Anda di halaman 1dari 35

25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Remaja

1. Pengertian Remaja.

Remaja merupakan masa peralihan dari anak ke masa dewasa,

istilah ini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapainya

kematangan, biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada

wanita. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis

dan psikososial. Remaja adalah individu usia 10-19 tahun (World Health

Organization) dan belum menikah, peralihan dari anak-anak ke masa

dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis dan

perubahan sosial (Ningsih et al., 2021).

2. Tahapan Masa Remaja.

Menurut Hurlock Suntrock (1997) dalam (Miftahul, 2016) bahwa

masa remaja dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu:

a. Masa pra remaja: usia 12-13 tahun.

Masa pra remaja adalah periode sekitar kurang lebih 2 tahun

sebelum terjadinya pematangan seksual yang sesungguhnya tetapi

sudah terjadi perkembangan fisiologi yang berhubungan dengan

kematangan beberapa kelenjar endokrin.

25
26

b. Masa remaja awal: usia 13 tahun atau 14-17 tahun.

Terjadi perubahan fisik yang sangat cepat dan mencapai

puncaknya. Terjadi juga ketidakseimbangan emosional dan

ketidakstabilan dalam banyak hal. Mencari identitas diri dan

hubungan sosial yang berubah.

c. Masa remaja akhir: usia 17-20 tahun.

Ingin selalu jadi pusat perhatian, ingin menonjolkan diri,

idealis, mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat dan mempunyai

energi yang besar, ingin memantapkan identitas diri dan ingin

mencapai ketidaktergantungan emosional. Hal ini biasanya hanya

berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Masa ini ditandai oleh

adanya sifat-sifat negatif pada remaja sehingga seringkali masa ini

disebut masa negatif dengan gejala seperti tidak tenang, kurang suka

bekerja, pesimistik dan sebagainya (Octavia, 2020).

B. Tinjauan Umum Tentang Nyeri Haid (Dismenorea)

1. Pengertian Nyeri Haid (Dismenorea).

Dismenorea disebut juga kram mentruasi atau nyeri menstruasi.

Dalam bahasa Inggris, dismenorea sering disebut sebagai “painful

period” atau menstruasi yang menyakitkan. Nyeri menstruasi atau

dismenorea adalah kram perut yang berasal dari kontraksi rahim yang

terjadi pada saat menstruasi. Nyeri tersebut dapat disertai mual, muntah,

sakit kepala, nyeri otot bahkan pingsan. Dismenorea yang terjadi pada
27

setiap perempuan yang tidak disebabkan karena kondisi patologis disebut

sebagai dismenorea primer (Pulungan et al., 2020).

Pada wanita lebih tua, dismenorea dapat disebabkan oleh penyakit

tertentu, misalnya fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau

kehamilan ektopik (Sinaga et al., 2017). Asosiasi internasional untuk

penelitian nyeri (International Assosiation for the Studi of Pain)

mendefenisikan nyeri sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional

yang bersifat subjektif yang tidak nyaman berkaitan dengan kerusakan

jaringan yang aktual dan potensial. Wanita yang mengalami dismenorea

memiliki kadar prostaglandin 6-18 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

wanita yang tidak mengalami dismenorea (Simarmata, 2020).

Prostaglandin merupakan suatu zat yang berkaitan dengan

rangsangan nyeri pada manusia. Intensitas nyeri yang dirasakan setiap

wanita terkait dengan dismenorea ini berbeda-beda, tergantung toleransi

nyeri masing-masing. Prostaglandin merupakan asam lemak yang

berasal dari asam arakidonat yang disebut dengan prostanoid.

Prostanoid berfungsi sebagai pembawa pesan kimia yang dibuat oleh sel-

sel tubuh, termasuk sel yang berada pada lapisan rahim. Prostaglandin

yang diproduksi pada rahim menyebabkan kontraksi pada otot uterus

yang dapat membantu pelepasan lapisan dinding rahim yang telah

menumpuk selama siklus menstruasi (Simarmata, 2020).

Produksi prostaglandin yang berlebihan dapat menyebabkan

dismenorea yang disertai dengan beberapa gejala lainnya. Umumnya,

27
28

kadar prostaglandin berada pada titik tertinggi pada hari pertama

menstruasi dan akan berkurang hari demi hari menstruasi hingga selesai

(Omidvar et al., 2019). Nyeri menstruasi atau dismenorea ini terbagi

menjadi 2 yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder (Sinaga et

al., 2017).

2. Cara Kerja Dan Kadar Prostaglandin F2α (PGF-2α) Pada Nyeri Haid

(Dismenorea).

Di dunia kedokteran, prostaglandin biasa disingkat dengan “PG”,

prostaglandin terdiri dari beberapa subtipe tergantung dari struktur cincin

yang dimilikinya. PGF-2α dihasilkan saat terjadi luteulisis dan nekrosis

pada sel endometrium pada silkus menstruasi, berperan sebagai

konstriktor miometrium dan pembuluh darah di rahim (Simarmata, 2020).

Prostaglandin (PG) adalah asam lemak yang termodifikasi, yang sering

kali diturunkan dari lipid membran plasma. Prostaglandin dinamai

seperti itu karena pertama kali ditemukan pada komponen semen yang

dihasilkan oleh kelenjar prostat manusia. Prostaglandin pada semen

merangsang kontraksi otot polos dinding uterus, sehingga membantu

mengirimkan sperma ke sel telur (Arma et al., 2015).

Prostaglandin secara langsung dapat menjadi modulator inflamasi

pada jaringan uterus yang berujung pada kejadian iskemia.

Vasokonstriksi pembuluh darah akan meningkatkan rasa nyeri pada

wanita yang mengalami dismenorea, hal ini dikarenakan terhambatnya

suplai oksigen pada jaringan uterus. Reaksi inflamasi yang terus menerus

28
29

akan meningkatkan derajat nyeri pada penderita dismenorea (Rishel &

Basyir, 2018).

Peningkatan kadar prostaglandin penting peranannya sebagai

penyebab terjadinya nyeri haid. Terjadinya spasme endometrium dipacu

oleh zat dalam darah haid, mirip lemak alamiah yang kemudian diketahui

sebagai prostaglandin, kadar zat ini meningkat pada keadaan nyeri haid

dan ditemukan di dalam otot uterus. Prostaglandin menyebabkan

peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabu saraf terminal rangsang

nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan

peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intrauterus

sampai 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat

(Rishel & Basyir, 2018).

Prostaglandin (PGF-2α) pada wanita yang dismenorea berbeda-

beda. Pemberian PGF-2α kepada wanita tidak hamil juga menyebabkan

menstruasi, respon ini diperkirakan disebabkan oleh vasokontriksi arteri

spiralis endometrium yang dipicu oleh PGF-2α (Arma et al., 2015).

Pengukuran kadar PGF-2α dari plasma perifer dan jaringan endometrium

pada wanita tidak dismenorea antara 20-33 pg/ml, sedangkan pada

wanita yang dismenorea 32-105 pg/ml, dan lebih tinggi saat hari pertama

dapat mencapai 4 kali lipat yaitu 300-2800 pg/ml (Simarmata, 2020).

Pada dasarnya nyeri haid yang dikarenakan prostaglandin

tergolong dalam dismenorea primer, dimana terjadi peningkatan

kontraksi uterus yang adekuat akibat dari sekresi prostaglandin yang

29
30

berlebihan. Nyeri haid hanya timbul bila uterus berada di bawah

pengaruh hormon progesteron. Kadar progesteron yang rendah akan

menyebabkan terbentuknya prostaglandin dalam jumlah yang banyak.

Kadar progesteron yang rendah akibat regresi korpus luteum

menyebabkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga

meningkatkan pelepsasn enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai

katalisator dalam sintesis prostaglandin melalui perubahan fosfolipid

menjadi asam arakhidonat (Rishel & Basyir, 2018).

3. Klasifikasi Nyeri Haid (Dismenorea).

Menurut (Nurwana et al., 2017) dismenorea dikategorikan menjadi

dua macam yaitu sebagai berikut:

a. Dismenorea primer.

Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yang terjadi

tanpa didasari kondisi patologis yang kasat mata. Nyeri ini timbul

sejak menstruasi pertama dan biasanya terjadi dalam 6-12 bulan

pertama setelah menstruasi pertama (menarche). Dismenorea primer

ini dapat pulih seiring dengan berjalannya siklus menstruasi yang

terjadi secara periodik. Umumnya, dismenorea primer tidak lagi

dirasakan oleh perempuan setelah melahirkan anak. Hal ini

disebabkan karena hormon tubuh jauh lebih stabil setelah menikah

dan atau adanya perubahan posisi pada rahim.

30
31

b. Dismenorea sekunder.

Dismenorea sekunder merupakan nyeri menstruasi yang

didasari kondisi patologis yang nyata. Dismenorea terjadi karena

peningkatan prostaglandin (PG) F2- alfa yang merupakan suatu

siklooksigenase (COX-2) yang mengakibatkan hipertonus dan

vasokonstriksi pada myometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri

pada perut bagian bawah. Dismenorea sekunder merupakan tingkat

lanjut dari dismenorea primer, yang dimana terjadi peningkatan

kadar prostaglandin (PG) saat siklus menstruasi namun disertai

dengan kondisi patologis seperti radang kandung kemih, sindrom

ovarium polikistik (PCOS) atau gangguan ginekology lainnya.

Faktor patogenesis dismenorea sekunder diantaranya

endometriosis, pelvic inflammatory disease, kista atau tumor

ovarium, adenomyosis, fibroid, polip uteri, adanya kelainan

kongenital, pemasangan intrauterine device, transverse vaginal

septum, pelvic congestion syndrome dan allenmasters syndrome.

4. Intensitas Nyeri Haid (Dismenorea).

Intensitas nyeri menurut Multidimensional Scoring of Andersch

and Milson dalam (Larasati, 2016) mengklasifikasikan nyeri dismenorea

sebagai berikut:

a. Dismenorea ringan adalah nyeri haid tanpa adanya

pembatasan aktifitas, tidak diperlukan penggunaan analgetik dan

tidak ada keluhan sistemik.

31
32

b. Dismenorea sedang adalah nyeri haid yang mempengaruhi

aktifitas sehari-hari, respon analgetik untuk menghilangkan rasa

sakit dan terdapat beberapa keluhan sistemik.

c. Dismenorea berat adalah nyeri haid dengan dengan keterbatasan

parah pada aktifitas sehari-hari, respon analgetik untuk

menghilangkan rasa sakit minimal, dan adanya keluhan sistemik

seperti muntah, pingsan, dan lain-lainnya.

5. Etiologi dan Faktor Resiko Nyeri Haid (Dismenorea).

Menurut (Pulungan et al., 2020), etiologi dan faktor resiko yang

menyebabkan nyeri pada menstruasi dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Etiologi dismenorea primer.

Dismenorea primer disebabkan oleh endometrium dalam fase

sekresi kadar prostaglandin (PG) F2-alfa berlebih. Kadar

prostaglandin menyebabkan peningkatan tonus uteri dan kontraksi

dinding rahim sehingga menimbulkan rasa sakit. Pada dismenorea

primer yang dirasakan antara lain rasa nyeri di perut bagian bawah,

menjalar hingga ke pinggang dan paha. Selain itu kadang juga dapat

disertai dengan rasa mual, muntah, diare, sakit kepala dan emosi

yang lebih yang diakibatkan oleh adanya dismenorea. Beberapa

faktor yang berhubungan dengan dismenorea primer, yaitu sebagai

berikut:

1) Usia menarche.

Menarche adalah menstruasi pertama yang terjadi pada

32
33

remaja perempuan yang merupakan tanda masuknya fase

pubertas. Usia menarche yang ideal adalah pada saat remaja

berusia 12 sampai 14 tahun. Apabila remaja mengalami

menarche dini dibawah 12 tahun, organ genitalia dianggap

belum siap untuk mengalami perubahan struktural dan kondisi

leher rahim masih terlalu sempit sehingga terjadi peningkatan

intensitas nyeri saat menstruasi (Irfana, 2021).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Ery &

Annisa, 2020) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang

signifikan antara usia menarche dengan nyeri menstruasi.

Penelitian yang dilakukan oleh (Ariana, 2018) pun mengatakan

bahwa adanya hubungan antara dismenorea yang diderita

dengan usia saat menarche.

2) Lama menstruasi.

American Academy of Pediatrics menyebutkan bahwa

secara normal menstruasi terjadi selama 5-7 hari dengan

interval siklus 28 hari setiap bulannya. Menstruasi yang terjadi

lebih dari 7 hari dan dengan volume darah lebih banyak disebut

dengan hipermenorrhea (Omidvar et al., 2019).

Lama menstruasi yang berbeda dari biasanya merupakan

tanda adanya gangguan pada sistem hormon yang

mempengaruhi sistem reproduksi (Omidvar et al., 2019).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Herawati, 2017)

33
34

lama menstruasi mempengaruhi terjadinya dismenorea. Semakin

lama dan panjang terjadinya menstruasi maka dismenorea yang

dirasakan semakin bertambah pula karena hormon

prostaglandin pada rahim diproduksi lebih banyak yang dapat

meningkatkan intensitas nyeri yang dirasakan.

3) Siklus menstruasi.

Siklus menstruasi merupakan jarak antara hari pertama

menstruasi yang sebelumnya dengan menstruasi berikutnya.

Jarak siklus menstruasi yang normal selama 28 hingga 35 hari

dengan durasi menstruasi selama 7 hari (Sunarsih, 2017).

Selama siklus menstruasi terjadi pelepasan hormon follicle

stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) di

dalam darah (Sunarsih, 2017). Siklus menstruasi dapat

dipengaruhi oleh suasana hati, faktor gizi dan aktivitas fisik

(Sunarsih, 2017).

Terganggunya siklus menstruasi merupakan tanda klinis

dari gangguan sistem reproduksi pada wanita. Siklus menstruasi

yang tidak teratur dapat menyebabkan volume darah yang

keluar saat menstruasi sangat banyak dan disertai dengan rasa

nyeri yang cukup hebat (Sinaga et al., 2017).

b. Etiologi dismenorea sekunder.

Dismenorea sekunder umumnya didasari dengan kondisi

patologis yang tidak normal. Ketika menstruasi terjadi peningkatan

34
35

kadar prostaglandin (PG) namun disertai dengan gangguan pada

sistem reproduksi seperti (Rizal, 2021):

1) Endometriosis.

Endometriosis adalah gangguan pada jaringan yang

melapisi rahim atau endometrium yang tumbuh di luar rahim.

Lokasi terjadinya endometriosis yang paling sering ialah pada

pelvis, ovarium, dan peritoneum. Sering juga terjadi pada tuba

fallopi atau diluar rongga rahim. Jaringan tersebut sifatnya sama

dengan endometrium normal yaitu mengalami proses penebalan

dan akan luruh, tetapi karena posisinya berada diluar rahim

sehingga darah yang menebal tersebut tidak dapat keluar dan

akhirnya mengendap.

Darah yang mengendap ini menimbulkan rasa nyeri hebat

ketika waktu menstruasi tiba karena endapan darah tersebut

mengiritasi jaringan disekitarnya yang dapat menyebabkan

timbulnya jaringan parut. Gejala klinis dari endometriosis ini

ialah rasa nyeri hebat ketika sedang menstruasi.

2) Fibroid.

Fibroid ialah pertumbuhan jaringan yang tidak diperlukan

di bagian luar rahim, bagian dalam rahim, dan atau pada dinding

rahim. Pada beberapa kasus, perempuan yang memiliki fibroid

tidak merasakan gangguan atau rasa sakit berlebih. Namun

ketika fibroid tumbuh pada dinding rahim dapat menyebabkan

35
36

rasa nyeri yang parah dan sangat mengganggu. Gejala klinis

fibroid ialah volume darah yang keluar saat menstruasi diluar

batas wajar (> 40 ml), durasi atau lama menstruasi lebih dari 7

hari setiap bulannya, sering berkemih, dan rasa nyeri pada

panggul.

3) Adenomiosis.

Adenomiosis adalah timbulnya kelenjar endometrium dan

stoma di dalam miometrium yang berkaitan dengan dismenorea

dan pendarahan tidak normal pada uterus. Adenomiosis biasanya

terjadi pada wanita pasca melahirkan atau di akhir masa

kesuburan.

6. Penatalaksanaan Nyeri Haid (Dismenorea).

Menurut (Pramardika & Firiana, 2019) penanganan dismenorea

dapat dilkukan dengan dua cara, yaitu dengan terapi farmakologis dan

terapi non farmakologis sebagai berikut:.

a. Terapi farmakologis.

Penanganan dismenorea dengan farmakologis biasanya

menggunakan jenis obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri pada

saat menstruasi antara lain analgesik (pereda nyeri) golongan Non

Steroid Anti Inflamasi Drug (NSAID), misalnya paracetamol atau

asetamenofen (sumagesic, panadol, dan lain-lain), ibuprofen

(ribunal, ostarin, dan lain-lain) dan obat- obatan pereda nyeri

lainnya.

36
37

b. Non farmakologis.

Nyeri haid bisa diatasi dengan cara non farmakologis,

diantarannya yaitu istirahat yang cukup, olahraga, yoga, orgasme,

kompres hangat, ditraksi, massage dan relaksasi, bisa juga diatasi

dengan pemberian balsam dari ekstrak jahe merah. Jahe adalah

bumbu dapur yang memiliki stimulant pemulih tenaga (tonikum) dan

pereda rasa nyeri (analgesik). Senyawa gingerol sebagai kandungan

utama adalah suatu antioksidan kuat yang efektif mengatasi radang.

Dewasa ini, jahe merupakan bahan ramuan lebih dari 50% obat

tradisional yang mampu mengatasi kondisi seperti mual, kram perut,

demam, infeksi, dan lain-lain.

C. Tinjauan Umum Tentang Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran derajat nyeri yang dirasakan oleh

setiap orang. Nyeri adalah gambaran pengalaman sensoris yang tidak

menyenangkan dan bersifat mengganggu. Intensitas nyeri diukur secara

individual dan bersifat subjektif. Menurut (Potter et al., 2019) ada beberapa

metode yang dapat digunakan untuk mengukur intensitas nyeri seseorang,

diantaranya:

1. Visual Analog Scale (VAS).

Visual Analog Scale (VAS) adalah salah satu alat ukur intensitas

nyeri yang umum digunakan. Visual analog scale menggunakan skala

37
38

linier 0-100 mm dengan panjang 10 cm dengan klasifikasi tidak nyeri

hingga sangat nyeri. Dalam pengaplikasian VAS ini memerlukan

koordinasi visual dan motorik serta konsentrasi yang baik. VAS sensitif

digunakan untuk mengukur setiap perubahan intensitas nyeri, mudah

dipahami, dapat digunakan dalam berbagai kondisi klinis. Namun, VAS

tidak dapat digunakan untuk anak dibawah usia 8 tahun dan hasilnya

tergantung dari pemahaman tiap pasien mengenai cara penggunaannya.

Gambar 2.1 Visual Analog Scale (VAS)


Sumber : (Yudiyanta, 2015)

2. Numeric Rating Scale (NRS).

Numeric Rating Scale (NRS) adalah skala penilaian rasa nyeri

menggunakan numerik sebagai penerjemah intensitas nyeri yang

dirasakan. NRS terdiri dari skala horizontal dengan rentang angka 0

sampai 10 yang dibagi menjadi 10 segmen. Penggunaan NRS cukup

sederhana karena tidak terlalu membutuhkan koordinasi visual dan

motorik serta mudah dipahami untuk mendeskripsikan nyeri yang sedang

dirasakan, NRS banyak digunakan dalam penelitian intensitas nyeri

karena NRS dianggap lebih spesifik dari VAS untuk menilai rasa nyeri.

38
39

Gambar 2.2 Numeric Rating Scale (NRS).


Sumber: (Yudiyanta, 2015)
Keterangan:

a. Score 0: Tanpa rasa nyeri dan aktivitas sehari-hari tidak berpengaruh.

b. Score 1-3: Nyeri ringan (terasa kram pada perut bagian bawah tetapi

masih dapat ditahan dan beraktivitas serta berkonsentrasi dalam

belajar).

c. Score 4-6: Nyeri sedang (terasa kram pada bagian bawah, nyeri

menyebar kepunggung, kurang nafsu makan, aktivitas terganggu, dan

sulit berkonsentrasi saat belajar).

d. Score 7-9: Nyeri hebat (terasa kram pada perut bagian bawah,

nyeri menyebar kepinggang, paha dan kepunggung, tidak ada nafsu

makan, mual, badan lemas, tidak bisa beraktivitas, dan tidak dapat

berkonsentrasi dalam belajar).

e. Score 10: Nyeri sangat berat (terasa kram pada perut bagian bawah,

nyeri menyebar kepinggang, paha, kaki, dan kepunggung, tidak ada

nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, badan lemas, tidak bisa

berktivitas dan bangun dari tempat tidur, dan kadang sampai pingsan).

3. Verbal Rating Scale (VRS).

Verbal Rating Scale (VRS) adalah skala verbal yang digunakan

untuk mengukur intensitas nyeri dengan ungkapan kata-kata. VRS

umumnya digunakan pada pasien pasca bedah atau dengan luka insisi,

39
40

VRS tidak terlalu mengandalkan koordinasi visual dan motorik namun

tidak dapat membedakan berbagai jenis nyeri.

Gambar 2.3 Verbal Rating Scale (VRS)


Sumber : (Yudiyanta dkk., 2015)

4. Face Rating Scale (FRS).

Face Rating Scale (FRS) adalah skala penilaian intensitas nyeri

menggunakan gambar ekspresi wajah yang menunjukkan seberapa nyeri

yang dirasakan. FRS umumnya digunakan untuk mendefenisikan nyeri

pada anak-anak karena dianggap lebih komunikatif dan menyenangkan

digunakan. Wong baker faces scale (WBFS) adalah salah satu dari

beberapa skala wajah yang banyak digunakan di perawatan intensif anak.

WBFS ini dapat digunakan untuk rentang usia 3 tahun hingga 18 tahun.

WBFS terdiri dari ekspresi senyum yang mendefenisikan perasaan netral

hingga ekspresi dahi dikerutkan yang mendefenisikan rasa sakit.

Gambar 2.4. Face Rating Scale (FAS)


Sumber : (Yudiyanta dkk., 2015)
D. Tinjauan Umum Tentang Jahe Merah

40
41

1. Profil Jahe Merah.

Jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) merupakan salah satu

tanaman herbal yang berbatang lunak, tidak berkayu dan banyak

digunakan oleh masyarakat Indoneisa sejak abad ke-13. Tanaman jahe

digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada produk.

Pada kalangan industri obat, jahe digunakan sebagai minyak wangi dan

jamu tradisional. Khasiat mengkonsumsi jahe dalam dalam tubuh sebagai

peluruh dahak atau obat batuk, peluruh keringat, peluruh haid, pencegah

mual, penambah nafsu makan, menghangatkan badan, dan lain-lainnya

(Pujiasmanto, 2021).

Jahe merah merupakan tanaman yang mempunyai banyak khasiat

serta telah dimanfaatkan oleh masyarakat selama bertahun-tahun, salah

satunya adalah digunakan sebagai minuman penghangat tubuh saat cuaca

sedang dingin. Selain itu, jahe merah juga dapat dimanfaatkan sebagai

salah satu herbal yang dapat melegakan tenggorokan dan menghilangkan

masuk angin (Putri, 2020).

Gambar 2.5 Jahe Merah (Zingiber Officinale Var. Rubrum).


Sumber: (Putri, 2020).
2. Deskripsi Jahe Merah.

41
42

Dalam ilmu tumbuhan, kedudukan jahe merah dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae.

Divisi : Magnoliophyta.

Super Divisi : Spermatophyta .

Kelas : Liliopsida.

Ordo : Zingiberales.

Famili : Zingiberaceae.

Genus : Zingiber.

Spesies : Zingiber officinale varietas rubrum.

Jahe termasuk terna berbatang semu tegak, memiliki ciri-ciri yaitu

rimpang kecil berlapis berwana jingga muda sampai merah, dengan

ukuran 4,20-4,26 cm, tinggi dan panjangnya 5,26-10,40 dan 12,33-12,60

cm. Warna daun hijau gelap (berselang-seling teratur), warna batang

hijau muda kemerahan berbentuk bulat kecil diselubungi pelepah daun

yang agak keras. Tinggi tanaman ini 68,6-103 cm, aromanya sangat

tajam dan sangat pedas, berserat kasar, kadar minyak atsiri 2,58%-3,50%

dan kadar oleoresin 5,8-6,3% (Putri, 2020).

Jahe merah dipanen setelah berumur tua, cocok untuk bahan obat-

obatan karena kandungan minyak atsirinya yang tinggi. Dapat

dimanfaatkan langsung rimpang segarnya atau diolah menjadi berbagai

produk, seperti jahe kering, serbuk jahe jahe instan, kopi jahe, sirup jahe

atau ekstrak minya atsirinya (Putri, 2020).

42
43

3. Kandungann Jahe Merah.

Jahe merah mempunyai kandungan minyak atsiri serta mempunyai

rasa pedas karena adanya senyawa kimia aktif yang diberi nama

Zingeberon yaitu keton yang baunya harum dan aroma jahe disebabkan

oleh adanya minyak atsiri yang umumnya berwarna kuning sedikit

kental. Kandungan minyak atsiri pada jahe merah lebih tinggi

dibandingkan dengan jahe jenis lainnya. Kandungan minyak atsiri pada

jahe merah sekitar 3,9% sementara jahe emprit mengandung 1,4-3,5%

minyak atsiri, sedangkan pada jahe gajah hanya memiliki kandungan

minyak atsiri sekitar 1,6%. Kandungan senyawa lain pada jahe merah

memengaruhi tingkat kepedasannya (Nurhafidhah et al., 2021).

Minyak atsiri merupakan minyak yang terkandung dalam jahe

yang mudah menguap pada temperatur rendah, minyak yang tidak

menguap disebut oleoresin. Oleoresin merupakan gugusan kimia yang

komplek, berupa minyak berwarna coklat tua sampai hitam. Oleoresin

jahe juga mengandung komponen zingerol, shogaol, zingerone, resin dan

minyak atsiri (Pujiasmanto, 2021).

4. Manfaat Jahe Merah.

Jahe adalah salah satu tanaman herbal yang biasanya digunakan

sebagai bumbu masakan. Namun, jahe bukan hanya bermanfaat sebagai

penyedap masakan, karena juga bisa digunakan sebagai bahan baku obat-

obatan. Jahe miliki segudang manfaat bagi tubuh. Tanaman jahe dapat

menghangatkan tubuh dan sangat baik untuk dikonsumsi secara teratur.

43
44

Jahe adalah salah satu tanaman yang populer di Asia Tenggara, termasuk

Indonesia (Rachmayanti, 2019).

Berdasarkan efek farmakologisnya, jahe merah memiliki manfaat

untuk melancarkan sirkulasi darah, meningkatkan sistem kekebalan

tubuh, menghangatkan tubuh, anti-radang dan penambah nafsu makan

serta sangat baik apabila dikonsumsi oleh wanita yang sedang dalam

masa menstruasi, jahe merah memiliki efek anti-inflamasi (Studi

Biomfarmaka IPB & Gagas Ulang, 2020).

Berikut ini manfaat jahe untuk kesehatan tubuh, sebagai berikut:

a. Meningkatkan daya tahan tubuh.

b. Meredakan nyeri haid.

c. Anti penuaan dan kanker.

d. Obat rematik.

e. Menurunkan kolesterol.

f. Mengurangi mual dan muntah.

g. Batuk kering.

5. Efek Samping Jahe Merah.

Jahe memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Namun, jika jahe

dikonsumsi secara berlebihan, justru bisa merugikan dan tidak baik bagi

kesehatan tubuh. Jahe memang banyak manfaatnyaa bagi kesehatan

tubuh. Tapi seperti bahan pangan lainnya, segala yang aslinya baik, tetapi

jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan pasti akan menimbulkan

44
45

reaksi yang kurang baik bagi tubuh. Berikut ini beberapa efek samping

dari jahe, antara lain:

a. Membahayakan kehamilan.

b. Perdarahan saat menstruasi.

c. Menyebabkan diare.

d. Hipoglikemia.

e. Menganggu pencernaan.

f. Menganggu jantung.

g. Iritasi rongga mulut.

6. Pengaruh Jahe Merah Terhadap Penurunan Skala Nyeri Haid.

Jahe adalah bumbu dapur yang memiliki stimulant pemulih tenaga

(tonikum) dan pereda rasa nyeri (analgesik). Senyawa gingerol sebagai

kandungan utama adalah suatu anti-oksidan kuat yang efektif mengatasi

radang. Dewasa ini, jahe merupakan bahan ramuan lebih dari 50% obat

tradisional yang mampu mengatasi kondisi seperti mual, kram perut,

demam, infeksi, dan lain-lain. Jahe memiliki kandungan kalsium dan zat

besi yang cukup tinggi, bahkan studi menunjukan bahwa jahe mampu

menghentikan mual dan muntah di pagi hari pada wanita hamil, pasien

pasca bedah, mencegah penyakit pembuluh darah, mengatasi gangguan

pencernaan, infeksi usus, rematik, dan migren (Rahayu et al., 2019).

Rimpang jahe mengandung unsur gizi penting seperti kalsium,

magnesium, zat besi, beta karoten dan vitamin C. Zat besi yang

terkandung dalam jahe dapat digunakan untuk mencegah anemia pada

45
46

saat haid. Sedangkan kalsium dan vitamin C dalam jahe berguna

untuk menenangkan saraf dan mengurangi rasa nyeri. Senyawa

shogaol dan gingerol juga berfungsi sebagai anti mual. Kedua

senyawa ini memiliki sifat antioksidan yang lebih tinggi daripada

vitamin E (Putri, 2020).

Peradangan tubuh yang terjadi akibat sistem autoimun dalam

mengeluarkan zat yang bernama prostaglandin yang menyebabkan

rasa sakit di daerah peradangan. Obat golongan NSAID dapat

meredakan nyeri ini dengan cara memblok prostaglandin yang

menyebabkan nyeri. Pengobatan dengan menggunakan NSAID

memiliki efek samping yang berbahaya terhadap sistem tubuh lainnya

(nyeri lambung dan resiko kerusakan ginjal). Jahe mengandung

gingerol yang mampu memblokir prostaglandin (Nur et al., 2018).

Jahe memiliki efektivitas yang sama dengan asam mefenamat

dan ibuprofen dalam mengurangi rasa nyeri pada dismenorea primer.

Selain itu tidak ditemukan efek samping yang parah dari jahe. Telah

dijelaskan sebelumnya bahwa jahe memiliki efektivitas yang sama

dengan ibuprofen dalam mengurangi nyeri. Secara umum ibuprofen

dikenal sangat cepat dan efektif diserap setelah pemberian peroral.

Puncak konsentrasi di dalam plasma sangat singkat yaitu antara 15

menit-1 jam. Cara kerja obat ibuprofen pun sama dengan jahe yaitu

dengan menghambat sintesis prostaglandin. Obat-obat/herbal yang

46
47

sejenis dengan ibuprofen sangat mudah di absorbsi oleh sistem

gastrointestinal (Suparmi & Musriyati, 2017).

Penilitian yang dilakukan oleh (Mansur et al., 2017) tentang

“Formulasi dan manfaat krim minyak jahe merah dan minyak cengkeh

terhadap nyeri haid pada siswi SMP” kepada 30 siswi yang memenuhi

kriteria sampel. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa, ada

pengaruh krim yang mengadung campuran minyak jahe merah dan

minyak cengkeh dapat menurunkan intensitas nyeri haid primer pada

siswi SMP. Hal itu terlihat dari terdapatnya perbedaan intensitas nyeri

haid yang signifikan pada pemakaian krim jam ke-3 antara nyeri haid

sebelum dan sesudah pemakaian sediaan krim campuran minyak jahe

merah dan minyak cengkeh pada siswi dibandingkan dengan krim

plasebo sebagai kontrol.

7. Jurnal Yang Relevan Dengan Penelitian.

Tabel 2.1 Jurnal Terkait Penelitian

Nama/Tahun Judul Metode Hasil

Fitriani Annisa Al Formulasi Berdasarkan hasil


Penelitian ini
Mansur, Joshita Dan Manfaat penelitian terhadap
merupakan
Djajadisastra, Krim Minyak krim yang mengandung
penelitian
Endang Hanami / Jahe Merah campuran minyak jahe
quasi
2017 Dan Minyak merah dan minyak
eksperimental
Cengkeh cengkeh dapat
dengan
Terhadap menurunkan intensitas
menggunakan

47
48

Nyeri Haid nyeri haid primer pada


pre-test-
siswi SMP. Hal ini
posttest
terlihat dari
control group
terdapatnya perbedaan
design.
intensitas nyeri haid
Penelitian ini
yang signifkan (p=
menggunakan
0,000) pada pemakaian
metode uji
krim jam ke-3 antara
stabilitas
nyeri haid sebelum dan
meliputi
sesudah pemakaian
pengamatan
sediaan krim campuran
organoleptis
minyak jahe merah dan
dan uji
minyak cengkeh pada
keamanan
relawan dibandingkan
kepada relawan
dengan krim placebo
menggunakan
sebagai kontrol
metode uji

tempel.

Suparmi, Niken Pengaruh Penelitian ini Berdasarkan hasil

Musriyati / 2017 Ekstrak Jahe menggunakan penelitian terjadi

Merah metode penurunan skala nyeri

Terhadap penelitian dismenorea primer

Penurunan quasi setelah diberikan

Dismenore experiment ekstrak jahe merah

48
49

Pada Remaja dengan non- pada kelompok

Di Panti equivalent perlakuan hari ke-1

Asuhan Di pretest-postest sampai hari ke-3

Surakarta with control (p=0,000 < α=0,05)

dengan jumlah sedangkan pada

sampel 60 kelompok control tidak

responden (30 mengalami penurunan

kontrol dan 30 secara signifikan

intervensi). (p=1.00 > 0,05).

Nyeri diukur Pemberian ekstrak jahe

dengan NRS. merah selama 5 hari

Uji Statistik efektif terhadap

dengan penurunan skala nyeri

Wilcoxon Sign pada dismenorea pada

Rank Test dan remaja.

T-Test.

Diah Andriani Pengaruh Penelitian ini Dari Analisa perubahan

Kusumastuti, Dewi Pemberian menggunakan nyeri dismenorea

Hartinah, Dhita Jahe Merah quasy sebelum dan sesudah

Wulan Prabandari / Terhadap eksperimen diberikan jahe merah

2021 Perubahan pretest-posttest didapatkan hasil

Nyeri non equivalent p=0,000 (p , 0,05).

Dismenorhea control grup Pemberian jahe merah

49
50

design berpengaruh untuk

terhadap 32 menurunkan nyeri

santri dismenorea pada santri

mengalami di Pondok Pesantren

dismenorea Al-Istiqomah Kudus

berat sampai tahun 2016.

ringan. Analisa

statistik

menggunakan

uji Wilxocon

Test.

Kurnia Dini Rahayu, Efektivitas Penelitian ini Hasil penelitian

Lailatul Nujulah / Pemberian adalah menunjukkan bahwa

2018 Ekstrak Jahe penelitian intesitas nyeri sebelum

Terhadap quasy intervensi hamper

Intensitas eksperimental seluruh responden

Dismenorea dengan desain dengan nyeri berat dan

Pada penelitian one- sesudah intervensi

Mahasiswi group pretest- hamper seluruhnya

Akademi postest. dengan nyeri sedang.

Kebidanan Sampel Hasil analisa

Sakinah peneiltian 33 didapatkan ada

Pasuruan mahasiswi. perbedaan antara

50
51

Pengumpulan intensitas nyeri

data sebelum intervesni

menggunakan dengan sesudah

lembar intervensi (p value

penilaian skala 0,000) . Sehingga

nyeri, nyeri ekstrak jahe dapat

diukur dijadikan salah satu

menggunakan alternatif pilihan

NRS dengan pengobatan non

skala 0-10. farmakologi (herbal)

Analisa untuk mengurangi

statistik diuji nyeri dismenorea.

menggunakan

Uji Statistik T-

Test.

E. Tinjauan Umum Tentang Hubungan Gaya Hidup (Life Style) Dengan

Dismenorea

Masa remaja merupakan salah satu masa peralihan dalam hidup

manusia dari anak-anak menuju dewasa yang sering kita sebut dengan masa

pubertas dimana pada tahap ini remaja mengalami kematangan organ

reproduksi yang ditandai dengan adanya menstruasi pada perempuan.

Beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya dismenorea pada

remaja diantaranya adalah riwayat keluarga, usia <30 tahun, usia menarchea

51
52

dini (<12 tahun), siklus menstruasi yang lebih panjang, nulipara, indeks masa

tubuh (IMT) rendah, status sosial ekonomi yang rendah dan gaya hidup

(tingkat aktivitas fisik yang rendah, stress dan mengonsumsi makanan cepat

saji/fast food) (Purwati et al., 2020).

Kejadian dismenorea akan meningkat pada wanita yang kurang

melakukan aktivitas fisik, sehingga wanita mengalami dismenorea. Remaja

sering mengalami permasalahan, remaja mempunyai banyak aitivitas dan

kesibukan yang membuat mereka rentan terhadap stress. Dari kebiasaan

makanan cepat saji atau fast food juga dapat membuat gangguan ginekology

seperti dismenorea dan haid tidak teratur (Purwati et al., 2020).

1. Aktivitas Fisik.

Dismenorea akan terjadi apabila kurangnya aktivitas fisik pada

saat sebelum atau selama menstruasi dan kurangnya olahraga, hal ini

dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Karena saat ini

banyak remaja yang dimudahkan oleh teknologi dalam memenuhi

kebutuhannya dalam aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik yang cukup

diperlukan untuk mengurangi sekresi hormon prostaglandin, hal ini

disebabkan karena oksigen tidak dapat disalurkan ke pembuluh-

pembuluh darah organ reproduksi yang saat itu terjadi vasokontriksi

sehingga menyebabkan wanita mengeluhkan dismenorea (Purwati et al.,

2020).

Kurangnya aktivitas fisik pada remaja dapat disebabkan oleh

banyak penyebab, penyebabnya antara lain malas, bosan, capek, tidak

52
53

punya peralatan olahraga, tidak ada waktu dan sebagainya. Dengan

melakukan aktivitas fisik yang teratur atau melakukan olahraga tubuh

akan menghasilkan endorphin. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat

penenang alami yang diproduksi oleh otak sehingga menimbulkan rasa

nyaman (Purwati et al., 2020).

2. Riwayat Keluarga.

Riwayat keluarga (ibu atau saudara perempuan kandung) yang

mengalami dismenorea menyebabkan seorang wanita mudah untuk

menderita dismenorea parah, hal ini berhubungan dikarenakan kondisi

anatomis dan fisiologis dari seseorang pada umumnya hampir sama

dengan orang tua dan saudara-saudaranya (Romlah & Agustin, 2020).

3. Tingkat Stress.

Respon terhadap stress yang diberikan setiap individu berbeda-

beda. Hal ini disebakan oleh beberapa faktor seperti kepribadian,

karakteristik stresor, dan kemampuan adaptasi individu terhadap stress

yang dihadapi. Faktor kepribadian sangat berpengaruh terhadap

bagaimana seseorang mengolah stresor sehingga menimbulkan dampak

stress yang berbeda (Tsamara et al., 2020). Remaja yang mengalami

stress akan terjadi peningkatan sintesis prostaglandin disertai oleh

menurunnya kadar estrogen atau progesterone, kemudian bila terjadi

kontraksi otot uterus, aliran darah uterin, iskemia uetrin sehingga terjadi

nyeri haid atau dismenorea. Tingkat stress tinggi terjadi pada remaja

yang memiliki stress sedang. Reaksi terhadap stress termasuk dalam

53
54

reaksi emosi, contohnya marah-marah, cemas, kesal, mudah tersinggung

dan menjadi pesimis. Kondisi ini dipicu karena ketidakstabilan hormon

yang ada dalam tubuh (Purwati et al., 2020).

Saat seseorang mengalami sterss maka akan terjadi respon

neuroendokrin sehingga menyebabkan Corticotrophin Releasing

Hormone (CRH) yang merupakan regulator hipotalamus utama

menstimulasi sekresi Adrenocorticotrophin Hormone (ACTH). ACTH

akan meningkatkan sekresi kortisol adrenal. Hormon-hormon tersebut

menyebabkan sekresi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan

Luteneizing Hormone (LH) terhambat sehingga perkembangan folikel

akan terganggu. Hal ini dapat menyebabkan sintesis dan pelepasan

progesteron akan terganggu. Kadar progesteron yang rendah

meningkatkan sintesis prostaglandin F1 dan E2 sehingga menyebabkan

rasa sakit pada saat menstruasi (Purwati et al., 2020).

Stress dapat mempengaruhi terjadi dismenorea karena dapat

menganggu kerja sistem endokrin sehingga dapat menyebabkan

menstruasi tidak teratur dan timbulnya rasa nyeri saat menstruasi. Maka

dari itu, diperlukan pendidikan dan faktor psikis sangatlah berpengaruh

dalam hal ini (Purwati et al., 2020).

4. Perilaku Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food)

Konsumsi fast food merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

dismenorea primer karena mengandung asam lemak jenuh, asam lemak

tak jenuh dan omega-6 yang tinggi, asam lemak omega-3 yang rendah,

54
55

dan terlalu banyak natriumnya. Asam lemak omega-6 merupakan awal

dari pelepasan prostaglandin yang merupakan hormon terkait dengan

dismenorea. Semakin tinggi konsumsi fast food maka status gizi akan

semakin meningkat. Hal ini dikarenakan fast food merupakan makanan

yang siap saji yang banyak mengandung kalori tinggi, tinggi lemak dan

rendah (Tsamara et al., 2020).

Dari kebiasaan mengonsumi makanan cepat saji atau fast food

dapat mempengaruhi gaya hidup dan menyebabkan gangguan ginekology

seperti dismenorea dan haid yang tidak teratur. Salah satu efek yang

dimiliki fast food adalah memiliki kandungan asam lemak trans yang

didapat dari teknik memasaknya. (Purwati et al., 2020).

Remaja mudah sekali terpengaruh untuk mengikuti zaman seperti

mode dan trend yang sedang berkembang di masyarakat khususnya

dalam hal makanan modern. Remaja cenderung untuk memilih makanan

yang disukai yaitu fast food. Kegemarannya akan hal ini disebabkan

karena tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pengolahannya,

mudah didapatkan, harganya ekonomis dan terjangkau. Sehingga banyak

remaja yang lebih menyukai mengonsumsi makanan cepat saji

dibandingkan dengan makanan sehat lainnya (Purwati et al., 2020).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Pamelia, 2018) dampak

mengonsumsi makanan cepat saji bagi kesehatan dalam jangka waktu

yang lama yaitu terjadinya obesitas atau kegemukan, meningkatkan

faktor risiko tekanan darah tinggi (hipertensi), meningkatkan faktor

55
56

risiko diabetes, meningkatkan faktor risiko kanker, meningkatkan faktor

risiko penyakit jantung serta meningkatkan faktor risiko stroke.

Menurut (Ayu et al., 2017) pada penelitannya tehadap remaja putri

di SMPN 1 Ponorogo mengemukakan bahwa ada hubungan

mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan kejadian

dismenorea, makanan cepat saji (fast food) memiliki kandungan gizi

yang tidak seimbang yaitu kalori tinggi, tinggi lemak, tinggi gula dan

rendah serat. Kandungan asam lemak didalam makanan cepat saji (fast

food) menganggu metabolisme progesterone pada fase luteal dan siklus

menstruasi. Akibatnya terjadi peningkatan kadar prostaglandin yang

akan menyebabkan rasa nyeri dismenorea. Hasil tesebut menunjukkan

bahwa tidak ada penumpukan prostaglandin didalam rahim karena

responden jarang mengonsumsi makanan cepat saji (fast food).

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Kerangka konsep

memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dan pijakan

untuk melakukan penelitian (Lusiana et al., 2015).

Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kerangka konsep yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

56
57

G. Kerangka Teori

57
58

Bagan 2.2 Skema Kerangka Teori Penelitian


Sumber: Modifikasi Teori Mochtar (2018) dan Manuaba (2018)

H. Definisi Operasional

Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan

menghindarkan perbedaan interprestasi serta membatasi ruang lingkup

variabel. Variabel yang dimaksud adalah variabel kunci atau penting yang

yang dapat diukur secara operasional dan dapat dipertanggungjawabkan

(Lusiana et al., 2015).

1. Variabel Independen.

Balsem ekstrak jahe merah yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah pemberian balsem ekstrak yang berbahan dasar jahe merah

(zingiber offinale var. rubrum) yang diberikan pada remaja putri yang

dismenorea pada hari pertama dan kedua menstruasi yang diberikan 2

kali sehari. Caranya yaitu melakukan pengukuran intensitas nyeri haid

sebelum pemberian produk dalam kurung waktu 5 menit. Kemudian

mengukur kembali intensitas nyeri haid setelah pemberian produk dalam

kurung waktu 60 menit lamanya.

2. Variabel Dependen.

Skala nyeri haid adalah rasa sakit yang timbul saat menstruasi

(dismenorea). Yang dimaksud penurunan skala nyeri haid pada remaja

58
59

putri yaitu dengan menggunakan numeric rating scale (NRS) pada

remaja putri yang sedang menstruasi dengan skala nyeri haid 0-10.

I. Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata hypo dan thesis artinya sementara

kebenarannya. Thesis artinya pernyataan. Jadi hipotesis dalam suatu

penelitian adalah pernyataan sementara yang masih diuji kebenarannya atau

pernyataan sementara yang masih membutuhkan pembuktian secara empiris

(Handayani, 2018). Berdasarkan pada masalah, tujuan, tinjauan pustaka dan

kerangka konsep maka hipotesis yang diajukan yakni:

1. Hipotesis Alternatif (Ha):

Pemberian balsem ekstrak jahe merah (zingiber officinale var.

rubrum) efektif terhadap penurunan skala nyeri haid pada siswi kelas IX

SMPN 8 Makassar Tahun 2022.

2. Hipotesis Noll (Ho):

Pemberian balsem ekstrak jahe merah (zingiber officinale var.

rubrum) tidak efektif terhadap penurunan skala nyeri haid pada siswi

kelas IX SMPN 8 Makassar Tahun 2022.

59

Anda mungkin juga menyukai