Anda di halaman 1dari 3

SISTEM BILIER STUDI KASUS CHOLELIATHIASIS

A. PENDAHULUAN
Sistem biliaris adalah sistem organ yang terlibat dalam produksi,penyimpanan,dan
pengeluaran empedu di dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari hari, kantong empedu, saluran
empedu dan duodenum. Fungsi utama sistem biliaris yaitu membantu proses pencernaan serta
proses penyerapan lemak, pada awalnya proses ini dimulai di hati, dimana empedu
diproduksi, setelah di produksi di hati, empedu disimpan dalam kantong empedu atau biasa
disebut dengan gallbladder. Ketika makanan yang mengandung lemak memasuki usus halus,
maka kantong empedu akan mengeluarkan empedu kedalam saluran empedu, saluran empedu
berisikan saluran hati dan saluran kistik yang menghubungkan kantung empedu dengan
duodenum.
Empedu membantu tubuh dalam melakukan pencernaan lemak dengan mengemulsi
lemak menjadi partikel partikel kecil, yang memudahkan penyerapan oleh usus halus. garam
empedu dalam empedu juga membantu dalam penyerapan lemak dan vitamin larut dalam
lemak dan vitamin larut dalam lemak. Jika terjadi gangguan pada pada sistem biliaris, seperti
batu empedu atau penyumbatan pada saluran empedu dapat terjadi gangguan pada tubuh
seperti nyeri pada bagian abdomen, mual, muntah atau gangguan pencernaan lainya.

ISI
Pada kasus Choleliathiasis diketahui bahwa terdapat batu pada kantung empedu dan
terbentuk dari kolesterol, kalsium, protein, bilirubin, garam empedu, asam lemak dan
fosfolipid. Untuk penanganannya dapat dilakukan baik secara pembedahan maupun non
pembedahan. Sebelumnya harus melakukan tes laboratorium yang meliputi tes darah lengkap,
tes fungsi hepar dan tes urine.
Untuk teknik pemeriksaan dibagi menjadi beberapa bagian yakni, sebelum pemeriksaan, saat
pemeriksaan dan sesudah pemeriksaan.
A. Sebelum Pemeriksaan
- Tidak terdapat benda berbahan dasar logam pada bagian tubuh
- Memeriksa kelengkapan seperti kaset ukuran 35cm x 43cm, selang T-tube,
media kontras, spuit 20 cc, wadah bengkok, handscoon, tisu atau kapas. Media
kontras yang digunakan yaitu 1 : 1 dengan berjenis water soluble yaitu
iopamiro 300 ml sebanyak 10 cc yang dicampurkan dengan aquades 25 ml
sebanyak 10 cc.
- Sebelum pemeriksaan dilakukan pasien diinstruksikan untuk melakukan puasa
10 jam sebelumnya.
B. Sesudah Pemeriksaan
Pada pemeriksaan ini dilakukan 2 proyeksi yakni AP dan AP Post Kontras.
- AP
Pemeriksaan dengan proyeksi ini dilakukan untuk melihat persiapan
pasien dan mengklasifikasi densitas pada kandung empedu dan cabang-cabang
pada saluran empedu.
1. Posisi pasien : supine dengan tangan berada di atas kepala dan kedua
kaki lurus.
2. Posisi objek : Mid Sagittal Plane (MSP) berada pada pertengahan meja
atau grid. batas atas yaitu processus xypoideus dan batas bawah yaitu
crista iliaca.
3. CR : tegak lurus
4. CP : 5-7 cm diatas crista iliaca.
5. Saat melakukan ekspose, pasien diberikan aba-aba untuk membuang
nafas dan menahan nafas.
- AP Post Kontras
Pemeriksaan dengan proyeksi ini digunakan untuk melihat adanya batu
yang tersisa pada saluran empedu maupun untuk memeriksa apakah masih ada
sumbatan pada empedu pasien.
1. Posisi pasien : pasien diposisikan supine dengan tangan diposisikan di
atas kepala dan kedua kaki diluruskan.
2. Posisi objek : MSP tubuh diatur pada pertengahan meja pemeriksaan,
posisi kanan abdomen diatur pada pertengahan meja pemeriksaan.
3. CR : vertikal tegak lurus dengan meja pemeriksaan.
4. : garis pada MSP setinggi 5-7 cm diatas crista iliaca.
C. Sesudah Pemeriksaan
Pada hasil citra post kontras didapatkan gambaran kontras tampak mengisi
ductus hepaticus dextra dan sinistra melalui T-Tube yang telah dipasang. Pada hasil
yang didapatkan tidak terlihat adanya batu radiopaque pada cavum abdomen dan juga
pada cavum pelvis. Dari hasil pemeriksaan, didapatkan hasil citra sebagai berikut:

AP Pre Kontras AP Post Kontras

Pengambilan hasil citra dilakukan sebanyak 2 kali, yakni dengan menggunakan


proyeksi AP pre kontras dan proyeksi AP post kontras. Pengambilan citra pertama dilakukan
dengan proyeksi AP dan tidak memasukkan kontras ke dalam tubuh pasien upaya melihat
apakah persiapan pasien sudah baik sebelum dilakukan tindakan, menentukan faktor eksposi
dan melihat letak organ. Jika dirasa sudah maksimal, maka dilakukan injeksi kontras ke
dalam tubuh pasien secara hati-hati agar tidak ada gelembung udara yang masuk ke dalam
sistem biliaris yang dapat menyerupai batu kolesterol.
Pada pemeriksaan T-Tube cholangiography terdapat proyeksi tambahan yaitu RPO
dan lateral yang memiliki fungsi untuk memperlihatkan gambaran ductus hepaticus serta
untuk melihat sistem biliaris, jika dirasa pada proyeksi sebelumnya dokter belum dapat
menegakkan diagnosis. Namun pada kasus klinis choleliathiasis kali ini dirasa cukup hanya
menggunakan proyeksi AP pre kontras dan AP post kontras sudah dapat memberikan
gambaran yang optimal.

PENUTUP
Pada pemeriksaan T-Tube Cholangiography dengan indikasi klinis Choleliathiasis,
dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan menggunakan pesawat sinar-X Fluoroscopy dengan
media kontras water soluble dengan perbandingan 1:1. Sebelum dilakukan pemeriksaan
pasien sudah puasa terlebih dahulu agar saat memasukkan media kontras pada saat
pemeriksaan tidak tersedak apabila pasien muntah dan untuk melihat persiapan pasien.
Pemeriksaan dilakukan dengan dua proyeksi yaitu AP polos dan AP Post Kontras (setelah
media kontras dimasukkan). Kedua proyeksi tersebut sudah dapat memberikan gambaran
optimal terkait klinis dari Choleliathiasis. Namun, proyeksi tambahan seperti RPO dan
Lateral juga dapat dilakukan untuk melihat gambaran ductus hepaticus dan untuk melihat
sistem biliaris.

Anda mungkin juga menyukai