Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-10 Tahun 2022, Palembang 27 Oktober 2022

“Revitalisasi Sumber Pangan Nabati dan Hewani Pascapandemi dalam Mendukung Pertanian Lahan
Suboptimal secara Berkelanjutan

Kajian Potensi dan Zonasi Kawasan Suaka Perikanan Danau Teluk Rasau
di Kabupaten Ogan Komering Ilir
Potential and Zoning Study of the Rasau Bay Lake Fishery Reserve Area in
Ogan Komering Ilir Regency
1
Ferly Apriyanto*
Program Studi Pengelolaan Lingkungan Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Jl.Padang Selasa Bukit Besar Sumatera selatan, Indonesia
*
email:ferlyapriyanto@gmail.com

Sitasi: Ferly Apriyanto. 2022. Kajian Potensi dan Zonasi Kawasan Suaka Perikanan Danau Teluk Rasau di
Kabupaten Ogan Komering Ilir. In: Herlinda S et al. (Eds.), Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-10
Tahun 2022, Palembang 27 Oktober 2022. pp. xxx. Palembang: Penerbit & Percetakan Universitas Sriwijaya
(UNSRI).

ABSTRAK
Suaka perikanan merupakan bagian dari perairan umum pedalaman berupa danau, rawa,
sungai atau genangan air lainnya yang dilindungi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji
suaka perikanan berdasarkan social budaya, menganalisis kesesuaian lokasi dan menganalisis
zonasi di suaka perikanan danau teluk rasau. Hasil Analisa sosial budaya menunjukkan suaka
perikanan ini memiliki peranan dalam menjaga keberlangsungan kearifan lokal lelang lebak
lebung yang telah ditetapkan sebagai kekayaan intelektual komunal Nomor PT162022000083
Tanggal 23 September 2022, memiliki akses yang mudah dikunjungi, memiliki Pokmaswas.
Hasil analisis kesesuaian suaka perikanan danau teluk rasau masuk kedalam nilai skor 1 dengan
total skor kurang dari 15 menunjukkan bahwa suaka perikanan danau teluk rasau berfungsi
rendah dan kurang efektif, tetapi ditemukan beberapa jenis ikan yang hampir terancam
kepunahan seperti Puntius tetrazona (pirik elang/botia),Ompok hypophthalmus
(lais),Pristolepis fasciata (sepatung).
Kata Kunci : Suaka Perikanan, Danau Teluk Rasu, Zonasi Perikanan
ABSTRACT
Fishery sanctuaries are part of inland public waters in the form of protected lakes, swamps,
rivers or other standing waters. The purpose of this study is to examine fisheries sanctuaries
based on socio-cultural, analyze site suitability and analyze zoning in lake rasau fishery
sanctuaries. The results of the socio-cultural analysis show that this fishery sanctuary has a
role in maintaining the sustainability of local wisdom of lebung pond auctions which have been
designated as communal intellectual property Number PT162022000083 dated September 23,
2022, have easy access to visit, have Pokmaswas. The results of the analysis of the suitability
of the rasau bay lake fishery sanctuary were included in the score of 1 with a total score of less
than 15 showing that the rasau bay lake fishery sanctuary was functioning low and less
effective, but found several types of fish that were almost threatened with extinction such as
Puntius tetrazona (eagle pyric / botia), Ompok hypophthalmus (lais), Pristolepis fasciata
(sepatung).

Keywords : Fisheries Sanctuary, Teluk Rasu Lake, Fisheries Zoning


Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-10 Tahun 2022, Palembang 27 Oktober 2022
“Revitalisasi Sumber Pangan Nabati dan Hewani Pascapandemi dalam Mendukung Pertanian Lahan
Suboptimal secara Berkelanjutan
PENDAHULUAN

Pengelolaan perairan umum daratan di kabupaten ogan komering ilir berkaitan erat
dengan keraifan lokal yaitu tradisi lelang lebak lebung dan keberadaan Kawasan konservasi
perairan. Kawasan konservasi perairan adalah kawasan perairan yang dikelola dengan sistem
zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara
berkelanjutan[1] .Tipe kawasan konservasi perairan ada empat yakni taman nasional perairan,
suaka alam perairan, taman wisata perairan dan suaka perikanan. Suaka perikanan adalah
kawasan perairan tertentu, baik air tawar, payau, maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu
sebagai tempat berlindung/berkembangbak jenis sumberdaya ikan tertentu, yang berfungsi
sebagai daerah perlindungan[2]. Kabupaten Ogan Komering Ilir memiliki Kawasan konservasi
perairan berupa suaka perikanan yang terletak di Kecamatan Pedamaran, Kecamatan Jejawi,
Kecamatan Pampangan, Kecamatan Sirah Pulau Padang dan Kecamatan Kota Kayuagung[3].
Suaka perikanan teluk rasau terletak di kecamatan pedamaran merupakan suatu
Kawasan konservasi perairan Kabupaten Ogan Komering Ilir yang awal mulanya
dilatarbelakangi pada tahun 1979 terjadi penurunan produksi perikanan tangkap, dikarenakan
dampak dari lelang lebak lebung yang dilakukan kurang teratur, oleh karena itu bupati ogan
komering ilir pada saat itu mengirimkan surat No.op.000/13.984/1979 Tentang pembebasan
teluk rasau dari daftar objek lelang lebak lebung kemudian diitndaklanjuti dengan surat
keputusan gubernur No.398/Kpts /IV/82 Tanggal 19 Juni 1982 Tentang Reservaat Perikanan
yang menetapkan 2 (dua) Kawasan konservasi perairan yaitu Teluk Rasau di Kecamatan
Pedamaran dan Lebung Karangan Desa Tanjung Sejaro (sekarang Kabupaten Ogan Komering
Ilir)[3].Suaka perikanan teluk rasau termasuk perairan rawa banjiran seluas 180 Ha, dimana
sumber air berasal dari sungai komering. Secara geografis terletak antara 03031’46 LS dan 1040
51’ 21 BT. Kedalaman air mencapai 1 – 3.5 M, daerah ini terhubung dengan sungai lempuing
pada daerah perbatasan 2 (dua) objek lelang yaitu sungai aur (di bagian hilir) dan Laut
sekampung (di bagian hulu)[4]
Sampai saat ini keberadaan Suaka perikanan yang terdapat di Indonesia umumnya
kurang memenuhi persyaratan untuk peningkatan produksi perikanan perairan umum daratan,
dari segi jumlah sangat kurang apabila dibandingkan dengan luasan total perairan umum
daratan yang ada[5]. Kemudian belum semua suaka perikanan ditetapkan secara resmi sebagai
suaka perikanan berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan yang
penentapannya oleh Surat Keputusan Menteri yang berwenang[6]. Di daerah suaka perikanan
ditetapkan oleh Bupati,Walikota, ataupun Gubernur dan di daerah tertentu penetapan dan
pengelolaannya berdasarkan hukum adat[7]. Kemudian kajian terkait potensi dan zonasi suaka
perikanan masih sangat sedikit, sehingga sulit mendapatkan informasi tentang kondisi
perairan[8].
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengkaji suaka perikanan berdasarkan sosial
ekonomi dan budaya masyarakat di sekitaran suaka perikanan danau teluk rasau (sebagai
ekowisata ataupun peranannya dalam kearifan local lelang lebak lebung, menganalisis
kesesuaian lokasi suaka perikanan danau teluk rasau dan menganalisis zonasi di suaka
perikanan danau teluk rasau.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di suaka perikanan danau teluk rasau desa menang raya
kecamatan pedamaran kabupaten ogan komering ilir propinsi sumatera selatan pada bulan
januari – maret 2023. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan survei yang
pengambilan datanya menggunakan menggunakan purposive sampling[9]. Sampel penelitian
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-10 Tahun 2022, Palembang 27 Oktober 2022
“Revitalisasi Sumber Pangan Nabati dan Hewani Pascapandemi dalam Mendukung Pertanian Lahan
Suboptimal secara Berkelanjutan
ini diambil responden sebanyak 25 responden yang terdiri dari para stakeholder. Pengumpulan
data diperoleh dari observasi langsung di lapangan yang meliputi data kualitas air, wawancara
dengan masyarakat sekitar terkait social budaya, Pokmaswas dan kearifan local masayarakat
sekitar, studi kepustakaan serta studi dokumentasi melalui instansi/Lembaga penelitian tekait.

Gambar 1. Peta Lokasi Danau Teluk Rasau, Pedamaran kabupaten Ogan Komering Ilir
Pengambilan sampel air dilakukan pada tiga titik yaitu pada stasiun I,II dan III, pengambilan
sampel dilakukan pada pagi dan sore hari. Pengambilan sampel air di danau teluk rasau
mengikuti metode APHA[10]. Setelah sampel air diperoleh kemudian dianalisis di
laboratorium.

Gambar 2. Stasiun pengamatan/pengambilan sampel air di Danau Teluk Rasau


Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-10 Tahun 2022, Palembang 27 Oktober 2022
“Revitalisasi Sumber Pangan Nabati dan Hewani Pascapandemi dalam Mendukung Pertanian Lahan
Suboptimal secara Berkelanjutan

Analisis kesesuain lahan dilakukan dengan pendekatan analisis fungsi dan efektifitas suaka
perikanan dengan kriteria skor total dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Kriteria kesesuaian kepentingan suaka perikanan[11]
Skor nilai
No Parameter rendah Nilai sedang dan efektif Nilai baik dan sangat effektif Nilai
1 Luas wilayah (ha) <200 1 200-500 2 >500 3
2 Rerata Kedalaman Air (m) <2 1 2-15 2 16-25 3
3 Kualitas Air Buruk 1 sedang 2 Baik 3
4 Keanekaragaman Tanaman Air <1-2 1 >2 - <10 2 >15 3
5 Tempat asuhan ikan (% area) <5 1 5-10 2 >10-25 3
6 Tempat pemijahan ikan Tidak ada 1 terbatas 2 tersedia 3
7 Keanekaragaman spesies Kecil 1 sedang 2 Tinggi 3
9 Kelimpahan stok kecil 1 sedang 2 tinggi 3
10 Spesies langka/terancam Tidak ada 1 1 spesies 2 >1 spesies 3
punah/dilindungi
11 perlindungan Perairan umum 1 Teluk terbuka 2 Teluk 3
12 Kemudahan akses lokasi sulit 1 sedang 2 mudah 3
13 Peran POKMASWAS kecil 1 sedang 2 tinggi 3
Keterangan:
0 – 13 : Berfungsi Rendah
>13 – 39 : Berfungsi Sedang dan Cukup efektif
>39 : Berfungsi baik dan sangat efektif

Pembuatan peta zonasi wilayah suaka perikanan dengan aplikasi sitem informasi geografis
(SIG) menggunakan software Ar Map versi 10.8. Zonasi wilayah suaka perikanan dibagi
menjadi tiga zona, yaitu zona inti, zona penangkapan ikan berkelanjutan dan Zona
pemanfaatan[12]

HASIL
Deskripsi
Teluk Rasau adalah bagian dari daerah banjiran di Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Sumatera Selatan dengan sumber air berasal dari Sungai Komering yang mengalir ke arah utara
menuju Desa Pedamaran. Perairan ini tergenang air sepanjang tahun dan merupakan wilayah
perikanan daerah bernilai tinggi. Perairan di sekitar Teluk Rasau ini di lelang selama 12 bulan
penuh. Teluk Rasau terhubungkan dengan Sungai Lempuing pada daerah perbatasan dua unit
daerah lelang yaitu Sungai Aur (di bagian hilir) dan Laut Sekampung (di bagian hulu). Teluk
Rasau merupakan daerah suaka perikanan khususnya jenis ikan yang bermigrasi untuk memijah
baik secara lateral ataupun longitudinal[5], [13]
Danau teluk rasau berjarak 60 km dari kota Palembang dengan jarak tempuh sekitar 3 km
dari jalan propinsi. Jalan menuju lokasi dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat
dengan kondisi jalan yang relative baik. [14]

Kondisi Sosial Budaya


Danau teluk rasau dimanfaatkan sebagai suaka perikanan dengan surat keputusan
gubernur No.398/Kpts /IV/82 Tanggal 19 Juni 1982, tentang pemanfaatan sumber daya alam
danau teluk rasau tidak pernah terjadi konflik hal ini ditandai dengan tidak ada adanya desakan
masyarakat untuk memasukan wilayah ini ke dalam objek lelang lebak lebung dan mampu
bersanding dengan kearifan local yang ada yaitu tradisi lelang lebak lebung yang diadakan
setahun sekali yang sudah terkenal sampai keluar provinsi[13] dan sudah ditetapkan sebagai
kekayaan intelektual komunal Nomor PT162022000083 Tanggal 23 September 2022[15]
Suaka perikanan teluk rasau ini memiliki POKMASWAS (Kelompok Masyarakat
Pengawas) yang mengatur pemanfaatan,perlindungan ataupun mengawasi kegiatan
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-10 Tahun 2022, Palembang 27 Oktober 2022
“Revitalisasi Sumber Pangan Nabati dan Hewani Pascapandemi dalam Mendukung Pertanian Lahan
Suboptimal secara Berkelanjutan
penangkapan [5]. Pokmaswas merupakan pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat untuk
mengontrol segala aktivitas penangkapan ikan Restocking setiap tahun[16]. Restocking
merupakan suatu cara untuk menjaga ketersediaan ikan local atau endemic dengan cara
penebaran benih ikan tersebut pada Kawasan suaka perikanan danau teluk rasau[14]. Kegiatan
ini juga merupakan salah satu upaya pelestarian serta membantu sarana dan prasarana
penunjang disekitar danau teluk rasau[17]. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden
diperoleh persentase sekitar 95% kebutuhan intervensi dan kehadiran pemerintah. Peran
Pemerintah dalam hal ini adalah dalam menangani masalah yang tidak bisa diselesaikan dalam
tataran local masyarakat, pelayanan perlindungan, konservasi dan pemanfaatan demi
keberlanjutan sumber daya perikanan[18].
Analisis kesesuaian Lokasi Suaka Perikanan Danau Teluk Rasau
Berdasarkan data hasil pengukuran parameter kualitas air di Kawasan suaka perikanan danau
teluk rasau pada table 2 sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Pengukuran parameter kualitas air Suaka Perikanan Danau Teluk Rasau
Parameter Kisaran
Data Penelitian 1[19] Data Penelitian 2 [4]
Suhu (oC) 29-30 29-30
Kecerahan (cm) 65-70 70-80
Kedalaman (cm) 90-100 90-100
pH 6,5 5
Oksigen terlarut (ppm) 5-7,74 5-6,8
Co2 bebas (ppm) 6,16-10,5 5,72-24,6
Alkalinitas (ppm) 2,5-7 2,5-5,2

Berdasarkan hasil pengamatan tipe habitat danau teluk rasau ini memiliki karakteristik
dasar perairan pasir berlumpur dengan kecepatan arus lemah, warna air cokelat kehitaman dan
memiliki kadar oksigen terlarut yang relative tinggi. Pada table 2 diketahui bahwa kualitas air
di suaka perikanan danau teluk rasau antara data penelitian 1 dan data penelitian 2 tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan, tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dan belum
melebihi ambang batas menurut ambang batas Peraturan Baku Mutu [20]Berdasarkan hasil
penelitian kondisi sosial budaya (kemudahan akses, peran POKMASWAS) dan parameter
kualitas air, data ditabulasi dengan skor, sehingga perhitungan kriteria kesesuaian untuk
cadangan perikanan dapat dilihat pada table 3, sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil perhitungan untuk kriteria kesesuaian suaka perikanan Danau Teluk Rasau
Nilai Skor Parameter dan Nilai Skor Danau Teluk Rasau
No Parameter 1 2 3
rendah sedang dan baik dan sangat effektif Parameter Nilai Skor
efektif
1 Luas wilayah (ha) <200 200-500 >500 180-200 Ha 2
2 Rerata Kedalaman Air (m) <2 2-15 16-25 1-5 2
3 Kualitas Air Buruk sedang Baik Sedang 2
4 Keanekaragaman <1-2 >2 - <10 >15 >2-<10 2
Tanaman Air
5 Tempat asuhan ikan (% <5 5-10 >10-25 5 2
area)
6 Tempat pemijahan ikan Tidak ada terbatas tersedia tersedia 3
7 Keanekaragaman spesies Kecil sedang Tinggi sedang 2
9 Kelimpahan stok kecil sedang tinggi sedang 2
10 Spesies langka/terancam Tidak ada 1 spesies >1 spesies >1 spesies 3
punah/dilindungi
11 perlindungan Perairan Teluk terbuka Teluk Teluk Terbuka 2
umum
12 Kemudahan akses lokasi sulit sedang mudah Mudah 3
13 Peran POKMASWAS kecil sedang tinggi sedang 2
Total Skor 13 26 39 27

Berdasarkan hasil penilaian kesesuaian cadangan perikanan danau teluk rasau diperoleh
hasil fungsi sedang dan cukup efektif
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-10 Tahun 2022, Palembang 27 Oktober 2022
“Revitalisasi Sumber Pangan Nabati dan Hewani Pascapandemi dalam Mendukung Pertanian Lahan
Suboptimal secara Berkelanjutan

Analisis Zonasi Suaka Perikanan


Penetapan zonasi mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30
Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Rencana Zonasi Kawasan Konservasi Perairan. Kawasan
suaka perikanan danau teluk rasau dibagi menjadi 3 zona yaitu zona inti, zona pemanfaatan dan
zona penangkapan ikan berkelanjutan melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai potensi
sumber daya, yang dapat dilihat pada Tabel 4, sebagai berikut.

Tabel 4. Luas Zonasi Suaka Perikanan Danau Teluk Rasau[21]

No Zona Area (ha) Presentasi zona (%)


1 Zona Inti 40,13 22,30
2 Zona Perikanan Berkelanjutan 74,60 41,44
3 Zona Pemanfaatan 65,27 36,26
Total Area 180 100%

Zona Inti
Zona inti memiliki luas 40,13 ha, yang memiliki kedalaman 4,5 m. Berdasarkan
pengamatan visual dilapangan zona ini merupakan tempat pemijahan ikan dikarenakan terdapat
banyak tanaman air dibandingkan dengan zona yang lain merupakan parameter kesuburan
perairan, sehingga ikan dapat bertelur dengan bebas setelah dijadikan tempat bersarang. Di zona
ini juga menjadi habitat pemeliharaan ikan karena ditemukan ikan pirik elang (botia), ikan Lais
dan sejenis ikan belida yang merupakan spesies ikan sumatera yang hampir terancam punah di
danau teluk rasau.
Penetapan zona inti oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2010 pasal
9 ayat (1) huruf a tentang zonasi Kawasan konservasi dilakukan sesuai kriteria yaitu, merupakan
daerah pemijahan, pemberian pakan ikan, sebagai habitat biota perairan prioritas dan endemic,
memiliki kondisi perairan yang relative masih alami dan belum terganggu manusia, serta
memiliki karakteristik sebagai sumber plasma nutfah untuk Kawasan konservasi perairan

Zona Perikanan Berkelanjutan


Zona Perikanan Berkelanjutan dengan luas 74,60 ha yang memiliki kedalaman 3 m,
berfungsi sebagai Kawasan yang diperbolehkan memanfaatkan sumberdaya yang ada
didalamnya untuk kebutuhan masyarakat sekitar atau masyarakat di luar Kawasan danau teluk
rasau. Pada Zona ini boleh dilakukan penangkapan setahun sekali. Dalam kegiatan ini
masyarakat diperbolehkan menangkap ikan, namun tetap dengan menggunakan alat tangkap
ramah lingkungan tidak menggunakan racun, setrum dan alat tangkap yang dilarang dan
berbahaya lainnya yang telah diatur dalam PERDA Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Lebak
Lebung dan Sungai.
Penetapan Zona penangkapan ikan berkelanjutan dengan Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2010 pasal 9 ayat (1) huruf b tentang Kawasan konservasi
dilakukan berdasarkan kriteria: memiliki nilai konservasi, yang dapat mentolerir penggunaan
budidaya dan penangkapan ikan yang ramah lingkungan dengan alat dan metode yang ramah
lingkungan , memiliki ciri ekosistem yang ramah lingkungan dan mendukung perikanan
berkelanjutan, memiliki keanekaragaman jenis biota perairan, memiliki cukup luas untuk
menjamin pengelolaan perikanan budidaya, perikanan tangkap yang berkelanjutan dan kegiatan
sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-10 Tahun 2022, Palembang 27 Oktober 2022
“Revitalisasi Sumber Pangan Nabati dan Hewani Pascapandemi dalam Mendukung Pertanian Lahan
Suboptimal secara Berkelanjutan
Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan dengan luas 36,26 ha dengan kedalaman 3 m. Pada zona ini memiliki
wilayah yang cukup luas dan daya Tarik wisata yang cukup bagus, karena adanya Kawasan
berpasir yang timbul membentuk daratan yang menjadikan Kawasan ini memiliki daya Tarik
tersendiri bagi pengunjung. Berdasarkan informasi masyarakat setempat Kawasan ini banyak
dimanfaatkan sebagai tempat wisata setiap tahun Ketika musim air surut.
Penetapan zona pemanfaatan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 30 Tahun 2010 Pasal 9 ayat (1) huruf c tentang Zonasi Kawasan Konservasi dilakukan
berdasarkan kriteria: memiliki dayatarik wisata, ekosistem perairan indah dan unik, memiliki
luas yang cukup untuk menjamin potensi dan daya tarik pariwisata, memiliki kondisi perairan
yang relative baik unutk berbagai kegiatan pemanfaatan tanpa merusak ekosistem aslinya.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi sosial budaya, suaka perikanan danau teluk rasau
merupakan penyangga kearifan local tradisi lelang lebak lebung dan sungai di kabupaten Ogan
Komering ilir yang status hukumnya berdasarkan keputusan gubernur Nomor No.398/Kpts
/IV/82 Tanggal 19 Juni 1982 dan sudah ditetapkan sebagai kekayaan intelektual komunal
Nomor PT162022000083 Tanggal 23 September 2022, memiliki akses ke lokasi yang mudah,
memiliki kelompok masyarakat pengawas perikanan yang cukup berperan aktif, memiliki
kearifan local yang unik dan dikenal luas yaitu lelang lebak lebung dan sungai. Hasil
perhitungan keseuaian suaka perikanan diperoleh skor 27 berfungsi sedang dan cukup efektif.
Luasan zonasi Kawasan suaka perikanan terdiri dari 40,13 ha zona inti, 74,60 ha zona perikanan
berkelanjutan dan 65,27 ha zona pemanfaatan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami ucapkan terima kasih kepada kepala dinas perikanan kabupaten Ogan Komering Ilir yang
telah membantu dan mengizinkan untuk mempublish data terkait sehingga makalah ini
rampung

DAFTAR PUSTAKA

[1] B. S. Yudhoyono, Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Indonesia: Kemenkumham RI, 2009, hlm. 1–53.
[2] B. S. Yudhoyono, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi
Sumber Daya Ikan. Indonesia: Kemenkumham RI, 2007, hlm. 135.
[3] Pemerintah Tk.I Sumatera Selatan, SK GUB RESERVAAT 1982. Palembang, 1982, hlm. 1–3.
[4] Husnah dan Dessy Arisna, “Laju Dekomposisi Bahan Organik danProduksi Invertebrata Air Di Suaka
Perikanan Teluk Rasau, Sumatera Selatan,” Jurnal Bawal, vol. 3, no. 2, hlm. 71–83, Agu 2010.
[5] R. M. Ridho dan E. Patriono, “Keanekaragaman Jenis Ikan di Danau Teluk Rasau, Pedamaran,” Jurnal
Scientific, vol. 37, no. 2, hlm. 118–125, Mei 2020.
[6] R. Hertati dan M. Natsir Kholis, “TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP SUAKA
PERIKANAN (RESERVAT) LUBUK KASAI PERAIRAN BATANG PELEPAT KABUPATEN
BUNGO PROVINSI JAMBI,” Jurnal Pengelolaan Sumber Daya Perairan, vol. 4, no. 1, hlm. 1–16, Apr
2020, [Daring]. Available: http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/SEMAHJPSP
[7] P. H. I. Jaya dan Moh. A. Suhud, “MODEL SUAKA IKAN UNTUK PENGELOLAAN SUNGAI DI
JAWA: STUDI DI SUNGAI WINONGO YOGYAKARTA,” Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan
dan Perikanan, vol. 11, no. 2, hlm. 169, Des 2021, doi: 10.15578/jksekp.v11i2.9996.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-10 Tahun 2022, Palembang 27 Oktober 2022
“Revitalisasi Sumber Pangan Nabati dan Hewani Pascapandemi dalam Mendukung Pertanian Lahan
Suboptimal secara Berkelanjutan
[8] Z. Zamdial, D. Bakhtiar, A. Anggoro, D. Hartono, dan A. Muqsit, “RENCANA PENGELOLAAN DAN
ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PULAU ENGGANO PROVINSI BENGKULU,”
JURNAL ENGGANO, vol. 5, no. 1, hlm. 23–39, Apr 2020, doi: 10.31186/jenggano.5.1.23-39.
[9] K. Amri dan D. Prasetyo, “Pengelolaan Suaka Perikanan Danau Bakuok Kabupaten Kampar Riau,” Jurnal
Bawal, vol. 2, no. 3, hlm. 107–112, Des 2008.
[10] R. Irianti, S. Zuhroh Zalfa, N. Aulia Rahma, N. A. Puteri, dan N. Arie Fajeriati, “Keanekaragaman Jenis
Ikan Familia Cyprinadae di Sungai Nagara Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan,”
Jurnal Prosisding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah, vol. 6, no. 2, hlm. 1–7, Apr 2021.
[11] E. Prianto, M. Mukhlis Kamal, I. Muchsin, D. Endi, dan S. Kartamihardja, “Strategi Pengelolaan
Perikanan Paparan Banjir Lubuk Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan,” Jurnal
Kebijakan Perikanan, vol. 5, no. 2, hlm. 57–66, Nov 2013.
[12] A. Mattalata, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2007.
Indonesia: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2007, hlm. 1–35.
[13] Dinas Perikanan Kabupaten Ogan Komering Ilir, “Laporan Pelaksanaan L3S Tahun 2015,” Kayugung
kabupaten Ogan Komering Ilir, 396, Des 2015.
[14] R. Pramoda, “Implementasi Peraturan Daerah Ogan Komering Ilir (Oki) Nomor 9 Tahun 2008 Terhadap
Pengelolaan Perairan Umum Daratan,” Jurnal Borneo Administrator, vol. 7, no. 3, hlm. 308–324, 1969,
doi: 10.24258/jba.v7i3.78.
[15] Razilu, “Surat Pencatatan Inventarisasi Kekayaan Intelektual Komunal Pengetahuan Tradisional Lelang
Lebak Lebung,” PT16202200083, Sep 23, 2022
[16] S. M. Nasution dan Afrizal, “Peran Kelembagaan Dalam Pengelolaan Berkelanjutan Danau Bakuok,”
Jurnal Kebijakan Publik, vol. 10, no. 2, hlm. 91–96, Okt 2019.
[17] Samuel, A. D. U. A. Susilo Adjie, Susilo Adjie, A.D. Utomo, dan Asyari, “KARAKTERISTIK HABITAT
DAN PENDUGAAN STOK IKAN DI PERAIRAN TELUK GELAM, KABUPATEN OKI, SUMATERA
SELATAN,” JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan, vol. 8, no. 1, hlm. 27–40, 2002.
[18] R. Pramoda dan Z. Nasution, “Transformasi Pengelolaan Perairan Umum Daratan,” J. Sosial Ekonomi
Kelautan dan Perikanan, vol. 6, no. 2, hlm. 131–147, 2011.
[19] M. Marini, K. Fatah, B. Penelitian, P. Perairan, dan U. Palembang, “KOMPOSISI IKAN HASIL
TANGKAPAN JARING INSANG DI KAWASAN SUAKA PERIKANAN TELUK RASAU,
SUMATERA SELATAN,” Jurnal Penelitian Perikanan, vol. 18, no. 2, hlm. 125–134, Jun 2012, [Daring].
Available: http://bnpb.go.id/Thomas
[20] M. Soekarnoputri, Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air. Indonesia: Sekretaris Negara Republik Indonesia, 2001, hlm. 1–41.
[21] F. Muhammad, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.30/MEN/2010 Tentang Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan. Indonesia: Kementerian Kelautan dan Perikanan
, 2010, hlm. 1–14.

Anda mungkin juga menyukai