Anda di halaman 1dari 37

Transfer Pricing

▪ Perlakuan khusus atas Aset Tak Berwujud


▪ Perlakuan khusus atas Jasa Intra-Grup
▪ Cost Contribution Arrangement (CCA)
Minggu, 12 Februari 2023
Curriculum Vitae
Nama : Aditya Rizki Bahari, S.E, S.H, BKP.

Tempat, Tgl Lahir : Brebes, 09 Februari 1993

Pendidikan Formal :
1. S1 Akuntansi Pajak – Universitas MH. Thamrin
2. S1 Hukum, STIH Dharma Andhiga, Bogor

Pendidikan Non Formal :


1. Advance Professional Certification in Transfer Pricing – IBFD (On Going)

Email : Aditya@taxflash.id
Hp : 0856-4190-8159

Pekerjaan :
1. 2022 - … Taxflash Nusantara Mandiri (Consultant, Director)
2. Mei 2021- Maret 2022 Taxindo Prime Consulting (Ass. Manager)
3. Januari 2016 – April 2021 Jakarta Strategic Consulting (Supervisor)

www. taxsign.id
Agenda
▪ Perlakukan khusus atas Aset Tak Berwujud
▪ Perlakukan Khusus atas Jasa Intra-Grup
▪ Cost Contribution Arrangement

www.
www. taxsign.id
taxsign.id
Intangible
OECD TP Guidlines

www. taxsign.id
Intra-Group Service
1. PER-22/PJ/2013

Intra-group service merupakan suatu aktivitas yang diberikan oleh


suatu pihak dalam suatu grup usaha yang memberikan manfaat bagi
satu atau lebih anggota lain dalam grup usahanya.
# Lampiran PER–22/PJ/2013

2. OECD TP Guidlines– Bab VIII

Ditujukan untuk penyedia jasa kepada partisipan namun tidak


menutup kemungkinan bahwa transaksi ini dapat menciptakan /
meningkatkan barang tidak berwujud

www. taxsign.id
Cost Contribution Arrangement

www. taxsign.id
Cost Contribution Arrangement
PER-32/PJ/2011 – Pasal 17A

1. Kesepakatan Kontribusi Biaya (Cost Contribution Arrangements) adalah kesepakatan


yang dibuat oleh para pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa untuk berbagi risiko
dari mengembangkan, menghasilkan atau mendapatkan aset, jasa atau hak, dan
untuk menentukan fungsi dan peranan para pihak dalam kesepakatan atas aset, jasa atau
hak dimaksud.
2. Para pihak dalam Kesepakatan Kontribusi Biaya (Cost Contribution Arrangements) berhak
untuk mendapatkan manfaat pelaksanaan Kesepakatan Kontribusi Biaya (Cost Contribution
Arrangements) sebagai pemilik efektif (effective owners).
3. Dalam hal terdapat Kesepakatan Kontribusi Biaya (Cost Contribution Arrangements),
maka kontribusi biaya antara para pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa harus
sama dibandingkan dengan kontribusi biaya dalam kesepakatan yang dilakukan antara pihak-
pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa.

www. taxsign.id
Hal-Hal Khusus Terkait
Penerapan ALP
Cfm. PER-22/PJ/2013

1. Penerapan ALP atas Transaksi Intra-Grup Service


2. Penerapan ALP atas Transaksi Harta Tak Berwujud

www. taxsign.id
Hal-Hal Khusus Terkait Penerapan
ALP – Intra-Grup Service (1)
Cfm. PER-22/PJ/2013

1. Transaksi benar-benar terjadi

2. Manfaat Ekonomis

3 Nilai transaksi jasa yang dilakukan antara pihak afiliasi = nilai


transaksi jasa yang dilakukan antara pihak independen yang
mempunyai kondisi yang sebanding

www. taxsign.id
Contoh Intra-Group Service (1)
Cfm. PER-22/PJ/2013

www. taxsign.id
Hal-Hal Khusus Terkait Penerapan ALP –
Barang Tak Berwujud (2)
Cfm. PER-22/PJ/2013

1. Transaksi benar-benar terjadi

2. Manfaat Ekonomis

3. Nilai transaksi jasa yang dilakukan antara pihak afiliasi = nilai


transaksi jasa yang dilakukan antara pihak independen yang
mempunyai kondisi yang sebanding

www. taxsign.id
Contoh – Barang Tak Berwujud (2)
Cfm. PER-22/PJ/2013

www. taxsign.id
Perspektif OECD TPG 2022

Chapter I Chapter VI - X

Section D – Guidance for Applying the Arm’s Length VI. Special Considerations for Intangibles
Principle:
VII. Special Considerations for Intra-Group Services
D.1 – Identifying the commercial or financial relations:
VIII. Cost Contribution Arrangements (CCA)
❖ D.1.1 – Contractual Terms
IX. TP aspects of Business Restructurings
❖ D.1.2 – Functions performed by each entity
❖ D.1.3 – Characteristics of the property transferred, or X. TP aspects of Financial Transactions
services rendered
❖ D.1.4 – Economic Circumstances
❖ D.1.5 – Business Strategy
D.2 – Recognition of accurately delineated transaction

www. taxsign.id
Jika Dibandingkan Dengan PMK-22/2020

Chapter VI – X OECD TPG Pasal 14 ayat (2) PMK-22/2020

VI. Special Considerations for Intangibles a. transaksi jasa


VII. Special Considerations for Intra-Group Services b. transaksi terkait penggunaan atau hak menggunakan
VIII. Cost Contribution Arrangements (CCA) harta tidak berwujud
IX. TP aspects of Business Restructurings c. transaksi terkait biaya pinjaman
X. TP aspects of Financial Transactions d. transaksi terkait pengalihan harta
e. restrukturisasi usaha
f. kesepakatan kontribusi biaya

www. taxsign.id
Perspektif PMK-22/2020
Pasal 14 ayat (1)
Penerapan PKKU untuk transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa tertentu harus
dilakukan dengan tahapan pendahuluan dan tahapan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (2)

Pasal 14 ayat (2) – (8)


Berisi jenis transaksi yang harus diterapkan tahapan pendahuluan, serta bentuk-
bentuk tahapan pendahuluan untuk masing-masing transaksi tersebut

Pasal 14 ayat (9)


Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat membuktikan Transaksi yang Dipengaruhi Hubungan
Istimewa tertentu berdasarkan tahapan pendahuluan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Transaksi yang Dipengaruhi Hubungan Istimewa tersebut tidak memenuhi PKKU….

Asas Actori Incumbit Onus Probandi


Siapa yang mendalilkan, maka dialah yang harus membuktikan

www. taxsign.id
Transaksi Jasa
(INTRA-GROUP SERVICES)
Pasal 14 ayat (3): Tahapan pendahuluan untuk transaksi jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a meliputi pembuktian bahwa jasa tersebut:

a. b. c. d. e. f. g. h.
Rendered? Benefit Test Benefit Test Shareholder Passive Duplication Incidental On-Call Services
Activity Association Test? Benefits

Secara nyata Dibutuhkan Memberikan Bukan merupakan Bukan merupakan Bukan merupakan Bukan merupakan dalam hal jasa siaga (on call
telah diberikan oleh manfaat aktivitas untuk aktivitas yang duplikasi atas jasa yang services), bukan merupakan jasa
oleh pemberi penerima jasa ekonomis kepada kepentingan memberikan manfaat kegiatan yang telah memberi manfaat yang dapat diperoleh segera dari
jasa dan penerima jasa pemegang saham kepada suatu pihak dilaksanakan sendiri insidental pihak yang independen tanpa
diperoleh semata- mata karena oleh Wajib Pajak adanya perjanjian siaga (on call
penerima jasa pihak tersebut contract) terlebih dahulu
menjadi bagian dari
grup usaha

www. taxsign.id
Transaksi Jasa
(INTRA-GROUP SERVICES)
Beberapa catatan penting dari OECD TPG

Para.7.2. It is not in the interests of an MNE group to incur costs unnecessarily, and it is in the interest of an
MNE group to provide intra-group services efficiently

Para.7.2. Application of the guidance in this chapter should ensure that services are appropriately
identified, and associated costs appropriately allocated

Para.7.6. If the activity is not one for which the independent enterprise would have been willing to pay
or perform for itself, the activity ordinarily should not be considered as an intra-group service under the
arm’s length principle

Para.7.8. Some intra-group services are performed by one member of an MNE group to meet an
identified need of one or more specific members of the group

Para.7.8. It is essential, however, that reliable documentation is provided to the tax administrations
to verify that the costs have been incurred by the service provider

www. taxsign.id
Penggunaan Atau Hak Menggunakan
Harta Tidak Berwujud (INTANGIBLES)
Pasal 14 ayat (4): Tahapan pendahuluan untuk transaksi terkait penggunaan atau hak menggunakan harta
tidak berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi pembuktian atas:

a. b. c. d. e.
Identification Identification Value Legal Owner Economic
Owner
Keberadaan Jenis harta Nilai harta tidak Pihak yang memiliki Pihak yang memiliki harta
(eksistensi) harta tidak berwujud berwujud harta tidak berwujud tidak berwujud secara
tidak berwujud secara legal ekonomis
secara ekonomis
dan secara legal

www. taxsign.id
Penggunaan Atau Hak Menggunakan
Harta Tidak Berwujud (INTANGIBLES)
Pasal 14 ayat (4): Tahapan pendahuluan untuk transaksi terkait penggunaan atau hak menggunakan harta tidak
berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi pembuktian atas:

f. g. h.
Utilisation D.E.M.P.E* Economic Benefit

Penggunaan atau hak untuk Pihak-pihak yang berkontribusi Manfaat ekonomis yang
menggunakan harta tidak dan melakukan aktivitas diperoleh pihak yang
berwujud pengembangan, peningkatan, menggunakan harta tidak
pemeliharaan, proteksi, dan berwujud
eksploitasi

*In UN TP Manual called D.A.E.M.P.E (Development, Acquisition, Enhancement, Maintenance, Protection, Exploitation)

www. taxsign.id
Penggunaan Atau Hak Menggunakan Harta
Tidak Berwujud (INTANGIBLES)
Beberapa catatan penting dari OECD TPG

Para.6.6. The word “intangible” is intended to address something which is not a physical asset or a financial asset,
which is capable of being owned or controlled for use in commercial activities, and whose use or transfer would be
compensated had it occurred in a transaction between independent parties in comparable circumstances

Para.6.13. The guidance contained in this chapter is intended to address transfer pricing matters exclusively. It is
not intended to have relevance for other tax purposes

Para.6.16. & Glossary - Marketing Intangible: An intangible that relates to marketing activities, aids in the
commercial exploitation of a product or service and/or has an important promotional value for the product
concerned.
Trade Intangible: An intangible other than a marketing intangible.

Para.6.18. – 6.20: Patents, Know-How & Trade Secrets, Trademarks, Trade Names & Brands, Rights under contracts
or government licenses, Licenses and similar limited rights in intangibles, Goodwill & Ongoing Concern Value, Group
Synergies (Not Intangibles), Market Specific Characteristics (Not Intangibles)

www. taxsign.id
Kesepakatan Kontribusi Biaya
(COST CONTRIBUTION ARRANGEMENT)
Pasal 14 ayat (8): Tahapan pendahuluan untuk kesepakatan kontribusi biaya sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf f meliputi pembuktian bahwa kesepakatan kontribusi biaya tersebut:

a. dibuat sebagaimana b. dibutuhkan oleh pihak yang c. memberikan manfaat


kesepakatan antara pihak- melakukan kesepakatan ekonomis kepada pihak yang
pihak independen melakukan kesepakatan

www. taxsign.id
Kesepakatan Kontribusi Biaya
(COST CONTRIBUTION ARRANGEMENT)
Beberapa catatan penting dari OECD TPG

Para.8.3. (Definition) – A CCA is a contractual arrangement among business enterprises to share


the contributions and risks involved in the joint development, production or the obtaining of
intangibles, tangible assets or services with the understanding that such intangibles, tangible
assets or services are expected to create benefits for the individual businesses of each of the
participants.

A CCA is a contractual arrangement rather than necessarily a distinct juridical entity or fixed
place of business of all the participants.

Para.8.10 (Types) – There are two types of CCA:

Development CCAs – Those established for the joint development, production or the
obtaining of intangibles or tangible assets

Services CCAs – Those established for the joint development, production or the obtaining
of services

www. taxsign.id
Kesepakatan Kontribusi Biaya
(COST CONTRIBUTION ARRANGEMENT)
Beberapa catatan penting dari OECD TPG – Cara mengidentifikasi CCA

a. Daftar participants f. Bentuk pemanfaatan atas manfaat ekonomi yang kelak akan
dihasilkan (misalnya Intangibles)
b. Daftar pihak afiliasi lainnya yang akan ikut bergabung
atau diharapkan akan memanfaatkan hasil kerja dari CCA
g. Bentuk dan nilai kontribusi dari masing-masing pihak CCA

c. Cakupan aktivitas CCA, serta mekanisme pengawasan


h. Pengalokasian tugas dan tanggung jawab masing-masing
dan managemen aktivitas CCA
pihak CCA, serta mekanisme pengawasannya

d. Durasi CCA
i. Mekanisme dan Konsekuensi pihak yang baru bergabung
(Buy In) atau pihak yang keluar (Buy Out) dari CCA
e. Proporsi manfaat eknomis yang diharapkan masing-
masing, beserta proyeksi nilai manfaatnya
k. Mekanisme Balancing Payment

www. taxsign.id
Studi Kasus – Putusan MA

PUTUSAN Mahkamah Agung Nomor 86/B/PK/PJK/2015PUTUSAN


Mahkamah Agung Nomor 86/B/PK/PJK/2015
(untuk selanjutnya disebut Putusan Mahkamah Agung)

• putusan terkait dengan sengketa Pajak Penghasilan Pasal 26 (PPh


Pasal 26) atas pembayaran jasa teknik oleh PT ABC kepada XYZ Co,
perusahaan yang merupakan subjek pajak Amerika Serikat.

www. taxsign.id
INDONESIA AMERIKA

PT ABC
Jasa Teknik
XYZ Co

Pemegang Saham:
XYZ Co SINGAPURA
Jasa Teknik
ABC Pte Ltd

Notes:
XYZ Co selaku pemegang saham PT ABC memberikan Jasa Teknik (Strategis)
Kepada PT ABC
ABC Pte Ltd memberikan Jasa Teknik (Operasional) Kepada PT ABC

www. taxsign.id
Pasal 8 ayat (1)
P3B Indonesia dan Amerika Serikat
tentang laba usaha (business profit)

“Business profits of a resident of one of the Contracting States shall be exempt from tax by the other Contracting State
unless such resident carries on business in that other Contracting State through a permanent establishment situated
therein. If such resident carries on business as aforesaid, tax may be imposed by that other Contracting State on the
business profits of such resident but only on so much of such profits as are attributable to the permanent establishment or
are derived from sources within such other Contracting State from sales of goods or merchandise of the same kind as those
sold, or from other business transactions of the same kinds as those effected, through the permanent establishment.”

Terjemahan:

Laba usaha penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan akan dibebaskan dari pengenaan pajak oleh
Negara pihak pada Persetujuan lainnya kecuali penduduk tersebut menjalankan usaha di Negara pihak pada
Persetujuan lainnya itu melalui suatu bentuk usaha tetap yang berada di sana. Jika penduduk tersebut menjalankan
usaha seperti tersebut di atas, pajak dapat dikenakan oleh Negara pihak pada Persetujuan lainnya itu atas laba
usaha penduduk tersebut, tetapi hanya atas laba yang berasal dari bentuk usaha tetap atau yang diperoleh dari
sumber-sumber di Negara pihak lainnya pada Persetujuan tersebut. dari penjualan barang-barang atau barang
dagangan yang sejenis dengan yang dijual, atau dari transaksi-transaksi usaha lain yang sejenis dengan yang
dilakukan melalui bentuk usaha tetap.

www. taxsign.id
Pasal 8 ayat (1)
P3B Indonesia dan Amerika Serikat
tentang laba usaha (business profit)

Menurut PT ABC hak untuk memajaki transaksi pembayaran imbalan jasa teknik
kepada XYZ Co secara eksklusif diberikan kepada Amerika Serikat dikarenakan tidak
terdapat Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia. Ketentuan ini sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 8 ayat (1) P3B Indonesia dan Amerika Serikat tentang laba usaha
(business profit).

www. taxsign.id
Pasal 8 ayat (1)
P3B Indonesia dan Amerika Serikat
tentang laba usaha (business profit)

Peninjauan
SKPKB Keberatan Banding
Kembali

Th 2010, DJP menerbitkan PT ABC kemudian PT ABC mengajukan Wajib mengajukan


SKPKB pph pasal 26 FY 2008 mengajukan permohonan permohonan banding permohonan peninjauan
atas imbalan jasa Teknik yang keberatan pada tahun 2010. kepada Pengadilan Pajak. kembali Mahkamah Agung.
dianggap dividen terselubung. Namun, DJP menolak Namun dalam putusannya, Pada Juni 2015, Majelis
Dengan Alasan: permohonan keberatan Majelis menolak Hakim Agung memberikan
DJP tidak meyakini eksistensi tersebut. permohonan banding putusan untuk mengabulkan
transaksi tersebut karena jasa karena tidak terdapat permohonan PK yang
tersebut dinilai bersifat bukti-bukti yang diajukan PT ABC.
duplikasi dengan jasa yang menunjukkan penyerahan
diberikan oleh pihak afiliasi di (eksistensi) jasa teknik.
singapura (ABC pte ltd).
DJP juga meyakini bahwa jasa
ini hanya bertujuan untuk
memenuhi kepentingan
pemegang saham.

www. taxsign.id
Pendapat PT ABC
dalam proses pada Peninjauan Kembali (PK)
di Mahkamah Agung
Putusan Pengadilan Pajak (Putusan PP) tidak sesuai dengan penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf ‘g’ UU PPh
tentang dividen tersebung karena tidak terdapat kelebihan pembayaran imbalan jasa teknik kepada pemegang
saham.

Tahun 2008, PT ABC mengalami kerugian yang mengakibatkan posisi saldo laba perusahaan negatif. Sesuai
Pasal 71 ayat (3) UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) bahwa dividen hanya dapat
dibagikan apabila perusahaan memiliki saldo laba positif. Oleh sebab itu, PT ABC tidak dapat membagikan
dividen kepada pemegang saham
PERTAMA

PT ABC telah menyampaikan bukti terkait eksistensi dan manfaat dari jasa teknik. Jasa teknik ini tidak bersifat
duplikasi. DJP menganggap bahwa terdapat duplikasi jasa antara jasa yang diberikan oleh XYZ Co dan ABC Pte
Ltd. Hal ini didasari dengan ‘kesamaan nama jasa’ dalam perjanjian jasa teknik.
Menurut PT ABC, terdapat perbedaan signifikan atas kedua jasa teknik tersebut. Jasa teknik yang diberikan
oleh XYZ Co berupa asistensi yang bersifat strategis untuk efisiensi pengelolaan hotel secara global. Misalnya,
kebijakan brand, image dan control, teknologi, dan kebijakan pengembangan bisnis baru secara global. Di lain
pihak, jasa teknik dari ABC Pte Ltd lebih bersifat operasional. Misalnya, kebijakan finansial perusahaan, rencana
pengembangan bisnis secara regional, dan pelatihan karyawan.

Jasa teknik juga tidak termasuk jasa yang bertujuan untuk kepentingan pemegang saham karena wajib
pajak telah menerima manfaat jasa tersebut dalam rangka memaksimalkan penghasilan perusahaan.

www. taxsign.id
Pendapat PT ABC
dalam proses Pada Peninjauan Kembali (PK)
di Mahkamah Agung
Putusan PP tidak memenuhi ketentuan Pasal 78 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak (UU PP) yang mengatur bahwa putusan harus diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian,
peraturan perundang-undangan perpajakan, dan keyakinan hakim.

Selama proses persidangan, wajib pajak telah menyampaikan dokumen-dokumen, seperti, perjanjian jasa
teknik, perjanjian sublisensi, rekapitulasi pembayaran jasa, bukti tagihan (invoice), rekening koran, general
KEDUA

ledger, dan surat keterangan dari auditor independen terkait pemenuhan kewajaran transaksi. Adapun dalam
putusannya, Majelis Hakim Pengadilan Pajak tidak memberikan penjelasan tentang bukti yang tidak disetujui
selama persidangan.

sengketa serupa untuk Tahun Pajak 2003 dan 2006 telah diputus sebelumnya oleh Pengadilan Pajak. Hasil
putusan menyatakan bahwa pembayaran imbalan jasa teknik kepada XYZ Co dapat dibebankan sebagai
pengurang penghasilan bruto. Perbedaan hasil putusan ini menyebabkan ketidakpastian hukum dan tidak
mencerminkan rasa keadilan bagi wajib pajak.

www. taxsign.id
Pertimbangan Mahkamah Agung
Majelis Hakim Agung mengabulkan seluruh
permohonan PK yang dilakukan oleh wajib pajak
karena Majelis Hakim dapat meyakini kebenaran
alasan-alasan yang telah disampaikan.
MAHKAMAH AGUNG
Majelis Hakim Agung berpendapat bahwa
pembayaran jasa teknik tersebut tidak dapat
dikategorikan sebagai dividen terselubung sesuai
dengan Pasal 11 ayat (4) P3B Indonesia dan
Amerika Serikat. Dengan demikian, pendapat
Majelis Hakim Agung tersebut menggugurkan
berbagai fakta, bukti, dan pertimbangan hukum
selama proses persidangan yang diputus oleh
Majelis Pengadilan Pajak.

www. taxsign.id
Analisis
Majelis Hakim Mahkamah Agung
Jasa teknik yang diterima oleh wajib pajak termasuk salah satu contoh jasa intra-grup. Hingga saat ini, pengujian
eksistensi dan manfaat dari transaksi jasa intra-grup sering menjadi isu pada saat proses pemeriksaan transfer
pricing yang pada akhirnya berakhir pada sengketa pajak, tak terkecuali di Indonesia.

Sengketa perpajakan terkait transfer pricing seringkali lebih bersifat sengketa terkait fakta ketimbang terkait
peraturan (Septriadi, 2017).

Dalam memutuskan sengketa a quo, Majelis Hakim Agung tidak menjelaskan secara rinci tentang alasan
dikabulkannya permohonan ini.

Majelis Hakim Agung menggunakan Pasal 11 ayat (4) P3B Indonesia dan Amerika Serikat.

Sengketa jasa teknik ini tidak termasuk dalam definisi aturan tersebut. Pasal 11 ayat (4) P3B Indonesia dan Amerika
Serikat mengatur tentang branch profit tax apabila terdapat BUT di negara sumber.

www. taxsign.id
Analisis
Majelis Hakim Mahkamah Agung
Putusan Mahkamah Agung belum ‘menyentuh’ perkara hukum terhadap substansi dari sengketa jasa teknik.
Artinya, Putusan PP belum memuat alasan-alasan tentang bukti yang diterima atau ditolak oleh Majelis Hakim
Agung.

Apabila Majelis Hakim Agung memutus sengketa dengan alasan Putusan PP belum memuat alasan yang tepat,
Putusan Mahkamah Agung setidaknya akan memberikan kepastian hukum bagi wajib pajak tentang bukti yang
ditolak atau diterima oleh Majelis Hakim Agung.

www. taxsign.id
Pendapat
Majelis Hakim Mahkamah Agung
1. Berdasarkan prinsip substance over form terkait dengan ‘kesamaan nama jasa’
dalam perjanjian jasa teknik antara pemegang saham dan pihak afiliasi, tidak dapat
dijadikan acuan bahwa jasa yang diberikan secara substansi bersifat ‘identik’.
Majelis Hakim Agung tentunya dapat menjelaskan bahwa suatu kontrak tidak
sepatutnya dibaca secara tekstual semata. Oleh karena itu, pemahaman dan
penelusuran atas tujuan transaksi yang dilakukan oleh antarentitas grup usaha
harus pula menjadi bagian dari penafsiran suatu kontrak (Yuki, 2020).

2. Untuk menguji apakah suatu jasa intra-grup yang diberikan secara substansi
bersifat ‘identik’, Pengadilan Pajak seharusnya telah meneliti bukti-bukti
pendukung untuk meyakini adanya eksistensi jasa bersangkutan (Tulisan
selengkapnya dapat dibaca di sini). Dalam hal ini, hakim mempunyai
kewajiban untuk mengungkapkan bukti mana yang diterima atau ditolak,
penjelasan mengapa bukti tersebut diterima atau ditolak, dan penjelasan
bagaimana temuan atas suatu fakta mempengaruhi kesimpulan akhir
(Pungkasan dan Jabanto, 2020).

www. taxsign.id
Pendapat
Majelis Hakim Mahkamah Agung
3. Putusan Mahkamah Agung juga dapat menegaskan bahwa opini
dari auditor independen terkait dengan transaksi jasa intra-grup
suatu entitas menjadi bagian ‘penting’ dalam pembuktian
kewajaran transaksi tersebut (Tulisan selengkapnya dapat dibaca di
sini). Artinya, dokumen yang merupakan opini pihak ketiga pun
dapat menjadi penguat dari bukti-bukti tentang suatu kewajaran
transaksi transfer pricing atas jasa intra-grup (UN TP Manual, 2017).

4. Majelis Hakim Agung mempunyai kesempatan untuk menemukan


fakta ada atau tidaknya “ratio decidendi” dalam Putusan PP
terdahulu yang dapat dipertimbangkan oleh Majelis Hakim Agung
(Jabanto, 2020). Dengan kata lain, Majelis Hakim Agung dapat
menjelaskan bahwa Putusan PP terdahulu (Tahun Pajak 2003 dan
2006) merupakan sengketa fakta ‘murni’ sehingga tidak memiliki
relevansi dengan fakta pada perkara ini (Tahun Pajak 2008).

www. taxsign.id
Q&A

www. taxsign.id
Terima kasih
Ruko Viktorian Bintaro blok BB10
+62 859-2934-8595 admin@taxsign.id
Bintaro, Tangerang Selatan 15225

Anda mungkin juga menyukai