Anda di halaman 1dari 17

KOORDINASI DALAM PELAKSANAAN KEBIJAKAN

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH


RATNO JAYA S.H.,M.H.

Oleh:
BIELQIES HANNA SHOFIA:20.2160.9012
ILHAM ABDUL MAJID:20.2160.9015

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
(UINSI) SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas seizin-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah dengan judul
“Koordinasi dalam Pelaksanaan Kebijakan di Indonesia ”. Makalah ini dibuat sebagai salah satu
tugas dalam mata kuliah Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Fakultas Syari’ah Prodi Hukum
Tata Negara di Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda.
Sholawat dan salam tidak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu satu
satunya Nabi yang membawa umat-nya dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh ilmu
pengetahuan. Semoga kita senantiasa termasuk dalam golongan umatnya yang mendapat syafaat
di hari kiamat kelak.
Selama proses penulisan serta penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Penulis menyadari kekurangan-kekurangan yang penulis miliki, tetapi berkat
bantuan, dorongan, serta motivasi dari teman-teman dan dosen pengampu mata kuliah, penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penulis sampaikan terima kasih kepada Dosen
pengampu mata kuliah Desentralisasi dan Otonomi Daerah bapakMakmur Ratno Jaya S.H.,M.H..
yang telah memberikan banyak masukan selama proses penyusunan. Para anggota kelompok
yang sudah berkenan bekerja sama untuk mencari dan menganalasisis kasus yang berkaiatan
dengan tema kelompok ini. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada teman teman lokal 3
Hukum Tata Negara semester lima yang sudah sama sama berjuang menyelesaikan tugas baik.
Semoga apa yang telah dilakukan selama ini senantiasa mendapatkan ridho Allah dan berkah
yang melimpah, akhir kata dari penulis sebagai seorang manusia menyadari bahwa masih ada
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini dalam bentuk materi, penyajian, maupun
tulisan. Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun sangat dibutuhkan.

Samarinda, 30 Oktober 2022


OUTLINE

HALAMAN SAMPUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................

A. Pengetian Koordinasi.................................................................................
B. Koordinasi Kebijakan Pemerintah.............................................................
C. Jenis-Jenis Koordinasi...............................................................................
D. Manjaat dan Tujuan Koordinasi Kebijakan...............................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Koordinasi sangatlah penting dalam organisasi, karena di dalamnya terdapat banyak kegiatan
yang berlainan dilakukan oleh banyak orang dalam banyak bagian.Kebutuhan koordinasi timbul
sewaktu-waktu apabila satu orang atau kelompok bertanggung jawab atas kesempurnaan suatu
tugas. Dalam sebuah rumpun organisasi yang dibuat secara terstruktur kelembagaannya terdapat
kerjsama serta keterkaitan antara kelembagaan yang satu dan lainnya, yang mana hal ini
kemudian menjadi mudah untuk dilakukan dengan adanya koordinasi.

Dalam sistem pemerintahan kekuasaan dengan lingkup nasional seperti Negara Kesatuan
Republik Indonesia, terdapat pembagian kekuasaan yang kemudian mencakup fungsi dan tugas
dari lembaga itu sendiri, sehingga mampu menciptakan suatu sistem pemerintahan politik yang
dinamis dan bersinergis.

Dengan koordinasi diharapkan keharmonisan atau keserasian seluruh kegiatan untuk


mencapai tujuan yang diharapkan.Sehingga tiap departemen atau perusahaan atau bagian
menjadi seimbang dan selaras.Didalam undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 telah
diamanahkan bahwa tugas dan kewenangan sebagian urusan pemerintah diserahkan kepada
daerah melalui desentralisasi kewenangan dan dengan memperkuat Otonomi Daerah.Di era
Otonomi Daerah menuntut adanya keterbukaan, akuntabilitas, ketanggapan, dan kreatifitas dari
segenap aparatur Negara, sehingga peran kepemimpinan sangat dibutuhkan.

Selain pelimpahan kewenangan dari pusat kedaerah dalam pengertiannya pembagian serta
pemisahan dibedakan menjadi 3 pokok bahasan besar yaitu delegasi,atribusi hingga mandat,
yang mana dalam makalah ini kemudian akan kami jelaskan secara singkat dan jelas terkait
koordinasi dalam pelakasanaan kebijakan yang ada di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Koordinasi?
2. Apa saja jenis koordinasi dalam pelaksanaan kebijakan?
C. Tujuan
1. Memberikan pemahaman terkait apa yang dimaksud dengan koordinasi dan
kebijakan baik secara umum dan dalam ruang lingkup pemerintahan secara
khusus. Yang mana kemudian dapat memberikan sumber pembelajaran,referensi
serta rujukan mahasiswa untuk kemudian dapat berfikir kritis dalam membuat
serta memahami permasalahan terkait kebijakan yang ada di Indonesia.
2. Memahami pembagian serta jenis koordinasi kebijakan antar lembaga sehingga
mampu menjelaskan terkait regulasi antar lembaga pemerintahan yang saling
keterkaitan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Koordinasi
Koordinasi bukan masalah politik dan administrasi sederhana. Hal ini
dapat berarti berbagai masalah dalam sektor publik, dan perlunya kerjasama
mungkin timbul karena berbagai alasan dalam adminstrasi dan politik. Dalam
sebuah organisasi setiap pimpinan perlu untuk mengkoordinasikan kegiatan
kepada anggota organisasi yang diberikan dalam menyelesaikan tugas. Dengan
adanya penyampaian informasi yang jelas, pengkomunikasian yang tepat, dan
pembagian pekerjaan kepada para bawahan oleh manajer maka setiap individu
bawahan akan mengerjakannya sesuai dengan wewenang yang diterima. Tanpa
adanya koordinasi setiap pekerjaan dari indivudu karyawan maka tujuan
perusahaan tidak akan tercapai.1
Adapun pengertian koordinasi menurut beberapa ahli salah satunya
Menurut Ismail Solihin (2009: 91 ), karateristik pertama dari organisasi adalah
adanya koordinasi upaya dari sumber daya manusia yang terlibat dalam
organisasi. Penggabungan yang terkoordinasi dengan baik akan menghasilkan
sesuatu yang jauh lebih baik dibandingkan upaya perseorangan. Hasibuan (2009 :
85) berpendapat bahwa : “koordinasi adalah kegiatan mengarahkan,
mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan
pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi”.2
Menurut G.R Terry dalam Hasibuan ( 2009 : 85) berpendapat bahwa
koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan
jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan
suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
Menurut Manullang (2008: 72) koordinasi adalah usaha mengarahkan kegiatan
seluruh unit-unit organisasi agar tertuju untuk memberikan sumbangan
1
RA Febrian,”Aanalisis Permasalahan Koordinasi Pemerintahan”,2015,h 3.
2
Suryana dan Heraclitos Rendeo,” Hubungan Implementasi Kebijakan dan Koordinasi Dengan Efektivitas
Pelaksanaan Program-Program Penanggulangan Perkotaan”,2018,h 9.
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan
dengan adanya koordinasi akan terdapat keselarasan aktivitas diantara unit-unit
organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.3
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut diatas, dapat ditarik benang merah
bahwa yang dimaksud dengan koordinasi ialah proses pengaturan, memadukan
atau pengintegrasian kepentingan bersama untuk mencapai tujuan bersama secara
efesien dan efektif. Untuk meciptakan koordinasi yang efektif diperlukan
hubungan kerja dan komunikasi. Sebagaimana yang telah dijelaskan Tunggal
(2003:221) bahwa komunikasi adalah kunci dari koordinasi yang efektif.
Koordinasi dan hubungan kerja adalah dua pengertian yang saling kait-mengkait,
karena koordinasi hanya dapat dicapai sebaik-baiknya dengan melakukan
hubungan kerja yang efektif. Hubungan kerja adalah bentuk komunikasi
administrasi, yang membantu tercapai koordinasi. Oleh karena itu dikatakan
bahwa hasil akhir daripada komunikasi (hubungan Kerja) ialah tercapainya
koordinasi dengan cara yang berhasilguna dan berdayaguna (efesien dan efektif).
B. Koordinasi Kebijakan Pemerintahan
Koordinasi Pemerintahan merupakan kegiatan-kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan harus ditujukan ke arah tujuan yang hendak di capai yaitu yang
telah ditetapkan menjadi garis-garis besar haluan Negara dan garis-garis besar
haluan pembangunan baik untuk tigkat pusat ataupun untuk tingkat daerah, guna
menuju kepada sasaran dan tujuan itu gerak kegiatan harus ada pengendalian
sebagai alat untuk menjamin langsungnya kegiatan.
koordinasi pemerintahan merupakan pengaturan yang aktif, bukan
pengaturan yang pasif berupa membuat pengaturan terhadap setiap gerak dan
kegiatan dan hubungan kerja antara beberapa pejabat pemerintah baik pusat
maupun daerah serta lembaga-lembaga pemerintahan yang mempuyai tugas
kewajiban dan wewenang yang saling berhubungan satu sama lain, dimana
pengaturan bertujuan untuk mencegah terjadinya kesimpangsiuran dan saling
tumpangtindih kegiatan yang mengakibatkan pemborosan-pemborosan dan
pengaruh yang tidak baik terhadap semangat dan tertib kerja.
3
MR Amin, M Sailin,”Fungsi Koordinasi Aparat Pemerintahan dalam Pelaksanaan Pemerintahan dan Pembangunan
Pada Kantor Kecamatan Pamana Kabupaten Wajo,2017,h 16.
Herbert Simon yang dikutip oleh Ateng Syafrudin menghubungkan
pengertian koordinasi dengan fungsi kekuasaan, sebagai berikut: 4
1. Kekuasaan membebankan atau memaksakan tanggung jawab seseorang
kepada yang mempunyai kekuasaan;
2. Kekuasaan memperoleh keahlian dalam pembuatan keputusan-
keputusan;
3. Kekuasaan memungkinkan koordinasi aktivitas-aktivitas.
Pengaturan koordinasi Pemerintahan Daerah dalam praktiknya
dilaksanakan dengan berpedoman pada aturan-aturan yang berlaku.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 yang memiliki peranan
yang penting dalam pelaksanaan koordinasi Pemerintahan Daerah adalah
Sekretaris Daerah. Sekretaris Daerah mempunyai kedudukan, tugas dan
fungsi dalam pengkoordinasian antar Perangkat Daerah, yang meliputi
dinas-dinas Daerah, unit pelaksana teknis Daerah, Kecamatan dan
Kelurahan. Sebagai pedoman terhadap pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2004, Pemerintah telah mengeluarkan beberapa aturan
pokok sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun
Perangkat Daerah. Tetapi penyusunan organisasi Perangkat Daerah
diserahkan pada masing-masing Daerah disesuaikan dengan kebutuhan
Daerahnya.

C. Jenis-Jenis Koordinasi
Dalam prakteknya secara garis besar Koordinasi dibagi menjadi dua yaitu
Koordinasi ruang lingkup dan berdasarkan alur koordinasi namun dalam hal ini
dalam sistem pemerintahan Indonesia terdapat beberapa jenis koordinasi dan
pembagian kekuasaan yang secara garis besar sebagai berikut:
 Koordinasi Berdasarkan Ruang Lingkup

4
Ateng Syafrudin, Pengaturan Koordinasi Pemerintahan di Daerah, Tarsito, Bandung, 1976, hlm 73.
Koordinasi yang dibedakan berdasarkan ruang lingkup terbagi
menjadi dua bagian. Pertama koordinasi internal, yang memiliki arti
hubungan antar tingkat manajer, departemen, eksekutif, cabang, divisi,
dan karyawan atau siapa saja yang bekerja dalam suatu organisasi dengan
tujuan guna menyelaraskan tujuan dan kegiatan unit kerja yang terdapat
didalam organisasi tersebut.
Kedua koordinasi eksternal, yaitu suatu bentuk hubungan antar
organisasi dan karyawan dengan lingkungan luarnya, seperti konsumen,
masyarakat, supplier, lembaga keuangan, lembaga pemerintah,
kompetitor, dll.5
 Koordinasi berdasarkan Aliran
Jika dilihat berdasarkan alirannya, maka koordinasi terbagi
menjadi dua, yaitu koordinasi vertikal dan koordinasi horizontal.
Koordinasi vertikal adalah bentuk koordinasi yang dilakukan oleh setiap
orang dalam organisasi dan harus bisa memastikan seluruh orang tersebut
bisa melakukan tugas yang terintegrasi dan sesuai dengan aturan
organisasi.
Koordinasi vertikal (vertikal coordination) adalah kegiatan-
kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap
kegiatan unit- unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang
dan tanggung jawabnya. Tugasnya atasan mengkoordinasi semua aparat
yang ada di bawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi
vertikal ini secara relatif mudah dilakukan, karena atasan dapat
memberikan sanksi kepada pegawai yang sulit diatur.
Koordinasi horizontal (horizontal coordination)adalah
mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan,
pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat
koordinasi (pegawai) yang setingkat. Koordinasi horizontal ini dibagi atas
interdisciplinory dan interrelated. Interdisciplinary adalah suatu koordinasi
dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan,

5
Ibnu,”Pengertian Koordinasi:Tujuan,Jenis dan Ruang Lingkup Koordinasi,2020.
dan menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain
secara intern maupun ekstra pada unit-unit yang sama tugasnya.6
 Sistem Koordinasi Pemerintahan

Dalam prakteknya sistem koordinasi dalam pemerintahan dapat


berjalan dengan baik salah satunya didengan adanya pelimpahan wewenang
atau tanggung jawab dari beberapa lembaga yang lebih tinggi kepada
pemerintahan yang berada dalam ruang lingkupnya,salah satu contohnya
adalah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adapun beberapa jenis
pembagian serta pelimpahan wewenang dapat dibagi sebagai berikut:

Pengertian atribusi berdasarkan Ketentuan-ketentuan Umum Hukum


Administrasi di Belanda atau Algemene Bepalingen van Administratief Recht
sebagaimana telah dikutip oleh Ridwan HR, “Van attributie van bevoegdheid
kan worden gesproken wanner de wet (in materiele zin) een bepaalde
bevoegdheid aan een bepaald organ toekent” (atribusi wewenang
dikemukakan bila undang-undang (dalam arti materiil) menyerahkan
wewenang tertentu kepada organ tertentu).7

Pemberi dan penerima wewenang sudah ada. Tanggung jawab intern


dan ekstern pelaksanaan wewenang yang didistribusikan sepenuhnya berada
pada penerima wewenang.8 Undang-undang No. 30 Tahun 2014 pada Pasal 1
angka 22 memberikan pengertian atribusi adalah pemberian Kewenangan
kepada badan dan/atau pejabat pemerintahan oleh Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau Undang-Undang. Kemudian
pengaturan lebih lanjut mengenai atribusi diatur dalam Pasal 12. Berdasarkan
uraian tersebut di atas, tampak bahwa wewenang yang diperoleh secara
atribusi adalah bersifat asli atas dasar konstitusi (UUD) atau undang-undang.
Organ pemerintahan memperoleh kewenangan secara langsung dari redaksi

6
RI Setiawan,”Pengembangan Sumber Daya Manusia Dibidang Pariwisata:Presfektif Wisata Daerah
Berkembang,2016,h 18.
7
Op. cit., Ridwan HR, hal. 103
8
W.M. Herry Susilowati, Laporan Penelitian Tata Kelola Lembaga Penegak Hukum Tindak Pidana Korupsi di
Indonesia, 2012, Bandung: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Katolik
Parahyangan, hal. 14.
pasal tertentu dalam suatu peraturan perundangundangan, atau wewenang
tersebut melekat pada suatu jabatan atribusi ditunjukan dalam wewenang yang
dimiliki oleh pemerintah/badan/lembaga negara dalam menjalankan tugasnya
berdasarkan kewenangan yang dibentuk oleh pembuat undang-undang.

Delegasi menurut van Wijk adalah: “overdracht van een bevoegdheid


van het een bestuursorgaan aan een ander” (penyerahan wewenang
pemerintahan dari suatu badan atau pejabat pemerintah kepada badan atau
pejabat pemerintah yang lain). Setelah wewenang diserahkan, pemberi
wewenang tidak mempunyai wewenang lagi. Delegasi hanya dapat dilakukan
apabila badan yang melimpahkan wewenang sudah mempunyai wewenang
melalui atribusi lebih dahulu. Karena itu, delegasi oleh Indroharto diartikan
sebagai pelimpahan suatu wewenang yang sudah ada oleh badan atau pejabat
pemerintah yang telah memperoleh wewenang pemerintah secara atribusi
kepada badan atau pejabat pemerintah lain. Menurut van Wijk, wewenang
yang didapat dari delegasi dapat disubdelegasikan lagi kepada subdelegataris.
Ketentuan delegasi mutatis mutandis berlaku juga untuk subdelegasi.

Delegasi merupakan pelimpahan tidak secara penuh, artinya tidak


termasuk wewenang untuk pembentukan kebijakan, karena wewenang
pembentukan kebijakan tersebut berada ditangan pejabat yang mendapat
pelekatan secara atribusi.9

Pengertian delegasi menurut Pasal 1 angka 23 Undang-undang No. 30


Tahun 2014, adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih
sepenuhnya kepada penerima delegasi. Pengaturan lebih lanjut mengenai
delegasi diatur dalam Pasal 13 Undang-undang No. 30 Tahun 2014.

delegasi bermakna pelimpahan wewenang oleh organ pemerintahan


kepada organ lain untuk mengambil keputusan atas tanggung jawabnya

9
Safri Nugaraha, dkk, Hukum Administrasi Negara (Edisi Revisi), 2007, Depok: Center for Good Law and Good
Governance Studies (CLGS) Fakultas Hukum Universitas Indonesia, hal. 36.
sendiri, atau dalam penyerahan wewenang melalui delegasi, pemberi
wewenang telah lepas dari tanggung jawab hukum atau dari tuntutan pihak
ketiga jika dalam penggunaan wewenang itu menimbulkan kerugian pada
pihak lain. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat memperoleh
Wewenang melalui Delegasi apabila ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, dan/atau Peraturan Daerah.

Dalam Algemene Wet Bestuursrecht, mandat berarti “het door een


ander verlenen van de bevoegdheid in zijn naam besluiten te nemen”
(pemberian wewenang oleh organ pemerintah kepada organ lainnya untuk
mengambil keputusan atas namanya). 24 Mandat menurut H.D. van Wijk dan
Willem Konijnenbelt, yaitu mandat terjadi ketika organ pemerintahan
mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya (een
bestuursorgaan laat zijn bevoegdheid namen hem uitoefenen door een ander)

Pengertian mandat menurut Pasal 1 angka Undang-undang No. 30


Tahun 2014 adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat tetap berada
pada pemberi mandat. Pengaturan lebih lanjut mengenai mandat diatur dalam
Pasal 14.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata


Cara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan
Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi, Gubernur sebagai
wakil Pemerintah memiliki tugas melaksanakan urusan pemerintahan
meliputi: 1. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara pemerintah
daerah provinsi dengan instansi vertikal, dan antarinstansi vertikal di wilayah
provinsi yang bersangkutan; 2. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan
antara pemerintah daerah provinsi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota
di wilayah provinsi yang bersangkutan; 3. Koordinasi penyelenggaraan
pemerintahan antar pemerintahan daerah kabupaten/kota di wilayah provinsi
yang bersangkutan; Peraturan Pemerintah ini itu mengatur tentang kedudukan,
tugas, dan wewenang gubernur, tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang
gubernur, kedudukan keuangan, serta pertanggungjawabannya.

Dalam melaksanakan tugasnya, gubernur sebagai wakil pemerintah


memiliki wewenang diantaranya meminta kepada bupati/wali kota beserta
perangkat daerah dan pimpinan instansi vertikal untuk segera menangani
permasalahan penting yang memerlukan penyelesaian cepat.

Selanjutnya, gubernur memberikan penghargaan atau sanksi kepada


bupati/wali kota terkait dengan kinerja, pelaksanaan kewajiban, dan
pelanggaran sumpah/janji. Gubernur berwenang mengevaluasi rancangan
peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
pajak daerah, retribusi daerah, dan tata ruang wilayah kabupaten/kota.
Gubernur juga berkewenangan memberikan persetujuan tertulis terhadap
penyidikan anggota DPRD kabupaten/kota, dan menyelesaikan perselisihan
dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan antar kabupaten/kota dalam satu
provinsi.

D. Tujuan dari Koordinasi dalam Pelaksanaan Kebijakan


Kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan organisasi berbeda dalam kebutuhan
integrasi. Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan akan
komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan
bermacam-macam satuan pelaksananya.
Bila tugas-tugas tersebut memerlukan aliran informasi antar satuan,
derajat koordinasi yang tinggi adalah paling baik. Derajat koordinasi yang tinggi
ini sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan tidak diperkirakan,
faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta saling ketergantungan adalah
tinggi. Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang
menetapkan tujuan yang tinggi. Ada tiga macam saling ketergantungan di antara
satuan-satuan organisasi menurut YohanesYahya (2006 :95) yaitu:
1. Saling ketergantungan yang menyatu
2. Saling ketergantungan yang berurutan
3. Saling ketergantungan timbal balik
Jelas manfaat koordinasi sangat menentukan terselenggaranya usaha yang
telah diprogramkan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tetapi apabila
koordinasi tidak melaksanakan atas departemen dan pembagian kerja akan
menimbulkan organisai yang berjalan sendiri-sendiri tanpa ada kesatuan arah.
Koordinasi penting dalam suatu organisasi, yakni Untuk mencegah terjadinya
kekacauan, percekcokan dan kekembaran atau kekosongan pekerjaan. Agar
orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan untuk pencapaian
tujuan organisasi. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai
tujuan.,Supaya semua tugas, kegiatan dan pekerjaan terintegrasi kepada sasaran
yang diinginkan. Hasibuan (2009:86).

Dengan pengendalian dan koordinasi yang baik maka dalam


penyelenggaraan pemerintahan mendapatkan manfaat, antara lain:10

1. Dapat mencegah dan menghilangkan titk pertentangan

2. Para pejabat/petugas terpaksa berfikir dan berbuat dalam hubungan


sasaran dan tujuan berasama

3. Dapat dicegah terjadinya kesimpangsiuran dan duplikasi kegiatan

4. Dapat mengembangakan prakarsa dan daya inprovisasi para


pejabat/petugas dalam rangka koordinasi mereka mau tidak mau harus
mndapatkan cara dan jalan yang cocok bagi pelaksanaan tugas secara
menyeluruh dan mencapai keseimbangan dan keserasian.

Maka bagi penyelenggaraan pemerintahan terutama di daerah,


koordinasi bukan hanya bekerjasama, melainkan juga integrasi dan
sinkronisasi yang mengandung keharusan penyelarasan unsur-unsur
jumlah dan penentuan waktu kegiatan di samping penyesuaian
perencanaan, dan keharusan adanya komunikasi yang teratur diantara
sesama pejabat/petugas yang bersangkutan dengan memahami dan

10
“Konsep-konsep Dasar Pemerintahan Daerah” diunduh 14 April 2011, dalam
http://www.saepudin.wordpress.com
mengindahkan ketentuan hukum yang berlaku sebagai suatu peraturan
pelaksanaan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terdapat hubungan yang menjadikan satu lembaga pemerintahan dengan yang
lainnya yang tersusun dalam koordinasi sistem pemerintahan, khususnya lembaga yang
lebih tinggi dengan lembaga yang lebih rendah atau berada dibawahnya, ada beberaoa
jenis pembagian koordinasi dalam pemerintahan yaitu salah satunya adalah vertikal dan
horizontal yang dapat dilihat dari koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah kota/provinsi dalam memberikan kewenangan untuk dapat menatur daerahnya
masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Dyah.2012. Implementasi Kebijakan Kebijakan Publik. Yogyakarta:Gava Media.
Budi Winarno. 2002. Apakah Kebijakan Publik ? dalam Teori dan Proses Kebijakan Publik.
Yogyakarta : Media Pressindo.
Dunn, William N. 2003.  Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Syafie, Inu Kencana. 1992. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Jakarta : PT Eresco.
Riyadi, Dady.S. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
HANDOKO, Hani T, 2003 Manajemen. Yogyakarta : BPFE ISLAMY, Irfan, 2002 Prinsip-
prinsip Perumusan Kebijakan Negara : Jakarta, Rumi Aksara WIDODO.
Joko, 2010 Peningkatan Kinerja SDM melalui Pengalaman dan Pengetahuan Prosedur, Journal
of Human Capital To Promote Human Capital Development. Jakarta : Bakrie School of
Management.
DWIJOWIJOTO, Riant Nugroho 2004 Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi Dan
Evaluasi, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo.
AWANG, San Afri, 2003 Politik Kehutanan Masyarakat. Yogyakarta : Center For Critical Social
Studies (CCSS) & Kreasi Wacana;

Anda mungkin juga menyukai