PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Kesultanan Usmaniyah yang dapat menunnjukkan kembali kegagah-perkasaan
dunia Islam. Kesultanan Usmaniyah berhasil dengan gemilang menyambungkan
kembali usaha dan kemegahan masa pemerintahan Islam sebelumnya. Kerajaan
ini mempertahankan kemegahannya sampai abad ke-20 , baik secara Ofensif di
masa jayanya maupun secara defensif di masa menurun.2
Rentang sejarah antara tahun 923-1342 H dari sejarah Islam merupakan
masa Usmaniyah. Hal ini karena kekuasaan Usmaniyah merupakan periode
terpanjang dari halaman sejarah Islam. Selama 5 abad pemerintahan Usmaniyah
telah memainkan peran yang pertama dan satu-satunya dalam menjaga dan
melindungi kaum muslim. Usmaniyah merupakan pusat khalifah Islam yang
terkuat pada masa itu, bahkan merupakan Negara paling besar di dunia.
Sekalipun telah muncul pada tahun 699 H / 1299 M, namun pemerintahan
ini belum menjadi khalifah. Orang-orang Usmaniyah belum mengumumkan
kekhalifahan mereka, hingga akhirnya khalifah Abbasiyah di kairo menyerahkan
kepada mereka kekhalifahannya pada tahun 923 H / 1517 M.
Di Negara-Negara Arab pada masanya, kerajaan turki usmani merupakan
kerajaan terbesar dan peling lama berkuasa, berlangsung selama enam abad lebih
(1281-1924 M). Turki merupakan salah satu Negara Islam yang terletak di
kawasan Eropa Tenggara dan Asia kecil. Negara ini berbatasan langsung dengan
Georgia, Armenia, Azerbijan dan Iran di Timur, Iraq, Suriah dan Laut Tengah di
Selatan, Laut Hitam di Utara, Laut Aegea di Barat dan Yunani serta Belgia di
Barat Laut. Luas wilayahnya sekitar 779.452 km2. Di antaranya 755.688 km2 di
Asia Kecil (semenanjung Anatolia) dan 22.364 km2 di Eropa Tenggara.3
Pada masa pemerintahan turki Usmani, para sultan bukan hanya merebut
negri-negri Arab, tetapi juga seluruh wilayah kaukasus dan wina bahkan sampai
ke balkan. Dengan demikian tumbuhlah pusat-pusat Islam di Trace, Mecodonia,
dan sekitarnya. Padahal semula kerajaan Usmani hanya memiliki wilayah yang
sangat kecil, tetapi dengan dukungan militer yang kuat, tidak beberapa lama
2
Oyo Sunaryo Mukhlas, Perkembangan Peradilan Islam, h. 94.
3
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Cet. II, ( Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve, 1954), hlm. 113
2
Usmani menjadi sebuah kerajaan besar4. Kemajuan dan perkembangan ekspansi
kerajaan Turki Usmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat diikuti
pula dengan kemajuan-kemajuan dalam bidang kehidupan yang lain. Di antaranya
adalah bidang keagamaan. Namun yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
difokuskan mengenai sejarah peradilan Islam pada masa kerajaan Turki Usmani.
B. Rumusan Masalah
1. Bagamana bentuk peradilan Islam pada masa Turki Usmani ?
2. Bagaimana periodesasi perkembangan peradilan Islam pada masa Turki
Usmani ?
3. Bagaimana kemunduran kerajaan Turki Usmani ?
4
K. Ali, Sejarah Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1956), hlm. 364.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kerajaan Turki Usmani berasal dari keturunan Usman Ibn Sauji Ibn
Arthogol Ibn Sulaiman Syah Ibn Kia Alp. Berdirinya kerajaan ini atas prakarsa
Bangsa Turki dari kabilah Oghuz, suku Nomanik di Asia kecil yang mendiami
daerah mongol dan daerah utara negeri Cina.
Mereka memeluk Islam sekitar abad ke-9 atau abad ke-10, yaitu ketika
mereka menetap di Asia tengah. Hal ini karena mereka bertetangga dengan dinasti
Samani dan dinasti Ghaznawi.
Pada abad ke-13 mereka mendapat serangan dari Mongol dan menetap di
Kota Athlah, sebelah timur Turki dan bergabung dengan Dinasti Saljuk yang
ketika itu berada dibawah kekuasaan Sultan Alauddin Kaikobad. Ertogul yang
ketikaitu adalah pemimpin Turki Usmani, berhasil membantu Sultan Saljuq dalam
menghadapi Byzantium. Atas keberhasilan tersebut ia mendapat penghargaan dari
Sultan Alauddin, berupa sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan
Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memiliki
Syukud sebagai Ibu kota. Selain itu Ertotogul juga diberikan wewenang untuk
memperluas wilayahnya. Setelah Entogrol meninggal, kedudukannya digantikan
oleh anaknya yang bernama Utsman.5
Pada tahun 1300 M Kerajaan Saljuk mendapat serangan dari bangsa
Mongol, sehingga Sultan Alauddin II terbunuh. Keturunannya tidak ada yang
layak untuk menggantikannya, maka tidak berapa lama setelah ia meninggaal
wilayahnya terpecah-pecah menjadi beberapa kerajaan kecil. Sejak itulah Usman
memproklamirkan dirinya sebagai Padisyah dan kerajaan Usmani dinyatakan
berdiri, dengan penguasa pertama yaitu Usman yang sering disebut dengan Usman
I la mendapat dukungan dari berbagai lapisan pembesar Saljuk, maka seluruh
berkas wilayah kesultanan Saljuk menjadi wilayah kesultanan Turki Usmani dan
5
Muhammad Asra dan Dewi Suci Cahyani Yusuf, “DINASTI TURKI USMANI”, Jurnal
Ushuluddin Adab dan Dakwah, vol.1 no. 1. Hal. 104
4
menjadikan Broessa sebagai ibu kota resmi pada tahun 1326.6
Kerajaan Turki Usmani yang sempat dipimpin oleh lebih kurang 37 sultan
telah memiliki andil yang pantas diperhitungkan dalam mempertebal lembaran
buku sejarah Islam. Salah satunya dalam bidang peradilan Islam. Salah satu kajian
dalam lapangan hukum dan peradilan Islam adalah pada aspek sejarahnya.
B. Bentuk Peradlan Islam pada Masa Turki Usmani
Kewenangan peradilan Islam pada masa Turki Usmani dibagi menjadi
dua, yaitu kewenangan hukum/peradilan syari‘ah yang disebut qadhi dan
kewenangan dalam hukum-hukum non-syari‘ah yang disebut syurthah. Kedua ke
wenangan ini masing-masing diserah kan kepada lembaga dan pejabat yang
berbeda. Kedua kelembagaan ini ialah:
1. Al-Qadhi
6
Betti Megawati,”Kerajaan Turki Usmani”, Tarbiyah Bil Qalam: Jurnal Pendidikan, Agama
dan Sains. Vol. IV, No 1. Tahun 2020 hal.60.
5
tinggi dan sita harta yang tidak sah.7
Untuk tingkat daerah, kekuasaan peradilan dibagi kepada tiga komposisi,
yaitu, inspektur (al-muftisy), hakim (al-qadhi) dan wakil hakim (nuwab al-qadhi).
Hukum materil yang digunakan oleh peradilan dan lembaga kehakiman tersebut
adalah hukum-hukum fiqih dari mazhab Imâm Abû Hanifah sebagai mazhab
resmi yang berlaku di Turki Usmani.8
2. Syurthah
7
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I (Jakarta: Universitas
Indonesia Press, 1984), h. 112
8
Abd. Mukhsin, TURKI USMANI DAN POLITIK HUKUMNYA,” MIQOT: JurnalIlmu-ilmu
Keislaman, Vol. XXXIII No. 2, Juli-Desember 2009. h. 219.
9
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h. 137
6
Perkembangan hukum Islam di Turki dibagi oleh Harun Nasution ke
dalam tiga periode besar yaitu periode awal (650-1250 M), periode pertengahan
(1250- 1800 M), dan periode modern (1800 sampai sekarang).10
Periode ini, syari’at islam dilaksanakan dengan murni sesuai dengan ajaran
Al-Qur’an dan Sunnah.
1) Jual beli
2) Sewa menyewa
3) Tanggungan
10
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1996) h. 12-13
11
Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, cet. V, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1989), h. 216.
7
4) Pemindahan utang atau piutang
5) Gadai
6) Titipan
7) Hibah
8) Rampasan
11) Perwakilan
13) Pengakuan
14) Gugatan
12
Ibid. h. 219.
13
Ibid. h. 221.
8
yang bersumber pada syari’at Islam14. Dan sebagai Langkah pertama untuk
meninggalkan taqlid buta dan untuk tidak terikat dengan satu mazhab tertentu,
baik dalam bentuk keputusan hakim, maupun dalam pendapat orang biasa.
Bentuk-bentuk peradilan pada masa ini adalah:
14
J. N. D. Anderson, Islamic Law in the Moderen World diterjemahkan oleh Mahmud
Husain dengan judul Hukum Islam di Dunia Moderen, Cet. I (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
1994), h. 28.
15
Aris Bintania, Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-Qadha, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), 167. Yang dikutip dari bukunya M. Yahya Harahap yang berjudul
(kedudukan, kewenangan dan acara pearadilanagama“undang -undang nomor 7 tahun 1989)
16
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, h. 18.
9
modern, Kerajaan Ustmani menguasai wilayah yang sangat luas, meliputi Balkan,
Turki, Timur Tengah, Mesir dan Afrika Utara, dan pada abad ke-19, Utsmani
pada intinya memperbaiki kekuasaan pemerintah pusat mengkonsolidasikan
kekuasaannya atas beberapa provinsi dan melancarkan reformasi ekonomi, sosial,
dan kultural yang dengan kebijakan tersebut mereka berharap dapat menjadikan
Kerajaan Utsmani mampu bertahan di dunia modern pada saat itu17. Dengan
semua yang sudah dilakukan untuk mewujudkan kerajaan yang mampu bersaing
di era modern, Turki Ustmani tetap kehilngan banyak wilayah, karena beberapa
kekuatan Eropa yang terlebih dahulu mengkonsolidasikan militer, ekonomi dan
kemajuan teknologi mereka sehingga pada abad ke-19 Bangsa Eropa jauh lebih
kuat dibandingkan Turki Ustmani.
Kemunduran Turki Ustmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni.
Hal ini disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan
Sulaiman meninggal, diantaranya perebutan kekuasaan antara keturunannya.
Terjadinya perebutan kekuasaan tersebut terjadi karena keturunan Sulaiman
Sebagian besar adalah orang yang lemah dan berperilaku buruk. Hal lain yang
menyebabkan kemunduran Turki Ustmani adalah melemahnya semangat
perjuangan prajurit Utsmani yang mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi
beberapa peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan sistem pemerintahan
tidak berjalan semestinya. Selain faktor diatas, ada juga faktor-faktor yang
menyebabkan Kerajaan Ustmani mengalami kemunduran, diantaranya adalah
wilayah kekuasaan yang sangat luas yang menyebabkan kesulitan dalam
melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan
Sulaiman, sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Utsmani tidak berjalan
semestinya. Faktor yang lain adalah heterogenitas penduduk, kelemahan para
penguasa, adanya pemberontakan Tentara Jenissari, merosotnya ekonomi yang
disebabkan oleh peperangan, dan tidak berkembangnya disiplin ilmu dan
teknology, sehingga tidak bisa mengikuti perkembangan zaman18.
10
peradilan tertinggi dipimpin oleh khalifah, pada saat itu khalifah bukan hanya
sebagai kepala negara tapi juga sebagai kepala hakim. Produk hukum yang
menjadi dasar pada saat itu adalah putusan-putusan khalifah tentang banyak
persoalan yang dinamakan iradah saniyah dan hukum-hukum yang terbentuk
didalam rapat Menteri dengan persetujuan khalifah yang dinamakan dengan
qanun.19
19
Tihami, “Hukum dan Peradilan Islam pada Masa Turki Ustmani,” al-Qalam, Vol 10:50
(1994), h. 15.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kewenangan
peradilan Islam pada masa Turki Usmani dibagi menjadi dua, yaitu kewenangan
hukum/peradilan syari‘ah yang disebut qadhi dan kewenangan dalam hukum-
hukum non-syari‘ah yang disebut syurthah. Perkembangan hukum Islam di Turki
dibagi ke dalam tiga periode besar yaitu periode awal (650-1250 M),
periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800 sampai sekarang).
Pada masa pertengahan dikeluarkanlah kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Umum (positif) pertama yang diambil dari ketentuan hukum Islam, dan diambil
dari mazhab Hanafi sebagai mazhab resmi negara pada waktu itu.
Kemunduran Turki Ustmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni.
Hal ini disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan
Sulaiman meninggal, diantaranya perebutan kekuasaan antara keturunannya.
Sedangkan karakteristik peradilan pada saat itu adalah kelembagaan hukum dan
peradilan tertinggi dipimpin oleh khalifah. Produk hukum yang menjadi dasar
pada saat itu adalah putusan-putusan khalifah tentang banyak persoalan yang
dinamakan iradah saniyah.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ali, K. (2000). Sejarah Islam: Tarikh Pramodern, terj. Ghufron A. Mas' adi
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996).
Bintania, Aris. (2012). Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-
Qadha. Jakarta: Rajawali Pers.
Hanafi, Ahmad. (1989). Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, cet. V. Jakarta:
PT. Bulan Bintang.
Mukhsin, A. (2009). Turki Usmani Dan Politik Hukumnya. MIQOT: Jurnal Ilmu-
ilmu Keislaman, 33(2).
Nasution, Harun. (1984). Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Tihami, M. A. (1994). Hukum Dan Peradilan Islam Pada Masa Turki Usmani. Al
Qalam, 10(50), h. 13-22.
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam. (1954) Ensiklopedi Islam, Cet. II. Jakarta:
Ichtiar Baru van Hoeve.
Yatim, B. (2000). Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
13