Kadek Fajar Edy Putra Dewantara - Proposal Usulan Skripsi
Kadek Fajar Edy Putra Dewantara - Proposal Usulan Skripsi
i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
ii
ANALISA KELAYAKAN EKONOMI TERHADAP PERENCANAAN PLTM
TAMBLANG DI BENDUNGAN TAMBLANG, DESA SAWAN, KECAMATAN
SAWAN KABUPATEN BULELENG
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
iv
DAFTAR ISI
v
3.2.2 Jenis Data .............................................................................................. 38
3.2.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 38
3.3 Tahapan Penelitian..................................................................................... 38
3.4 Analisis Data ............................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 41
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR SINGKATAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
11
12
1. Penelitian ini masih bersifat proyek yang direncanakan, sehingga proyek ini
masih dalam tahap perencanaan dan analisa dengan pendekatan teknis dan
ekonomi secara teoritis.
2. Bendungan Tamblang merupakan bendungan yang masih dalam tahap finalisasi
proyek, namun potensi bendungan untuk PLTM Tamblang sudah diketahui.
3. Penelitian ini berfokus pada analisa kelayakan proyek PLTM Tamblang dengan
menggunakan analisa teknis terkait struktur bangunan, serta analisa ekonomi
menggunakan parameter NPV, BCR, PP, IRR dan perhitungan cashflow
berdasarkan biaya investasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
15
16
pinjaman tanpa bunga atau hibah dari pemerintah/donor, dengan nilai BCR yaitu 2,96
dan NPV sebesar 241.829.000.
Kajian yang dilakukan oleh Wibowo dkk, 2015 terkait perencanaan PLTMH di
Sungai Lematang, Kota Pagar Alam yang dilakukan secara teknis dan secara ekonomi
menjelaskan potensi PLTMH di sungai Lematang berdasarkan kondisi geografis dan
iklim Kota Pagar Alam. Metode penelitian ini menggunakan metode Mock dengan data
curah hujan dan evapotranspirasi potensial untuk kemudian dilakukan perhitungan
dalam menentukan debit ketersediaan air dengan metode Penman Modifikasi. Selain
kajian teknis, dilakukan juga kajian menggunakan analisis ekonomi melalui parameter
NPV, BCR, Payback Period, dan IRR. Berdasarkan hasil penelitian kelayakan
investasi, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1 Milyar, nilai BCR sebesar 1,078, Payback
Period atau periode pengembalian yang akan diperoleh dalam kurun waktu 7,203 tahun
dan nilai IRR sebesar 9,50 %, dengan membandingkan data tersebut dengan
persyaratan kelayakan PLTMH, perencanaan PLTM di Sungai Lematang, Kota Pagar
Alam termasuk layak investasi.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Arini dkk, 2015 dengan melakukan studi
kelayakan ekonomi di PLTA Kalibeber, Kabupaten Wonosobo. Dengan menggunakan
metode deskriptif kuantitatif, kelayakan investasi PLTA Kalibeber ditentukan dengan
pendekatan NPV, BCR, dan IRR. Dengan biaya investasi sebesar Rp 58.547.804.000,
diketahui harga jual produksi energi selama setahun adalah Rp 10.463.342, diperoleh
revenue atau pendapatan per tahun senilai Rp 9.023.412.000, sedangkan biaya
operasional dan pemeliharaan per tahunnya tercatat sebesar 914.489.021, biaya
depresiasi sebesar Rp 1.951.593.000, biaya retribusi air dan pelumas masing-masing
Rp 256.347.000 dan Rp 837.067.000 serta pajak senilai Rp 1.519.174.000, analisa
manfaat bersih per tahunnya diperoleh sebesar 3.544.740. Berdasarkan data dan hasil
penelitian tersebut, diperoleh NPV < 0 sebesar Rp 73.156.781.000 dengan BCR sebesar
0,241 (BCR<1,0) dan IRR sebesar 63,48 %, dapat disimpulkan bahwa perencanaan
pembangunan PLTA Kalibeber tidak layak investasi secara ekonomi, untuk mencapai
titik pengembalian diperlukan subsidi sebesar Rp 11.141.777.750 selama 30 tahun.
17
m3/s dan head setinggi 3,08 m, dengan potensi energi yang dihasilkan dari perencanaan
PLTMH sebesar 1,36 kW. Berdasarkan hasil analisis menggunakan software
TURBNPRO 3.0, dengan perhitungan teknis menggunakan yang diperoleh, turbin
yang dipilih dan cocok digunakan adalah turbin jenis kincir/pelton karena dinilai paling
efektif dan eifisien. Kemudian hasil analisis ekonomi menunjukkan proyeksi biaya
investasi untuk PLTMH sungai Kejawar adalah senilai Rp 31.699.531, untuk nilai NPV
diperoleh berdasarkan perhitungan penerimaan dan pengeluaran selama 10 tahun
dengan melihat cashflow serta mencari discount factor pada tahun ke-2 hingga tahun
ke-10, sehingga diperoleh nilai NPV sebesar Rp 37.063.244.00 (NPV>0) yang
menunjukkan proyek tersebut layak investasi. Untuk nilai BCR diperoleh berdasarkan
perbandingan penerimaan dan pengeluaran adalah senilai 2,1 (BCR > 1) sehingga
proyek tergolong layak investasi, dan berdasar hasil perhitungan nilai akumulasi
cashflow selama 10 tahun, payback period dapat diperoleh dalam jangka waktu 3,46
tahun atau 3 tahun 55 bulan, kemudian IRR diperoleh berdasarkan hasil perhitungan
NPV dengan suku bunga yang digunakan adalah 34 % dan merujuk pada cashflow
dengan discount factor 34 %, diperoleh nilai IRR adalah sebesar 33,6 % yang artinya
proyek ini tergolong layak investasi dan profit.
juga masih cukup tinggi, sedangkan kenyataannya potensi energi baru terbarukan
cukup melimpah, namun belum dimanfaatkan secara optimal (Wijaya, Windarto and
Karnoto, 2012). Maka dari itu, peningkatan porsi pemanfaatan energi terbarukan akan
ditingkatkan sesuai yang ditetapkan pada Kebijakan Energi Nasional untuk kebutuhan
energi jangka panjang, serta meningkatkan peran energi baru terbarukan dengan target
25 % pada tahun 2025 (Vries, Conners and Jaliwala, 2011).
Contoh dari pembangkit listrik energi baru terbarukan antara lain PLTS atau
panel surya, turbin PLTB, pembangkit listrik tenaga biomassa, pembangkit listrik
geothermal, dan pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM).
Jenis pembangkit listrik tenaga air ditentukan berdasarkan klasifikasi dan kriteria
sebagai berikut :
A. Berdasarkan beda ketinggian (head) :
1. Head tinggi, dengan beda ketinggian lebih dari 100 meter.
2. Head menengan, dengan beda ketinggian antara 30-100 meter.
3. Head rendah, dengan beda ketinggian antara 2-30 meter.
Keterangan :
Q = Debit saluran air (m3/s)
Cv = koefisien kecepatan
b = lebar mercu (m)
h = kedalaman air di hulu terhadap permukaan bangunan ukur (m)
Cd = koefisien debit
g = percepatan gravitasi (m/s2)
D. Pemilihan Turbin
Pemilihan jenis turbin sangat penting dalam perencanaan sebuah PLTM. Dalam
memilih turbin, parameter yang harus diperhatikan antara lain kelebihan dan
25
kekurangan jenis turbin tertentu, serta beda ketinggian efektif atau net head dan
debit air yang tersedia menjadi faktor utama dalam pemilihan jenis turbin yang
akan digunakan (Harto Jawadz dkk, 2019).
Jenis-jenis turbin yang dapat dipilih berdasarkan klasifikasi sebagai berikut ini
(Vries dkk, 2011) :
1. Turbin Reaksi
Merupakan jenis turbin yang bekerja dengan kondisi terendam penuh
didalam air, sehingga head bekerja efektif di setiap sisi turbin dengan
tekanan dorong dan tekanan hisap.
a. Turbin Francis
Strukturnya terdiri dari runner yang terendam penuh dalam air dengan
deretan bilah melengkung, serta regulasi alirannya dioperasikan melalui
deretan bilah yang dapat diatur sendiri. Turbin ini dioperasikan dengan
tinggi head diatas 25 meter dan dibawah 350 meter. Keuntungan turbin
ini antara lain dari segi operasional yang handal (reliable), konstruksi
struktur yang sederhana serta efisiensi yang sangat baik. Kekurangan
dari turbin ini adalah tidak bisa dioperasikan pada head saluran air yang
tinggi.
b. Turbin Propeler/Kaplan
Merupakan jenis turbin dengan struktur bilah berbentuk radial seperti
gerbang kecil untuk mengatur aliran air. Turbin ini memiliki blade yang
dapat diatur dan disesuaikan melalui gerbang kecil sehingga
menghasilkan efisiensi yang baik pada aliran airnya.
Turbin ini beroperasi pada head dengan ketinggian antara 3 meter
hingga 40 meter. Keuntungan turbin ini adalah dapat berputar dengan
kecepatan tinggi pada head yang rendah, serta efisiensi yang tinggi.
Kerugian nya adalah biaya yang cukup tinggi dari segi pemeliharaan dan
investasi, dan tidak cocok dengan aliran air yang memiliki head tinggi.
2. Turbin Impuls
Di dalam turbin ini, air akan mengalir di bawah tekanan dengan melewati
pisau turbin. Setelah itu, tidak akan ada energi yang tersedia dalam aliran
tersebut yang menimbulkan tidak adanya efek hisap pada turbin, dan tekanan
airnya tidak akan berubah karena mengalir lewat turbin.
a. Turbin Crossflow
Saat air masuk ke dalam turbin, baling-baling yang terletak di hulu
runner akan mengarahkan aliran air melintasi turbin sebanyak dua kali
27
b. Turbin Pelton
Turbin ini terdiri dari beberapa ruang penampungan untuk menampung
aliran air, dan jumlah nya meningkat seiring kondisi arus air yang tinggi.
Turbin ini tergolong efisien dengan beroperasi pada head antara
ketinggian 50 meter hingga 1000 meter, namun membutuhkan sistem
aliran air yang rendah.
Keuntungan turbin ini adalah konstruksi nya yang solid, stabil dan
mudah dalam pengoperasiannya, sedangkan kerugiannya adalah tidak
bisa beroperasi pada lokasi dengan head rendah, serta tidak cocok
beroperasi pada aliran air yang tinggi.
28
3. Turbin Pico
Picohidro merupakan tipe pembangkit listrik tenaga air dengan kapasitas
pembangkit kurang dari 5 kW. Pembangkit listrik ini ditujukan khusus untuk
konsumen dengan kebutuhan listrik yang sedikit, seperti perkampungan atau
kelompok tertentu, dan biasanya dipasang pada saluran irigasi atau sebuah
sungai kecil.
Keuntungan penggunaan sistem Picohidro antara lain sederhana dalam
pemasangannya, sistem handal (reliable), dan bisa terinterkoneksi langsung
dengan beban hingga 100 rumah dalam desa. Kerugiannya antara lain harus
membayar tarif daya listrik dan penjualan sistem ini sudah bersifat paket,
dan apabila terdapat kekurangan satu komponen saja harus menunggu
ketersediaan komponen tersebut.
Keterangan :
NPV : Net Present Value (Rp)
NB : Net Benefit = Benefiit – Cost
Bi : Benefit yang telah didiskon
Ci : Cost yang telah didiskon
n : tahun ke-
i : discount factor (%)
Syarat suatu proyek dapat dijalankan adalah nilai NPV harus lebih dari nol
(NPV > 0). Jika NPV < 0 maka proyek tidak layak untuk dijalankan.
Suatu proyek disebut layak investasi apabila memiliki nilai BCR > 1, dan
sebaliknya suatu proyek tidak dijalankan jika nilai BCR < 1.
Keterangan :
IRR = Internal Rate of Return (%)
NPV1 = Net Present Value dengan bunga tingkat rendah (Rp)
NPV2 = Net Present Value dengan bunga tingkat tinggi (Rp)
i1 = tingkat bunga rendah/pertama (%)
i2 = tingkat bunga tinggi/kedua (%)
1. Kas masuk, atau disebut cash inflow yaitu kas yang diperoleh dari kegiatan
transaksi yang masuk dan memperoleh keuntungan (penerimaan). Pemasukan
terdiri atas :
a. Hasil penjualan usaha
b. Penjualan aktiva tetap
c. Penerimaan berupa sewa atau pendapatan lain.
2. Kas keluar, atau disebut cash outflow yaitu kas yang diperoleh dari kegiatan
transaksi yang keluar atau pengeluaran. Pengeluaran terdiri atas :
a. Pengeluaran biaya produksi, gaji karyawan dan pengeluaran pembelian.
b. Pembelian aktiva tetap
c. Pengeluaran untuk sewa, pajak, dividen, bunga, dan lain-lain.
proyek (Buyung dkk, 2019). Life Cycle Cost memiliki manfaat dalam evaluasi dan
pencarian solusi atas permasalahan tertentu, dengan tidak hanya memperhatikan biaya
awal proyek saja, namun berkaitan juga dengan biaya pemeliharaan, usia proyek dan
berbagai faktor lain seperti estetika dan faktor yang mempengaruhi nilai proyek
tersebut. Life Cycle Cost dapat dituliskan seperti di bawah ini :
Gambar 3.1 Lokasi Proyek Bendungan Tamblang Dilihat melalui Google Earth
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
37
38
ilmiah, skripsi, dan artikel ilmiah yang berkaitan dengan kajian mengenai PLTM yang
meliputi perencanaan, kajian teknis, kajian ekonomi, dan studi kelayakan investasi dari
proyek PLTM Tamblang.
yang bersumber dari data Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi Bali dengan
menganalisa curah hujan periode tahun 2022.
3. Melakukan kajian teknis seperti menentukan ketersediaan air, debit air, tinggi
head, menentukan daya pembangkit, pemilihan turbin, dan menentukan
konstruksi atau struktur rumah pembangkit.
4. Merancang dan memproyeksikan Rancangan Anggaran Biaya (RAB) kotor dari
proyek PLTM yang terdiri dari berbagai jenis komponen yang digunakan,
spesifikasi dan kuantitas, serta harga komponen yang digunakan.
5. Membuat Aliran Kas (cash flow) untuk memproyeksikan aliran kas masuk dan
keluar selama proyek berlangsung dengan periode yang telah ditentukan, yang
disusun berdasarkan catalog komponen PLTM beserta harganya.
6. Melakukan kajian ekonomi terkait kelayakan investasi proyek PLTM Tamblang,
dengan menentukan nilai Net Present Value (NPV), Benefit-Cost Ratio (BCR),
Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Life Cycle Cost (LCC), dan
Break Event Point (BEP) dari proyek tersebut.
7. Menentukan apakah proyek tersebut bersifat profit apabila dilanjutkan atau
malah merugikan dan tidak layak investasi jika tetap dilakukan atau dioperasikan
8. Menarik kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.
Mulai
Selesai
Kamagi, G. P. (2013) ‘Analisis Life Cycle Cost Pada Pembangunan Gedung (Studi
Kasus : Proyek Bangunan Rukan Bahu Mall Manado)’, Sipil Statik Vol.1 No.8,
1(juli 2013), pp. 549–556.
Mahfud and Nursyabani, P. azizah (2016) ‘Analisis Pengaruh Cash Flow, Fund Size,
Family Size, Expense Ratio, Stock Selection Ability dan Load Fee Terhadap
Kinerja Reksadana Saham Periode 2012-2014’, Diponegoro Journal Of
Management, 5(3), pp. 1–15.
Nunung Nurhayati and Ayu Diah Restiani (2019) ‘Peranan Net Present Value (Npv)
Dan Internal Rate of Retur (Irr) Dalam Keputusan Investasi Mesin’, Jurnal
Investasi, 5(1), pp. 12–23. doi: 10.31943/investasi.v5i1.15.
41
42
Sarip, S. et al. (2016) The Potential of Micro-Hydropower Plant for Orang Asli
Community in Royal Belum State Park, Perak, Malaysia.
Vries, P. de, Conners, M. and Jaliwala, R. (2011) ‘Buku Panduan Energi yang
Terbarukan’, Buku Panduan Energi Terbarukan, p. 106.
Wibowo, H., Daud, A. and Al Amin, M. B. (2015) ‘Kajian Teknis Dan Ekonomi
Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (Pltmh) Di Sungai
Lematang Kota Pagar Alam’, Cantilever, 4(1), pp. 34–41. doi:
10.35139/cantilever.v4i1.10.
zai, Niat, Rawati; Putri, Sri, Yuli, A. (2019) ‘Program Studi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Ekasakti Jln. Veteran Dalam No. 26 B, Padang (25113),
Indonesia’, Pareso Jurnal, 5(1), pp. 77–82.