Anda di halaman 1dari 44

USULAN SKRIPSI

ANALISA KELAYAKAN EKONOMI TERHADAP PERENCANAAN PLTM


TAMBLANG DI BENDUNGAN TAMBLANG, DESA SAWAN, KECAMATAN
SAWAN, KABUPATEN BULELENG

KADEK FAJAR EDY PUTRA DEWANTARA

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN
2022
USULAN SKRIPSI

ANALISA KELAYAKAN EKONOMI TERHADAP PERENCANAAN PLTM


TAMBLANG DI BENDUNGAN TAMBLANG, DESA SAWAN, KECAMATAN
SAWAN, KABUPATEN BULELENG

KADEK FAJAR EDY PUTRA DEWANTARA


NIM 1905541018

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN
2022

i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Kadek Fajar Edy Putra Dewantara


NIM : 1905541018
Tanda Tangan :
Tanggal :

ii
ANALISA KELAYAKAN EKONOMI TERHADAP PERENCANAAN PLTM
TAMBLANG DI BENDUNGAN TAMBLANG, DESA SAWAN, KECAMATAN
SAWAN KABUPATEN BULELENG

Skripsi Diajukan Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana S1


(Strata 1) pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Udayana

KADEK FAJAR EDY PUTRA DEWANTARA


NIM 1905541018

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN
2022

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

USULAN SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL....

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. I Nyoman Setiawan, MT. Ir. I Wayan Sukerayasa, MT.


NIP. 196312291991031001 NIP. 196411031991031001

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................... ii


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 11
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 11
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 13
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 13
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 13
1.5 Batasan Masalah......................................................................................... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................... 15
2.1 Tinjauan Mutakhir..................................................................................... 15
2.2 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 18
2.2.1 Pembangkit Listrik Energi Baru Terbarukan ........................................ 18
2.2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro .................................................. 19
2.2.3 Komponen PLTM ................................................................................. 21
2.2.4 Syarat Kelayakan PLTM ....................................................................... 22
2.2.5 Cash Flow ............................................................................................. 32
2.2.6 Life Cycle Cost ...................................................................................... 33
2.2.7 Break Event Point ................................................................................. 35
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 37
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 37
3.2 Sumber dan Jenis Data Penelitian ............................................................ 37
3.2.1 Sumber Data .......................................................................................... 37

v
3.2.2 Jenis Data .............................................................................................. 38
3.2.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 38
3.3 Tahapan Penelitian..................................................................................... 38
3.4 Analisis Data ............................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 41

vi
DAFTAR TABEL

vii
DAFTAR GAMBAR

viii
DAFTAR SINGKATAN

ix
DAFTAR LAMPIRAN

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumber daya air yang cukup
besar di setiap daerahnya, yang didukung dengan adanya sungai dan danau beserta
potensi didalamnya. Potensi sumber daya air yang besar mendorong pemanfaatan
sumber daya air untuk kehidupan, salah satunya adalah energi listrik. Pemanfaatan air
untuk energi listrik merupakan salah satu langkah dalam menerapkan energi
terbarukan, untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, yang dimana
penggunaannya masih cukup tinggi di Indonesia.
Menurut Ditjen SDA mengenai potensi air di Indonesia, dari hasil pemetaan
potensi air Indonesia mencapai 75,67 GW, dengan potensi untuk PLTMH adalah
sekitar 770 MW. Namun, dari sekian potensi yang ada, hanya beberapa saja yang baru
termanfaatkan dengan optimal, dimana pemanfaatan potensi air di Indonesia baru 4,2
GW saja, sedangkan untuk PLTMH sendiri hanya termanfaatkan sebesar 230 MW dari
potensi yang ada.
Di Provinsi Bali sendiri, menurut PT PLN Persero, potensi air untuk pemanfaatan
PLTMH mencapai angka 24,5 MW, namun hanya sekitar 3,4 MW yang baru
dimanfaatkan khususnya untuk PLTMH. Berdasarkan kondisi potensi air diatas, dapat
dilihat bahwa potensi air untuk pemanfaatan energi bersih baik di Indonesia dan
khususnya Provinsi Bali cukup melimpah, namun dengan pemanfaatan dan pemetaan
penggunaan sumber daya air yang masih tergolong sedikit. Maka dari itu, pemanfaatan
potensi air harus ditingkatkan, dan salah satu solusi nya adalah memperbanyak
pembangunan PLTMH khususnya di Provinsi Bali untuk mendukung pemanfaatan
EBT dan mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil.
Pembangunan Bendungan Tamblang dengan luas 73 Ha yang berlokasi di Desa
Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, menjadi salah satu proyek penting
dalam pemanfaatan potensi air di Bali. Menurut Kementrian Pekerjaan Umum dan

11
12

Perumahan Rakyat, bendungan Tamblang diproyeksi akan memiliki kapasitas


tampungan sebesar 7,6 juta m3 dengan proyeksi debit air sekitar 510 liter/detik serta
menambahkan cadangan listrik melalui PLTM sebesar 0,54 MW. Bendungan
Tamblang dibangun dengan inti tegak puncak setinggi 260 meter, lebar puncak 12
meter dan dilengkapi dengan terowongan pengelak diameter 4,50 meter, dengan tipe
bendungan Rock Fill Dam.
Proyek pembangunan Bendungan Tamblang memiliki potensi yang besar
khususnya dalam pemanfaatan air, antara lain mengisi saluran irigasi, pengendalian
banjir, dan tentunya pemanfaatan energi air dengan PLTM. Kebutuhan air irigasi
khususnya di Desa Bulian dan Desa Bungkulan dengan luas 588 hektar (Ha).
Bendungan ini menghabiskan biaya 816 miliar rupiah dan diperkirakan selesai akhir
tahun 2022.
Proyek Bendungan Tamblang menjadi faktor utama dari perencanaan
Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Tamblang, dengan potensi
diproyeksikan mencapai 3 MW. PLTM Tamblang direncanakan akan beroperasi
disamping sebagai pembangkit listrik, juga sebagai objek wisata baru dengan
Bendungan Tamblang sebagai daya tarik utama bagi wisatawan baik domestik maupun
mancanegara, yang tertarik dengan kenampakan alam Bendungan Tamblang dan
inovasi teknologi pembangkit listrik PLTM Tamblang.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian ini akan membahas mengenai
kelayakan dari perencanaan proyek PLTM Tamblang dengan mengguanakan analisa
teknis melalui data primer, serta analisis ekonomi terkait kelayakan investasi dari
proyek PLTM Tamblang dengan memproyeksikan biaya perencanaan keseluruhan
berdasarkan hasil analisis teknis dan parameter ekonomi teknik maupun ekonomi
pembangunan, yang meliputi Net Present Value (NPV), Benefit-Cost Ratio (BCR),
Payback Period (PP), Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh dengan
memperhatikan Alur Kas (cashflow) dalam rentang waktu yang ditentukan, sehingga
dapat diperoleh kesimpulan apakah proyek tersebut layak dilanjutkan atau tidak.
13

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat diangkat berdasarkan latar belakang, yaitu :
1. Bagaimana sistem PLTM yang direncanakan untuk proyek PLTM Tamblang di
Bendungan Tamblang ?
2. Bagaimana struktur pembangunan PLTM Tamblang dapat dikatakan layak
secara teknis dengan kriteria standar PLTM ?
3. Bagaimana menentukan kelayakan dari proyek PLTM Tamblang dengan
menggunakan analisis ekonomi sehingga proyek tersebut tergolong layak
investasi ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan proyek
perencanaan PLTM Tamblang apakah tergolong proyek yang dapat dilanjutkan dan
layak secara investasi, dengan menggunakan parameter analisis baik secara teknis
maupun kajian analisis ekonomis dengan parameter yang telah ditentukan.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini adalah dapat membantu dalam
mengetahui kelayakan proyek PLTM Tamblang jika dilakukan nantinya, dengan
menggunakan parameter secara teknis maupun ekonomi sehingga mengetahui nilai
investasi yang dihasilkan dalam jangka panjang dan keuntungan atau profit yang
diperoleh dari realisasi proyek PLTM Tamblang yang telah direncanakan.

1.5 Batasan Masalah


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan proyek PLTM Tamblang
yang telah direncanakan sehingga keuntungan dan investasi jangka panjang dapat
diketahui dengan menggunakan parameter analisa secara teknis maupun ekonomi.
Maka dari itu penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal-hal berikut :
14

1. Penelitian ini masih bersifat proyek yang direncanakan, sehingga proyek ini
masih dalam tahap perencanaan dan analisa dengan pendekatan teknis dan
ekonomi secara teoritis.
2. Bendungan Tamblang merupakan bendungan yang masih dalam tahap finalisasi
proyek, namun potensi bendungan untuk PLTM Tamblang sudah diketahui.
3. Penelitian ini berfokus pada analisa kelayakan proyek PLTM Tamblang dengan
menggunakan analisa teknis terkait struktur bangunan, serta analisa ekonomi
menggunakan parameter NPV, BCR, PP, IRR dan perhitungan cashflow
berdasarkan biaya investasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Mutakhir


Penelitian terkait Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) sudah banyak
dilakukan dengan fokus penelitian yang bervariasi, mulai dari analisa teknis, studi
potensi, hingga kajian ekonomi dan studi kelayakan ekonomis. Salah satu metode
dalam kajian ekonomi serta studi kelayakan ekonomis dari PLTMH adalah pendekatan
dengan analisa ekonomi teknik, antara lain BCR, NPV, IRR dan Payback Period.
Penelitian yang dilakukan oleh Purnama, 2011 dengan judul “Studi Kelayakan
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro pada saluran irigasi Minggir”
yang berlokasi di Padukuhan Klagaran Desa Sendangrejo, Kecamatan Minggir,
Kabupaten Sleman. Penelitian untuk mengetahui kelayakan PLTMH ini dilakukan
dengan melakukan analisa teknis terkait struktur bangunan dan analisis ekonomis
terkait biaya perencanaan PLTM oleh CV Bangun Cipta. Data teknis seperti data debit,
gambar desain, daya pembangkit, rencana anggaran dan data mekanikal serta elektrikal
diperoleh melalui pengumpulan data, kemudian dilakukan analisa teknis terhadap
struktur bangunan, kemudian analisa struktur menggunakan software 3D modelling
SAP2000, dan perhitungan kapasitas pendukung struktur bangunan. Selain analisa
teknis dilakukan juga analisa secara ekonomi melalui subjek sumber dana, baik
pinjaman dari bank, pemerintah/donor, ataupun dana hibah dengan menggunakan
pendekatan analisa ekonomi teknik yaitu BCR, NPV, dan IRR. Hasil penelitian
menunjukkan debit rancangan untuk perencanaan PLTMH sebesar 1.500 liter/detik dan
daya pembangkit sebesar 20,638 kW, berdasarkan analisa teknis perencanaan
pembangunan PLTM layak untuk dibangun dengan rancangan model 3D layak
menahan beban struktur, sedangkan berdasar hasil analisis ekonomi yang telah
dilakukan, pembangunan PLTMH di Dusun Klagaran, Desa Sendangrejo, Kecamatan
Minggir, Kabupaten Sleman akan mendatangkan profit apabila dibiayai melalui

15
16

pinjaman tanpa bunga atau hibah dari pemerintah/donor, dengan nilai BCR yaitu 2,96
dan NPV sebesar 241.829.000.
Kajian yang dilakukan oleh Wibowo dkk, 2015 terkait perencanaan PLTMH di
Sungai Lematang, Kota Pagar Alam yang dilakukan secara teknis dan secara ekonomi
menjelaskan potensi PLTMH di sungai Lematang berdasarkan kondisi geografis dan
iklim Kota Pagar Alam. Metode penelitian ini menggunakan metode Mock dengan data
curah hujan dan evapotranspirasi potensial untuk kemudian dilakukan perhitungan
dalam menentukan debit ketersediaan air dengan metode Penman Modifikasi. Selain
kajian teknis, dilakukan juga kajian menggunakan analisis ekonomi melalui parameter
NPV, BCR, Payback Period, dan IRR. Berdasarkan hasil penelitian kelayakan
investasi, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1 Milyar, nilai BCR sebesar 1,078, Payback
Period atau periode pengembalian yang akan diperoleh dalam kurun waktu 7,203 tahun
dan nilai IRR sebesar 9,50 %, dengan membandingkan data tersebut dengan
persyaratan kelayakan PLTMH, perencanaan PLTM di Sungai Lematang, Kota Pagar
Alam termasuk layak investasi.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Arini dkk, 2015 dengan melakukan studi
kelayakan ekonomi di PLTA Kalibeber, Kabupaten Wonosobo. Dengan menggunakan
metode deskriptif kuantitatif, kelayakan investasi PLTA Kalibeber ditentukan dengan
pendekatan NPV, BCR, dan IRR. Dengan biaya investasi sebesar Rp 58.547.804.000,
diketahui harga jual produksi energi selama setahun adalah Rp 10.463.342, diperoleh
revenue atau pendapatan per tahun senilai Rp 9.023.412.000, sedangkan biaya
operasional dan pemeliharaan per tahunnya tercatat sebesar 914.489.021, biaya
depresiasi sebesar Rp 1.951.593.000, biaya retribusi air dan pelumas masing-masing
Rp 256.347.000 dan Rp 837.067.000 serta pajak senilai Rp 1.519.174.000, analisa
manfaat bersih per tahunnya diperoleh sebesar 3.544.740. Berdasarkan data dan hasil
penelitian tersebut, diperoleh NPV < 0 sebesar Rp 73.156.781.000 dengan BCR sebesar
0,241 (BCR<1,0) dan IRR sebesar 63,48 %, dapat disimpulkan bahwa perencanaan
pembangunan PLTA Kalibeber tidak layak investasi secara ekonomi, untuk mencapai
titik pengembalian diperlukan subsidi sebesar Rp 11.141.777.750 selama 30 tahun.
17

Pujo Widiyantoro dkk, 2019 melakukan studi terkait potensi pengembangan


energi bersih di Kawasan Perkebunan Teh di PT. Pagilaran Kabupaten Batang. Setelah
dilakukan analisis teknis yang meliputi debit air dan perhitungan daya, dilakukan
evaluasi terkait perencanaan dari dua proyek PLTMH yang diproyeksikan, dengan
hasil evaluasi proyek PLTMH menunjukkan hasil perhitungan yaitu nilai investasi
sebesar Rp 17.622.453.131.79 dengan Net Present Value (NPV) diketahui senilai
16.990.874.247.23 (NPV > 0), Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 1,59 (BCR > 1),
Break Event Point yang akan diperoleh dalam kurun waktu 5,96 tahun (BEP < umur
proyek) serta nilai Internal Rate of Return (IRR) diperoleh dengan nilai 6,24 % (IRR
> 0), sedangkan hasil evaluasi proyek PLTMH 2 menunjukkan hasil perhitungan yaitu
nilai investasi sebesar Rp 2.815.988.036.40 dengan Net Present Value (NPV) diketahui
senilai 2.371.737.752.66 (NPV > 0), Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 1,47 (BCR >
1), Break Event Point yang akan diperoleh dalam kurun waktu 6,51 tahun (BEP < umur
proyek) serta nilai Internal Rate of Return (IRR) diperoleh dengan nilai 6,23 % (IRR
> 0). Dengan hasil perhitungan tersebut, dijelaskan bahwa pada suku bunga 6 % proyek
ini akan mencapai titik impas sebelum umur efisien dari proyek tersebut, sehingga
proyek dianggap layak investasi secara ekonomi. Kemudian berdasarkan hasil
rangkuman analisis baik secara teknis maupun ekonomi, diperoleh hasil proyek
PLTMH 1 yang direncanakan berlokasi di Embung Bismo mampu menghasilkan
energi sebesar 4,25 GWh selama 1 tahun, sedangkan untuk proyek PLTMH 2 yang
direncanakan berlokasi di Curung Binorong mampu menghasilkan energi sebesar 0,92
GWh selama 1 tahun. Berdasarkan proyeksi pengoperasian dan efisiensi secara teknis
maupun ekonomis, skema perencanaan proyek yang dipilih adalah proyek PLTMH 1
di Embung Bismo karena skema tersebut dinilai paling optimal dan efisien dimana
memiliki potensi yang besar dengan nilai investasi yang besar dan tentunya layak
dibangun menurut analisis ekonomi.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Harto Jawadz dkk, 2019 dengan
melakukan studi potensi PLTMH yang berlokasi di aliran sungai Desa Kejawar.
Diperoleh data primer bahwa aliran sungai Desa Kejawar memiliki debit sebesar 0,05
18

m3/s dan head setinggi 3,08 m, dengan potensi energi yang dihasilkan dari perencanaan
PLTMH sebesar 1,36 kW. Berdasarkan hasil analisis menggunakan software
TURBNPRO 3.0, dengan perhitungan teknis menggunakan yang diperoleh, turbin
yang dipilih dan cocok digunakan adalah turbin jenis kincir/pelton karena dinilai paling
efektif dan eifisien. Kemudian hasil analisis ekonomi menunjukkan proyeksi biaya
investasi untuk PLTMH sungai Kejawar adalah senilai Rp 31.699.531, untuk nilai NPV
diperoleh berdasarkan perhitungan penerimaan dan pengeluaran selama 10 tahun
dengan melihat cashflow serta mencari discount factor pada tahun ke-2 hingga tahun
ke-10, sehingga diperoleh nilai NPV sebesar Rp 37.063.244.00 (NPV>0) yang
menunjukkan proyek tersebut layak investasi. Untuk nilai BCR diperoleh berdasarkan
perbandingan penerimaan dan pengeluaran adalah senilai 2,1 (BCR > 1) sehingga
proyek tergolong layak investasi, dan berdasar hasil perhitungan nilai akumulasi
cashflow selama 10 tahun, payback period dapat diperoleh dalam jangka waktu 3,46
tahun atau 3 tahun 55 bulan, kemudian IRR diperoleh berdasarkan hasil perhitungan
NPV dengan suku bunga yang digunakan adalah 34 % dan merujuk pada cashflow
dengan discount factor 34 %, diperoleh nilai IRR adalah sebesar 33,6 % yang artinya
proyek ini tergolong layak investasi dan profit.

2.2 Tinjauan Pustaka


2.2.1 Pembangkit Listrik Energi Baru Terbarukan
Sebagai alternatif untuk mengurangi emisi gas CO2 yang disebabkan oleh bahan
bakar fosil, penggunaan sumber energi yang bersifat ramah lingkungan harus
ditingkatkan, selain karena sumber energi yang melimpah, energi baru terbarukan juga
bersifat ramah lingkungan dan mudah diperbaharui. Sumber energi baru terbarukan
yang bersumber dari air, panas bumi, angin, cahaya matahari, dan biofuel dapat
diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya untuk pembangkit listrik.
Meningkatnya kebutuhan listrik konsumen menjadi faktor utama dalam
peningkatan fasilitas pembangkit listrik saat ini. Ketergantungan akan bahan bakar fosil
19

juga masih cukup tinggi, sedangkan kenyataannya potensi energi baru terbarukan
cukup melimpah, namun belum dimanfaatkan secara optimal (Wijaya, Windarto and
Karnoto, 2012). Maka dari itu, peningkatan porsi pemanfaatan energi terbarukan akan
ditingkatkan sesuai yang ditetapkan pada Kebijakan Energi Nasional untuk kebutuhan
energi jangka panjang, serta meningkatkan peran energi baru terbarukan dengan target
25 % pada tahun 2025 (Vries, Conners and Jaliwala, 2011).
Contoh dari pembangkit listrik energi baru terbarukan antara lain PLTS atau
panel surya, turbin PLTB, pembangkit listrik tenaga biomassa, pembangkit listrik
geothermal, dan pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM).

2.2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro


Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro atau PLTM adalah pembangkit listrik yang
struktur instalasi nya berbasis di suatu aliran air dengan daya pembangkitan yang
dihasilkan tergolong rendah atau menengah. PLTM memiliki prinsip kerja yang pada
dasarnya memanfaatkan beda ketinggian (head) dan debit air per detik yang ada pada
suatu aliran air, baik sungai maupun sistem irigasi (Wijaya, Windarto and Karnoto,
2012). Energi potensial yang ada pada aliran air kemudian dimanfaatkan untuk
memutar turbin, yang kemudian menghasilkan energi listrik.

Gambar 2.1 Skema Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro


(sumber : Andi Mahrus dkk, 2014)
20

Jenis pembangkit listrik tenaga air ditentukan berdasarkan klasifikasi dan kriteria
sebagai berikut :
A. Berdasarkan beda ketinggian (head) :
1. Head tinggi, dengan beda ketinggian lebih dari 100 meter.
2. Head menengan, dengan beda ketinggian antara 30-100 meter.
3. Head rendah, dengan beda ketinggian antara 2-30 meter.

B. Berdasarkan kapasitas pembangkit :


1. PLTA Pico, dengan kapasitas kurang dari 500 W.
2. PLTA Micro, dengan kapasitas antara 0,5-100 kW.
3. PLTA Mini, dengan kapasitas antara 100-1000 kW.
4. PLTA Kecil, dengan kapasitas antara 1 MW-10 MW.
5. PLTA Besar, dengan kapasitas lebih dari 10 MW.

C. Berdasarkan jenis desain :


1. Run off the river, konsep paling umum yang sering digunakan dalam
PLTMH dan PLTM, dengan memanfaatkan aliran air yang bisa diubah-ubah
dengan jalur berbeda melalui media penstock atau pipa, tanpa menggunakan
bendungan untuk mengisi intake air.
2. Sistem Penyimpanan, sistem ini akan menyimpan air terlebih dahulu dalam
periode waktu tertentu (dalam jam atau bulan) dan akan disalurkan ketika
beroperasi atau dibutuhkan.
3. Sistem Pompa Penyimpanan, sistem yang menggunakan sebuah pompa
untuk menyalurkan air ke dalam tangki penyimpanan, jika terjadi kelebihan
konsumsi listrik maka tangki akan dikosongkan dan air akan dialirkan ke
turbin untuk memberikan suplai listrik yang dibutuhkan.
21

D. Berdasarkan tipe jaringan listrik :


1. Sistem Tersambung (On Grid), sistem ini akan menyalurkan daya listrik
pembangkit langsung ke jaringan listrik nasional.
2. Sistem Tidak Tersambung (Off Grid), sistem ini bersifat berdiri sendiri dan
tidak tersambung langsung dengan jaringan listrik nasional.

2.2.3 Komponen PLTM


Secara umum, komponen pendukung PLTM dengan sistem run-off river yang
terdiri dari komponen pendukung sebagai berikut (Andi Mahrus dkk, 2014) :
1. Bendungan atau Intake, yang berfungsi untuk mengatur kondisi air sungai,
dengan menaikkan permukaan air sehingga aliran air dapat disalurkan ke dalam
intake.
2. Kantong Lumpur (Sand Trap), berfungsi untuk memindahkan benda asing yang
terkandung dalam air, seperti batu kerikil atau pasir. Selain itu komponen ini juga
berfungsi menjaga komponen PLTM lainnya dari objek-objek asing tersebut.
3. Saluran Pembawa (Headrace), biasanya konstruksinya dibangun mengikuti
kondisi beda ketinggian/head atau lereng untuk menjaga aliran air tetap mengalir
sesuai sudut elevasi kontur di lokasi.
4. Bak Penenang, atau disebut Headtank yang berfungsi untuk mengatur output
aliran air dari pipa pesat dan saluran pembawa air, serta sebagai media filtrasi
dari objek asing yang terkandung dalam air.
5. Pipa Pesat, atau disebut Penstock merupakan komponen penghubung struktur
elevasi PLTM dengan turbin air yang digunakan di PLTM tersebut.
6. Rumah Pembangkit (Power House), merupakan sebuah bangunan khusus yang
berisi komponen pembangkitan seperti turbin, generator, serta mesin-mesin
pendukung lainnya.
7. Saluran Pembuangan (Tail Race), merupakan saluran pembuangan aliran air
yang telah digunakan untuk mengoperasikan PLTM kembali ke sungai atau
saluran irigasi.
22

8. Turbin dan Generator, komponen utama dalam pembangkitan daya dari


pengoperasian PLTM dengan mengubah energi potensial yang dihasilkan turbin
menjadi energi mekanik untuk menghidupkan generator dan menghasilkan
listrik.

2.2.4 Syarat Kelayakan PLTM


Dalam perencanaan PLTM, terdapat beberapa persyaratan pembangunan yang
harus dipenuhi dalam perencanaan suatu PLTM, diantaranya adalah sebagai berikut
(Andi Mahrus dkk, 2014) :
1. Kondisi aliran air dengan ketersediaan yang stabil atau konstan dengan satuan
debit tertentu. Dimana debit air akan menjadi parameter utama berapa daya
pembangkit yang akan dihasilkan, selain itu juga menjadi faktor pemilihan turbin
yang akan digunakan dalam PLTM.
2. Turbin menjadi komponen utama yang harus terinstalasi dalam sebuah PLTM
yang digunakan untuk memutar generator, yang menyesuaikan dengan
kebutuhan listrik serta kondisi lingkungan tempat PLTM beroperasi.
3. Generator atau dinamo yang digunakan untuk menghasilkan daya listrik dengan
hasil konversi energi potensial dari turbin.
4. Jaringan listrik dari Power House yang nantinya terinterkoneksi dengan
konsumen.

2.2.4.1 Analisa Teknis Kelayakan PLTM


Secara teknis, dalam analisa kelayakan suatu PLTM terdapat beberapa parameter
utama yang menentukan suatu kelayakan PLTM, yaitu (Purnama, 2011) :
1. Ketersediaan air pada saluran irigasi atau sungai.
2. Kemampuan struktur bangunan untuk beroperasi optimal dalam beban tertentu.
3. Kelengkapan komponen mekanikal dan elektrikal sehingga PLTM dapat
beroperasi dalam kondisi dan periode yang ditentukan (Reliable/andal).
23

Tentunya parameter tersebut didukung oleh beberapa faktor utama dalam


perencanaan PLTM, yang terdiri dari data teknis sebagai berikut ini (Pujo Widiyantoro
dkk 2019) :
A. Ketersediaan Air
Ketersediaan air menjadi faktor utama dalam kinerja PLTM dalam menghasilkan
daya listrik dengan jumlah air yang diproyeksikan akan terus ada dalam periode
waktu tertentu di lokasi dibangunnya PLTM. Dalam pemanfaatan air, perlu
diketahui data ketersediaan air andalan, dengan debit yang tersedia dalam jumlah
minimum dengan besaran tertentu untuk memungkinkan memenuhi kebutuhan
pengoperasian PLTM.
Dalam keperluan debit minimum sungai atau irigasi, kemungkinan terpenuhi
ditetapkan dengan persentase 80 %, dengan persentase terpenuhi nya air baku
sebesar 90 %. Sebagai contoh, diasumsikan debit andalan 80 % adalah 5 m3/s,
artinya kemungkinan tersedianya debit andalan saat persentase 80 % adalah
sekitar 5 m3/s atau lebih, sedangkan sisanya yaitu 20 % kemungkinan tersedianya
debit andalan adalah kurang dari 5 m3/s (Pujo Widiyantoro dkk, 2019).

B. Pengukuran Head dan Debit Air


Perhitungan beda ketinggian atau head dilakukan dengan cara melakukan
pengukuran terhadap topografi lokasi, dengan mengukur titik atas elevasi saluran
air dengan titik bawah elevasi sehingga diperoleh nilai beda tinggi atau head yang
nantinya digunakan sebagai parameter perhitungan daya yang dihasilkan
(Purnama, 2011).
Pengukuran debit air dapat dilakukan dengan cara mengukur kedalaman air pada
hulu saluran air dengan sebuah benda atau papan duga muka air. Hasil
pengukuran kedalaman saluran digunakan untuk menghitung debit air dengan
menggunakan persamaan 2.1 berikut :
2 2 1/2
𝑄 = 3 ∙ 𝐶𝑑 ∙ 𝐶𝑣 (3 𝑔) ∙ 𝑏 ∙ ℎ3/2 ................................(2.1)
24

Keterangan :
Q = Debit saluran air (m3/s)
Cv = koefisien kecepatan
b = lebar mercu (m)
h = kedalaman air di hulu terhadap permukaan bangunan ukur (m)
Cd = koefisien debit
g = percepatan gravitasi (m/s2)

C. Perhitungan Daya Pembangkit


Daya pembangkitan PLTM dihasilkan melalui mekanisme kerja PLTM, dimana
memanfaatkan aliran air melalui saluran irigasi atau sungai. Aliran air yang
mengalir dari titik tinggi ke titik rendah suatu head baik dibuat alami maupun
buatan, kemudian aliran air yang memiliki potensial ini dimanfaatkan untuk
memutar turbin untuk menghasilkan energi mekanik yang kemudian memutar
rotor pada generator, sehingga menghasilkan energi listrik.
Perhitungan daya pembangkit berdasarkan debit air dan tinggi head PLTM dapat
dihitung menggunakan persamaan 2.2 berikut :
𝑃 = 𝜌 ∙ 𝑄 ∙ 𝑔 ∙ 𝐻.........................................................(2.2)
Keterangan :
P = Daya pembangkit (Watt)
Q = Debit aliran air (m3/s)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
H = ketinggian terjunan (m)
ρ = massa jenis air (1000 kg/ m3)

D. Pemilihan Turbin
Pemilihan jenis turbin sangat penting dalam perencanaan sebuah PLTM. Dalam
memilih turbin, parameter yang harus diperhatikan antara lain kelebihan dan
25

kekurangan jenis turbin tertentu, serta beda ketinggian efektif atau net head dan
debit air yang tersedia menjadi faktor utama dalam pemilihan jenis turbin yang
akan digunakan (Harto Jawadz dkk, 2019).
Jenis-jenis turbin yang dapat dipilih berdasarkan klasifikasi sebagai berikut ini
(Vries dkk, 2011) :
1. Turbin Reaksi
Merupakan jenis turbin yang bekerja dengan kondisi terendam penuh
didalam air, sehingga head bekerja efektif di setiap sisi turbin dengan
tekanan dorong dan tekanan hisap.
a. Turbin Francis
Strukturnya terdiri dari runner yang terendam penuh dalam air dengan
deretan bilah melengkung, serta regulasi alirannya dioperasikan melalui
deretan bilah yang dapat diatur sendiri. Turbin ini dioperasikan dengan
tinggi head diatas 25 meter dan dibawah 350 meter. Keuntungan turbin
ini antara lain dari segi operasional yang handal (reliable), konstruksi
struktur yang sederhana serta efisiensi yang sangat baik. Kekurangan
dari turbin ini adalah tidak bisa dioperasikan pada head saluran air yang
tinggi.

Gambar 2.2 Turbin Francis


(Sumber : Buku Panduan Energi yang Terbarukan, 2011)
26

b. Turbin Propeler/Kaplan
Merupakan jenis turbin dengan struktur bilah berbentuk radial seperti
gerbang kecil untuk mengatur aliran air. Turbin ini memiliki blade yang
dapat diatur dan disesuaikan melalui gerbang kecil sehingga
menghasilkan efisiensi yang baik pada aliran airnya.
Turbin ini beroperasi pada head dengan ketinggian antara 3 meter
hingga 40 meter. Keuntungan turbin ini adalah dapat berputar dengan
kecepatan tinggi pada head yang rendah, serta efisiensi yang tinggi.
Kerugian nya adalah biaya yang cukup tinggi dari segi pemeliharaan dan
investasi, dan tidak cocok dengan aliran air yang memiliki head tinggi.

Gambar 2.3 Turbin Propeler


(Sumber : Buku Panduan Energi yang Terbarukan, 2011)

2. Turbin Impuls
Di dalam turbin ini, air akan mengalir di bawah tekanan dengan melewati
pisau turbin. Setelah itu, tidak akan ada energi yang tersedia dalam aliran
tersebut yang menimbulkan tidak adanya efek hisap pada turbin, dan tekanan
airnya tidak akan berubah karena mengalir lewat turbin.
a. Turbin Crossflow
Saat air masuk ke dalam turbin, baling-baling yang terletak di hulu
runner akan mengarahkan aliran air melintasi turbin sebanyak dua kali
27

sebelum meninggalkan turbin. Turbin ini beroperasi pada head dengan


tinggi 5 meter hingga 200 meter.
Keuntungan menggunakan turbin ini adalah desain nya yang sederhana
namun standarnya bagus dan baik, biaya yang murah dari segi
pengoperasian dan produksinya. Kerugiannya adalah efisiensi yang 80
% lebih rendah dibandingkan turbin lainnya.

Gambar 2.4 Turbin Crossflow


(Sumber : Buku Panduan Energi yang Terbarukan, 2011)

b. Turbin Pelton
Turbin ini terdiri dari beberapa ruang penampungan untuk menampung
aliran air, dan jumlah nya meningkat seiring kondisi arus air yang tinggi.
Turbin ini tergolong efisien dengan beroperasi pada head antara
ketinggian 50 meter hingga 1000 meter, namun membutuhkan sistem
aliran air yang rendah.
Keuntungan turbin ini adalah konstruksi nya yang solid, stabil dan
mudah dalam pengoperasiannya, sedangkan kerugiannya adalah tidak
bisa beroperasi pada lokasi dengan head rendah, serta tidak cocok
beroperasi pada aliran air yang tinggi.
28

Gambar 2.5 Turbin Pelton


(Sumber : Buku Panduan Energi yang Terbarukan, 2011)

3. Turbin Pico
Picohidro merupakan tipe pembangkit listrik tenaga air dengan kapasitas
pembangkit kurang dari 5 kW. Pembangkit listrik ini ditujukan khusus untuk
konsumen dengan kebutuhan listrik yang sedikit, seperti perkampungan atau
kelompok tertentu, dan biasanya dipasang pada saluran irigasi atau sebuah
sungai kecil.
Keuntungan penggunaan sistem Picohidro antara lain sederhana dalam
pemasangannya, sistem handal (reliable), dan bisa terinterkoneksi langsung
dengan beban hingga 100 rumah dalam desa. Kerugiannya antara lain harus
membayar tarif daya listrik dan penjualan sistem ini sudah bersifat paket,
dan apabila terdapat kekurangan satu komponen saja harus menunggu
ketersediaan komponen tersebut.

E. Power House atau Rumah Pembangkit


Rumah pembangkit atau biasa disebut power house merupakan sebuah struktur
bangunan yang berfungsi sebagai media komponen mekanikal dan elektrikal
terpasang. Selain itu bangunan ini juga menjadi control room dengan panel-panel
kontrol untuk pengoperasian PLTM, dengan struktur yang kokoh serta mematuhi
29

standar suatu rumah pembangkit sehingga komponen-komponen didalamnya


menjadi aman dan tidak terganggu oleh objek asing (Sarip et al., 2016).

Gambar 2.6 Skema Power House pada PLTM


(Sumber : Sarip et al, 2016)

2.2.4.2 Analisa Ekonomi Kelayakan PLTM


Kelayakan suatu perencanaan PLTM ditentukan bukan hanya dari segi teknis
dalam perencanaannya, namun dari segi ekonomi dengan parameter analisa ekonomi.
Analisa ekonomi dilakukan dengan menggunakan parameter ekonomi untuk
menganalisis apakah proyek tersebut layak dijadikan investasi jangka panjang atau
malah merugikan (Abuk dan Rumbino, 2020). Analisa ekonomi menggunakan dua
parameter utama dalam menentukan kelayakan investasi suatu proyek, diantaranya :
A. Parameter Ekonomi Teknik
Dalam menentukan kelayakan suatu proyek untuk investasi jangka panjang,
parameter ekonomi teknik dibutuhkan untuk memproyeksikan apakah proyek
tersebut layak secara investasi atau malah merugikan apabila tetap dilaksanakan.
Keberhasilan proyek ini dapat diartikan secara khusus maupun secara umum,
seperti dari segi penyelenggara, pihak swasta secara khusus akan menggunakan
30

analisa ekonomi untuk mengetahui apakah proyek yang dilaksanakan bersifat


ekonomis dan investasi nya bermanfaat. Sedangkan dari pihak pemerintah atau
negara, menentukan keuntungan dan keberhasilan suatu proyek ditentukan oleh
beberapa faktor dan sifatnya relatif, seperti keberlanjutan proyek, manfaat ke
sektor tertentu, dan output proyek tersebut apakah maksimal atau tidak (Zai
Rawati, 2019).
Parameter ekonomi teknik yang digunakan meliputi NPV, BCR, IRR, dan PP
seperti dijelaskan sebagai berikut :
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah selisih harga saat ini dari aliran kas bersih di masa
depan (Net Cash Flow) dengan harga saat ini yang bersumber dari investasi
awal pada suku bunga tertentu (Wijaya dkk, 2012). Untuk menentukan NPV
dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.3 berikut :
𝑁𝐵
̅𝑖 − 𝐶̅𝑖 ..........................(2.3)
𝑁𝑃𝑉 = ∑𝑛𝑖=1 (1+𝑖)𝑖 𝑛 = ∑𝑛𝑖=1 𝐵

Keterangan :
NPV : Net Present Value (Rp)
NB : Net Benefit = Benefiit – Cost
Bi : Benefit yang telah didiskon
Ci : Cost yang telah didiskon
n : tahun ke-
i : discount factor (%)
Syarat suatu proyek dapat dijalankan adalah nilai NPV harus lebih dari nol
(NPV > 0). Jika NPV < 0 maka proyek tidak layak untuk dijalankan.

2. Benefit-Cost Ratio (BCR)


Benefit Cost Ratio atau BCR merupakan perbandingan pendapatan yang
diperoleh dari ekspor energi listrik dengan keseluruhan biaya pengeluaran
yang dikeluarkan selama periode proyek aktif (Wijaya dkk, 2012).
31

Untuk menentukan BCR dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan


2.4 berikut :
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝐵𝐶𝑅 = 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛..................................................(2.4)

Suatu proyek disebut layak investasi apabila memiliki nilai BCR > 1, dan
sebaliknya suatu proyek tidak dijalankan jika nilai BCR < 1.

3. Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return atau IRR adalah besarnya nilai keuntungan yang
digunakan dalam melunasi pinjaman dari bank sehingga tercapai
keseimbangan dengan pertimbangan memperoleh keuntungan. IRR
disajikan dalam bentun persentase (%) dan suatu proyek dikatakan layak
apabila nilai IRR lebih besar dari suku bunga bank (IRR > 0) (Abuk, 2020).
Untuk menentukan IRR dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan
2.5 berikut :
1 𝑁𝑃𝑉
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 (𝑁𝑃𝑉 −𝑁𝑃𝑉 ) × (𝑖2 − 𝑖1 )...........................(2.5)
1 2

Keterangan :
IRR = Internal Rate of Return (%)
NPV1 = Net Present Value dengan bunga tingkat rendah (Rp)
NPV2 = Net Present Value dengan bunga tingkat tinggi (Rp)
i1 = tingkat bunga rendah/pertama (%)
i2 = tingkat bunga tinggi/kedua (%)

4. Payback Period (PP)


Payback Period atau PP adalah waktu yang dibutuhkan dalam memperoleh
kembali biaya yang dikeluarkan untuk investasi. Semakin singkat suatu
waktu PP untuk diperoleh dari periode yang ditentukan, maka proyek
tersebut dianggap layak secara investasi. Untuk menentukan PP dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.6 dan 2.7 berikut :
32

a. Jika cash flow dari proyek sama tiap tahun, maka :


𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙
𝑃𝑃 = × 1 𝑇𝐴𝐻𝑈𝑁................................(2.6)
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑘𝑎𝑠

b. Jika cash flow dari proyek berbeda tiap tahun, maka :


𝑎−𝑏
𝑃𝑃 = 𝑛 + 𝑐−𝑏 × 1 𝑇𝐴𝐻𝑈𝑁.......................................(2.7)

B. Parameter Ekonomi Pembangunan


Ilmu ekonomi pembangunan adalah cabang ilmu ekonomi yang berfokus pada
segala permasalahan ekonomi di suatu negara, dan menemukan solusi
permasalahan tersebut sehingga tidak menghambat perkembangan negara
tersebut untuk menjadi negara ekonomi maju, khususnya di bidang pembangunan
(Nurhayati, 2019). Dalam ilmu ekonomi pembangunan, parameter yang menjadi
tolak ukur pembangunan suatu negara menjadi maju adalah sebagai berikut :
1. Pemberian insentif pajak dan subsidi bunga pada pembangunan yang
dilakukan di wilayah terpencil atau wilayah yang tergolong tertinggal
sehingga memerlukan bantuan dan penataan dari pemerintah. Hal ini
menjadi alasan dalam analisis ekonomi teknik nantinya, beberapa parameter
diasumsikan menjadi nol (Widiyantoro dkk, 2019).
2. Faktor kesejahteraan masyarakat yang harus ditingkatkan, baik berupa biaya
tak benda atau keuntungan tidak langsung, seperti kesejahteraan hidup,
kehidupan sosial yang layak, memfasilitasi kesejahteraan anak seperti
pendidikan yang layak, serta pemenuhan kebutuhan masyarakat khususnya
yang memerlukan perhatian lebih.

2.2.5 Cash Flow


Cash Flow atau Arus kas merupakan suatu laporan keuangan yang terdiri dari
pengaruh kas yang bersumber dari kegiatan operasional, investasi, pendanaan serta
kenaikan atau penurunan kas bersih dalam satu periode usaha (Mahfud, 2016). Arus
kas sendiri dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
33

1. Kas masuk, atau disebut cash inflow yaitu kas yang diperoleh dari kegiatan
transaksi yang masuk dan memperoleh keuntungan (penerimaan). Pemasukan
terdiri atas :
a. Hasil penjualan usaha
b. Penjualan aktiva tetap
c. Penerimaan berupa sewa atau pendapatan lain.
2. Kas keluar, atau disebut cash outflow yaitu kas yang diperoleh dari kegiatan
transaksi yang keluar atau pengeluaran. Pengeluaran terdiri atas :
a. Pengeluaran biaya produksi, gaji karyawan dan pengeluaran pembelian.
b. Pembelian aktiva tetap
c. Pengeluaran untuk sewa, pajak, dividen, bunga, dan lain-lain.

Gambar 2.7 Skema Sebuah Cash Flow suatu Perusahaan


(Sumber : Investopedia.com)

2.2.6 Life Cycle Cost


Biaya Siklus Hidup atau Life Cycle Cost merupakan suatu pendekatan teoritis
maupun teknis, yang berfungsi sebagai bahan evaluasi suatu proyek sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan maupun solusi terkait permasalahan suatu
34

proyek (Buyung dkk, 2019). Life Cycle Cost memiliki manfaat dalam evaluasi dan
pencarian solusi atas permasalahan tertentu, dengan tidak hanya memperhatikan biaya
awal proyek saja, namun berkaitan juga dengan biaya pemeliharaan, usia proyek dan
berbagai faktor lain seperti estetika dan faktor yang mempengaruhi nilai proyek
tersebut. Life Cycle Cost dapat dituliskan seperti di bawah ini :

𝐿𝐶𝐶 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐴𝑤𝑎𝑙 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑙𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛


+ 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑡𝑖𝑎𝑛

A. Rencana Life Cycle Cost


Rencana Life Cycle Cost adalah perencanaan tentang pengeluaran yang diajukan
pada suatu proyek selama usia proyek tersebut. Dalam tahap pelaksanaan proyek,
mulai dari awal, studi kelayakan, perencanaan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan
dan penggantian membutuhkan biaya-biaya yang digolongkan sebagai berikut ini
(Kamagi, 2013) :
1. Biaya Modal, terdiri dari biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak
langsung (indirect cost).
2. Biaya Penggunaan, terdiri dari :
a. Biaya Pemeliharaan
b. Biaya Renovasi atau dekorasi ulang
c. Biaya Pekerjaan Tambahan
d. Biaya Energi
e. Biaya Kebersihan
f. Ongkos Umum
g. Manajemen Estate
3. Biaya Penggantian
35

B. Faktor Penting dalam Life Cycle Cost


Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan Life Cycle Cost antara lain sebagai
berikut :
1. Usia Konstruksi (Fisik, Fungsional dan Ekonomi)
2. Usia Komponen
3. Suku Bunga
4. Perpajakan
5. Metode Desain
6. Kualitas Dalam Konstruksi

2.2.7 Break Event Point


Break Event Point atau BEP merupakan suatu kondisi dimana pengeluaran secara
keseluruhan sama dengan pendapatan secara keseluruhan, atau laba bernilai nol,
sehingga dapat dikatakan sebagai modal balik usaha (Wijaya dkk, 2012). Terdapat dua
cara dalam menentukan BEP, antara lain :
1. BEP dalam unit, dinyatakan dalam jumlah penjualan produk pada nilai tertentu,
dengan memperkirakan jumlah produk ke berapa yang akan menjadi titik balik
modal proyek atau usaha tersebut.
2. BEP dalam Rupiah, dengan menghitung titik balik modal pokok, yang
dinyatakan dalam jumlah penjualan mata uang atau harga jual. Dengan cara ini
nantinya akan dilakukan prediksi pada harga jual berapa titik balik modal akan
diperoleh usaha tersebut.
Terdapat empat elemen penting dalam perhitungan BEP, antara lain sebagai berikut :
1. Biaya tetap atau Fixed Cost, yaitu biaya yang harus dikeluarkan meski tidak ada
melakukan penjualan sama sekali, seperti biaya sewa tempat, gaji karyawan,
maintenance mesin dan sebagainya.
2. Biaya variabel atau Variable Cost, merupakan biaya pengeluaran untuk segala
kegiatan dalam berjalannya usaha. Biaya ini bersifat relatif bergantung pada
36

kegiatan yang dijalankan, seperti biaya pengiriman barang, pembayaran komisi,


nota penjualan, biaya relasi ke pelanggan, dan lain-lain.
3. Harga penjualan yang telah ditentukan kepada pembeli.
4. Kontribusi Margin per Unit, yaitu jumlah keuntungan yang diperoleh saat
menjual produk.
Sehingga BEP dapat ditentukan melalui persamaan 2.9 berikut :
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 = (𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡−𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡).......................(2.9)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di sebuah proyek bendungan yang berlokasi di Desa
Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Waktu penelitian
dilaksanakan sekitar 4 bulan mulai dari bulan September hingga bulan Desember 2022.

Gambar 3.1 Lokasi Proyek Bendungan Tamblang Dilihat melalui Google Earth
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

3.2 Sumber dan Jenis Data Penelitian


3.2.1 Sumber Data
Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh dari Balai Wilayah
Sungai (BWS) Provinsi Bali pada Bendungan Tamblang, yaitu data curah hujan untuk
mengukur debit air, serta data observasi lapangan seperti pengukuran ketinggian head.
Sumber data penelitian ini juga bersumber dari kajian ilmiah yang diperoleh dari jurnal

37
38

ilmiah, skripsi, dan artikel ilmiah yang berkaitan dengan kajian mengenai PLTM yang
meliputi perencanaan, kajian teknis, kajian ekonomi, dan studi kelayakan investasi dari
proyek PLTM Tamblang.

3.2.2 Jenis Data


Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh berdasarkan observasi lapangan secara
langsung di lokasi penelitian, contohnya adalah data ketinggian head dari
Bendungan Tamblang.
2. Data Sekunder, yaitu data yang bersumber dari sumber ilmiah, baik berupa
artikel ilmiah maupun studi literatur seperti jurnal ilmiah, skripsi, tesis, dan
sebagainya. Selain itu data seperti kondisi cuaca diperoleh melalui data instansi
resmi pemerintahan ataupun yang berkaitan dengan PLTM, salah satunya yaitu
data cuaca dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi Bali.

3.2.3 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian ini terdiri atas
dua metode, yang pertama adalah metode pengumpulan data dengan observasi
lapangan dan sampling data secara langsung dari lapangan, dan yang kedua adalah
metode pengumpulan data dengan menggunakan studi dan kajian ilmiah melalui jurnal,
artikel, skripsi dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian tersebut.

3.3 Tahapan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa prosedur atau tahapan
sebagai berikut :
1. Melakukan observasi lapangan secara langsung ke lokasi di Bendungan
Tamblang, Desa Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali.
2. Mengambil sampel data seperti data ketinggian head di Bendungan Tamblang,
serta data curah hujan untuk menentukan ketersediaan air dan debit aliran air
39

yang bersumber dari data Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi Bali dengan
menganalisa curah hujan periode tahun 2022.
3. Melakukan kajian teknis seperti menentukan ketersediaan air, debit air, tinggi
head, menentukan daya pembangkit, pemilihan turbin, dan menentukan
konstruksi atau struktur rumah pembangkit.
4. Merancang dan memproyeksikan Rancangan Anggaran Biaya (RAB) kotor dari
proyek PLTM yang terdiri dari berbagai jenis komponen yang digunakan,
spesifikasi dan kuantitas, serta harga komponen yang digunakan.
5. Membuat Aliran Kas (cash flow) untuk memproyeksikan aliran kas masuk dan
keluar selama proyek berlangsung dengan periode yang telah ditentukan, yang
disusun berdasarkan catalog komponen PLTM beserta harganya.
6. Melakukan kajian ekonomi terkait kelayakan investasi proyek PLTM Tamblang,
dengan menentukan nilai Net Present Value (NPV), Benefit-Cost Ratio (BCR),
Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Life Cycle Cost (LCC), dan
Break Event Point (BEP) dari proyek tersebut.
7. Menentukan apakah proyek tersebut bersifat profit apabila dilanjutkan atau
malah merugikan dan tidak layak investasi jika tetap dilakukan atau dioperasikan
8. Menarik kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.

3.4 Analisis Data


Dalam analisis pada penelitian ini, yang difokuskan adalah apakah proyek PLTM
Bendungan Tamblang tergolong layak secara investasi, dengan melakukan kajian
ekonomi menggunakan parameter-parameter ekonomi yaitu NPV, BCR, IRR, dan PP
dengan menggunakan data biaya yang bersumber dari RAB, serta menggunakan cash
flow sebagai parameter utama dalam menentukan kelayakan ekonomi proyek PLTM
Tamblang.
40

Mulai

Melakukan observasi lapangan di lokasi penelitian secara langsung yaitu pada


Bendungan Tamblang di Desa Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali

Pengumpulan data-data penunjang


penelitian seperti data teknis (debit
air, ketinggian head, dan daya yang
dihasilkan)

Mencari catalog dari proyek PLTM melalui komponen beserta


harganya

Menyusun RAB kotor proyek dan kemudian melakukan kajian ekonomi

Melakukan analisis biaya investasi dengan membuat cash


flow dalam periode waktu tertentu

Menghitung nilai NPV, BCR, IRR, dan PP dengan


memperhatikan parameter kelayakan investasi proyek
tersebut

Menarik kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Abuk, G. M. and Rumbino, Y. (2020) ‘Analisis Kelayakan Ekonomi Menggunakan


Metode Net Present Value (NPV), Metode Internal Rate of Return (IRR)
Payback Period (PBP) Pada Unit Stone Crusher di CV. X Kab. Kupang Prov.
NTT’, Jurnal Ilmiah Teknologi FST Undana, 14(2), pp. 68–75.

Andi Mahrus, N. and Sangkawati, Sri Kodoatie, R. J. K. (2014) ‘Perencanaan


Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (Pltm) Palumbungan, Purbalingga
Design Of Mini Hydro Power Plant At Palumbungan, Purbalingga’.

Arini, V., Qomariyah, S. and Wahyudi, A. H. (2015) ‘Studi Kelayakan Ekonomi


Pembangunan Pembangkit Listriktenaga Air (Plta) Kalibeber Kabupaten
Wonosobo’, Matriks Teknik Sipil, pp. 493–499. Available at:
https://sipil.ft.uns.ac.id/ojsin/index.php/MaTekSi/article/view/343.

Buyung, R. A. H. F., Pratasis, P. A. K. and Malingkas, G. Y. (2019) ‘Life Cycle Cost


(LCC) pada Proyek Pembangunan Gedung Akuntansi Universitas Negeri
Manado (Unima) di Tondano’, Jurnal Sipil Statik, 7(11), pp. 1527–1536.

Harto Jawadz, U. R., Prasetijo, H. and Purnomo, W. H. (2019) ‘Studi Potensi


Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Di Aliran Sungai Desa
Kejawar Banyumas’, Dinamika Rekayasa, 15(1), p. 11. doi:
10.20884/1.dr.2019.15.1.245.

Kamagi, G. P. (2013) ‘Analisis Life Cycle Cost Pada Pembangunan Gedung (Studi
Kasus : Proyek Bangunan Rukan Bahu Mall Manado)’, Sipil Statik Vol.1 No.8,
1(juli 2013), pp. 549–556.

Mahfud and Nursyabani, P. azizah (2016) ‘Analisis Pengaruh Cash Flow, Fund Size,
Family Size, Expense Ratio, Stock Selection Ability dan Load Fee Terhadap
Kinerja Reksadana Saham Periode 2012-2014’, Diponegoro Journal Of
Management, 5(3), pp. 1–15.

Nunung Nurhayati and Ayu Diah Restiani (2019) ‘Peranan Net Present Value (Npv)
Dan Internal Rate of Retur (Irr) Dalam Keputusan Investasi Mesin’, Jurnal
Investasi, 5(1), pp. 12–23. doi: 10.31943/investasi.v5i1.15.

Pujo Widiyantoro, W., Wilopo, W. and Sulaiman, M. (2019) ‘Studi Potensi


Pengembangan PLTMH di Kawasan Perkebunan Teh PT. PAGILARAN
Kabupaten Batang’, Jurnal Otomasi Kontrol dan Instrumentasi, 11(1), p. 59.
doi: 10.5614/joki.2019.11.1.6.

41
42

Purnama, A. (2011) ‘Studi Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga


MikroHidro Studi Kasus: PLTMH Minggir Pada Saluran Irigasi Minggir di
Padukuhan Klagaran Desa Sendangrejo Kecamatan Minggir Kabupaten
Sleman’, Jurnal UNSA Progress, 15(Oktober), pp. 93–111.

Sarip, S. et al. (2016) The Potential of Micro-Hydropower Plant for Orang Asli
Community in Royal Belum State Park, Perak, Malaysia.

Vries, P. de, Conners, M. and Jaliwala, R. (2011) ‘Buku Panduan Energi yang
Terbarukan’, Buku Panduan Energi Terbarukan, p. 106.

Wibowo, H., Daud, A. and Al Amin, M. B. (2015) ‘Kajian Teknis Dan Ekonomi
Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (Pltmh) Di Sungai
Lematang Kota Pagar Alam’, Cantilever, 4(1), pp. 34–41. doi:
10.35139/cantilever.v4i1.10.

Wijaya, W., Windarto, J. and Karnoto, K. (2012) ‘Analisa Perencanaan Pembangkit


Listrik Tenaga Mini Hidro Di Sungai Logawa Kecataman Kedungbanteng
Kabupaten Banyumas’, Transient: Jurnal Ilmiah …, pp. 24–34. Available at:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/transient/article/view/13.

zai, Niat, Rawati; Putri, Sri, Yuli, A. (2019) ‘Program Studi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Ekasakti Jln. Veteran Dalam No. 26 B, Padang (25113),
Indonesia’, Pareso Jurnal, 5(1), pp. 77–82.

Suatan, R. A. 2020. “Kajian Ekonomi Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga


Mikrohidro (PLTMH) di Banjar Dinas Mekar Sari, Desa Panji, Kecamatan
Sukasada, Kabupaten Buleleng” (skripsi). Denpasar : Universitas Udayana.

Anonim. 2014. Potensi PLTA di Indonesia sebesar 76.670 Megawatt.


https://sda.pu.go.id/balai/bwssumatera1/article/potensi-plta-di-indonesia-
sebesar-76670
megawatt#:~:text=Potensi%20Pembangkit%20Listrik%20Tenaga%20Air,untuk
%20sebesar%2Dbesar%20kemakmuran%20rakyat. Diakes tanggal 20 Oktober
2022

Anonim. 2021. Kementerian PUPR Targetkan Bendungan Tamblang Di Provinsi


Bali Selesai 2022. https://pu.go.id/berita/kementerian-pupr-targetkan-
bendungan-tamblang-di-provinsi-bali-selesai-2022. Diakses tanggal 23 Oktober
2022
43

DIRJEN EBTKE. Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Pembangkit


Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Jakarta : DIRJEN EBTKE. 2017.

Anda mungkin juga menyukai