Mosi 2
Mosi 2
Pro Kontra
Ius suun li qui riburasi Noken telah dilegitimasi dalam keputusan
Mahkamah Konstitusi (MK) melalui
MK melalui putusannya 47-81/PHPU-A- Keputusan MK Nomor
47-81/PHPU.A-VII/2009. MK juga
VII/2009 tanggal 09 Juni 2009 telah
menegaskan bahwa dalam kebudayaan
mengakui sistem noken sebagai salah satu masyarakat asli Papua, Noken adalah
cara pemungutan suara di beberapa wilayah merupakan kantong khas yang memiliki
di Papua sistem noken tdak sesuai dengan fungsi dan makna yang luhur bagi
sistem penyelenggaraan pemilu. Hal ini masyarakat asli Papua. Secara filosofis
dianggap karena pemilu adalah sarana menjadi makna status sosial, identitas diri dan
pelaksanaan kedaulatan rakyat yang perdamaian. Di dalam diktum akhirnya, MK
diselenggarakan secara langsung, umum, berpendapat sistem pemungutan suara
dengan Noken sah menurut hukum, karena
bebas, rahasia, jujur, dan adil berdasarkan telah dijamin keberadaannya oleh Pasal 18
pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. Undang-undang Dasar 1945
Sedangkan pada proses pelaksanaan noken
dalam pemungutan suara dilakukan dengan Kearifan Lokal dirumuskan oleh Quaritch Wales
kesepakatan dengan diwakilkan oleh kepala Hal ini menunjukkan bahwa kearifan lokal
suku (tetua adat). Aau setiap orang dapat merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki
melihat dengan jelas pilihan seorang oleh sekelompok (etnis) manusia yang
pemilih karna satu kantong digantung pada diperoleh melalui pengalaman hidupnya serta
foto kandidat calon ini sangat melanggar terwujud dalam ciri-ciri budaya yang dimilikinya
asas rahasia dalam pemilu. David Jenkins dalam tulisannya yang berjudul
melihat dari proses noken yang demikian, “From Unwriten to Writen: Transformaton in
adaberbagai perbedaan mekanisme The Britsh Common-Law Consttuton”
pemilihan ang menimbulkan keidakpasian menyatakan bahwa “As consttutons may
hukum karna proses noken tdak diatur accommodate writen and unwriten elements of
secara ekplisit dalam perundang-undangan law, as well as various means of enforcement
hanya didasarkan pada kebiasaan daerah anf change..”.20 Dengan demikian dapat
pemilih. dikatakan bahwa konsttusi dapat
mengakomodasi unsur unsur hukum tertulis
dan tdak tertulis, serta berbagai cara
2. Konstitusi indonesia pada dasarnya hanya penegakan hukum dan perubahan .. ”. Hal
mengakui asas pemilu jurdil luber sebagai inilah yang kemudian menjadi legitmasi
asas pemilu yang tidak dapa ditawar karna meskipun noken tdak diatur secara tertulis
termaktub secara ekplisit. Maka dari itu dalam peraturan perundang-udangan, namun
sistem noken sejatinya bertentangan dengan konsttusi memberikan legitmasi terhadap
prinsip berdasarkan pasal 22e ayat 1 uud noken sebagai salah satu sistem pemilu yang
1945 karna sistem noken setiap orang dapat sah di Indonesia.
melihat dengan jelas pilihan seorang Frasa “dengan memperhatikan kekhususan dan
pemilih karna satu kantong digantung pada keragaman daerah” dalam Pasal 18A ayat (1)
foto kandidat calon ini sangat melanggar UUD NRI Tahun 1945 ini sebenarnya
asas rahasia dalam pemilu. mengindikasikan bahwa konstitusi
3. hak konstitusional warga negara tidak menghendaki adanya pengaturan yang berbeda
boleh dibatasi karna adat ,bagaimanapun bagi tiap-tiap daerah yang mempunyai corak
hukum positif lebih tinggi daripada hukum khusus dan beragam. Hal ini semakin diperkuat
dengan adanya Pasal 18B UUD NRI Tahun 1945
adat. Pendapat rane david prof hukum
yang menyatakan bahwa (1) Negara mengakui
pransic “
dan menghormati satuan-satuan pemerintahan
daerah yang bersifat khusus atau bersifat
istimewa yang diatur dengan undang-undang;
m.saleh ‘’ dengan ciri dan sifana msebagai (2) Negara mengakui dan menghormati
soidak erulis menenpakan hukum ada kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
senbagai hukum dengan posisi lemanh beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang
dibandingkan dengan hukum posuif lainna. masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
elihat dari proses noken yang demikian, masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
tentu berbeda dengan mekanisme Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-
penvcoblosanyang diatur secara tertulis oleh undang. Dengan demikian, politik hukum (legal
peraturan perundangundangan pemilu atau policy) tentang desentralisasi yang digariskan
pilkada. Sedangkan s9isem noken tdak UUD NRI Tahun 1945 mengisyaratkan
diatur secara rigid dalam perundang- keniscayaan penerapan “desentralisasi
undangan. Oleh karena itu, terdapat asimetris” yang menekankan kekhususan,
berbagai macam cara atau proses noken keistimewaan, keberagaman daerah, serta
yang didasarkan pada kebiasaan di daerah kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat dan
masingmasing pemilihan. hak-hak tradisional yang diatur lebih lanjut
Sistem ini memiliki beberapa kelemahan, dengan undang-undang
salah satunya adalah ketidakmampuan -Prof Irfan ridwan mahsun desenralisasi
untuk memantau apakah jumlah pemilih asimeris
Geografuois
dalam satu suku meningkat atau menurun
Hisoris
karena perkawinan, kematian, dan mobilitas
Poliik
geografi
Ekonomi
irektur Eksekutif Perkumpulan untuk
Roskopound
Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi
Anggraini menuturkan, wilayah-wilayah
yang akan melangsungkan pilkada serentak
tersebut masuk dalam daerah rawan konflik,
sebagaimana pemetaan Bawaslu RI dan
Polri. Berdasarkan pengalaman pilkada-
pilkada sebelumnya, konflik bahkan
menyebabkan korban jiwa. Misalnya dalam
Pilkada Kabupaten Puncak 2011, sebanyak
57 orang menjadi korban jiwa pada tahapan
pencalonan. Sementara itu pada Pilkada
Jayawijaya 2014, satu orang menjadi korban
jiwa saat pembentukan daerah pemilihan.
Menurut Titi, salah satu pemicu kerawanan
konflik dalam Pilkada Papua adalah adanya
sistem noken. Penggunaan sistem noken
telah disahkah melalui putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 47/81/PHPU.A/VII/2009,
sebagai budaya asli Papua.
1. sea arionesioin
2.