Anda di halaman 1dari 9

I.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Survei Flora
Tabel 1. Tallysheet Survei Flora
Jumlah
No Nama Lokal Nama Ilmiah Deskripsi Singkat
Individu
Bunganya yang berwarna kuning di
Pohon
bagian tengah, serta bagian
1. Kamboja Plumeria rubra 3
kelopaknya yang menggulung
Kuning
dengan cantik
Memiliki ciri pohon bertinggi 5-10
meter dengan daun oval
Carolina Prunus memanjang dan lancip di ujung
2. 5
cherry caroliniana daun, bentuk pohon adalah
meruncing ke atas dan memiliki
buah berwarna ungu kehitaman
Pohon Terdapat motif garis warna ungu di
3. Tabebuia aurea 3
Tabebuya dalam bunganya
Batang silindris, batang tua
Melia umumnya memipih pada pangkal,
4. Mindi Kecil 2
azedarach tegak, tidak berbanir, kulit batang
berwarna abu-abu.
Kulitnya tipis dan berlilin, dan inti
berongga mengandung sedikit
Jambu Syzygium
5. 3 bulu yang tidak berarti. Dagingnya
Mawar jambos
renyah dan berair, dan rasanya
khas.
Memiliki tinggi sampai 30m lebih
dengan bentuk daun lebar bulat
6. Jati Tectona grandis 2 dan kasar pada permukaan daun,
ciri lainnya di setiap ranting
jumlah daun tidak terlalu rapat.
Memiliki ciri pohon dengan tinggi
sampai 30m, dengan daun yang
berbentuk oval memanjang dengan
Myristica unjung daun lancip dan
7. Pala 2
fragrans permukaan daun licin. Pohon pala
memiliki buah yang oval dan
didalamnya terdapat biji da nada
kulit ari biji berwarma merah.
Memiliki tinggi sekitar 1-3 meter.
Dengan bentuk daun oval dan
ujung daun berbentuk lancip,
Eugenia permukaan daun halus licin dan
8. Cermai 4
uniflora memiliki buah yang berwarna
hijau ketika belum matang dan
orange atau merah ketika matang,
permukaan batang halus.
9. Kumkuat/ Citrus japonica 8 Memiliki ciri batang yang berduri
limau dan daun yang daun berukuran
kecil dan berbentuk oval dan
memiliki bau khas, memiliki buah
yang berwarna hijau ketika belum
matang dan berwarna orange
ketika matang.
Tumbuh tegak dengan tinggi bisa
10. Synedrella
Jatong kuda 3 mencapai 1,5 meter atau berbaring
nodiflora
pada pangkalnya.

1. Pohon Kamboja Kuning (Plumeria rubra)


Kemboja, kamboja atau semboja (Plumeria) adalah sekelompok tumbuhan
dalam genus Plumeria. Bentuknya berupa pohon kecil dengan daun jarang namun tebal.
Bunganya yang harumnya sangat khas, dengan mahkota berwarna putih hingga merah
keunguan, biasanya lima helai. Bunga dengan empat atau enam helai mahkota bunga oleh
masyarakat tertentu dianggap memiliki kekuatan gaib. Jenis akarnya serabut dan tekstur
bunganya tidak terlalu kasar dan tidak terlalu halus.
Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tengah. Nama Plumeria diberikan untuk
menghormati Charles Plumier (1646-1706), pakar botani asal Prancis. Walaupun berasal
dari tempat yang jauh, kemboja sekarang merupakan pohon yang sangat populer di Pulau
Bali karena ditanam di hampir setiap pura serta sudut kampung, dan memiliki fungsi
penting dalam kebudayaan setempat. Di beberapa tempat di Nusantara, termasuk Malaya,
kemboja ditanam di pekuburan sebagai tumbuhan peneduh dan penanda tempat. Kemboja
dapat diperbanyak dengan mudah, melalui stek batang.
Bunga kamboja mempunyai sejumlah senyawa yang berkhasiat sebagai obat, yakni
triterprenoid amirin, lupeol, dan fulvoplumierin. Zat-zat tersebut bersifat antipiretik
(menurunkan demam), antiinflamatif (mengatasi radang), dan analgesik (meredakan rasa
sakit). Karena kandungan-kandungan inilah, bunga kamboja berguna untuk mengurangi
nyeri haid dan mencegah pingsan akibat udara panas atau terkena sinar matahari (heat
stroke). Selain itu, bunga kamboja juga banyak mempunyai khasiat yang lain, yakni
sebagai obat luar maupun dalam. Sebagai obat luar, getah kamboja dapat digunakan
untuk, misalnya, mengobati gigi berlubang. Caranya adalah dengan melumaskan getah
kamboja pada kapas yang kemudian digunakan untuk menutupi gigi yang berlubang.
Namun hal ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar getah kamboja tersebut
jangan sampai mengenai gigi yang sehat. Sebagai obat dalam, bunga kamboja dapat
digunakan untuk mengobati orang yang terkena penyakit disentri. Caranya adalah dengan
memasukkan 12-24gram bunga kamboja kering ke dalam wadah berisi air 400cc, lalu
merebusnya dan menyisakan airnya sampai 200 cc.

Gambar 1. Kamboja Kuning


Sumber: google.com
2. Carolina cherry (Prunus caroliniana)
Prunus caroliniana adalah pohon cemara berukuran kecil hingga sedang yang tumbuh
setinggi sekitar 5–13 meter (16–43 kaki), dengan sebaran sekitar 6–9 m (20–30 kaki).
Daunnya berwarna hijau tua, berselang-seling, berkilau, kasar, elips hingga oblanceolate,
panjang 5–12 sentimeter (2–4+1⁄2 inci), biasanya dengan tepian (halus), tetapi terkadang
bergerigi (memiliki gerigi halus), dan dengan basis runcing. Pohon dewasa reproduktif
memiliki seluruh margin, sedangkan yang belum dewasa sering memiliki gerigi halus.
Ranting-rantingnya berwarna merah sampai coklat keabu-abuan, ramping, dan gundul.
Saat dihancurkan, daun dan ranting hijau mengeluarkan aroma yang digambarkan
menyerupai ceri maraschino atau ekstrak almond. Bunga berwarna putih hingga krem
yang harum diproduksi dalam racemes (tandan bertangkai) sepanjang 5–8 cm (2–3 inci)
di akhir musim dingin hingga awal musim semi. Buahnya adalah ceri hitam kecil dengan
diameter sekitar 1 cm (1⁄2 inci), yang bertahan selama musim dingin dan terutama
dikonsumsi oleh burung (Februari–April).

Gambar 2. Carolina cherry


Sumber: google.com

3. Pohon Tabebuya (Tabebuia aurea)


Pohon tabebuya merupakan salah satu jenis pohon yang akhir-akhir ini tengah naik
daun. Pesona indah yang dimilikinya dimanfaatkan oleh pemerintah kota Surabaya dalam
upaya penghijauan dan mempercantik kota pahlawan ini. Pohon dengan nama Latin
Handroanthus chrysotrichus ini merupakan tumbuhan yang berasal dari Brazil. Tabebuya
mempunyai ketahanan hidup yang sangat tinggi dan mampu beradaptasi dalam rentang
kondisi yang cukup luas. Pohon tabebuya adalah flora dari hutan amazon, Brazil dan
merupakan kelompok pepohonan besar. Keunikan dari pohon ini adalah menghasilkan
bunga yang berwarna-warni (terutama kuning atau tergantung jenisnya) dan mempunyai
bentuk morfologi mirip bunga sakura. Oleh karena itu, tidak jarang bunga tabebuya juga
disebut bunga sakura dari daerah tropis. Selain bunga sakura, pohon tabebuya juga biasa
disebut dengan istilah bunga terompet, serta cedar putih, kayu putih, tecoma, dan manjack
merah muda. Nama ‘tabebuya’ pertama kali digunakan oleh Augustin Pyramus de
Candolle sebagai nama generik pada tahun 1838. Selanjutnya, Britton kembali
menggunakan istilah ‘tabebuya’ yang sebelumnya juga digunakan pada tahun 1876 oleh
Bentham dan Hooker. Kata ‘tabebuya’ sebenarnya adalah singkatan dari “tacyba bebuya“,
kata tersebut berasal dari Bahasa Brazil. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, maka
“tacyba bebuya” artinya adalah “semut kayu”. Pohon tabebuya dapat tumbuh dengan baik
di wilayah tropis dan subtropis, sedangkan habitat aslinya adalah kawasan kering. Pada
iklim ini, pohon tabebuya dapat beradaptasi dan biasanya mulai berbunga ketika
memasuki musim kemarau dan berakhir menjelang musim dingin atau musim hujan.
Meski kemampuan berahan hidupnya cukup tinggi dan mudah beradaptasi, pohon
tabebuya memerlukan penyiraman secara rutin terutama pada musim kemarau. Tabebuya
merupakan kelompok tumbuhan besar dan dapat tumbuh mencapai ketinggian 5 meter
bahkan 50 meter. Batangnya berwarna cokelat dan kulit batangnya agak terkelupas. Daun
tabebuya berjenis majemuk, pada setiap tangkai daun mempunyai sekitar 3 sampai 7 helai
daun.

Gambar 3. Pohon tabebuya


Sumber: google.com
4. Mindi Kecil (Melia azedarach)
Mindi adalah pohon yang bercabang banyak dan kulit batang yang berwarna coklat
tua. Batangnya silindris, dan tidak berbanir. Kulit batangnya warnanya abu-abu coklat,
beralur membentuk garis-garis dan bersisik. Daunnya majemuk menyirip ganda yang
tumbuh berseling dengan panjang 20–80 cm, sedangkan anak daunnya berbentuk bulat
telur bergerigi dan berwarna hijau tua di bagian permukaan atas. Bunganya majemuk,
dalam malai yang panjangnya 10–20 cm, yang keluar dari ketiak daun. Panjang malai 10–
22 cm, dan berkelamin dua, yakni bunga jantan dan betina terletak di pohon yang sama.
Daun mahkotanya berjumlah 5, panjangnya 1 cm, warnanya ungu pucat, dan berbau
harum. Buahnya berjenis buah batu dan jika masak, warnanya coklat kekuningan.
Tumbuhan ini cepat bertumbuh, dalam 2 tahun, tinggi tumbuhan ini mencapai 4-5 meter.
Tanaman ini dapat tumbuh setinggi 10m - 20m, biasanya ditanam di sisi jalan sebagai
pohon pelindung, kadang-kadang juga merupakan poohon liar di daerah-daerah dekat
pantai dan dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian
1.100 m di atas permukaan laut.
Pohon ini tumbuhnya cepat dan berasal dari Cina, Burma, dan India. Tumbuhan ini
banyak ditanam di daerah tropis maupun subtropis. Di Indonesia, tumbuhan ini banyak
ditanam di Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya. Selain itu, di Indonesia,
tumbuhan ini di kebun-kebun, dan di pekarangan. Kulit batang dan kulit akar mindi kecil
mengandung toosendanin, margoside, kaemferol, resin, tannin dan trirterpene kulinone
sehingga dapat digunakan menyembuhkan cacingan dan hipertensi. Namun, kulit akar
tumbuhan ini bersifat beracun dan bisa merangsang muntah. Tumbuhan lain, yakni mindi
kecil sering menggantikan mimba. Tapi, manfaat mimba sendiri lebih luas ketimbang
mindi. Menurut penelitian, sifat antelmintik (menghilangkan cacing) bekerja lebih lama
ketimbang santonin. Selain itu, infus kulit kayu tumbuhan ini membuat cacing kremi dari
tikus lumpuh. Toosendanin tumbuhan ini juga menimbulkan depresi pernafasan.
Gambar 3. Midi kecil
Sumber: google.com
5. Jambu Mawar (Syzygium jambos)
Jambu mawar alias jambu kraton adalah anggota suku jambu-jambuan atau Myrtaceae
yang berasal dari Asia Tenggara, khususnya di wilayah Malesia. Dinamai demikian
karena buah jambu ini memiliki aroma wangi yang keras seperti mawar. Nama-nama
daerahnya di antaranya jambee iye mawar, klampok arum, kalampok aeng mawar ,
nyambu ermawa , kembes mawar, kembes walanda, kumpasa im baranda, jambu jene
mawara (Mak.), jambu mawaro, kupo mawar, kuputol mawar, gora mawar (aneka bahasa
di Maluku).Buah ini juga disebut chomphu namdokmai (Thai), cham’-puu (Kamboja),
tampoy (Filipina), rose apple atau Malabar plum.
Nama ilmiahnya adalah Syzygium jambos. Pohon kecil (perdu) dengan tinggi hingga
10 m dan gemang batangnya hingga 50 cm, sering bercabang rendah dan bertajuk
memencar lebar. Daun tunggal terletak berhadapan, lonjong lanset berujung runcing, 9-26
x 1,5–6 cm, hijau tua berkilap di atas dan menjangat tipis. Tangkai daun 5-6(-13) mm.
Karangan bunga dalam payung menggarpu, pendek, muncul di ujung ranting (terminal)
atau di ketiak daun (aksial), 4-10 kuntum. Bunga besar, dengan lebar 5–10 cm, putih
kehijau-hijauan, berbilangan 4. Daun kelopak s/d 10 x 7 mm; daun mahkota agak bundar,
s/d 15–18 mm; benang sari berjumlah banyak, lekas gugur, panjang s/d 4 cm; tangkai
putik s/d 4 cm. Buah bulat sampai bulat telur, dengan garis tengah antara 2,5–5 cm,
bermahkota daun kelopak dan tangkai putik yang tidak rontok; kuning keputihan,
kehijauan atau kemerahan sampai merah. Daging buah agak kering, harum berbau mawar,
kuning atau merah jambu; berasa manis agak sepat, dan meninggalkan sedikit rasa getir
sesudahnya. Biji 1-4 butir, kecoklatan. Buah jambu mawar biasa dimakan segar,
meskipun nilainya masih kalah oleh jambu air, jambu semarang atau jambu bol. Jambu
mawar jarang terdapat di pasar, dan hanya dikonsumsi sendiri terutama oleh anak-anak.
Buah ini juga sering dimasak atau diawetkan dengan berbagai cara. Buah tersebut dapat
disuling untuk memperoleh ‘air mawar’, serupa dengan yang dapat diperoleh dari daun
mahkota bunga mawar. Daunnya disuling untuk mendapatkan minyak atsiri, yang
berguna bagi industri wewangian. Kayu terasnya berat dan keras, sehingga baik untuk
konstruksi bangunan asalkan tidak berhubungan dengan tanah. Kayu ini kurang tahan
terhadap serangan rayap. Kulit kayunya digunakan sebagai bahan penyamak dan
pewarna.
Gambar 5. Jambu mawar
Sumber: google.com
6. Jati (Tectona grandis)
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang
lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 50-70 m. Berdaun besar, yang luruh di musim
kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari
kata thekku dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan.
Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f. Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah
hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun
dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH
4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air. Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan
dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa. Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan
germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara
alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati. Jati
biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi
bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan
luar biji yang keras. Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini
seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta
menambahkan asam, basa, atau bakteri. Akan tetapi alternatif tersebut masih belum
optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.

Gambar 6. Jati
Sumber: google.com

7. Pala (Myristica fragrans)


Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari
kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan
biji pala telah menjadi komoditas perdagangan yang penting sejak masa Romawi. Pala
disebut-sebut dalam ensiklopedia karya Plinius "Si Tua". Semenjak zaman eksplorasi
Eropa pala tersebar luas di daerah tropika lain seperti Mauritius dan Karibia (Grenada).
Istilah pala juga dipakai untuk biji pala yang diperdagangkan. Tumbuhan ini berumah dua
(dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan betina. Daunnya berbentuk elips langsing.
Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma
khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan
daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu
buah menghasilkan satu biji berwarna coklat.
Pemanfaatan buah pala bisa berupa biji, salut bijinya (arillus), dan daging buahnya.
Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa Inggris disebut
mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus atau macis). Daging buah pala
dinamakan myristicae fructus cortex. Tanaman pala merupakan tanaman yang cukup
lama pertumbuhannya hingga pemanenan. Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun
setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25
tahun. Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun.
Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan
ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut
dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan
bagian dalam biji dijual sebagai pala.

Gambar 7. Pala
Sumber: google.com
8. Cermai (Eugenia uniflora)
Cermai, ceremai, cereme, atau cerme adalah nama sejenis pohon dengan buahnya
sekali. Buah yang masam ini dikenal pula dengan nama-nama lain seperti ceureumoe
(Aceh), chermai (Mal.), karmay (Ilokano, Fil.), mayom (Thai.), dan lain-lain. Dalam
bahasa Inggris dinamai Otaheite gooseberry, Malay gooseberry, dan beberapa sebutan
yang lain. Nama ilmiahnya adalah Phyllanthus acidus. Perdu atau pohon kecil dengan
ketinggian sampai 9 m, bercabang rendah dan renggang. Sepintas, pohon cerme bukan
tidak mirip dengan pohon belimbing wuluh. Daun tunggal, bundar telur dengan ujung
runcing, panjang 2–7 cm, tersusun di rantingnya seperti daun majemuk menyirip.
Bunga-bunganya berkelamin tunggal atau ganda, merah, berbilangan 4, tersusun
dalam malai hingga 12 cm. Buah batu, bulat dengan 6–8 rusuk, kuning keputihan
menyerupai lilin, berdiameter hingga 2,5 cm, bergantungan sendiri atau dalam untaian.
Daging buah keputihan, masam, dan berair banyak, di tengahnya terdapat inti yang keras
dengan 4–6 butir biji. Buah cerme sering dimakan segar dengan dicampur gula, garam,
atau dirujak. Cerme juga kerap dibuat manisan, direbus (disetup), atau dibuat minuman
penyegar. Daun mudanya digunakan sebagai lalap. Daun dan biji dari tanaman ini
mempunyai khasiat untuk kesehatan. Daunnya untuk batuk berdahak, menguruskan
badan, mual, kanker, dan seriawan. Sedangkan bijinya untuk sembelit dan mual. Rebusan
akar cerme digunakan untuk meringankan asma dan mengobati penyakit kulit. Bahan
penyamak juga dihasilkan dari kulit akarnya. Pohon cerme kerap ditanam sebagai
peneduh atau penghias halaman dan taman. Pohon ini dapat tumbuh di daerah tropis dan
subtropis, menyukai tempat yang lembap sampai ketinggian sekitar 1.000 mdpl. Cerme
dapat dibiakkan melalui biji atau stek.

Gambar 8. Cermai
Sumber: google.com
9. Kumkuat/ limau (Citrus japonica)
Kumkuat ialah pokok renek atau pokok kecil yang lambat tumbuh dan malar hijau,
dari tinggi 2.5–4.5 meter, berdahan tebal, kadang-kadang berduri halus. Daunnya hijau
tua berkilat, dan bunganya puith tulen, serupa dengan bunga sitrus lain, berbuah satu-satu
atau secara berkelompok dalam ketiak daun. Limau kumkuat berasal dari China (disebut
dalam sastera sejak abad ke-12), dan ditanam di sana dan di Jepun sejak sekian lama.
Limau ini diperkenalkan ke Eropah pada tahun 1846 oleh Robert Fortune, seorang
pengumpul untuk Persatuan Hortikultur London, dan tidak lama kemudian ke Amerika
Utara. Mula-mulanya digolongkan dalam Citrus, limau ini dipindahkan ke genus
Fortunella pada tahun 1915, namun kaji selidik seterusnya (Burkill 1931, Mabberley
1998) mendukung kembalinya limau kumkuat ke Citrus. Pokok limau kumkuat mudah
berkacuk dengan ahli-ahli lain dalam genus Citrus dan dengan Poncirus yang rapat
pertaliannya.Kacukan-kacukan ini dikenali sebagai Citrofortunella; contoh-contohnya
termasuk limequat, orangequat, dan calamondin. Di luarannya, buah limau kumkuat
menyerupai sebiji oren yang bujur, panjangnya 3–5 sentimeter dan lebarnya 2–4
sentimeter. Bergantung kepada jenisnya, warna kulitnya antara kuning hingga merah.
Kumkuat Nagami berbentuk bujur, manakala kumkuat Marumi bulat. Buah kumkuat
lazimnya bermusim dari lewat musim luruh hingga pertengahan musim sejuk, dan boleh
didapati dalam kebanyakan pasar makanan dengan hasil-hasil pertanian lain.

Gambar 9. Kumkuat/ limau


Sumber: google.com
10. Jatong Kuda (Synedrella nodiflora)
Jotang kuda (Synedrella nodiflora) adalah sejenis gulma pertanian anggota suku
Asteraceae. Berbau agak keras, sedikit menyerupai bau kambing, tumbuhan ini juga
dikenal sebagai babadotan lalaki, jukut berak kambing atau jukut gendreng (Sd.); bruwan,
gletang warak, krasuk, atau serunen (Jw.); serta gofu makeang (Ternate). Berasal dari
Amerika tropis, jotang kuda kini telah menjadi tumbuhan pengganggu yang paling umum
di Jawa; khususnya di tempat-tempat yang sedikit terlindung. Terna semusim, tegak atau
berbaring pada pangkalnya, bercabang menggarpu berulang-ulang; tinggi hingga 1,5
m. Daun-daun berhadapan; dengan tangkai bentuk talang, 0,5–5,5 cm, tangkai dari
pasangan daun yang sama dihubungkan dengan tepi yang sempit, dengan banyak rambut
di sekitarnya. Helai daun bundar telur memanjang, 2,5–15 × 1–9 cm; pangkal daun
menyempit sepanjang tangkai, ujung daun runcing, sementara tepinya bergerigi lemah,
dan berambut di kedua permukaannya.
Bunga majemuk dalam bongkol kecil, panjang 8–10 mm, duduk atau bertangkai
pendek, berisi 10–20 bunga yang berjejal-jejal; terletak terminal atau di ketiak daun, 1-7
bongkol bersama-sama. Daun pelindung bundar telur memanjang, berujung runcing,
berambut kaku. Bunga tepi 4–8 buah, dengan pita kuning bertaju 2–3, lk 2 mm
panjangnya. Bunga cakram serupa tabung, 6–18 buah, kuning muda dengan taju kuning
cerah. Tabung kepala sari coklat kehitaman. Buah keras dengan dua macam bentuk: buah
dari bunga tepi sangat pipih, bersayap dan bergerigi runcing di tepi dan ujungnya;
sementara buah dari bunga cakram sempit panjang, dengan 2–4 jarum di ujungnya.
Panjang buah lk. 0,5 cm. Jotang kuda tercatat pertama kalinya di Jawa pada 1888; dan
kini telah menyebar luas di seluruh Indonesia. Tumbuhan ini menyenangi tempat-tempat
yang sedikit ternaungi, dan lebih jarang, pada tempat yang hampir selalu disinari
matahari. Jotang kuda tidak menyukai penggenangan. Kerap ditemukan di perkebunan;
pekarangan; tepi-tepi jalan, pagar, dan saluran air; padang; dan tanah-tanah telantar.

Gambar 10. Jatong Kuda


Sumber: google.com

Anda mungkin juga menyukai