden
a. Responden 1
Dari pengkajian yang dilakukan pada responden 1, pada
tanggal 15 Mei 2023, pukul 09.00 di ruangan perawatan Anyelir
kamar 212 bed 6. Diperoleh data dengan observasi,
pemeriksaaan fisik, catatan medis, dan catatan perawat.
Didapatkan hasil, pasien Tn. L umur 63 tahun, berjenis kelamin
laki-laki, status kawin, bahasa yang digunakan bahasa
Indonesia, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA pekerjaan
wiraswasta nomor rekam medis 635XXX masuk RS pada
tanggal 13 mei 2023 dengan diagnose medis hernia dan akan
dilakukan tindakan operasi herniorapy. Yang bertanggung
jawab pada pasien adalanya Ny. S umur 60 tahun, pekerjaan
IRT pendidikan terakhir SMA.
b. Responden 2
Dari pengkajian yang dilakukan pada responden 2 pada
tanggal 25 mei 2023, pukul 10.00 WITA di ruang mawar, kamar
312 bed 6. Diperoleh data dengan observasi, pemeriksaan fisik,
catatan medis, dan catatan perawat. Didapatkan hasil, pasien
berinisial Tn. T umur 54 tahun, berjenis kelamin laki-laki, stasus
kawin, beragama islam, bahasa yang digunakan bahasa
Indonesia. Pendidikan terakhir SMA pekerjaan wiraswasta,
nomor rekam medis 723XXX masuk RS pada tanggal 10 Mei
2023 dengan diagnosa medis Hernia dan akan dilakukan
tindakan operasi herniorapy. Yang bertanggung jawab kepada
pasien adalah Ny. R berusia 49 tahun, pekerjaan IRT,
pendidikan terakhir SMA, beragama Islam.
3. Pengkajian
a. Responden 1
Saat dilakukan pengkajian hari pertama Tn. L mengatakan
nyeri pada perut bagian bawah hingga ke pangkal paha, pasien
mengatakan nyeri muncul saat beraktivitas. Pasien
mengatakan nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri
6 (nyeri Sedang), nyeri dirasakan pada siang hari dan
memperberat pada malam hari, nyeri dirasakan selama 5 menit
hilang timbul, pasien mengatakan sulit tidur pada malam hari
karena merasakan nyeri post operasi. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan data objek pasien tampak meringis, pasien tampak
gelisah, pasien tampak sulit tidur terdapat nyeri tekan pada
daerah post operasi, kesadaran pasien composmentis, tekanan
darah 130/80mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan 22x/menit,
suhu tubuh 360C. pasien diberi terapi analgetik jenis ketorolac
dosis 1 ml melalui intravena setiap 8 jam.
b. Responden 2
Saat dilakukan pengkaian hari pertama, Tn. T mengatakan
nyeri pada abdomen dan area scrotum, pasien mengatakan
nyeri muncul saat beraktivitas. Pasien mengatakan nyeri
dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan sulit untuk bergerak. Nyeri
yang dirasakan pada bagian scrotum hingga kedaerah paha,
dengan skala nyeri 6 (nyeri sedang) nyeri terasa pada malam
hari dengan karakteristik hilang timbul, dari hasil pemeriksaan
fisik didapatkan data objektif, klien tampak sering memegang
perutnya, tekanan darah 145/90 mmHg, nadi 88x/menit,
pernapasan 22x/menit, suhu tubuh 360C. pasien diberi terapi
injeksi analgetik dengan jenis ketorolac dosis 1ml melalui
intravena setiap 8 jam.
4. Diagnosis Keperawatan
a. Responden 1
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. L
didapatkan diagnosis Nyeri akut berhubungan dengan Agen
pencedera fisik (prosedur operasi). Ditandai dengan data
subjek dan objektif dimana pasien mengatakan nyeri pada
perut bagian bawah hingga ke pangkal paha, pasien
mengatakan nyeri muncul saat beraktivitas. Pasien
mengatakan nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri
6 (nyeri Sedang), nyeri dirasakan pada siang hari dan
memperberat pada malam hari, nyeri dirasakan selama 5 menit
hilang timbul, pasien mengatakan sulit tidur pada malam hari
karena merasakan nyeri post operasi. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan data objek pasien tampak meringis, pasien tampak
gelisah, pasien tampak sulit tidur terdapat nyeri tekan pada
daerah post operasi, kesadaran pasien composmentis, tekanan
darah 130/80mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan 22x/menit,
suhu tubuh 360C. dari data tersebut peneliti merumuskan
diagnose keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen penceda fisik (prosedur operasi).
b. Responden 2
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. T
didapatkan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik (prosedur operasi). Ditandai dengan data
subjektif dan data objektif dimana pasien mengatakan nyeri
pada abdomen dan area scrotum, pasien mengatakan nyeri
muncul saat beraktivitas. Pasien mengatakan nyeri dirasakan
seperti tertusuk-tusuk dan sulit untuk bergerak. Nyeri yang
dirasakan pada bagian scrotum hingga kedaerah paha, dengan
skala nyeri 6 (nyeri sedang) nyeri terasa pada malam hari
dengan karakteristik hilang timbul, dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan data objektif, klien tampak sering memegang
perutnya, tekanan darah 145/90 mmHg, nadi 88x/menit,
pernapasan 22x/menit, suhu tubuh 360C. dari data tersebut
peneliti merumuskan diagnose keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
5. Gambaran penerapan Terapi Musik Klasik
Penerapan Terapi Musik Klasik dilakukan pada Tn. L pada
tanggal 15-17 Mei 2023 dan Tn. T pada tanggal 25-27 Mei 2023
dilakukan selama 3 hari, sebanyak 3 sesi dalam sehari, Tn. L
pada jam 09.00 pada Tn. T pada jam 10.00, sebelum dan sesudah
penerapan dilakukan pengkajian terlebih dahulu dengan
melakukan wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan skala
nyeri.
a. Hari Pertama
1) Responden 1
Pada hari senin 15 Mei 2023 dilakukan penerapan
Terapi Musik Klasik pada Tn. L dilakukan 3 sesi dalam
sehari pada pukul 09.00. Sebelum dilakukan prosedur
penerapan dilakukan pengkajian dan pengukuran skala
nyeri yaitu pasien mengatakan skala nyeri 6 (nyeri sedang),
tekanan darah 125/80mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan
22x/menit, suhu tubuh 360C. Setelah itu dilakukan
Pernerapan Terapi Musik Klasik dengan cara: Persiapan
sebelum ke pasien berupa mengecek kondisi pemutar
musik, menyiapkan lembar informed concent dan
menyiapkan kuesioner dan lembar observasi yang akan
digunakan, siapkan lingkungan yang nyaman dan tenang,
melakukan informent consent kepada pasien berupa
menjelaskan tujuan, prosedur dan waktu yang akan
digunakan,cek tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi,
pernapasan dan suhu), jika pasien telah menyetujui
tindakan terapi musik yang akan dilakukan, langkah
selanjutnya adalah mengkaji data demografi dan keluhan
utama pasien khususnya nyeri, Pre test nyeri
menggunakan NRS (Numeric Rating Scane), Menetapkan
ketertarikan klien terhadap musik, anjukan klien untuk
mengambil posisi nyaman, menganjurkan klien untuk rileks
dengan mengatur napas, menganjurkan klien untuk fokus
kepada musik yang akan diputarkan, Nyalakan musik dan
lakukan terapi musik selama 15 menit untuk sesi pertama,
Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras,
Setelah 15 menit berikan jeda untuk istirahat selama 10
menit. Kemudian setelah itu putarkan kembali musik untuk
sesi ke 2 selama 15 menit, Berikan jeda untuk istirahat
selama 10 menit untuk sesi 2, Nyalakan kembali musik dan
lakukan terapi musik selama 15 menit untuk sesi 3, Setelah
selesai terapi musik untuk sesi 3 dampingi pasien untuk
menilai skala nyeri (post tes) kemudian evaluasi kegiatan
(kenyamanan klien). Setelah dilakukan penerapan terapi
Distraksi Musik Klasik dilakukan pengukuran skala nyeri
kembali: pasien mengatakan nyerinya berkurang dengan
skala nyeri 5 (nyeri sedang).
2) Responden 2
Pada hari Senin 25 Mei 2023 dilakukan penerapan
Distraksi Musik Klasik pada Tn. T dilakukan 3 sesi dalam
sehari pada pukul 10.00 WITA. Sebelum dilakukan
prosedur penerapan dilakukan pengkajian dan pengukuran
skala nyeri yaitu: pasien mengatakan skala nyeri 6 (nyeri
sedang), tekanan darah 145/115 mmHg, nadi 88x/menit,
pernapasan 22x/menit, suhu tubuh 360C, setelah itu
dilakukan penerapan Distraksi Musik Klasik dengan cara:
Persiapan sebelum ke pasien berupa mengecek kondisi
pemutar musik, menyiapkan lembar informed concent dan
menyiapkan kuesioner dan lembar observasi yang akan
digunakan, siapkan lingkungan yang nyaman dan tenang,
melakukan informent consent kepada pasien berupa
menjelaskan tujuan, prosedur dan waktu yang akan
digunakan,cek tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi,
pernapasan dan suhu), jika pasien telah menyetujui
tindakan terapi musik yang akan dilakukan, langkah
selanjutnya adalah mengkaji data demografi dan keluhan
utama pasien khususnya nyeri, Pre test nyeri
menggunakan NRS (Numeric Rating Scane), Menetapkan
ketertarikan klien terhadap musik, anjukan klien untuk
mengambil posisi nyaman, menganjurkan klien untuk rileks
dengan mengatur napas, menganjurkan klien untuk fokus
kepada musik yang akan diputarkan, Nyalakan musik dan
lakukan terapi musik selama 15 menit untuk sesi pertama,
Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras,
Setelah 15 menit berikan jeda untuk istirahat selama 10
menit. Kemudian setelah itu putarkan kembali musik untuk
sesi ke 2 selama 15 menit, Berikan jeda untuk istirahat
selama 10 menit untuk sesi 2, Nyalakan kembali musik dan
lakukan terapi musik selama 15 menit untuk sesi 3, Setelah
selesai terapi musik untuk sesi 3 dampingi pasien untuk
menilai skala nyeri (post tes) kemudian evaluasi kegiatan
(kenyamanan klien). Setelah dilakukan penerapan Terapi
Distraksi Musik Klasik dilakukan pengukuran skala nyeri
kembali: pasien mengatakan nyerinya berkurang dengan
skala nyeri 5 (nyeri sedang).
b. Hari Kedua
1) Responden 1
Pada hari Selasa 16 Mei 2023 dilakukan penerapan
Distraksi Musik Klasik pada Tn. L dilakukan 3 sesi dalam
sehari pada pukul 09.00 WITA. Sebelum dilakukan
prosedur penerapan dilakukan pengkajian dan pengukuran
skala nyeri yaitu: pasien mengatakan merasakan nyeri
skala 5 (nyeri sedang),tekanan darah: 130/80 mmHg, nadi:
82x/menit, pernapasan: 22x/menit, suhu tubuh: 36 0C,
setelah itu dilakukan penerapan dengan cara: Persiapan
sebelum ke pasien berupa mengecek kondisi pemutar
musik, menyiapkan lembar informed concent dan
menyiapkan kuesioner dan lembar observasi yang akan
digunakan, siapkan lingkungan yang nyaman dan tenang,
melakukan informent consent kepada pasien berupa
menjelaskan tujuan, prosedur dan waktu yang akan
digunakan,cek tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi,
pernapasan dan suhu), jika pasien telah menyetujui
tindakan terapi musik yang akan dilakukan, langkah
selanjutnya adalah mengkaji data demografi dan keluhan
utama pasien khususnya nyeri, Pre test nyeri
menggunakan NRS (Numeric Rating Scane), Menetapkan
ketertarikan klien terhadap musik, anjukan klien untuk
mengambil posisi nyaman, menganjurkan klien untuk rileks
dengan mengatur napas, menganjurkan klien untuk fokus
kepada musik yang akan diputarkan, Nyalakan musik dan
lakukan terapi musik selama 15 menit untuk sesi pertama,
Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras,
Setelah 15 menit berikan jeda untuk istirahat selama 10
menit. Kemudian setelah itu putarkan kembali musik untuk
sesi ke 2 selama 15 menit, Berikan jeda untuk istirahat
selama 10 menit untuk sesi 2, Nyalakan kembali musik dan
lakukan terapi musik selama 15 menit untuk sesi 3, Setelah
selesai terapi musik untuk sesi 3 dampingi pasien untuk
menilai skala nyeri (post tes) kemudian evaluasi kegiatan
(kenyamanan klien). Setelah dilakukan penerapan Distraksi
Musik Klasik dilakukan pengukuran skala nyeri kembali:
pasien mengatakan nyeri yang dirasakan tidak ada
perubahan dengan skala nyeri 5 (nyeri sedang).
2) Responden 2
Pada hari Selasa 26 Mei 2023 dilakukan penerapan
Terapi Distraksi Musik Klasik pada Tn. T dilakukan 3 sesi
dalam sehari pada pukul 09.00 WITA. Sebelum dilakukan
prosedur penerapan dilakukan pengkajian dan pengukuran
skala nyeri yaitu: pasien mengatakan merasakan nyeri
skala 5 (nyeri sedang), tekana darah: 140/90 mmHg, nadi:
75x/memit, Pernapasan: 24x/menit, suhu: 36 0C, setelah itu
dilakukan penerapan dengan cara: Persiapan sebelum ke
pasien berupa mengecek kondisi pemutar musik,
menyiapkan lembar informed concent dan menyiapkan
kuesioner dan lembar observasi yang akan digunakan,
siapkan lingkungan yang nyaman dan tenang, melakukan
informent consent kepada pasien berupa menjelaskan
tujuan, prosedur dan waktu yang akan digunakan,cek
tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan dan
suhu), jika pasien telah menyetujui tindakan terapi musik
yang akan dilakukan, langkah selanjutnya adalah mengkaji
data demografi dan keluhan utama pasien khususnya nyeri,
Pre test nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating Scane),
Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik, anjukan
klien untuk mengambil posisi nyaman, menganjurkan klien
untuk rileks dengan mengatur napas, menganjurkan klien
untuk fokus kepada musik yang akan diputarkan, Nyalakan
musik dan lakukan terapi musik selama 15 menit untuk sesi
pertama, Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu
keras, Setelah 15 menit berikan jeda untuk istirahat selama
10 menit. Kemudian setelah itu putarkan kembali musik
untuk sesi ke 2 selama 15 menit, Berikan jeda untuk
istirahat selama 10 menit untuk sesi 2, Nyalakan kembali
musik dan lakukan terapi musik selama 15 menit untuk sesi
3, Setelah selesai terapi musik untuk sesi 3 dampingi
pasien untuk menilai skala nyeri (post tes) kemudian
evaluasi kegiatan (kenyamanan klien). Setelah dilakukan
penerapan Tearapi Distraksi Musik Klasik dilakukan
pengukuran skala nyeri kembali: pasien mengatakan nyeri
yang dirasakan berkurang dengan skala nyeri 4 (nyeri
sedang).
c. Hari ketiga
1) Responden 1
Pada hari Rabu 17 Mei 2023 dilakukan penerapan
Terapi Distraksi Musik Klasik pada Tn. L dilakukan 3 sesi
dalam sehari pada pukul 09.00 WITA. Sebelum dilakukan
prosedur penerapan dilakukan pengkajian dan pengukuran
skala nyeri yaitu: pasien mengatakan skala nyeri 4 (nyeri
sedang), tekana darah: 120/80mmHg, nadi: 84x/menit,
pernapasan: 24x/menit, suhu tubuh: 36 0C, setelah itu
dilakukan penerapan dengan cara: Persiapan sebelum ke
pasien berupa mengecek kondisi pemutar musik,
menyiapkan lembar informed concent dan menyiapkan
kuesioner dan lembar observasi yang akan digunakan,
siapkan lingkungan yang nyaman dan tenang, melakukan
informent consent kepada pasien berupa menjelaskan
tujuan, prosedur dan waktu yang akan digunakan,cek
tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan dan
suhu), jika pasien telah menyetujui tindakan terapi musik
yang akan dilakukan, langkah selanjutnya adalah mengkaji
data demografi dan keluhan utama pasien khususnya nyeri,
Pre test nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating Scane),
Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik, anjukan
klien untuk mengambil posisi nyaman, menganjurkan klien
untuk rileks dengan mengatur napas, menganjurkan klien
untuk fokus kepada musik yang akan diputarkan, Nyalakan
musik dan lakukan terapi musik selama 15 menit untuk sesi
pertama, Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu
keras, Setelah 15 menit berikan jeda untuk istirahat selama
10 menit. Kemudian setelah itu putarkan kembali musik
untuk sesi ke 2 selama 15 menit, Berikan jeda untuk
istirahat selama 10 menit untuk sesi 2, Nyalakan kembali
musik dan lakukan terapi musik selama 15 menit untuk sesi
3, Setelah selesai terapi musik untuk sesi 3 dampingi
pasien untuk menilai skala nyeri (post tes) kemudian
evaluasi kegiatan (kenyamanan klien). Setelah dilakukan
penerapan Terapi Distraksi Musik Klasik dilakukan
pengukuran skala nyeri kembali: pasien mengatakan nyeri
yang dirasakan berkurang dengan skala nyeri 3 (nyeri
ringan).
2) Responden 2
Pada hari Rabu 27 Mei 2023 dilakukan penerapan Terapi
Distraksi Musik Klasik pada Tn. T dilakukan 3 sesi dalam
sehari pada pukul 09.00 WITA. Sebelum dilakukan
prosedur penerapan dilakukan pengkajian dan pengukuran
skala nyeri yaitu: pasien mengatakan merasakan nyeri
skala 4 (nyeri ringan), tekanan darah: 35/85mmHg, nadi:
78x/menit, pernapasan: 24x/menit, suhu tubuh: 36 0C,
setelah itu dilakukan penerpan dengan cara: Persiapan
sebelum ke pasien berupa mengecek kondisi pemutar
musik, menyiapkan lembar informed concent dan
menyiapkan kuesioner dan lembar observasi yang akan
digunakan, siapkan lingkungan yang nyaman dan tenang,
melakukan informent consent kepada pasien berupa
menjelaskan tujuan, prosedur dan waktu yang akan
digunakan,cek tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi,
pernapasan dan suhu), jika pasien telah menyetujui
tindakan terapi musik yang akan dilakukan, langkah
selanjutnya adalah mengkaji data demografi dan keluhan
utama pasien khususnya nyeri, Pre test nyeri
menggunakan NRS (Numeric Rating Scane), Menetapkan
ketertarikan klien terhadap musik, anjukan klien untuk
mengambil posisi nyaman, menganjurkan klien untuk rileks
dengan mengatur napas, menganjurkan klien untuk fokus
kepada musik yang akan diputarkan, Nyalakan musik dan
lakukan terapi musik selama 15 menit untuk sesi pertama,
Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras,
Setelah 15 menit berikan jeda untuk istirahat selama 10
menit. Kemudian setelah itu putarkan kembali musik untuk
sesi ke 2 selama 15 menit, Berikan jeda untuk istirahat
selama 10 menit untuk sesi 2, Nyalakan kembali musik dan
lakukan terapi musik selama 15 menit untuk sesi 3, Setelah
selesai terapi musik untuk sesi 3 dampingi pasien untuk
menilai skala nyeri (post tes) kemudian evaluasi kegiatan
(kenyamanan klien). Setelah dilakukan penerapan Terapi
Distraksi Musik Klasik dilakukan pengukuran skala nyeri
kembali: pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
berkurang dengan skala nyeri 3 (nyeri ringan).
6. Evaluasi Penerapan Terapi Distraksi Musik Klasik
Setelah dilakukan penerapan, peneliti melakukan evaluasi
kepada kedua responden yaitu kedua responden mengalami
penurunan skala nyeri setelah dilakukan penerapan Terapi
Distraksi Musik Klasik selama 3 hari, yang dilakukan 3 sesi dalam
sehari, pada pukul 09.00 WITA, selama maksimal 2 jam.
a. Responden 1
Setelah dilakukan penerapan Terapi Distraksi Musik Klasik
pada Tn. L selama 3 hari, dilakukan penerapan 3 sesi dalam
sehari pada pukul 09.00 WITA dari hasil pengkajian pasien
mengatakan masih merasakan nyeri, namun nyeri yang
dirasakan berkurang dari hari pertama didapatkan skala nyeri 6
sedang, kemudian dihari ke dua didapatkan skala nyeri 5, dan
di hari ketiga didapatrkan skala nyeri 3 (ringan). Setelah
diberikan terapi Distraksi Musik Klasik, respon subjektif pasien
mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang, pasien
mengatakan nyeri yang dirasakan kurang lebih sekitar 2 menit,
maka pasien dapat melakukan kembali apa yang telah di
ajarkan tentang bagaimana cara mengatasi nyeri jika kembali
timbul dan respon objektif pasien masih tampak meringis jika
bergerak dan masih terdapat nyeri tekan.

b. Responden 2
Setelah dilakukan penerapan Terapi Distraksi Musik Klasik
pada Tn. L selama 3 hari, dilakukan penerapan 3 sesi dalam
sehari pada pukul 09.00 WITA, dari hasil pengkajian pasien
mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang dari hari pertama
didapatkan skala nyeri 6 sedang, kemudian di haei kedua
didapatkan skala nyeri 5, dan di hari ketiga didapatkan skala
nyeri 3 (nyeri ringan), maka pasien dapat melakukan kembali
apa yang telah diajarkan tentang bagaimana cara mengatasi
nyeri jika kembali timbul.
Dari penelitian yang dilakukan tersebut didapatkan hasil dari
kedua responden mengalami penurunan skala nyeri dari hari
pertama sampai hari ketiga implementasi, pasien pertama
mengalami penurunan skala nyeri dari skala nyeri 6 (nyeri
sedang), dan pada implementasi hari ketiga didapatkan skala
nyeri 3 (nyeri ringan), sedangkan pasien kedua juga mengalami
penurunan skala nyeri dari skala nyeri 6 (nyeri sedang) turun
menjadi skala nyeri 3 (nyeri ringan).
Adapun table kesimpulan penilaian skala nyeri pada kedua
responden sebelum dan setelah diberikan terapi distraksi music
klasik
No Sebelum Intervensi Setelah Intervensi
Hari Jam Skala Kategori Skala Kategori
1 09.00 6 (0-10) Sedang 5(0-10) Sedang
2 09.00 5 (0-10) Sedang 5 (0- Sedang
10)
3 09.00 4 (0-10) Sedang 3 (0- Ringan
10)

No Sebelum Intervensi Setelah Intervensi


Hari Jam Skala Kategori Skala Kategori
1 10.00 6 (0-10) Sedang 5 (0- Sedang
10)
2 09.00 5 (0-10) Sedang 4 (0- Sedang
10)
3 09.00 4 (0-10) Sedang 3 (0- Ringan
10)
Tabel 4.1 Penilaian Skala Nyeri
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Menurut Riasmini (2017), pengkajian merupakan syarat utama
untuk mengidentifikasikan masalah. Pengkajian keperawatan
bersifat dinamis, interaktif, dan fleksibel. Yang dimana data
dikumpulkan secara sistematis dan terus menerus dengan
menggunakan alat atau metode pengumpulan data berupa
pengkajian, observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Dari data pengkajian Tn. L dan Tn. T didapatkan ada beberapa
keluhan yang sama dari keduanya setelah dilakukan prosedur
operasi, mengalami keluhan masalah nyeri pada daerah perut
hingga pangkal paha. Pasien satu saat dilakukan pengkajian
mengatakanan nyeri pada perut bagian bawah hingga ke pangkal
paha, pasien mengkatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-
tusuk dengan skala nyeri 6 terkadang nyeri yang dirasakan pada
siang dan malam hari sehingga pasien sulit untuk tidur saat
malam hari. Sedangkan pada pasien kedua saat dilakukan
pengkajian pasien juga mengatakan merasakan nyeri, nyeri
dirasakan seperti tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 6 nyeri
dirasakan begitu kuat pada daerah perut bawah hingga ke
scrotum yang dirasakan pada malam hari sehingga pasien sulit
tidur karena nyeri yang dirasakan, dengan karakteristik hilang
timbul.
Adapun kesenjangan yang didapatkan saat dilakukan
pengkajian terhadap kedua responden yang dimana karakteristik
nyeri pada kedua responden ini berbeda, Tn. L mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk pada daerah perut hingga
ke pangkal paha, nyeri dirasakan membuat pasien sulit
beraktivitas, sedangkan Tn. T mengatakan merasa nyeri seperti
tertusuk-tusuk pada daerah perut bagian bawah dan scrotum nyeri
terasa sangat berat sehingga pasien sangat sulit untuk melakukan
pergerakan. Dan pada pasien Tn. L dihari kedua tidak terjadi
penurunan pada skala nyeri dikarenakan pasien merasa cemas
ditandai dengan pasien yang selalu bertanya tentang keadaan
yang dialaminya.
Hal ini sejalan dengan sebagaimana dalam teori yang
didapatkan mengatakan respon pasien berbeda dikarenakan
setiap pasien mengalami prosepsi nyeri yang berbeda-beda setiap
individu dalam merespon nyeri tersebut, nyeri merupakan
campuran dari berbagai respon, baik fisiologos, maupun perilaku,
beberapa factor yang mempengaruhi nyeri meliputi usua, jenis
kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan,
gaya koping, keluarga, social dan pengalaman sebelumnya
(Andarmoyo, 2013).
Dan juga pendapat lain menurut penelitian Pristahayuningtyas
et al, (2016), mengatakan respon nyeri yang dirasakan oleh setiap
pasien berbeda-beda sehingga perlu dilakukan eksporasi untuk
menentukan nilai nyeri tersebut.
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. L dan
Tn. T didapatkan ada beberapa diagnose yang terdapat pada
kedua responden dimana pada keduanya mengalami masalah
gangguan kenyamanan, kerusakan integritas jaringan/kuliat, dan
nyeri akut, namun peneliti berfokus pada satu doagnosa, dan nyeri
akut, namun peneliti berfokus pada satu diagnose, dimana
diagnose tersebut adalah sasaran peneliti maka dari itu peneliti
menegakkan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik (prosedur operasi), ditandai dengan data objektif
dan subjektif. Hal ini sesuai dengan hasil pengkajian yang telah
didapatkan seperti pasien mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah hingga ke pangkal paha, yang dimana dirasakan setelah
pasien dilakukan tindakan prosedur operasi. Dan ditandai dengan
pemeriksaan fisik pada kedua responden tampak meringis dan
terdapat nyeri tekan.
Hal ini sejalan dengan teori menurut Hidayatulloh et al., (2020)
setelah operasi pembedahan selesai dan pasien mulai sadar
bagian tubuh yang telah dilakukan pembedahan akan merasakan
nyeri yang berasal dari luka yang terdapat dari perut.
3. Gambaran Penerapan Terapi Distraksi Musik Klasik
Penerapan terapi distraksi music klasik adalah suatu metode
nonfarmakologi. Metode ini adalah metode berupa terapi yang
diberikan pada pasien dengan penyakit hernia yang menjalani
post operasi yang dimana pada pasien ini mengalami masa
penyembuhan luka akibat pembedahan tersebut. Namun proses
pemyembuhan tersebut menimbulkan beberapa keluahn dari
pasien, diantaranya adalah merasakan nyeri, sulit tidur karena
nyeri dan sulit bergerak karena nyeri yang dirasakan. Maka dari itu
peneliti melakukan prosedur penerapan terapi distraksi music
klasik dengan tujuan membantu pasien mengatasi masalah nyeri
yang dirasakan.
Pada proses penerapan ini dilakukan pertemuan selama 3
hari, satu hari diberikan terapi sebanyak 3 sesi selama 15 menit
dan diberi jeda istirahat selama 10 menit dilakukan pada pagi hari
dengan waktu maksimal 2 jam. Dengan pemberian waktu sejalan
dengan penelitian sebelumnya mengatakan pemberian terapi
yang diberikan jadwal untuk mengontrol perkembangan dengan
tujuan menurunkan intensitas nyeri yaitu dengan terapi distraksi
musik klasik, terapi musik klasik yang dilakukan dengan durasi 15
menit untuk 3 sesi membuat pasien merasa rileks (Indriani.,2017).
Dan juga terdapat teori sejalan mengatakan terapi distraksi
musik klasik dalam memberikan efek relaksasi yang dapat
menurunkan berbagai macam nyeri dengan merangsang susunan
saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang guna untuk
memproduksi pengeluaran hormone endorphine yang dirasakan
oleh seseorang (Setyo, Bayu Aji., 2015)
4. Evaluasi Penerapan Terapi Distraksi Musik Klasik
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari keseluruhan
pendokumentasian pekerjaan keperawatan. Pada fase ini, seluruh
proses keperawatan dinilai dan dievaluasi. Langkah ini merupakan
faktor penentu dalam menentukan apakah proses pengobatan
berjalan dengan baik dan benar atau tercapainya tujuan yang
diinginkan (Prabowo, 2021).
a. Hari Pertama
Pada saat dilakukan evaluasi penerapan hari pertama
yang dilakukan pada hari Senin pada, Tn. L sebelum
dilakukan pemberian penerapan terapi Distraksi Musik Klasik
pada Tn. L, mengalami nyeri dengan skala 6 sedang, Tn. L
mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk
sehingga sulit untuk beraktivitas. Tn. L juga mengatakan sulit
tidur ketika malam dikarenakan nyeri yang dirasakan
kemudian setelaah diberikan penerapan terapi Distraksi Musik
Klasik nyeri pasien menurun menjadi skala 5.
Sedangkan pada pasien kedua saat dilakukan evaluasi
penerapan hari pertama yang dilakukan pada hari Senin pada
Tn. T sebelum dilakukan pemberian penerapan terapi distraksi
musik klasik pada Tn. T, mengalami nyeri skala 6 (nyeri
sedang) Tn. T mengatakan nyeri yang dirasakan seperti
tertusuk- tusuk sehingga sulit bergerak dan beraktivitas Tn. T
juga mengatakan sulit tidur ketika malam karena nyeri,
kemudian setelah dilakukan penerapan nyeri pasien menurun
menjadi skala 4.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa kedua responden
mengalami kesamaan yaitu penurunan penurunan skala nyeri
yang awalnya skala 6 nyeri sedang, menurun menjadi skala 5
dan juga terdapat kesamaan pada kedua pasien mengeluh
sulit tidur dikarenakan nyeri yang dirasakan begitu berat pada
malam hari.
Adapun pada hari pertama tidak didapatkan data
kesenjangan pada kedua responden. Hal ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya mengatakan bahwa pemberian terapi
distraksi music klasik dapat menurunkan rangsangan nyeri,
namun tidak memberikan hasil maksimal, hanya membantu
meringankan nyeri yang dirasakan (Santoso.,2016).
Adapun teori menurut Setyo (2015) juga mengatakan
terapi distraksi music klasik dalam memberikan efek relaksasi
yang dapat menurunkan intensitas nyeri dengan merangsang
susunan saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang
untuk memproduksi pengeluaran hormon endophine yang
dapat membantu pasien menurunkan skala nyeri yang
dirasakan.
Hal ini juda didapatkan teori sejalan pada kedua
responden, sebagaimana dalam teori penelitian sebelumnya
mengatakan bahwasanya pasien yang menderita nyeri akut
yang berat akan mengalami gangguan pola tidur. Hal ini
disebabkan karena tidak nyaman pasien dengan kondisinya.,
yang dimana pasien menderita dengan rasa nyeri yang
dialaminya sehingga pasien juga sulit melakukan aktivitas
(Ryantama 2017). Dan juga terdapat teori yang sama
mengatakan, pada umumnya, pasien pasca operasi sulit tidur
yang dimana disebabkan karena adanya nyeri sehingga
pasien tidak mampu mendapatkan keadekuataan kualitas dan
kuantitas tidur (Ma’rifah et al., 2020),.
b. Hari kedua
Pada saat dilakukan evaluasi penerapan hari kedua yang
dilakukan pada hari Selasa pada Tn. L sebelum dilakukan
pemberian penerapan terapi distraksi musik klasik pada Tn. L
mengalami skala nyeri 5 (nyeri sedang), setelah diberikan
prosedur terapi pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
masih sama dengan sebelumnya yaitu skala 5 sedang, pasien
mengatakan tidak ada perubahan setelah dilakukan terapi,
dan juga didapatkan pada pengkajian fisik tekanan darah
pasien tergolong tinggi tekanan darah 130/80 mmHg.
Sedangkan pada pasien kedua saat dilakukan evaluasi
penerapan hari kedua yang dilakukan pada hari Selasa Tn. T
sebelum dilakukan pemberian penerapan terapi distraksi
musik klasik pada Tn. T merasakan nyeri skala 5 sedang.
Kemudian setelah diberikan terapi distraksi music klasik
terdapat penurunan skala nyeri, nyerinya menurun menjadi
skala 4 sedang, didapatkan tekanan darah pada pasien kedua
juga meningkat menjadi 140/90 mmHg.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa kedua responden
tidak sama-sama mengalami penurunan skala nyeri setelah
dilakukan terapi distraksi musik klasik, dimana responden
pertama pada saat diberikan terapi distraksi musik klasik
masih merasakan khawatir dengan keadaannya, jadi pada
saat diberikan terapi distraksi musik klasik responden kurang
berfokus pada pelaksanaan terapi. Hal ini yang menyebabkan
tidak ada perubahan skala nyeri, sehingga terapi distraksi
musik klasik kurang maksimal.
Hal ini sejalan dengan teori sebelumnya mengatakan
pasien post operasi yang diberi terapi distraksi music klasik
sesuai prosedur, namun masalah pelaksanaannya masih
belum maksimal, karena faktor psikologis pasien itu sendiri,
dalam hal ini pasien cemas. Bahwa ketika tubuh digerakkan
keposisi tertentu, luka post op akan terpengaruh  (Sumarah et
al., 2018). Teori ini diperkuat oleh penelitian Arifianto et al.
(2019), mengatakan apakah skala nyeri pada responden tidak
menurun setelah dilakukan mobilisasi dini, karena hal ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kecemasan.
c. Hari ketiga
Pada saat dilakukan evaluasi hari ke tiga pada responden
pertama sebelum dilakukan penerapan distraksi music klasik
pasien mengeluh nyeri skala 4 (nyeri sedang), dan setelah
dilakukan terapi distraksi musik klasik pasien mengatakan
nyeri yang dirasakan menurun dengan skala nyeri 3 (nyeri
ringan). Pada responden kedua saat dilakukan evaluasi hari
ketiga sebelum dilakukan penerapan terapi distraksi musik
klasik pasien mengeluh nyeri skala 4 (nyeri sedang), dan
setelah dilakukan penerapan Tearapi Distraksi Musik Klasik
pasien mengatakan nyeri yang dirasakan menurun dengan
skala nyeri 3 (nyeri ringan).
Dari penelitian yang dilakukan selama 3 hari didapatkan
hasil bahwa penerapan terapi distraksi musik klasik memiliki
pengaruh dalam penurunan skala nyeri pada pasien post
operasi hernia setelah dilakukan terapi distraksi musik klasik
selama 15 menit dalam 3 sesi selama 3 hari pertemuan,
pasien diajarkan untuk rileks dengan mengatur napas,
kemudian pasien dianjurkan untuk fokus kepada musik yang
akan di putar, setellah dilakukan terapi hasil evaluasi dari
kedua pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.
Penurunan skala nyeri pada pasien tampak rileks dan
tenang, Hal ini sejalan dengan penelitian Arif et al., (2021),
mengatakan bahwa terapi distraksi musik klasik sangat efektif
dilakukan pada pasien post operasi Hernia, intensitas nyeri
sedang menurun menjadi ringan. Teori ini diperkuat oleh
penelitian Santiasari et al., (2021), mengatakan bahwa terapi
distraksi musik klasik sangat efektif dalam mengurangi
intensitas nyeri sedang pasca operasi.
C. Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah mengenai bahasa yang
digunakan oleh pasien tidak terlalu pasif menggunakan bahasa
indonesia yang baku. Dan keluarga responden pertama dan kedua
kurang mendukung dan berpartisipasi dalam penelitian yang
dilakukan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada penelitian yang diterapkan pada responden pertama yang
dirawat di ruang Mawar RS Tk. II Pelamonia Makassar, dan
responden kedua yang dirawat di ruang Anyelir RS Tk. II Pelamonia
Makassar, dengan melakukan penerapan Terapi Distraksi Musik
Klasik untuk menurunkan nyeri pada pasien post operasi Herniotomi,
maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan yang dilakukan pada kasus kedua responden
menggunakan penerapan Terapi Distraksi Musik Klasik untuk
menurunkan nyeri pada pasien post operasi Herniotomi.
2. Berdasarkan hasil pengkajian pada kedua responden, keluhan,
tanda dan gejala yang muncul pada kedua responden memiliki
persamaan, dan ada beberapa keluhan seperti intensitas dan
karakteristik nyeri yang muncul pada kedua responden berbeda.
3. Peneliti mendapatkan gambaran penerapan Terapi Distraksi
Musik Klasik untuk menurunkan nyeri pada pasien post operasi
Herniotomi pada kedua responden, sebelum dilakukan penerapan
peneliti melakukan pengkajian terlebih dahulu setelah itu diberikan
penerapan Terapi Distraksi Musik Klasik sesuai SPO kemudian
dilakukan pengkajian kembali, penerapan Terapi Distraksi Musik
Klasik dilakukan selama 3 hari selama 2 jam dilakukan 3 sesi
dalam sehari.
4. Evaluasi studi kasus yang dilakukan pada kedua responden,
terdapat penurunan skala nyeri. Pada pasien pertama sebelum
diberi penerapan Terapi Distraksi Musik Klasik pasien mengeluh
nyeri skala 6 (nyeri sedang) dan setelah dilakukan penerapan
terapi Distraksi Musik Klasik selama 3 hari keluhan nyeri menurun
menjadi skala nyeri 3 (nyeri ringan), dan pada pasien kedua
sebelum diberi penerapan Terapi Distraksi Musik Klasik pasien
mengeluh nyeri 6 (nyeri sedang) dan setelah diberi Terapi
Distraksi Musik Klasik selama 3 hari keluhan nyeri menurun
menjadi skala nyeri 3 (nyeri ringan).
5. Peneliti juga mendapatkan hasil bahwa penerapan Terapi
Distraksi Musik Klasik memiliki pengaruh terhadap penurunan
skala nyeri pada kedua responden.
B. Saran
Setelah penulis melakukan penerapan Terapi Distraksi Musik
Klasik pada kedua responden yang mengalami nyeri post operasi
Herniotomi, penulis memberikan usulan dan masukan positif antara
lain:
1. Bagi Pasien
Diharapkan pasien mampu menganalisis nyeri jika muncul
kembali dan klien harus dapat menghindari faktor-faktor yang
memicu kembalinya nyeri tersebut, dan klien mampu
melakukan/menerapkan Distraksi Musik jika nyeri mulai muncul
kembali.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan perawat dapat mengimplementasikan pemberian
penerapan Terapi Distraksi Musik Klasik untuk membantu
mengatasi masalah nyeri yang dirasakan oleh pasien.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan referensi kepada
pembaca dan meningkatkan pengetahuan tentang pemberian
penerapan Distraksi Musik Klasik untuk menurunkan rasa nyeri
pada pasien. Bagi peneltii selanjutnya dalam pengambilan sampel
dengan grade yang sama.

Anda mungkin juga menyukai