Anda di halaman 1dari 23

PEMANFAATAN LIMBAH SABUT KELAPA DI KABUPATEN

KOLAKA SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN BETON


MUTU NORMAL DENGAN AIR LAUT SEBAGAI PELARUT

PROPOSAL SKRIPSI

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sembilanbelas November Kolaka

OLEH :

SGIANA MARDAYANTI PUTRIU


190830293

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
JUNI 2022
Kata Pengantar

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena berkat limpahan Rahmat, Taufiq dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Skripsi ini, yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Sabut
Kelapa di Kabupaten Kolaka Sebagai Bahan Tambah Pembuatan Beton Mutu
Normal Dengan Air Laut Sebagai Pelarut”. Shalawat serta salam terlimpahkan
selalu kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, para keluarga, para sahabat, dan
para pengikutnya.
Penulisan Proposal Skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
Penulis menyadari terselesaikannya Proposal Skripsi ini adalah berkat
bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Kepada Bapak Arman
Hidayat, S.T.,M.T. selaku pembimbing satu saya dan Bapak Muhammad Buttomi
Masgode, S.T.,M.T. selaku pembimbing dua saya yang dengan tulus dan ikhlas
meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk yang
bermanfaat kepada penulis.
Penyampaian penghargaan serta ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Azhari, S.STP., M.Si selaku Rektor Universitas Sembilanbelas
November Kolaka.
2. Ibu Rina Remba, S.T.,M.T.,CPHCM selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
3. Bapak Ir. Fathur Rahman Rustan, S.T.,M.T.,IPM selaku Ketua Program Studi
Teknik Sipil Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Sembilanbelas
November Kolaka yang telah membekali ilmu pengetahuan dan memberikan
pendidikan selama penulis menempuh masa pendidikan di bangku
perkuliahan.
5. Bapak dan ibu staf administrasi dalam lingkungan FST Universitas
Sembilanbelas November Kolaka, khususnya pada Program Studi Teknik
Sipil.
6. Teristimewa penulis sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada
Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang bekerja keras dalam memberikan
dukungan demi mewujudkan cita – citanya untuk melihat saya tumbuh
dewasa dan sukses ke depannya, terimakasih atas kasih sayang yang begitu
besar dan tak ternilai harganya, dan juga kedua kakakku dan yang telah
memberikan doa dan semangat semoga Allah SWT membalas kebaikannya.

Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di
sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin.

Penulis menyadari bahwa laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak
sangatlah penting bagi penulis demi perbaikan-perbaikan ke depan. Amin Yaa
Rabbal ‘Alamiin

Kolaka, 20 Juni 2022


Penulis,

SUGIANA MARDAYANTI PUTRI


NIM.190830293
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Statistic Of Kolaka Regency tahun 2019 dan 2020, produksi
perkebunan dan penjualan kopra terbanyak sesuai data tercatat pada 3
kecamatan di kab. Kolaka diantaranya Kec. Wolo Kec. Samaturu dan Kec.
Toari
Salah satu masalah dari produksi kopra adalah limbah dari sabut kelapa.
Saat ini pemanfaatan sabut kelapa agar bernilai lebih ekonomis belum optimal.
Kebanyakan limbah dari sabut kelapa akan berakhir menjadi abu (dibakar) atau
dibuang begitu saja. Padahal, jika di kelola dengan baik maka sabut kelapa bisa
lebih bernilai ekonomis lagi, salah satu pengembangannya dengan menjadikan
sebagai bahan tambah dalam pencampuran beton normal.
Serabut kelapa adalah bahan berserat dengan ketebalan sekitar 5 cm,
merupakan bagian terluar dari buah kelapa. Serat yang dapat diekstrasi
diperoleh 40% serabut berbulu dan 60% serat matras. Dari 100 gram serabut
yang diabstrasikan diperoleh sekam 70 bagian, serat matras 18 bagian, dan serat
berbulu 12 bagian. Dari segi teknis sabut kelapa memiliki sifat-sifat yang
menguntungkan, antara lain mempunyai panjang 15 - 30 cm, tahan terhadap
serangan mikroorganisme, pelapukan dan pekerjaan mekanis (gosokan dan
pukulan) dan lebih ringan dari serat lain.(Saharuddin,Nadia,2016)
Beranjak dari persoalan diatas, maka perlu diadakan penelitian - penelitian
dalam upaya mencari solusi alternatif yang bisa diaplikasikan dalam
pembuatan beton. Salah satu inovasi tersebut yakni dengan menggunakan
limbah serat sabut kelapa sebagai bahan tambah serat alam dalam pembuatan
beton.
Pada kondisi tertentu terkadang muncul permasalahan yang akan dihadapi
dalam proses pembuatan beton, salah satunya ketersedian air tawar di lokasi
pekerjaan apalagi pada daerah-daerah yang susah akan sumber air tawar.
Dalam proses pembuatan beton, air merupakan salah satu bahan yang
sangat penting untuk menghasilkan beton yang berkualitas, kuat dan memiliki
durabilitas yang baik. Dalam standar beton yang ada, penggunaan air untuk
campuran beton adalah air yang layak di konsumsi oleh masyarakat untuk
kebutuhan rumah tangga dan umum tanpa kandungan zat yang berbahaya bagi
kesehatan. Dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat maka
kebutuhan air untuk kehidupan manusia juga akan terus bertambah. Sejalan
dengan hal tersebut ketersedian air layak konsumsi juga akan semakin terbatas
atau tidak cukup, sehingga inipun akan berdampak negatif terhadap kebutuhan
air tawar untuk pembuatan beton. Terbukti di negara kita setiap tahun terdapat
beberapa wilayah yang mengalami krisis air
Sejumlah penelitian terhadap potensi pemanfaatan air laut sebagai air
campuran beton telah banyak dilakukan. Sebanyak 68 paper sejak tahun 1974
hingga 2011 yang mengkaji potensi air laut untuk campuran beton diperoleh
dari data base Japan Science and Technology Agency (JST) oleh Takahiro
Nishida dkk. Kajian tersebut terbagi dalam beberapa aspek seperti aspek
kekuatan, korosi dan daya tahan beton. Dalam kurung waktu sepuluh tahun
terakhir ini, riset terhadap pemanfaatan air laut sebagai air pencampuran beton
masih terus dilakukan. Sebagian besar hasil penelitian menunjukan bahwa air
laut memberi dampak positif terhadap kinerja beton
Namun di sisi lain, beberapa negara yang memiliki standar beton belum
merekomendasikan penggunaan air laut sebagai air campuran beton. Hal ini
karena mereka masih menilai adanya potensi lebih dini korosi pada tulangan
akibat adanya klorida pada senyawa air laut. Oleh karena itu penelitian yang
berkelanjutan untuk memahami lebih dalam pengaruh air laut sebagai air
pencampuran dan perawatan beton terhadap perilaku beton perlu terus
dilakukan
Maka perlu diadakan suatu rekayasa teknik untuk mengatasi permasalahan
tersebut. salah satuya yakni penggunaan air laut sebagai bahan pencampuran
beton.
Olehnya itu, perlu diadakan penelitian lebih lanjut terhadap penggunaan
limbah sabut kelapa dan air laut sebagai bahan pencampuran beton, apakah
memiliki kualitas kuat tekan yang memenuhi standar dan bisa digunakan dalam
konstruksi ataukah sebaliknya.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan dibahas pada penlitian ini yakni;
1 Bagaimana persentase penggunaan sabut kelapa sebagai bahan tambah
pada beton yang optimal dan pada penambahan Serat Sabut kelapa berapa
% nilai kuat tekan optimal dengan air laut sebagai pelarut?
2 Bagaimana kuat tekan beton normal yang menggunakan sabut kelapa
sebagai bahan tambah air laut sebagai pelarut?

1.3. Tujuan Penelitian


Setiap penelitian memiliki tujuan yang ingin dicapai, begitu pula penelitian
ini memiliki tujuan yakni meliputi;
1 Untuk mengetahui bagaimana persentase penggunaan sabut kelapa sebagai
bahan tambah pada beton yang optimal dan pada penambahan Serat Sabut
kelapa berapa % nilai kuat tekan optimal dengan air laut sebagai bahan
pelarut.
2 Untuk mengetahui bagaimana kuat tekan beton normal yang menggunakan
sabut kelapa sebagai bahan tambah dan air laut sebagai pelarut.

1.4. Batasan Masalah


Agar penelitian ini lebih terarah dan terukur maka diperlukan adanya
batasan masalah, yakni;
1 Aggregat halus yang digunakan yakni aggregat lokal
2 Aggregat kasar yang digunakan menggunakan aggregat dari gunung
watalara
3 Kuat tekan yang direncanakan yakni kuat tekan beton normal (f’c = 25
MPa)
4 Perendaman/Curring beton dengan menggunakan air tawar
5 Semen Portland (Tonasa)
6 Jumlah sampel yang digunakan adalah 36 (Tiga puluh Enam) buah.
- 3 sampel (untuk 7 hari, 14 hari, dan 28 hari) dengan 0% penambahan
sabut kelapa
- 3 sampel (untuk 7 hari, 14 hari, dan 28 hari) dengan 2% penambahan
sabut kelapa
- 3 sampel (untuk 7 hari, 14 hari, dan 28 hari) dengan 4% penambahan
sabut kelapa
- 3 sampel (untuk 7 hari, 14 hari, dan 28 hari) dengan 6% penambahan
sabut kelapa
7 Umur rencana beton yakni 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
8 Dimensi sampel yakni 15cm x 30cm (beton silinder)

1.5. Manfaat Penelitian


1. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memenuhi persyaratan
tugas akhir dan dapat memberikan kontribusi dalam bidang praktisi
akademi, ilmu pengetahuan dalam bidang konstruksi dengan membuat
variasi campuran serat sabut kelapa dan Air Laut sebagai Pelarut pada
beton
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat di pesisir
dalam bidang konstruksi dengan variasi campuran sabut kelapa dan air
laut sebagai pelarut pada pembuatan beton sehingga dapat membuat beton
yang lebih ekonomis namun tidak mengurangi kekuatan beton tersebut.

1.6. Sistematika Penulisan


Proposal Skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai beriku :
BAB I PENDAHULUAN

Dalam Bab 1 berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Batasan Masalah, dan Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini memuat teori-teori yang mendasari penelitian dan penyusunan
proposal skripsi ini yang sangat erat kaitannya dengan pokok permasalahan yang
akan diteliti.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini memuat semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian
di tempat penelitian serta deskripsi pekerjaan yang akan dilakukan pada saat
penelitian, bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan, metode penelitian yang
akan digunakan dan jadwal penelitian
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 . Beton

Menurut SNI 2847:2013, beton adalah campuran semen portland atau


semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa
bahan tambahan (admixture). Seiring dengan penambahan umur, beton akan
semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari.
Beton terbentuk dari pengerasan campuran semen, pasir, kerikil dan air. Saat
ini banyak penelitian diarahkan kepada pembuatan beton dengan mutu tinggi,
mutu beton tergantung pada kuat tekan. Untuk menghasilkan beton dengan
mutu yang tinggi diperlukan control kualitas bahan yang cukup ketat.
Sedangkan.
2.1.1. Beton Normal
Beton Normal adalah bahan bangunan yang paling banyak digunakan
pada industri konstruksi. Yang dimaksud dengan beton adalah adanya baja
tulangan (kawat, anyaman kawat) di dalam penampang beton dengan maksud
untuk menambah ketahanan tarik dan lentur. Tegangan tarik ditransferkan oleh
penampang beton kepada penampang baja tulangan yang mempunyai
ketahanan tarik lebih baik Penggunaan material buatan (batu pecah) dengan
tingkat kekerasan dan gradasi yang sudah terseleksi dengan sendirinya melalui
stone crusher serta permukaan yang lebih kasar di harapkan bisa meningkatkan
daya ikat dengan material pembentuk beton lainnya sehingga mutu beton yang
di harapkan dapat tercapai. Selain itu, parameter yang mempengaruhi kekuatan
tekan beton, diantaranya adalah kualitas bahan-bahan penyusunnya, rasio air
semen yang rendah dan kepadatan yang tinggi pula. Beton segar yang
dihasilkan dengan memperhatikan parameter tersebut biasanya sangat kaku,
sehingga sulit dibentuk atau dikerjakan terutama pada pengerjaan pemadatan
(Wahyudi & Bambang Edison, S.Pd, MT dan Anton
Ariyanto, 2003).
Struktur beton tersusun dari beberapa material komposit. Sebagai
material komposit, sifat beton sangat tergantung pada sifat unsur penyusunnya.
Beton terdiri dari campuran yang dipilih dari bahan yang mengikat seperti
kapur atau semen, agregat halus dan kasar, air dan diadonan (untuk
memproduksi beton dengan sifat khusus). Dalam pencampuran beton, air dan
semen membentuk perekat atau matriks yang mana sebagai tambahan mengisi
kekosongan agregat halus, melapisi permukaan agregat halus dan kasar, serta
mengikat mereka bersama-sama. Matriks biasanya 22-34 % dari total volume
(Duggal, 2008).
Dalam kontruksi, beton dibentuk oleh bahan penyusun yang terdiri dari bahan
campuran semen, agregat kasar (batu pecah atau kerikil), agregat halus, air,
udara dan bahan tambah dari zat kimia hingga limbah yang tidak ada nilai
jualnya dengan perbandingan persentase tertentu. Beton normal ialah beton
yang mempunyai berat isi 2200-2500 kg/m³ dengan menggunakan agregat
alam yang dipecah atau tanpa dipecah.
Beton normal dengan kualitas yang baik yaitu beton yang mampu
menahan kuat desak/hancur yang diberi beban berupa tekanan dengan
dipengaruhi oleh bahan-bahan pembentuk, kemudahan pengerjaan atau
workability, faktor air semen (f.a.s) dan zat tambahan atau admixture bila
diperlukan. Campuran bahan-bahan pembentuk beton harus ditetapkan
sedemikian rupa sehingga menghasilkan beton basah yang mudah dikerjakan,
memenuhi kekuatan tekan rencana setelah mengeras dan cukup ekonomis
(Mulyono, 2005)
2..1.2. Beton Berserat
Beton serat merupakan campuran beton dengan penambahan material
berupa serat, baik sintetis maupun alami, bertujuan untuk memperbaiki
karakteristik beton. Beton serat adalah bahan komposit yang terdiri dari beton
biasa dan bahan lain yang berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi
mencegah retak-retak sehingga menjadikan beton lebih daktail dari pada beton
biasa. Jenis serat yang dapat digunakan dalam beton serat dapat berupa serat
alami atau serat buatan. Serat alami umumnya terbuat dari bermacam-macam
tumbuhan. Karena sifat umumnya mudah menyerap dan melepaskan air, serat
alami mudah lapuk sehingga tidak dianjurkan digunakan pada beton bermutu
tinggi atau untuk penggunaan khusus. Yang termasuk serat alam antara lain
rami, ijuk, sabut kelapa dan lain-lain.
Serat buatan umumnya dibuat dari senyawa-senyawa polimer.
Mempunyai ketahanan tinggi terhadap perubahan cuaca. Mempunyai titik
leleh, kuat tarik, dan kuat lentur tinggi. Digunakan untuk beton bermutu tinggi
dan yang akan digunakan secara khusus. ACI (American Concrete Institute)
memberikan definisi beton serat yaitu suatu konstruksi yang tersusun dari
bahan semen, agregat halus, agregat kasar serta sejumlah kecil serat (fiber).
Banyak sifat-sifat beton yang dapat diperbaiki dengan penambahan serat,
diantaranya adalah ketahanan impact, kuat tarik dan kuat lentur, ketahanan
terhadap kelelahan, ketahanan terhadap susut, ketahanan abrasi, ketahanan
terhadap pecahan (fragmentation), dan ketahanan terhadap pengelupasan
(spalling)
Dalam sifat fisik beton, penambahan serat menyebabkan perubahan
terhadap sifat beton tersebut. Dibandingkan dengan beton yang bermutu sama
tanpa serat, maka beton dengan serat membuatnya menjadi lebih kaku sehingga
memperkecil nilai slump serta membuat waktu ikat awal lebih cepat juga.
Sedangkan dalam sifat mekanisnya, penambahan serat sampai batas optimum
umumnya meningkatkan kuat tarik dan kuat lentur, tetapi menurunkan
kekuatan tekan. Untuk mendapatkan hasil terbaik dianjurkan menggunakan
rasio 50 – 100 di mana jika diambil diameter serat 1 mm, panjangnya berkisar
50 – 100 mm. Material serat alami dapat diperoleh dengan harga yang
terjangkau dan tingkat penggunaan energinya rendah dengan memanfaatkan
teknologi dan sumber daya lokal.
Penggunaan serat alami sebagai salah satu bentuk untuk memperkuat
beton adalah hal yang sangat menarik untuk diimplementasikan di wilayah
yang belum maju, bila material kontruksi konvensional tidak langsung tersedia
atau harganya yang terlalu mahal (Cement and Concrete Institute, 2001).

2.2. Serabut Kelapa


Serabut kelapa adalah bahan berserat dengan ketebalan sekitar 5 cm,
merupakan bagian terluar dari buah kelapa (Suhardiyono, 1989). Serabut
kelapa adalah bahan berserat dengan ketebalan sekitar 5 cm, merupakan bagian
terluar dari buah kelapa. Serat yang dapat diekstrasi diperoleh 40% serabut
berbulu dan 60% serat matras. Dari 100 gram serabut yang diabstrasikan
diperoleh sekam 70 bagian, serat matras 18 bagian, dan serat berbulu 12 bagian.
Dari segi teknis sabut kelapa memiliki sifat-sifat yang menguntungkan, antara
lain mempunyai panjang 15 - 30 cm, tahan terhadap serangan mikroorganisme,
pelapukan dan pekerjaan mekanis (gosokan dan pukulan) dan lebih ringan dari
serat lain.(Saharuddin,Nadia,2016)
Serat serabut kelapa yang kasar mengakibatkan ikatan antara serat serabut
kelapa dengan pasta semen menjadi lebih kuat sehingga sehingga pada saat
proses pembebanan, permukaan beton yang mulai retak dan mengalami
kehancuran serat serabut kelapa masih mengikat pasta semen dan sulit telepas
(Maryani, 2015).
Menurut Suhardiyono (1999). Dari segi teknis sabut kelapa memiliki sifat-
sifat yang menguntungkan, antara lain mempunyai panjang 15-30 cm, tahan
terhadap serangan mikroorganisme, pelapukan dan pekerjaan mekanis
(gosokan dan pukulan) dan lebih ringan dari serat lain. Menurut Soroushian
dan Bayasi (1987) serta menurut Tjokrodimuljo (1996), bahwa gelas/kaca bisa
dijadikan material serat pada adukan beton. Secara visual baik kaca maupun
sabut kelapa apabila dilebur performanya tidak jauh berbeda, yaitu berbentuk
serpihan yang keras. Sehingga karakteristiknya pun diperkirakan sama. Maka
secara logika, sabut kelapa jika dijadikan material serat pengaruhnya akan
sama atau bahkan lebih tinggi daripada kaca.

2.3. Agregat

Agregat merupakan komponen beton yang paling berperang dalam


menentukan besarnya kekuatan beton. Pada beton biasanya terdapat 60%
sampai 80% volume agregat. Agregat harus bergradasi sedemikian rupa
sehinggan seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh,
homongen, rapat, dimana agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai
pengisi celah yang ada diantara agregat berukuran besar. Ada dua jenis agregat
adalah (Mulyono, 2003):
1. Agregat kasar (kerikil, batu pecah atau pecahan dari blast furnace)

2. Agregat halus (pasir alami atau buatan)

Karena agregat merupakan bahan yang terbanyak didalam beton,


maka semakin banyak persen agregat dalam campuran akan semakin murah
harga beton, dengan syarat campurannya masih cukup mudah dikerjakan untuk
elemen struktur yang memakai beton tersebut
Karakteristik beton sangat dipengaruhi oleh sifat agregatnya.
Pengaruh sifat agregat yang dipakai dalam penelitian tergantung pada bentuk
partikel, berat jenis, berat isi, ukuran maksimumnya serta persyaratan gradasi
Tabel 2.1 Spesifikasi gradasi agregat halus

Sumber: SNI 03-2834-2000


Keterangan : daerah I: pasir kasar, II: Agak kasar, III: agak halus, IV: halus
Tabel 2.2 Spesifikasi gradasi agregat kasar

Sumber: SNI 03-2834-2000


2.4. Air Laut

M.Daud Silalahi (2001) menurutnya, Laut ialah salah satu unusr yang
memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hal ini lantaran didalam laut
terdapat kekayaan yang bisa dimaksimalkan dalam kehidupan dan Air adalah
alat untuk mendapatkan kelecakan yang perlu untuk penuangan beton. Jumlah
air yang diperlukan untuk kelecakan tertentu tergantung pada sifat material
yang digunakan (Nugraha dan Antoni, 2007).
Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5%
material lainnya seperti garam-garam, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik
dan partikel-partikel tak terlarut. Air laut memang berasa asin karena memiliki
kadar garam rata-rata 3,5%. Kandungan garam di setiap laut berbeda
kandungannya. Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan
garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya
natrium, kalium, kalsium, dan lain-lain. Apabila air sungai mengalir ke lautan,
air tersebut membawa garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat
menghasilkan garam yang terdapat pada batu- batuan. Lama-kelamaan air laut
menjadi asin karena banyak mengandung garam (Yuningsih dan Masduki,
2011)

Tabel 2.3 Batas maksimum ion klorida

JenisBeton Batas (%)


Beton Pra-tekan 0.06
Beton bertulang yang selamanya berhubungan dengan 0.15
klorida
Beton bertulang yang selamanya kering dan 1.00
terlindung dari basah
Konstruksi beton bertulang lainnya 0.30
Sumber: SNI 03-2834-2000

4.5. Semen

Semen merupakan abu halus seperti tepung yang dapat mengeras jika
dicampur dengan air akan membentuk adukan yang disebut pasta semen, jika juka
dicampur dengan agregat halus (pasir) dan air, maka akan membentuk adukan yang
disebut mortal, jika ditambah lagi dengan agregat kasar (kerikil) maka akan.
membentuk adukan yang biasa disebut beton semen dan air sebagai kelompok aktif
sedangkan pasir dan kerikil sebagai kelompok pasif berfungsi sebagai pengisi
(Wahyudi & Bambang Edison, S.Pd, MT dan Anton Ariyanto, 2003). Perubahan
bentuk benda cair menjadi benda padat terjadi akibat proses hidrasi yang terjadi
pada semen. Reaksi hidraulis semen adalah cepat pada awalnya, kemudian semakin
lambat. Semen bila dicampur dengan air akan menghasilkan pasta yang plastis dan
lecak (workable). Semen hidraulis ini tahan terhadap air (water resistance) dan
stabil di dalam air setelah mengeras atau membentuk benda padat. Karena beton
terbuat dari agregat yang diikat bersama oleh pasta semen yang mengeras maka
kualitas semen sangat mempengruhi kualitas beton. Pasta semen halnya seperti lem,
jika lem semakin tebal, maka tentu semakin kuat. Namun jika terlalu tebal juga
tidak menjamin perekatan yang baik. Padaumumnya semen untuk bahan bangunan
adalah tipe semen Portland.

4.5.1. Semen Portland

Semen yang digunakan yaitu portland cement salah satu bahan yang
digunakan dalam penelitian ini. Pentingnya penggunaan semen dalam
kemudahaan pengerjaan (kuat tarik ) karena material semen dalam beton
sangat penting dikarenakan semen sebagai bahan pengikat dalam pembuatan
beton.
Bahan-bahan dasar semen portland terdiri dari bahan-bahan yang
mengandung unsur kimia seperti berikut ini:

Tabel 2.5 Komposisi tipe standar semen Portland (PT.Wijaya Karya, 2005)

Typ Tricalciu Dicalsiu Tetracalcium Tetracalciu Air


e m m Aluminoferrit m Permeabillity
Silicate Silicate e Aluminoferr specific
(C3S) % (C3A)% (C4AF)% ite surface
(C4AF) % m2/kg
I 42-65 10-30 0 – 17 6 – 18 300 – 400
II 35-60 15-35 0–8 6 – 18 280 – 380
III 45-70 10-35 0 – 15 6 – 18 450 – 600
IV 20-30 50-55 3–6 8 – 15 280 – 320
V 40-60 15-40 0–5 10 - 18 290 – 350

Sifat-sifat kimia dari bahan pembentuk ini mempengaruhi kualitas semen


yang dihasilkan, sebagaimana hasil susunan kimia yang terjadi diperoleh senyawa
dari semen portland.
Semen disimpan harus ditempat yang benar-benar kering. Udara yang
lembab dapat juga menyebabkan semen menjadi kaku seperti halnya semen yang
bercampur dengan air. Jika semen di simpan di tempat yang bener-benar kedap
udara atau terhindar dari udara yang lembab maka semen dapat bertahan untuk
waktu yang lama.

Tabel 2.5 Empat senyawa dari semen portland

Kadar
Nama Senyawa Rumus oksida Notasi
rata-rata
Tricalsium Silikat 3CaO.SiO2 C3S 50
Dicalsium Silikat C2S
2CaO.SiO2 25
Tricalsium Alumat C3A
3CaO.Al2O3 12
Tetracalsium C4AF
Aluminoferit 4CaO.Al.2O3 8
FeO3
(Sumber : Antono, 1995)

Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara


mengubah prosentase empat komponen utama semen dapat menghasilkan
beberapa tipe semen yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen Portland
di Indonesia (PUBI, 1982) dibagi menjadi 5 jenis sebagai berikut:
Tabel 2.6 Jenis-jenis semen portland

Kadar senyawa (%) Panas


Jenis
hidrasi 7
semen C3S C2S C3A C4Af
Sifat pemakaian hari (J/g)
I Normal 50 24 11 8 330
II Modifikasi 42 33 5 13 250
III Kekuatan Awal 60 13 9 8 500
Tinggi
IV Panas Hidrasi 26 50 5 12 210
Rendah
V Tahan Sulfat 40 40 9 9 250
(Sumber : Murdock,1986)

Keterangan:

 Jenis I adalah semua semen portland untuk tujuan umum, biasa tidak
memerlukan sifat- sifat khusus misalnya, gedung, trotoar, jembatan, dan
lain-lain.
 Jenis II semen portland yang tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi
sedang dan ketahanan terhadap sulfat lebih baik, penggunaannya pada
pir (tembok di laut dermaga), dinding penahan tanah tebal dan lain-lain.

 Jenis III adalah semen portland dengan kekuatan awal tinggi. Kekuatan
dicapai umumnya dalam satu minggu. Umumnya dipakai ketika acuan
harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur harus cepat
dipakai.
 Jenis IV adalah semen portland dengan panas hidrasi rendah. Dipakai
untuk kondisi dimana kecepatan dan jumlah panas yang timbul harus
minimum. Misalnya pada bangunan masih seperti bendungan gravitasi
yang besar. Pertumbuhan kekuatannya lebih lambat daripada kelas I.
 Jenis V adalah semen portland tahan sulfat, dipakai untuk beton dimana
menghadapi aksi sulfat yang panas. Umumnya dimana tanah atau air
tanah mengandung kandungan sulfat yang tinggi (Tjokrodimulyo,
1992).
4.6. Pengaruh Klorida Air Laut Pada Beton

Dalam proses hidrasi semen yang bercampur dengan air laut akan
mempengaruhi ikatan kimianya dengan membentuk fase baru dalam
mikrostruktur beton sehingga mempengaruhi sifat mekanis beton terutama
pada durabilitas beton. Serangan klorida merupakan penyebab utama dari
kerusakan struktur beton yang berpotensi dalam pembentukan mekanisme karat.
Apabila ion klorida yang terkandung dalam air bereaksi dengan semen, maka
sebagian produk hidrasi semen akan mengikat ion klorida dalam beton baik
melalui pengikatan secara kimiawi maupun melalui adsorbsi secara fisik. Ion
klorida yang tidak terikat oleh produk hidrasi akan menjelajah melalui pori-pori
beton dan terpenetrasi kedalam lapisan galvanis baja (Marinescu dkk., 2010).

4.7. Perancangan Proporsi Campuran

Perancangan proporsi campuran beton dimaksudkan untuk


menghasilkan suatu proporsi campuran bahan yang optimal dengan kekuatan
maksimum. Pengertian optimal adalah penggunaan bahan yang minimum
dengan tetap mempertimbangkan kriteria standar dan ekonomis yang dilihat
dari biaya keseluruhan untuk membuat struktur beton tersebut (Mulyono,
2003). Langkah-langkah perancangan campuran beton berdasarkan SNI 03-
2834- 2000 “Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal”.

4.8. Slump Test

Pengujian kelecakan beton (workability) adalah pengujian campuran


beton segar dalam hal kemudahan dalam pengerjaan atau pemadatan.
Pengujian ini sangat berperan penting dalam kualitas beton nantinya, maka dari
itu perlu adanya pengujian kelecakan pada beton segar baik dilapangan
maupun di laboratorium. Adukan beton dikatakan mudah pengerjaannya bila
nilai slump tersebut masih dalam batas nilai slump rencana (Anonim, 2008).
Slump test adalah pengujian paling sering digunakan karena memiliki
cara yang paling sederhana. Karenanya kelecakan beton segar sering
diidentikkan dengan nilai slump-nya dalam satuan sentimeter (cm).
Pengambilan nilai slump ini dilalukukan pada masing-masing campuran beton
standar maupun beton yang menggunakan bahan tambah admixture atau bahan
tambah additive. Admixture adalah bahan tambah kimiawi yang dapat
mengubah sifat beton secara kimia. Sedangkan additive adalah bahan tambah
yang hanya berfungsi sebagai filler dan tidak mengubah sifat secara kimiawi.
Menurut PT. Wijaya Karya (2005), kemudahan pengerjaan (workability)
umunya dinyatakan dalam besaran nilai slump (cm) dan dipengaruhi oleh:
1. Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Semakin banyak air
maka beton akan mudah untuk dikerjakan.
2. Penambahan semen. Jika semen ditambah dalam campuran beton, air juga
harus ditambah agar FAS (faktor air semen) tetap, maka beton dapat dengan
mudah dikerjakan.
3. Gradasi campuran pasir dan kerikil. Gradasi agregat yang digunakan adalah
gradasi yang disarankan dalam peraturan agar campuran adukan beton akan
mudah untuk dikerjakan.
4. Pemakaian butir maksimum kerikil yang dipakai.
5. Pemakaian butir-butir batuan yang bulat.

4.9. Kuat Tekan Beton

Kuat tekan (Compressive Strength) untuk setiap umur beton dan


kuat tekan rata-ratanya tergantung pada karakteristik pemakain semen,
penggunaan bahan lain pembentuk beton dan kehalusan bahan tambahan.
Karena sifat utama dari beton adalah sangat kuat jika menerima beban tekan,
maka mutu beton pada umumnya hanya ditinjau terhadap kuat tekan beton
tersebut. Sifat yang lain seperti kuat tarik,dan modulus elastis beton dapat
dikorelasi terhadap kuat tekan beton. Menurut peraturan beton di Indoensia
(PBI-1971, diperbaiki dengan SK SNI T-15-1991-03 dan SNI 03-2847-2000),
kuat tekan beton dinotasikan dengan fc’, yaitu kuat tekan silinder beton yang
disyaratkan pada waktu berumur 28 hari. Mutu beton dibedakan atas 3 macam
menurut kuat tekannya, yaitu:
1. Mutu beton dengan fc’ kurang dari 10 Mpa, digunakan untuk beton non
struktur (misalnya: kolom praktis, balok praktis).
2. Mutu beton dengan fc’ antara 10 Mpa sampai 20 Mpa, digunakan untuk
beton struktural (misalnya: balok, kolom, pelat, maupun pondasi).
3. Mutu beton dengan fc’ sebesar 20 Mpa keatas, digunakan untuk struktur
beton yang direncanakan tahan gempa. Untuk melakukan pengujian kuat
tekan benda uji digunakan alat Universal Testing Machine.

Tabel 2. 7
Menganjurkan Agar Pengujian Kuat Tekan Tidak Keluar dari Batasan
Waktu yang Telah Ditoleransikan (ASTM C-39, 1993).

Umur Pengujian ToleransiWaktu yang Diizinkan


24 jam 0,5 jam atau 2,1 %
3 hari 2 jam atau 2,8 %
7 hari 6 jam atau 3,6 %
28 hari 20 jam atau 3,0 %
90 hari 48 jam atau 2,2 %

Pengujian kuat tekan beton dilakukan umumnya pada umur 7 hari, 14


hari, 21 hari dan 28 hari. Jumlah hari pengujian kuta tekan dapat destimasi
dengan cara membagi hasil kuat tekan pada umur tertentu dibagi dengan
koefesien kuat tekan sesuai jumlah umur pengujian. Estimasi kuat tekan
dilakukan terhadap kuat tekan umur 28 hari.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton yaitu:
1. Pengaruh faktor air semen terhadap kuat tekan beton. Pada gambar
hubungan antara Faktor air semen dan kuat tekan silinder beton. Tampak
bahwa makin besar nilai fas, makin rendah kuat tekan beton yang dihasilkan.
Sebaliknya, makin kecil nilai fas, semaik tinggi pula kuat tekan beton yang
dihasilkan.
2. Pengaruh umur terhadap kuat tekan beton. Kuat tekan beton akan bertambah
sesuai dengan bertambahnya umur beton tersebut. Karena beton ini
termasuk bahan yang sangat awat (ditinjau dari segi pemakaiannya), maka
sebagai standar kuat tekan ditetapkan pada waktu beton berumur 28 hari.
Menurut PBI-1971, hubungan antara umur dan kekuatan tekan beton dapat
dilihat pada

4.10. Penelitian Terdahulu

(Bahri syamsul, 2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Investigasi


Pengaruh Air Laut Sebagai Air Pencampuran Dan Perawatan Terhadap Sifat
Beton´” menyatakan bahwa Dalam proses pembuatan beton, air merupakan
salah satu bahan yang sangat penting untuk menghasilkan beton yang
berkualitas, kuat dan memiliki durabilitas yang baik. Dalam standar beton yang
ada, penggunaan air untuk campuran beton adalah air yang layak di konsumsi
oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga dan umum tanpa kandungan
zat yang berbahaya bagi kesehatan. Dengan pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat maka kebutuhan air untuk kehidupan manusia juga akan terus
bertambah. Sejalan dengan hal tersebut ketersedian air layak konsumsi juga
akan semakin terbatas atau tidak cukup, sehingga inipun akan berdampak
negatif terhadap kebutuhan air tawar untuk pembuatan beton. Terbukti di
negara kita setiap tahun terdapat beberapa wilayah yang mengalami krisis air.
Sejumlah penelitian terhadap potensi pemanfaatan air laut sebagai air
campuran beton telah banyak dilakukan. Sebanyak 68 paper sejak tahun 1974
hingga 2011 yang mengkaji potensi air laut untuk campuran beton diperoleh
dari data base Japan Science and Technology Agency (JST) oleh Takahiro
Nishida dkk. Kajian tersebut terbagi dalam beberapa aspek seperti aspek
kekuatan, korosi dan daya tahan beton. Dalam kurung waktu sepuluh tahun
terakhir ini, riset terhadap pemanfaatan air laut sebagai air pencampuran beton
masih terus dilakukan. Sebagian besar hasil penelitian menunjukan bahwa air
laut memberi dampak positif terhadap kinerja beton
Ginting, Alprida, 2019, dengan judul “Pengaruh Penambahan Serat
Sabut Kelapa dan Abu Sekam Padi sebagai Pengganti Pasir Terhadap Kuat
Tarik pada Beton Berserat “ menyatakan bahwa Kuat Tarik Belah Suatu
perkiraan kasar nilai kuat tarik beton normal hanya berkisar antara 9%-15%
dari kuat tekannya. Suatu nilai pendekatan yang umum dilakukan dengan
menggunakan modulus of rupture yaitu tegangan tarik beton yang timbul pada
pengujian hancur balok beton polos sebagai pengukur kuat Tarik sesuai teori
elastisitas (Dipohusodo, 1994). Gaya P bekerja pada kedua sisi silinder
sepanjang L dan gaya ini disebarkan seluas selimut silinder (π.D.L) secara
berangsur-angsur pembebanan dinaikkan sehingga tercapai nilai maksimum
dan silinder pecah terbelah oleh gaya tarik horizontal. Untuk memperbaiki
kekurangan tersebut ada beberapa cara untuk mengatasinya antara lain dengan
menambahkan serat didalam campuran beton baik itu penggunaan serat alami
ataupun serat buatan dengan kombinasi abu sekam padi sebagai pengganti
bahan alternative yang potensial yaitu pasir.
Beton beserat menjadi solusi dari salah satu kekurangan lain dari
beton yaitu kekuatan tarik yang rendah dan bersifat getas (brittle). Suhendro
(1991) mengatakan bahwa dalam perencanaan struktur, beton dianggap hanya
mampu memikul tegangan tekan walau sesungguhnya beton mampu menahan
tegangan tarik sebesar 27 kg/m². Penambahan serat memperbaiki sifat-sifat
struktural beton. Serat bersifat mekanis sehingga tidak akan bereaksi secara
kimiawi dengan bahan pembentuk beton lainnya. Serat membantu mengikat
dan menyatukan campuran beton setelah terjadinya pengikatan awal dengan
pasta semen. Pasta beton akan semakin kokoh atau stabil dalam menahan beban
karena aksi serat (fiber bridging) yang saling mengikat disekelilingnya
(Suhardirman, 2011).
Dengan demikian diharapkan kemampuan beton untuk mendukung
tegangantegangan internal (aksial, belah, dan geser) akan meningkat, sehingga
beton tahan terhadap cuaca, iklim dan temperatur yang biasanya terjadi pada
beton dengan permukaannya yang luas. Ada pun jenis yang digunakan dalam
penelitian beton serat ialah berupa serat alam (natural fibre) yang diambil dari
kulit kelapa.

Jatmika, L.R dan Mahyudin, A (2017) dengan judul jurnal “ Pengaruh


Presentase Serat Sabut Kelapa dan Resin Polyester Terhadap Sifat Fisik dan
Menika Papan Beton Ringan” Menuturkan bahwa persentase serat sabut kelapa
yang digunakan adalah 0%, 0,2%, 0,4%, 0,6%, dan 0,8%. Persentase resin
polyester pada penelitian ini adalah 0%, 0,25%, 0,5%, 0,75%, dan 1%.
Pengujian yang dilakukan pada sampel meliputi uji densitas, daya serap air,
porositas, kuat tekan, dan kuat lentur. Penambahan serat sabut kelapa dan resin
polyester dapat membuat papan beton lebih ringan dibandingkan dengan papan
GRC yang ada di pasaran. Nilai densitas yang terendah diperoleh pada 0,8%
serat sabut kelapa yaitu 1,502 g/cm3 dan 0,75% resin polyester yaitu 1,509
g/cm3 . Penambahan 0,6% serat sabut kelapa dan 0,75% resin polyester
merupakan persentase optimum yang dapat diisikan ke dalam papan beton
ringan. Nilai densitas papan beton ringan sudah memenuhi SNI 03-3449-2002
namun kuat tekan beton ringan jenis struktural belum memenuhi SNI 03-3449-
2002. Nilai daya serap air beton ringan berbahan serat sabut kelapa dan resin
polyester belum memenuhi SNI 03-2105.

Anda mungkin juga menyukai