Oly Viana
Oly Viana
Naskah diterima: 28 Januari 2019; revisi: 19 Februari 2019; disetujui: 19 Maret 2019
Abstrak
Konstitusi sebagai hukum tertinggi di Indonesia memuat penghormatan terhadap perlindungan dan jaminan Hak Asasi
Manusia dalam sistem hukum nasional. Oleh karena itu, setiap perundang-undangan yang mengatur kehidupan bangsa
dan negara wajib berpedoman pada konstitusi. Perundang-undangan dimaksud tidak hanya terhadap hukum tertulis saja,
tetapi juga terhadap hukum tidak tertulis yang diakui oleh konstitusi sebagai hukum yang hidup dan ditaati oleh masyarakat.
Noken adalah salah satu hukum tidak tertulis yang digunakan dalam pelaksanaan pemilu dan pilkada di beberapa wilayah
di Papua. Noken diakui oleh konsitusi dan dijamin keberlangsungannya dengan persyaratan tertentu. Melalui penelitian
ini akan dibahas mengenai bagaimana implementasi noken sebagai hukum tidak tertulis dalam sistem hukum nasional.
Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif melalui pendekatan studi kasus dengan menggunakan teori
supremasi konstitusi, demokrasi dan hukum tidak tertulis. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa noken merupakan salah
satu hukum tidak tertulis yang didasarkan pada kesepakatan adat dalam menentukan pilihan dalam penyelenggaraan
pemilu dan pilkada di beberapa wilayah di Papua. Konstitusi memberikan jaminan terhadap implementasi noken sebagai
salah satu sistem pemilu dengan persyaratan tertentu. Oleh karena itu, noken memiliki kedudukan sebagai salah satu
hukum tidak tertulis yang sah dalam sistem hukum nasional.
Kata kunci: hukum tidak tertulis, noken, sistem hukum nasional
Abstract
The constitution as the highest law in Indonesia contains respect for the protection and guarantee of human rights in the
national legal system. Therefore, every legislation governing the life of the nation and the state must be guided by the
constitution. The legislation is intended not only for written law, but also for unwritten law which is recognized by the
constitution as a law that lives and is obeyed by the community. Noken is an unwritten law used in the implementation
of elections and regional elections in several regions in Papua. Noken is recognized by the constitution and guaranteed
for continuity with certain requirements. Through this research, we will discuss how the implementation of noken as an
unwritten law in the national legal system. The research method used is normative juridical through a case study approach
using the theory of constitutional supremacy, democracy and unwritten law. The results of the study found that noken is
one of the unwritten laws based on customary agreements in determining choices in the administration of elections and
regional elections in several regions in Papua. The Constitution guarantees the implementation of noken as one of the
electoral systems with certain conditions. Therefore, noken has a position as one of the legal unwritten laws in the national
legal system.
Keywords: unwritten law, noken, national legal system
Implementasi Noken sebagai Hukum Tidak Tertulis dalam Sistem Hukum Nasional (Oly Viana Agustine) 69
Volume 8, Nomor 1, April 2019
dilakukan terhadap hal-hal yang bersifat teoritis penggunaan noken. Selain digunakan sebagai
asas-asas hukum, dasar hukum dan konsep- tas, noken juga digunakan untuk menyimpan
konsep hukum.1 Dalam penelitian ini, penulis barang kebutuhan sehari-hari, membawa hasil
mengumpulkan bahan hukum berupa putusan pertanian, dan membawa barang dagangan ke
MK dan menganalisisnya dengan menggunakan pasar. Selain itu, noken juga digunakan untuk
teori demokrasi, kearifan lokal, dan keberlakuan membawa kayu bakar dan menggendong anak.
hukum tidak tertulis. Namun, sejatinya noken memiliki arti dan
fungsi yang lebih luas dan mendalam, seperti
C. Pembahasan arti sosial, ekonomi dan budaya.3
1. Pengertian Noken dan Ruang Noken dalam perspektif bahasa Indonesia
Lingkupnya dapat disejajarkan dengan kantong atau
tas yang dapat digunakan untuk berbagai
Pada mulanya noken adalah kerajinan
keperluan. Namun, kantong atau tas tetap
tradisional masyarakat Papua berwujud serupa
menjadi kantong atau tas, noken tetap menjadi
tas bertali yang cara membawanya dikalungkan
noken bagi rakyat Papua.4 Tradisi noken dalam
dileher atau digantungkan pada kepala bagian
kehidupan masyarakat Papua begitu kuat dan
dahi yang diarahkan ke punggung. Oleh
menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
masyarakat, noken digunakan sebagai tas untuk
kehidupan sehari-hari, dan dalam rentang
membawa barang kebutuhan sehari-hari.2
waktu yang cukup panjang serta lama. Secara
Noken sendiri secara filosofis mengandung
alamiah, alam Papua merupakan rumah makhluk
arti sebagai kehidupan yang baik, perdamaian,
hidup yang menyediakan berbagai kebutuhan
dan kesuburan. Masyarakat Papua terutama
yang dapat dijadikan dasar proses pembuatan
di daerah Pegunungan Puncak seperti suku
noken khas Papua5. Tradisi noken dalam rakyat
Damal, suku Yali, suku Dani, suku Lani, suku
Papua mengkonstruksikan simbol-simbol yang
Mee, suku Moni, suku Bauzi, dan beberapa suku
mengandung makna-makna filosofis demokrasi6
yang lain secara turun temurun memanfaatkan
1
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 57.
2
Menurut pandangan Titus Pekei, seorang pengamat noken asal Papua. Titus Pekei adalah pendiri dan peneliti
Yayasan Ekologi Papua; Anggota Tim Nominasi noken sebagai warisan budaya Takbenda kepada UNESCO; dan
penulis buku Cermin Noken Papua: Perspektif Kearifan Mata Budaya Papuani (2011).
3
Anggoro Cahyadi dkk, Modul Pengembangan Muatan Lokal Noken, Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi
Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 6 (2013),http://5c4
cf848f6454dc02ec8c49fe7e7355d384845270f4a7a0a7aa1.r53.cf2.rackcdn.com/b901dffd-1067-4cda-ac51-
2750769a2e79/Panduan%20Noken%203%20Des%202013_Final.pdf (diakses 02 Januari 2019).
4
Secara etimologi, kata noken belum jelas asal usul proto bahasanya pada keragaman bahasa yang ada di Tanah
Papua. Namun, jika ditelusuri leksikon katanya dalam bahasa daerah, secara genetis termasuk dalam kerabat
keluarga bahasa West Papua New Guinea, subgroup rumpun bahasa Austronesia, yakni Austronesian-Melayu
Polinesian-Central Eastern-Eastern Melayu-Polinesian-South Halmahera-West New Guinea-West New Guine-
Cenderawasih Bay-Biak (bahasa Biak), yakni inoken ‘tas anyaman atau tas keranjang khas Papua.
5
Hugo Warami, “Noken Papua: Cermin, Transformasi, dan Format Negosiasi Damai”, Prosiding Seminar
Internasional Tradisi Lisan IX, Manado-Bitung, 21-24 September 2014, hlm. 8.
6
Hugo Warami, “Noken Demokrasi” dalam Prosiding Seminar Nasional Konsep dan Implementasi Sistem Demokrasi
Pancasila dalam Bidang Politik dan Ekonomi, Senin, 16 Maret 2015. Manokwari: UNIPA-SETJEND MPR RI. Hlm.
19-21.
Implementasi Noken sebagai Hukum Tidak Tertulis dalam Sistem Hukum Nasional (Oly Viana Agustine) 71
Volume 8, Nomor 1, April 2019
sebagai berikut7: (1) sebagai simbol relasi, (2) Dalam Konvensi 2003 UNESCO disebutkan
sebagai simbol kekeluargaan, (3) sebagai simbol lima ranah (domain) yang masuk dalam kategori
identitas, (4) sebagai simbol perlindungan, (5) Budaya Tak Benda (budaya hidup), yaitu,
sebagai simbol ekonomi, (6) sebagai simbol pertama, tradisi dan ekspresi lisan, termasuk
kehidupan, (7) sebagai simbol estetika, dan bahasa sebagai wahana warisan budaya tak-
(8) sebagai simbol spontanitas, kejujuran, benda; kedua, seni pentas/pertunjukan;
keterbukaan, dan transparansi. ketiga, adat istiadat, ritus, perayaan-perayaan;
Melihat sejarah noken pada masyarakat keempat, pengetahuan dan kebiasaan perilaku
Papua, memperlihatkan adanya kearifan lokal mengenai alam dan semesta; dan kelima,
yang mendasarkan penggunaan noken. Kearifan kemahiran kerajinan tradisional.9 Berdasarkan
Lokal dirumuskan oleh Quaritch Wales dalam konvensi tersebut, noken masuk dalam ranah
Rahyono sebagai “the sum of the cultural tradisi dan ekspresi lisan, pengetahuan dan
characteristics which the vast majority of a people kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta,
have in common as aresult of their experience dan kemahiran kerajinan tradisional.
in early life”. Hal ini menunjukkan bahwa Secara langsung atau tidak langsung,
kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia suatu budaya memberi pengaruh terhadap
yang dimiliki oleh sekelompok (etnis) manusia pembentukan kearifan lokal. Intelek atau
yang diperoleh melalui pengalaman hidupnya pemikiran manusia, dengan cara, membangun
serta terwujud dalam ciri-ciri budaya yang pengetahuan dalam proses yang cukup panjang
dimilikinya. Penelitian yang dilakukan sejarawan dan rumit. Pengetahuan, kemudian, menjadi
mengungkapkan bahwa berbagai budaya etnis fabrikasi utama dan ekspresi potensi manusia
yang diwariskan di Indonesia tercermin dalam dalam mengembangkan peradaban lokal dan
berbagai kearifan lokal, kepercayaan dan sistem global yang akan memberikan dampak besar
pemerintahan yang telah berakar pada berbagai pada sifat manusia. Sebagaimana dinyatakan
budaya etnis individu. Selengkapnya, sebagai bahwa:
berikut: In a direct or indirect way, a culture gives
A historical investigation has shown that there influence towards the formation of local
have been various inherited ethnic cultures wisdom. Human intellect or thought, in a
in Indonesia that are reflected in the various way, construct knowledge in quite a long
number of local wisdom, beliefs, systems of and complicated process. Knowledge, then,
rulership, health, subsistence, and systems becomes the prime fabrication and human
of lineage. Apparently, all of this knowledge potential expression in developing a local and
have rooted in the various individual ethnic global civilization which will give a big impact
culture.8 on the nature of human.10
7
Titus Pekei, Cermin Noken Papua. Perspektif Kearifan Lokal Mata Budaya Papuani (Nabire: Ecology Papua Institut
(EPI)- Kemenperekonomian, 2011), hlm. 64.
8
Irmayanti Meliono, “Understanding the Nusantara Thought and Local Wisdom as an Aspect of the Indonesian
Education,” Tawarikh International Journal for Historical Studies Volume 2 No. 2 (2011): 223, dalam Irmayanti
Meliono, “Wajah Kebudayaan Indonesia di Antara Realitas dan Utopia”. Paper presented at the Seminar Wajah
Kebudayaan Indonesia, DRPM UI, Depok, September 15 2009.
9
Sugihartatmo, Pedoman Pegusulan dan Pelindungan Warisan Budaya Takbenda. (Jakarta: Kementerian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2010), hlm. 8.
10
Irmayanti Meliono, Op.Cit., hlm 224.
11
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. (Jakarta: Rineka Cipta, revised edition, 2009), hlm. 150.
12
Irmayanti Meliono, Op.Cit., hlm. 227.
Implementasi Noken sebagai Hukum Tidak Tertulis dalam Sistem Hukum Nasional (Oly Viana Agustine) 73
Volume 8, Nomor 1, April 2019
the dynamic nature of its culture, enduring, kelompok yang bertugas sebagai penyalur
creative, and innovative. 13 aspirasi politik mewakili warga masyarakat.
Sistem pemilihan dengan menggunakan Tetua yang terpilih memiliki tugas untuk
noken merupakan sistem yang telah dipakai mencoblos surat suara sesuai pasangan calon
secara adat dari generasi ke generasi yang telah disepakati dengan disaksikan oleh
berdasarkan kearifan lokal yang ada di masing- petugas KPPS. Surat suara yang telah dicoblos
masing wilayah. Dalam pelaksanaan pemilu kemudian diantarkan ke TPS terdekat untuk
dan pilkada, noken mempunyai fungsi baru di masukan dalam kotak suara. Terdapat pula
tidak hanya untuk tempat membawa barang cara dimana tetua yang diberikan mandat oleh
tapi juga wadah penyalur aspirasi politik warga masyarakat secara langsung masuk dibilik suara
masyarakat sebagai suatu tradisi adat yang dan menerima surat suara sebanyak jumlah
di adopsi dari cara nenek moyang memilih pemilih yang terdaftar di TPS dari petugas KPPS.
pimpinan desa/kampung maupun kepala suku. Surat suara tersebut dicoblos dan diserahkan
Berpijak pada dasar uraian tersebut di atas, kembali kepada petugas KPPS untuk dimasukan
maka tidaklah berlebihan jika disebut bahwa kedalam kotak suara dan selanjutnya di
noken telah menjadi simbol budaya yang telah lanjutkan dengan penghitungan suara di TPS.
melekat dan hidup di tengah masyarakat adat Hasil musyawarah yang telah disepakati wajib di
Papua. Sebab, di balik noken sebagai simbol, patuhi oleh semua masyarakat tanpa terkecuali
dapat dilihat bagaimana masyarakat adat karena hasil keputusan musyawarah adat
Papua memaknai keberadaan noken sebagai merupakan keputusan tertinggi yang berlaku
identitas diri hampir di segala aspek kehidupan. sejak turun temurun.14
Oleh karena itu, Undang Undang Dasar Negara Selain pemberian suara yang diwakili oleh
Republik Indonesia Tahun 1945 merespon, kepala suku atas kesepakatan masyarakat
mengakui, bahkan menjamin keanekaragaman setempat yang disebut dengan big man, proses
budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat pelaksanaan noken dapat juga dilakukan
Indonesia, khususnya Papua sebagai bagian dengan cara digantungkan pada salah satu
dari Negara Kesatuan republik Indonesia kayu sebagai pengganti kotak suara yang sering
disebut sistem noken gantung atau ikat. Pada
2. Noken dalam Pelaksanaan Pemilu dan sistem Noken dengan cara gantung atau
Pilkada ikat masyarakat dapat melihat suara yang
Proses pelaksanaan noken dilakukan telah disepakati masuk ke dalam Noken yang
dengan berbagai macam cara. Salah satunya sebelumnya telah ditetapkan.
dengan masyarakat berkumpul bersama Meskipun secara teknis terdapat perbedaan
untuk bermusyawarah menentukan pilihan pelaksanaan noken antara sistem ikat dan
dengan terlebih dahulu bermusyawarah untuk sistem big man, namun keduanya sama-sama
menentukan orang yang di tuakan dalam dilaksanakan dengan peranan kepala suku
13
Irmayanti Meliono, Op.Cit., hlm. 228.
14
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/ZjcyMDA3ZmRmNzQyNTE3MzhlMzJj-
MjllZDJlNGU0M2NhNTFiODdiMg==.pdf hlm. 183-184 (diakses 3 Januari 2019).
(tetua adat). Seorang kepala suku dalam tatanan berlangsung penggunaan noken dalam pemilu
pemerintahan adat memiliki peran penting. dan pilkada, tetapi sistem noken tidak ada
Peran penting seorang kepala suku tidak pengaturannya dalam undang-undang pemilu
hanya berada dalam tingkat adat saja namun atau undang-undang pilkada. Sehingga noken
juga berada dalam tataran pemerintahan menjadi salah satu cara dalam sistem pemilu
negara. Seorang kepala suku menjadi seorang yang tidak tertulis dalam hukum nasional.
pemimpin yang memiliki otoritas dalam Akibat tidak diaturnya noken dalam
memberikan perintah dan masyarakat tunduk perundang-undangan pemilu dan pilkada,
dan patuh kepada seorang kepala suku tanpa implementasi penggunaan noken sebagai
adanya paksaan. Kekuasaan seorang kepala pengganti pemungutan suara, tidak
suku dalam adat dapat dikategorikan ke dalam seragam untuk masing-masing daerah-
kewenangan. Kewenangan yang dimiliki oleh daerah pegunungan di Papua. Model sistem
kepala suku merupakan kewenangan tradisional penggunaan noken bervariasi tergantung
dan kewenangan kharismatik. Hal ini didasarkan penyebaran penduduk dan kondisi georafis
pada aturan adat istiadat yang diturunkan setiap wilayah.
dari leluhur. Dalam kewenangan ini, seorang Dalam konteks nilai dan makna noken bagi
kepala suku memiliki otoritas berdasarkan masyarakat adat Papua, noken menjadi salah
patriarkalisme dimana memiliki otoritas satu peninggalan atau warisan budaya leluhur
warisan yaitu diturunkannya sebuah kekuasaan yang bernilai dan berharga bagi setiap suku di
berdasarkan garis keturunan.15 Papua. Selain itu, noken juga menjadi simbol
persahabatan dan tali ikatan persaudaraan,
3. Noken sebagai Hukum Tidak Tertulis di mana dengan diberikannya noken kepada
Noken adalah nilai budaya lokal di Papua yang sesama anggota marga atau klennya yang
harus dihormati dan dilindungi dalam sistem berasal dari suku tertentu, dapat menciptakan
hukum nasional terutama dalam pelaksanaan relasi atau persahabatan di antara mereka.
proses pemilu dan pilkada. Penggunaan sistem Sebagai simbol kebudayaan, sebagaimana
noken sebagai kearifan lokal merupakan dikemukakan di atas, maka dibalik peristiwa
pengertian demokrasi yang lain. Yakni, yang terkait dengan noken menyimpan nilai,
bagaimana memadukan berbagai kesepakatan makna dan arti. Makna noken dalam kehidupan
yang muncul dari kehendak masyarakat adat masyarakat adat Papua dapat diuraikan sebagai
untuk memilih calon pemimpin. Sistem noken berikut:16
berasal dari kearifan lokal di beberapa wilayah a. Noken sebagai simbol relasi. Seorang
pegunungan di Papua yang telah menjadi tradisi memberikan noken kepada orang berarti
dari generasi ke generasi. Meskipun telah lama
15
Yerianto Tarima, Piers Andreas Noak dan Muhammad Ali Azhar, “Peran Kepala Suku dalam Sistem Noken pada
Pemilukada di Distrik Lamu Kabupaten Dogiyai Provinsi Papua Tahun 2013,” dalam https://media.neliti.com/
media/publications/248593-peran-kepala-suku-dalam-sistem-noken-pad906ae3e6.pdf (diakses 3 Januari
2019.)
16
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/ZjcyMDA3ZmRmNzQyNTE3MzhlMzJj-
MjllZDJlNGU0M2NhNTFiODdiMg==.pdf hlm. 187-189 (diakses 3 Januari 2019).
Implementasi Noken sebagai Hukum Tidak Tertulis dalam Sistem Hukum Nasional (Oly Viana Agustine) 75
Volume 8, Nomor 1, April 2019
17
H.L.A. Hart, Positivism and the Separation of Law and Morals, 71 HARV. L. REV. 593 (1958). Dalam Stephen E.
Sachs, “The Unwritten Constitution and Unwrittern Law”, University of Illinois Law Review Vol. 2013, No. 5,
p. 1797, https://ssrn.com/abstract=2360289 https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2360289
hlm. 1799.
tidak tertulis dapat berbuat lebih baik; dan apa berbagai cara penegakan hukum dan perubahan
yang tidak dapat dilakukan oleh hukum tidak .. ”. Hal inilah yang kemudian menjadi legitimasi
tertulis, mungkin tidak boleh diadili. meskipun noken tidak diatur secara tertulis
Sejalan dengan adagium yang menyatakan dalam peraturan perundang-udangan, namun
bahwa: The Constitution can’t be read in a konstitusi memberikan legitimasi terhadap
vacuum. To have written law, you always need noken sebagai salah satu sistem pemilu yang
something else outside the text.18 Konstitusi sah di Indonesia.
tidak dapat dibaca dalam ruang hampa. Untuk
memiliki hukum tertulis, dibutuhkan hal lain 4. Noken dalam Sistem Demokrasi
di luar teks. Bahwa masyarakat menunjukkan Bagir Manan menyatakan21 bahwa
kebutuhan tidak hanya konstitusi tertulis saja, demokrasi sebagai asas yang dipergunakan
tetapi juga kebutuhan pada konstitusi yang dalam kehidupan ketatanegaraan dewasa ini
tidak tertulis. Konstitusi tertulis terkadang banyak dianut oleh negara-negara di dunia, yakni
memasukkan hukum tidak tertulis dengan suatu negara dengan sistem pemerintahan yang
referensi. Ketika itu terjadi, hukum tidak tertulis bersumber pada kedaulatan rakyat. Menurut
itu bertindak seperti aturan konstitusi, tetapi paham kedaulatan rakyat, rakyat memerintah
sebenarnya tidak tercantum dalam Konstitusi, dan mengatur diri mereka sendiri (demokrasi).
dan tidak memiliki status konstitusional sendiri. Hanya rakyat yang berhak mengatur dan
A written constitution sometimes incorporates menentukan pembatasan-pembatasan terha-
unwritten law by reference. When that happens, dap diri mereka sendiri. Oleh sebab itu dalam
the unwritten law acts like a constitution- al rule, penyelenggaraan negara modern, keikutsertaan
but it isn’t actually contained in the Constitution, rakyat mengatur dilakukan melalui badan
and doesn’t have any constitutional status of its perwakilan yang menjalankan fungsi membuat
own.19 undang-undang.
David Jenkins dalam tulisannya yang berjudul Penggunaan noken di Papua, beberapa
“From Unwritten to Written: Transformation waktu lalu yang menyebabkan terdapat
in The British Common-Law Constitution” salah satu pasangan calon memperoleh hasil
menyatakan bahwa “As constitutions may penghitungan suara mencapai 100% sehingga
accommodate written and unwritten elements of dianggap oleh beberapa kalangan sebagai
law, as well as various means of enforcement anf bentuk pertentangan dengan demokrasi dalam
change..”.20 Dengan demikian dapat dikatakan pemilu. Pemilu yang dilaksanakan di Papua dinilai
bahwa konstitusi dapat mengakomodasi unsur- tidak terjadi proses demokrasi karena terdapat
unsur hukum tertulis dan tidak tertulis, serta sistem yang dianggap tidak sejalan dengan
18
Sachs, Stephen E., The ’Unwritten Constitution’ and Unwritten Law (October 21, 2013). University of Illinois Law
Review, Vol. 2013, No. 5, p. 1797, https://ssrn.com/abstract=2360289 hlm. 1803.
19
Stephen E. Sachs, Constitutional Backdrops, 80 GEO. WASH. L. REV. 1813 (2012). Diakses dalam Sachs, Stephen E.,
The ’Unwritten Constitution’ and Unwritten Law (October 21, 2013). University of Illinois Law Review, Vol. 2013,
No. 5, p. 1797. Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract=2360289 hlm. 1810.
20
David Jenkins, “From Unwritten to Written: Transformation in The British Common-Law Constitution”, https://
heinonline.org/HOL/LandingPage?handle=hein.journals/vantl36&div=41&id=&page= (diakses 21 Maret
2019).
21
Bagir Manan, Dasar-Dasar Perundang undangan Indonesia, (Jakarta: Hill. Co. 1992), hlm. 41.
Implementasi Noken sebagai Hukum Tidak Tertulis dalam Sistem Hukum Nasional (Oly Viana Agustine) 77
Volume 8, Nomor 1, April 2019
sistem demokrasi dalam pemilu. Demokrasi MK. Konstitusi sebagai norma hukum tertinggi
yang sangat menjunjung tinggi kebebasan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa
masyarakat, berbenturan dengan sistem pemilu dan bernegara mendapatkan kontekstualisasi
yang ada di Papua yang dinamakan noken. pada lapangan sosial yang beragam. Selain
Noken adalah pemilihan yang tidak dilakukan melihatnya sebagai suatu pengakuan,
melalui bilik suara secara langsung oleh para putusan MK juga mencerminkan komitmen
pemilih melainkan hak suara diwakilkan dalam membangun demokrasi di negara
kepada ketua suku (tetua adat) dengan suara yang pluralistik seperti Indonesia. Demokrasi
dimasukkan ke dalam tas khas orang Papua yang selalu menempatkan manusia sebagai pemilik
disebut noken21. Proses noken yang demikian, kedaulatan yang kemudian dikenal dengan
menyebabkan dipertanyakannya keabsahan prinsip kedaulatan rakyat.23
hasil pemilihan dalam pelaksanaan pemilu dan
pilkada. 5. Noken dalam Putusan Mahkamah
Anggapan beberapa kalangan yang Konstitusi
menyatakan adanya pertentangan antara sistem Terdapat diskursus yang menyatakan bahwa
noken dengan demokrasi dalam pelaksanaan sistem noken tidak sesuai dengan sistem
pemilu di Indonesia terkait dengan asas pemilu. penyelenggaraan pemilu. Hal ini dianggap
Dimana telah ditentukan bahwa pemilu dilakukan karena pemilu adalah sarana pelaksanaan
dengan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, kedaulatan rakyat yang diselenggarakan
dan adil. Baik dalam sistem ikat ataupun dengan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
sistem big man, individu warga negara pemilik dan adil berdasarkan pancasila dan Undang-
hal pilih tidak melakukan pencoblosan secara Undang Dasar 1945. Sedangkan pada proses
langsung, melainkan diwakilkan kepada kepala pelaksanaan noken dalam pemungutan
suku, sehingga dianggap bertentangan dengan suara dilakukan dengan kesepakatan dengan
asas langsung dan rahasia. diwakilkan oleh kepala suku (tetua adat).
Sifat demokratis pemilihan umum diperlukan MK melalui putusannya dalam perkara
untuk menjaga pemilihan umum sebagai suatu nomor 47-81/PHPU-A-VII/2009 tanggal 09 Juni
mekanisme yang merupakan manifestasi dari 2009 telah mengakui sistem noken sebagai
demokrasi guna mencapai tujuan yang hendak salah satu cara pemungutan suara di beberapa
dicapai. Melalui pemilihan umum, rakyat tidak wilayah di Papua. Terminologi noken digunakan
hanya memilih wakilnya dalam penyelenggaraan pada pelaksanaan pemilu dan pilkada tahun
negara, tetapi juga memilih program yang di 2009, yaitu melalui putusan MK nomor 47-81/
kehendaki sebagai arah kebijakan negara pada PHPU.A-VI/2009 dalam pelaksanaan pilkada
pemerintahan periode berjalan.22 Provinsi Papua. Yang kemudian berlanjut
Pemilihan model noken menjadi tata cara dalam perkara lain pada Pilkada Nabire, Pilkada
yang sah dalam penyelenggaraan pemilu oleh Waropen, Pilkada Mamberamo Raya, Pilkada
21
Yance Arizona, “Konstitusionalitas Noken: Pengakuan Model Pemilihan Masyarakat Adat dalam Sistem Pemilihan
Umum di Indonesia,” https://yancearizona.files.wordpress.com/2010/10/konstitusionalitas-noken.pdf.
22
Janedri M.Gaffar, Demokrasi Dan Pemilu Di Indonesia, (Jakarta: Konstitusi Press, 2013), hlm 5.
23
Jimly Asshiddiqie, “Demokrasi dan Hak Asasi Manusia” (materi disampaikan dalam studium general pada acara
The 1st National Converence Corporate Forum for Community Development, Jakarta, 19 Desember 2005).
Lanny Jaya, Pilkada Yalimo, Pilkada Nduga dan Melalui putusan a quo, MK menempatkan
Pilkada Yahukimo, Pilkada Intan Jaya, Pilkada sistem noken sebagai bagian dari sistem
Dogiyai, Pilkada Tolikara, Pilkada Puncak Jaya, pemilu di Papua. MK memandang bahwa
Pilkada Paniai, Pilkada Mamberamo Tengah noken merupakan budaya leluhur yang perlu
serta dalam perkara pengujian undang-undang dipertahankan sebagai nilai budaya asli
nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu Legislatif masyarakat Papua. MK menerima sebagai hak
pada perkara Nomor 31/PUU-XII/2014. dasar masyarakat adat Papua yang sampai saat
Melalui putusan MK nomor 47-48/PHPU.A- ini sistem noken telah digunakan untuk pemilu
VI/2009, MK sesuai dengan Pasal 18B ayat (2) dan pilkada.
menyatakan bahwa Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat 6. Noken dalam Sistem Hukum Nasional
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya Sistem adalah kesatuan yang terdiri dari
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan bagian-bagian yang satu dengan yang lain saling
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara bergantung untuk mencapai tujuan tertentu.
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam banyak yang memberi definisi tentang istilah
undang-undang. Pada pertimbangannya, MK sistem ini. Sedangkan hukum nasional adalah
menyatakan menghargai nilai budaya yang hukum atau peraturan perundang-undangan
hidup di kalangan masyarakat Papua yang khas yang dibentuk dan dilaksanakan untuk mencapai
dalam menyelenggarakan pemilihan umum tujuan, dasar, dan cita hukum suatu negara.
dengan cara atau sistem kesepakatan warga Dalam konteks ini hukum nasional Indonesia
atau aklamasi. MK menerima cara pemilihan adalah kesatuan hukum atau peraturan
kolektif (kesepakatan warga atau aklamasi) yang perundang-undangan yang dibangun untuk
telah diterima masyarakat Kabupaten Yahukimo mencapai tujuan negara yang bersumber pada
tersebut karena jika dipaksakan pemilihan Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945. Sebab,
umum sesuai dengan peraturan perundang- di dalam Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945
undangan yang berlaku dikhawatirkan akan itulah terkandung tujuan, dasar, dan cita hukum
timbul konflik di antara kelompok-kelompok negara Indonesia.25 Dengan demikian, sistem
masyarakat setempat.24 hukum nasional Indonesia adalah sistem
Dalam putusannya yang bernomor 47-48/ hukum yang berlaku di seluruh Indonesia
PHPU.A-VI/2009, MK menyatakan pemahaman yang meliputi semua unsur hukum (seperti isi,
dan penghargaannya terhadap nilai budaya yang struktur, budaya, sarana, peraturan perundang-
hidup di kalangan masyarakat Papua yang khas undangan, dan semua sub unsurnya) yang antara
dalam menyelenggarakan pemilu dengan sistem yang satu dengan yang lain saling bergantung
noken. Jika memaksakan penyelenggaraan dan yang bersumber dari Pembukaan dan Pasal-
pemilu sebagaimana yang berlaku umum, pasal UUD 1945.25
dikhawatirkan akan menimbulkan konflik di an-
tara kelompok-kelompok masyarakat setempat.
24
Putusan MK nomor 47-48/PHPU.A-VI/2009.
25
Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, (Jakarta: LP3ES, 2006), hlm. 21.
26
Ibid.
Implementasi Noken sebagai Hukum Tidak Tertulis dalam Sistem Hukum Nasional (Oly Viana Agustine) 79
Volume 8, Nomor 1, April 2019
Berangkat dari pengertian sistem hukum how institution should behave. Structure is
adalah suatu atau tatanan yang teratur dari the institutional body of the system. Culture
berbagai unsur menjadi suatu keharusan yang is the element of social attitude and values.
saling menguatkan untuk mencapai tujuan. Structure and subs- tance are real component
Sistem hukum diciptakan agar tidak terjadi of a legal system. L.A. Hart mengartikan legal
tumpang tindih antar sistem itu sendiri, sistem system sebagai “double set of rules, the union of
hukum ini berlaku dengan baik apabila didukung “primary rules” and “secondary rules”. Primary
dengan asas hukum yang baik pula. Sistem rules are norms of behavior, secondary rules are
hukum mengatur segala aktivitas kehidupan norms about how to enforce them”.31
manusia sejak lahir sampai meninggal dunia Perkembangan sistem hukum nasional
bahkan mengatur orang yang masih di dalam semestinya tidak meninggalkan sumber
kandungan dengan syarat lahir hidup.27 hukum materiil sebagai dasar pembentukan
Menurut Lawrence Friedman, sistem hukum sistem hukum yang mencerminkan semangat
(legal system) mengandung tiga elemen dasar, ke-Indonesia-an. Sumber hukum materiil
yakni undang-undang (legal substance), struktur yang dicerminkan dengan Pancasila, cita
(legal structure), dan kultur (legal culture).28 masyarakat Indonesia, nilai-nilai, norma-norma,
Keefektifan suatu sistem hukum adalah diukur kekeluargaan, musyawarah, gotong r o y o n g ,
dari tiga elemen dasar sistem hukum tersebut. toleransi dan sebagainya yang menjadi ciri
“A legal system in actual operation is a complex dari masyarakat Indonesia harus menjadi skala
organism in which structure, substance, and prioritas dalam melakukan penataan terhadap
culture interact”.29 sistem hukum Indonesia ke depannya. Semangat
Mengenai sistem hukum (legal system), ke-Indonesia-an tentunya harus terpancar dari
Wolfgang Friedmann menyatakan “A legal perkembangan sistem hukum nasional.
system constitutes an individual system Hal tersebut khususnya tercermin dalam
determined by ‘an inner coherence of Pasal 24F yang menentukan bahwa negara
meaning,’…. an integrated body rules ….”.30 menata dan mengembangkan sistem hukum
Sementara Lawrence Friedman memberikan nasional dengan memelihara dan menghormati
pengertian legal system dengan menyatakan: “A keberagaman nilai-nilai hukum dan sumber-
legal sys- tem in actual operation is a complex sumber hukum yang hidup dalam masyarakat32.
organism in which structure, substance and Oleh karenanya, perkembangan sistem hukum
culture in- teract”. Substance is composed of nasional harus berorientasi kepada kebijakan
substantive (primary) rules and rules about berupa pilihan hukum yang berlaku, sistem
27
Mudakir Iskandarsyah, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Sagung Seto, 2008), hlm.
24.
28
Lawrence M Friedman, The Legal System: A Social Science Perspective, (New York: Russel Sage Foundation,
1975), hlm. 14.
29
Ibid., hlm. 16.
30
Wolfgang Friedmann, Legal Theory, (New York: Columbia University Press, 1970), hlm. 16.
31
Ibid., hlm. 15.
32
Soetanto Soepiadhy, Undang-Undang Dasar 1945: Kekosongan Politik Hukum Makro, (Purwanggan, Kepel Press,
2004), hlm. 20.
hukum yang akan dianut, dasar filosofis yang Konstitusi mengakui dan mengesahkan
digunakan dalam pembentukan hukum, dengan alasan sistem Noken menganut sistem
termasuk kebijakan agar mendasarkan hukum pemilihan Langsung, Umum, Bebas dan Terbuka
nasional dari asas-asas umum yang berlaku. (LUBET), sesuai dengan Keputusan Mahkamah
Oleh karena itu, perkembangan sistem Konstitusi Nomor: 47-48/PHPU.A-VI/2009
hukum Indonesia yang salah satunya didorong yang sesuai dengan Pasal 18B ayat (2) Undang
oleh perkembangan tatanan kehidupan ma- Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945
syarakat, mengarahkan pembangunan sistem yang menyatakan:35
hukum Indonesia kepada pembangunan hukum ”Negara mengakui dan menghormati
yang mencerminkan kehidupan masyarakat itu kesatuan kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya
sendiri. Sub sistem hukum-sub sistem hukum sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
Indonesia tentunya tidak boleh bertentangan perkembangan masyarakat dan prinsip
dengan semangat nilai-nilai yang hidup dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
masyarakat Indonesia.33 Dengan demikian, sudah semestinya noken
Seluruh hukum nasional harus bersumber diakui sebagai bagian dari sistem hukum
dan diilhami oleh Undang-undang Dasar 1945 nasional dalam pelaksanaan pemilu dan pilkada
sebagai konstitusi bangsa Indonesia yang di beberapa wilayah di Indonesia. Meskipun
berlindung di bawah Negara Kesatuan Republik noken merupakan hukum tidak tertulis, namun
Indonesia. Namun, karakteristik masing-masing keberadaan noken telah lama diyakini dan
daerah membutuhkan perlakuan yang berbeda dilaksanakan oleh masyarakat di beberapa
sesuai kebutuhan yang harus diperhatikan dan wilayah dengan kondisi geografis pegunungan
diberi saluran dan tempatnya di dalam sistem di Papua. Negara wajib mengakui kesatuan
hukum nasional Indonesia34. Pengembangan masyarakat adat dan kebudayaan dan tata cara
sistem hukum nasional tentunya diharapkan yang terkandung didalamnya, namun dalam
dapat merangkum semua golongan, kaum, pelaksanaan pemilihan umum seharusnya
suku, ras, agama sebagai bentuk pluralisme yang disesuaikan dengan peraturan perundang-
tertanam di dalam konsep Negara Kesatuan undangan terkait pemilu. Noken yang dilakukan
Republik Indonesia. Perangkuman tersebut ke dengan terlebih dahulu berkumpul dan
dalam pembangunan sistem hukum nasional bermusyawarah dalam menentukan pilihan
diharapkan mampu menciptakan sistem hukum merupakan kearifan lokal yang harus dipelihara
yang lebih baik lagi dalam kerangka ke-bhinneka dan dilindungi dalam sistem hukum nasional.
tunggal ika-an.
Noken merupakan bagian dari kearifan lokal
dalam demokrasi kemasyarakatan. Mahkamah
33
Oksep Adhayanto, “Perkembangan Sistem Hukum Nasional,” Jurnal Ilmu Hukum Volume 4 No. 2 Februari-Juli
(2014), hlm. 221, https://media.neliti.com/media/publications/9160-ID-perkembangan-sistem-hukum-
nasional.pdf (diakses 3 Januari 2019).
34
C.F.G Sunaryati Hartono, Ibid., hlm. 49.
35
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 47-48/PHPU.A-VI/2009 yang sesuai dengan Pasal 18B ayat (2) Undang
Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Implementasi Noken sebagai Hukum Tidak Tertulis dalam Sistem Hukum Nasional (Oly Viana Agustine) 81
Volume 8, Nomor 1, April 2019
digunakan sebagai salah satu sistem pemilu H.L.A. Hart, Positivism and the Separation of Law
yang sah di Indonesia. and Morals, 71 HARV. L. REV. 593 (1958). Dalam
Stephen E. Sachs, iTHe Unwritten Constitution
and Unwrittern Law, Sachs, Stephen E., The
Daftar Pustaka ’Unwritten Constitution’ and Unwritten Law
(October 21, 2013). University of Illinois Law
Buku
Review, Vol. 2013, No. 5, p. 1797. Available at
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian SSRN: https://ssrn.com/abstract=2360289
Hukum. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004). Jimly Asshiddiqie, Demokrasi dan Hak Asasi
C.F.G Sunaryati Hartono, Bhinneka Tunggal Ika Manusia, Materi yang disampaikan dalam
Sebagai Asas Hukum Bagi Pembangunan Hukum studium general pada acara The 1st National
Nasional, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006). Converence Corporate Forum for Community
Janedri M.Gaffar, Demokrasi Dan Pemilu Di Development, Jakarta, 19 Desember 2005.
Indonesia, (Jakarta: Konstitusi Press, 2013). Pekei, Titus. 2011. Cermin Noken Papua. Perspektif
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Kearifan Lokal Mata Budaya Papuani. Nabire:
(Jakarta: Rineka Cipta, revised edition, 2009). Ecology Papua Institut (EPI)- KEMENPEREK.
Lawrence M Friedman, The Legal System: A Social Sachs, Stephen E., The ’Unwritten Constitution’
Science Perspective, (New York: Russel Sage and Unwritten Law (October 21, 2013).
Foundation, 1975). University of Illinois Law Review, Vol. 2013, No.
Manan, Bagir, Dasar-Dasar Perundang undangan 5, p. 1797. Available at SSRN: https://ssrn.com/
Indonesia, (Jakarta: Hill. Co. 1992). abstract=2360289
Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Warami, Hugo, Noken Papua: Cermin, Transformasi,
Menegakkan Konstitusi, (Jakarta: LP3ES, 2006). dan Format Negosiasi Damai”] dalam Prosiding
Mudakir Iskandarsyah, Pengantar Ilmu Hukum dan Seminar Internasional Tradisi Lisan IX, Manado-
Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Sagung Seto, Bitung, 21-24 September 2014. Manado:
2008). Pemkot. Bitung – ATL Pusat.
Soetanto Soepiadhy, Undang-Undang Dasar 1945: Warami, Hugo. 2015 “Noken Demokrasi” dalam
Kekosongan Politik Hukum Makro, (Purwanggan, Prosiding Seminar Nasional Konsep dan
Kepel Press, 2004). Implementasi Sistem Demokrasi Pancasila
Sugihartatmo, Pedoman Pegusulan dan Pelindungan dalam Bidang Politik dan Ekonomi, Senin, 16
Warisan Budaya Takbenda. (Jakarta: Maret 2015. Manokwari: UNIPA-SETJEND MPR
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan RI.
Rakyat, 2010).
Wolfgang Friedmann, Legal Theory, (New York: Internet
Columbia University Press, 1970)
David Jenkins dalam “From Unwritten to Written:
Transformation in The British Common-Law
Makalah/Artikel/Laporan/Hasil Penelitian
Constitution” diakses dalam https://heinonline.
Anggoro Cahyadi dkk, 2013, Modul Pengembangan org/HOL/LandingPage?handle=hein.journals/
Muatan Lokal Noken, Direktorat Internalisasi vantl36&div=41&id=&page (diakses 21 Maret
Nilai dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal 2019)
Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Hasan B. Musad, Rekonstruksi Hukum Pemilihan
Kebudayaan. Umum dengan Sistem Noken dalam Pemilihan
Irmayanti Meliono, Understanding the Nusantara Presiden dan Wakil Presiden Republik Indone-
Thought and Local Wisdom as an Aspect of the sia di Papua dalam http://digilib.unhas.ac.id/
Indonesian Education, Tawarikh International uploaded_files/temporary/DigitalCollection/
Journal for Historical Studies, Volume 2, No. ZjcyMDA3ZmRmNzQyNTE3MzhlMzJjMjllZD-
2, 2011, hlm. 223, dalam Meliono, Irmayanti. JlNGU0M2NhNTFiODdiMg==.pdf hlm. 183-184
(2009). “Wajah Kebudayaan Indonesia di Antara (diakses 3 Januari 2019)
Realitas dan Utopia”. Paper presented at the Oksep Adhayanto, Perkembangan Sistem Hukum
Seminar Wajah Kebudayaan Indonesia, DRPM Nasional, Jurnal Ilmu Hukum Volume 4 No. 2
UI, Depok, September 15. Februari-Juli 2014, hlm. 221 diakses https://
Implementasi Noken sebagai Hukum Tidak Tertulis dalam Sistem Hukum Nasional (Oly Viana Agustine) 83
Volume 8, Nomor 1, April 2019