Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Pada bab kajian pustaka, akan diuraikan berbagai penjelasan dan

teori dari para ahli untuk mendukung tulisan ini. Adapun teori dalam kajian

ini meliputi karakteristik peserta didik sekolah dasar, pembelajaran tematik,

tema 5 hidup bersih dan sehat, media pembelajaran, media pisang badar

(pilih pasangan bangun datar), tata tertib, teks narasi sederhana dan materi

bangun datar di kelas II sekolah dasar. Adapun rincian dari teori masing-

masing tersebut adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar

Peserta didik sekolah dasar (SD) umumnya berkisar antara 6 atau 7

tahun sampai 12 atau 13 tahun, mereka berada pada fase operasional konkret

(Heruman, 2013:1). Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah

logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Objek

konkret tersebut yang dapat ditangkap oleh panca indra.

Piaget dalam Susanto (2015:77) menyatakan bahwa setiap tahapan

perkembangan kognitif pada anak, mempunyai karakteristik berbeda.secara

garis besar dikelompokkan menjadi empat tahap, yaitu:

1) Tahap sensori motor (usia 0-2 tahun), pada tahap ini anak belum
memasuki usia sekolah;
2) Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), pada tahap ini kemampuan
kognitifnya masih terbatas. Anak masih suka meniru perilaku orang
lain (khususnya orang tua dan guru) yang pernah ia lihat dan anak

13
14

3) mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu


mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif;
4) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), pada tahap ini anak
sudah mulai memahami aspek-aspek komulatif materi, mempunyai
kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa
golongan benda yang bervariasi tingkatannya, selain itu anak sudah
mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa
yang konkret;
5) Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun), pada tahap ini anak
sudah menginjak usia remaja, perkembangan kognitif peserta didik
pada tahap ini telah memiliki kemampuan mengkordinasikan dua
ragam kemampuan kognitif secara simultan (serentak) maupun
berurutan.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

karakteristik peserta didik sekolah dasar yang umumnya berusia antara 7-12

tahun yaitu mulai memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan cara

menyelidiki, mencoba, dan bereksperimen mengenai suatu hal yang

dianggap menarik bagi dirinya, serta peserta didik sudah mampu memahami

cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi

tingkatannya, selain itu peserta didik sudah mampu berpikir sistematis

mengenai benda-benda dan peristiwa yang konkret.

Anak-anak usia sekolah dasar, memiliki karakteristik yang berbeda

dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Mereka senang bermain,

senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan

atau melakukan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya

mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan,

mengusahakan peserta didik berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar

dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung

dalam pembelajaran.
15

Menurut Havighurst yang dikutip Desmita (2014:35) dalam

Psikologi Perkembangan Peserta Didik, tugas perkembangan anak usia

sekolah dasar meliputi:

1) Mengusai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas


fisik;
2) Membina hidup sehat;
3) Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok;
4) Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin;
5) Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam
masyarakat;
6) Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif;
7) Mengembangakan kata hati, moral dan nilai-nilai;
8) Mencapai kemandirian pribadi.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa

karakteristik tugas perkembangan anak usia sekolah dasar adalah mampu

belajar bergaul dan bekerja secara kelompok sehingga memperoleh

sejumlah konsep untuk dapat berfikir secara efektif, menjadikan peserta

didik mencapai nilai moral dan kemandirian dalam dirinya.

2. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah suatu strategi pembelajaran yang

melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang

bermakna kepada siswa (Sutirjo, 2005:6). Menurut Majid (2014:80)

mengungkapkan pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga

dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid.

Pembelajaran terpadu mempunyai satu tema aktual dan ada

kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, tema itu dapat ditinjau dari bidang

studi lain (Trianto, 2011:147). Menurut Majid (2014:85) pembelajaran

tematik suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja


16

mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar

mata pelajaran.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran yang membuat peserta

didik lebih memahami konsep-konsep yang dipelajari, sehingga dapat

memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik, untuk

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Tema 5 (Hidup Bersih dan Sehat), dan Sub Tema 3 (Hidup Bersih dan

Sehat di Tempat Bermain)

Media Pisang Badar (Pilih Pasangan Bangun Datar) digunakan

untuk membantu peserta didik dalam proses pembelajaran. Media tersebut

harus memperhatikan kesesuaian materi dengan media yang akan

dikembangkan. Adapun mata pelajaran, kompetensi dasar, indikator dan

materi pada tema 5 sub tema 3 Hidup Bersih dan Sehat di Tempat Bermain

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Pemetaan Tema 5 Sub Tema 3 Pembelajaran 1


Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Indikator Materi

PPKn 3.2 Memahami tata 3.2.1 Mengidentifikasi tata Tata tertib yang
tertib dan aturan tertib yang berlaku dalam berlaku dalam
yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di kehidupan sehari-
kehidupan sehari- tempat bermain. hari.
hari di rumah dan di
sekolah.
3.2.3 Menjelaskan tata
tertib yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari di
tempat bermain.
4.2 Melaksanakan 4.2.1 Melaksanakan tata
tata tertib di rumah tertib di lingkungan
dan di sekolah keluarga.

4.2.2 Melaksanakan aturan


di lingkungan keluarga.
17

Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Indikator Materi

Bahasa 3.2 Mengenal teks 3.2.1 Mengidentifikasi Narasi sederhana


Indonesia cerita narasi berbagai kegiatan di tentang kegiatan
sederhana kegiatan lingkungan sekitar. di lingkungan
dan bermain di sekitar
lingkungan dengan
bantuan guru atau
teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan
tulis yang dapat
diisi dengan
kosakata bahasa
daerah untuk
membantu
pemahaman.

4.2 Memperagakan 4.2.1 Menulis cerita narasi


teks cerita narasi sederhana tentang kegiatan
sederhana tentang di lingkungan sekitar
kegiatan dan dengan EYD yang benar.
bermain di
lingkungan secara
mandiri dalam
bahasa Indonesia
lisan dan tulis yang
dapat diisi dengan
kosakata bahasa
daerah untuk
membantu
penyajian.

Matematika 3.9 Mengenal 3.9.1 Mengelompokkan Mengelompokkan


bangun datar serta benda benda di sekitar benda bangun
mengelompokkan sebagai bangun datar datar sederhana
berdasarkan sifat sederhana.
geometrisnya.

4.6 Mengurai 4.6.1 Mengurai unsur-


unsur-unsur bangun unsur bangun ruang yaitu
datar sederhana dari sisi dan sudut
benda benda di
sekitar.

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media

Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan

dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audiens (siswa) sehingga

dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya (Asnawir dan


18

Basyiruddin, 2002:11). Sedangkan menurut Azhar (2010:4) media adalah

komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi

instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk

belajar. Dari kedua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa media

adalah komponen sumber belajar yang terjadi dalam proses penyaluran

informasi yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan sehingga

dapat mendorong peserta didik untuk melaksanakan proses pembelajaran.

Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk

mendukung proses belajar mengajar siswa, dengan memperhitungkan

kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-

kejadian intern yang berlangsung dialami oleh siswa (Eveline dan Hartini,

2014:12). Association of Education and Communication Technology

(AECT, 1986:195) menegaskan bahwa pembelajaran (instruction) suatu

proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk

memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-

kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.

Uraian di atas, menyimpulkan media pembelajaran adalah

komponen sumber belajar yang digunakan dalam kegiatan (belajar dan

mengajar) untuk menyalurkan informasi yang direncanakan atau

diaktualisasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dapat

menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.


19

b. Klasifikasi Media Pembelajaran

Klasifikasi ciri utama media pada tiga unsur pokok, yaitu suara,

visual dan gerak menurut Rudi Bretz (dalam Asnawir dan Basyiruddin,

2002:27). Bentuk visual itu sendiri dibedakan lagi pada tiga bentuk, yaitu

gambar visual, garis (linergraphic) dan simbol. Disamping itu dia juga

membedakan media siar (transmisi) dan media rekam (recording), sehingga

terdapat 8 klasifikasi media: (1) Media audio visual gerak, (2) Media audio

visual diam, (3) Media audio semi gerak, (4) Media visual gerak, (5) Media

visual diam, (6) Media visual semi gerak, (7) Media audio, dan (8) Media

cetak.

Menurut Abdorrakhman Gintings (2008:141), secara garis besar

media belajar dan pembelajaran dapat dibedakan kedalam empat kelompok:

1) Visual, media yang menampilkan materi pembelajaran dalam


bentuk sesuatu yang dapat dilihat oleh mata manusia;
2) Audio, media yang menampilkan materi pembelajaran dalam
bentuk sesuatu yang dapat didengar oleh telinga manusia;
3) Audio Visual, media yang menampilkan materi pembelajaran
dalam bentuk sesuatu yang dapat didengar oleh telinga dan
dilihat oleh mata manusia;
4) Multimedia, media yang menampilkan materi pembelajaran
dengan teknik yang memadukan semua keunggulan peralatan
media audio dan visual dengan berbagai teknik penyajian yang
memanfaatkan teknologi computer dan LCD Projector.

Dari klasifikasi media pembelajaran diatas, dapat diambil

kesimpulan bahwa sebuah media harus bisa dilihat, didengar oleh mata dan

telinga manusia serta bisa memadukan antara media audio dan visual agar

menjadikan sebuah media yang berkelas.


20

c. Prinsip Pemanfaatan Media Pembelajaran

Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau

mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar (Asnawir dan

Basyiruddin, 2002:19). Oleh karena itu harus diperhatikan prinsip-prinsip

penggunaannya yang antara lain:

1) Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai


bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan
hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan, yang
digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-
waktu dibutuhkan;
2) Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar
yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi
dalam proses belajar mengajar;
3) Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu
media pengajaran yang digunakan;
4) Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan
suatu media pengajaran;
5) Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistimatis
bukan sembarang menggunakannya;
6) Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari satu
macam media, maka guru dapat memanfaatkan multy media yang
menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar dan
juga dapat merangsang siswa dalam belajar.

Beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan

media pengajaran dalam proses belajar mengajar, yakni: (1) Media

pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan. (2) Media pengajaran merupakan media yang dapat dilihat

atau didengar. (3) Media pengajaran yang digunakan dapat merespon

peserta didik untuk belajar. (4) Media pengajaran harus sesuai dengan

kondisi individu peserta didik. (5) Media pengajaran merupakan perantara

(medium) dalam proses pembelajaran peserta didik.

Penggunaan media pengajaran seharusnya mempertimbangkan

beberapa hal berikut ini: (1) Guru harus berusaha dapat memperagakan atau
21

merupakan model dari suatu pesan (isi pelajaran) disampaikan. (2) Jika

objek yang akan diperagakan tidak mungkin dibawa ke dalam kelas, maka

kelaslah yang diajak kelokasi objek tersebut. (3) Jika kelas tidak

memungkinkan dibawa ke lokasi objek tersebut, usahakan model atau

tiruannya. (4) Bilamana model atau tiruannya juga tidak didapatkan,

usahakan gambar atau foto-foto dari objek yang berkenaan dengan materi

(pesan) pelajaran tersebut. (5) Jika gambar atau foto juga tidak didapatkan,

maka guru berusaha membuat media sederhana yang dapat menarik

perhatian belajar peserta didik. (6) Bilamana media sederhana tidak dapat

dibuat oleh guru, gunakan papan tulis untuk mengilustrasikan objek atau

pesan tersebut melalui gambar sederhana dengan garis lingkaran.

d. Fungsi Media Terhadap Pembelajaran

Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam

kegiatan belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan

pengalaman visual kepada peserta didik dalam rangka mendorong motivasi

belajar, memperjelas, mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak

menjadi lebih sederhana, konkret, serta mudah dipahami. Dengan demikian

media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan retensi anak

terhadap materi pembelajaran.

Menurut Edgar Dale yang dikutip Asnawir dan Basyiruddin

(2002:21) mengklasifikasikan pengalaman belajar anak mulai dari hal-hal

yang paling konkret sampai kepada hal-hal yang dianggap paling abstrak.

Klasifikasi pengalaman tersebut diikuti secara luas oleh kalangan pendidik

dalam menentukan alat bantu apa seharusnya yang sesuai untuk pengalaman
22

belajar tertentu. Klasifikasi pengalaman tersebut lebih dikenal dengan

Kerucut Pengalaman (Cone of Experience).

Penggunaan pendekatan sistem dalam lingkungan pendidikan telah

menggugah para ahli pendidikan di Indonesia untuk menggunakan media

sebagai bagian integral dalam program pengajaran. Oleh karena itu program

media dilaksanakan secara sistematis berdasarkan kebutuhan dan

karakteristik serta diarahkan pada pembahasan tingkah laku peserta didik

yang ingin dicapai. Oleh sebab itu para ahli media telah merumuskan ciri-

ciri penggunaan media dalam pendidikan, sehingga terhimpun suatu

konsepsi teknologi pendidikan yang mempunyai ciri-ciri: (1) Berorientasi

pada sasaran atau peserta didik, (2) Menerapkan konsep pendekatan sistem

dan (3) Memanfaatkan sumber media yang bervarasi.

Sejalan dengan makin mantapnya konsepsi tersebut, fungsi media

tidak lagi hanya sebagai alat peraga atau alat bantu, melainkan sebagai

pembawa informasi atau pesan pengajaran terhadap peserta didik. Didalam

kegiatan belajar mengajar, media pendidikan pengajaran secara umum

mempunyai kegunaan untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi,

keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif peserta didik serta

mempersatukan pengamatan mereka. Kemudian dengan masuknya pengaruh

teknologi audio dan video dalam sistem pendidikan, lahirlah alat audio

visual terutama menekankan penggunaan pengalaman langsung atau konkret

untuk menghindarkan verbalisme.

Pada saat ini media pengajaran mempunyai fungsi: (1) Membantu

memudahkan belajar bagi peserta didik dan memudahkan belajar bagi guru.
23

(2) Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak menjadi konkret).

(3) Menarik perhatian peserta didik lebih besar (jalannya pelajaran tidak

membosankan). (4) Semua indra dapat diaktifkan, kelemahan satu indra

dapat diimbangi oleh kekuatan indra lainnya. (5) lebih menarik perhatian

dan minat peserta didik dalam belajar. (6) Dapat membangkitkan dunia teori

dengan realitanya.

e. Kebutuhan Media Bagi Peserta Didik

Kebutuhan belajar setiap peserta didik berbeda-beda, peserta didik

memiliki kecenderungan ingin melihat setiap pembelajaran yang dilakukan

guru dengan metode yang berbeda-beda, karena peserta didik memiliki sifat

yang mudah bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Guru

dituntut untuk lebih kreatif dalam setiap melakukan proses pembelajaran di

kelas. Salah satu yang diinginkan oleh peserta didik adalah sebuah media

yang bisa menjadikan pelengkap guru dalam mengajar, seperti yang telah

disampaikan oleh guru kelas II Sekolah Dasar Made III Lamongan bahwa

peserta didik terkadang kesulitan dalam menerima sebuah materi

pembelajaran tanpa adanya bentuk konkret, seperti halnya media

pembelajaran tentang materi yang akan disampaikan. Media yang

diperlukan saat ini adalah media yang berkesinambungan dengan materi

yang akan diajarkan kepada peserta didik kelas II. Media Pisang Badar

(Pilih Pasangan Bangun Datar) lebih tepatnya yang dibutuhkan peserta didik

untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran pada semester 2 saat ini,

karena dalam observasi awal guru menjelaskan bahwa di Sekolah Dasar

tersebut belum memiliki media pendukung untuk materi hidup bersih dan
24

sehat di tempat bermain, sedangkan kelas II yang tersedia hanya buku

tematik siswa.

Kesimpulan dari pemaparan diatas bahwa, peserta didik

menginginkan sesuatu yang baru dalam proses pembelajaran, tidak selalu

terfokus kepada guru (teacher centered), peserta didik juga menginginkan

dalam pembelajaran adanya kegiatan yang mengajak peserta didik aktif dan

terdapat bentuk konkret dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Untuk itu

media sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran bagi peserta didik

kelas II dan akhirnya peneliti berinisiatif dalam pembuatan media pisang

badar (pilih pasangan bangun datar) agar memberikan siswa pemahaman

yang baru mengenai materi tata tertib yang berlaku di kehidupan sehari-hari,

mengenal teks narasi sederhana dan bentuk-bentuk bangun datar yang

mengajak mereka untuk belajar dan bermain dalam proses pembelajaran.

5. Media Pisang Badar (Pilih Pasangan Bangun Datar)

a. Pengertian Media Pisang Badar

Pisang Badar merupakan sebuah singkatan yang membuat

seseorang akan tertarik ketika mendengarnya, Pilih Pasangan Bangun Datar

singkatan dari Pisang Badar, media yang digunakan untuk membantu

peserta didik memahami pembelajaran tematik khususnya pada tema 5 sub

tema 3 pembelajaran 1. Dinamakan media pisang badar karena dalam proses

pembelajarannya, peserta didik mengetahui sikap yang dilakukan sebelum

melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan media, selanjutnya

memilih teks narasi sederhana secara acak dan terdapat soal yang

menanyakan bentuk bangun datar pada teks narasi sederhana, setelah


25

memilih peserta didik menempelkan pada petak sebelah kiri dan dilanjutkan

dengan memilih pasangan bangun datar dari soal yang telah peserta didik

pilih di sebelah kanan petak teks narasi sederhana. Pisang Badar (Pilih

Pasangan Bangun Datar) nama yang sesuai untuk menggambarkan media

yang sedang dikembangkan oleh peneliti.

b. Kelebihan dan Kelemahan Media Pisang Badar

Sebuah media pastinya memiliki kelebihan dan kelemahan, karena

media tidak dapat digunakan untuk semua pembelajaran, pada media pisang

badar dikhususkan untuk membantu peserta didik memahami pembelajaran

tematik khususnya pada tema 5 sub tema 3 pembelajaran 1.

1) Kelebihan dalam menggunakan media pisang badar sebagai berikut:

a) Tampilan media menarik karena menggunakan bermacam-macam warna.

b) Dapat digunakan secara individu maupun kelompok.

c) Dapat membuat peserta didik lebih tertarik mengikuti proses pembelajaran.

d) Memudahkan untuk mempelajari materi pada tema 5 sub tema 3

pembelajaran 1.

e) Media ini dapat bertahan lama, karena terbuat dari kayu dengan bantuan

magnet sebagai perekat untuk meletakkan bentuk bangun datar dan teks

narasi.

2) Kelemahan media pisang badar sebagai berikut:

a) Media ini hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam pembelajaran tema 5

sub tema 3 pembelajaran 1 kelas II sekolah dasar.


26

b) Media yang dibuat hanya berupa pelaksanaan tata tertib ketika

menggunakan media, teks narasi sederhana dan bentuk bangun datar yang

tidak menyeluruh.

c) Media harus digunakan secara bergantian dalam penggunaan kelompok

besar.

d) Pembuatan media pisang badar menggunakan penelitian pengembangan dari

Borg & Gall yang menggunakan 10 langkah. Akan tetapi pengembangan

media hanya sampai pada langkah ke 7, karena pada langkah ke 7 sudah

cukup untuk menguji kevalidan dan kelayakan suatu media.

6. Tata Tertib

a. Pengertian Tata Tertib Sekolah

Tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan atau aturan yang

harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat berlangsungnya proses belajar

mengajar. Aturan yang dimaksud sesuai dengan Departemen Pendidikan

Nasional (2001:21) adalah sebagai rambu-rambu bagi siswa dalam bersikap,

berucap, bertindak dan melaksanakan kegiatan sehari-hari di sekolah dalam

rangka menciptakan iklim dan kultur sekolah yang dapat menunjang

kegiatan pembelajaran yang efektif.. Sedangkan menurut Mulyono

(2000:14) tata tertib adalah kumpulan auran-aturan yang dibuat secara

tertulis dan mengikat anggota masyarakat.

Berdasarkan pemaparan di atas untuk memperoleh ketertiban yang

baik, setiap sekolah wajib memiliki aturan-aturan bagi peserta didik yang

tertulis dan mengikat, karena dengan diterapkannya aturan tersebut


27

membuat peserta didik lebih mengerti dalam cara bersikap kepada sesama

maupun kepada orang yang lebih tua dengan dia.

b. Pentingnya Tata Tertib

Acuan dasar, tatakrama dan tata tertib kehidupan sosial sekolah

hendaknya bersumber pada: nilai-nilai agama, sosial budaya, hak asasi

manusia dan nilai yang lain (Departemen Pendidikan Nasional, 2001:5).

Tata tertib sekolah perlu diikuti dengan berbagai larangan, sanksi

dan penghargaan untuk menjamin agar peraturan sekolah dapat berjalan

untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut Kusmiati (2004:22) bahwa

tujuan diadakannya tata tertib salah satunya sesuai dengan yang tercantum

dalam setiap butir tujuan tata tertib, yaitu:

a. Tujuan peraturan keamanan untuk mewujudkan rasa aman


dan tentram serta bebas dari rasa takut baik lahir maupun
batin yang dirasakan oleh seluruh warga, sebab jika antar
individu tidak saling mengganggu maka akan melahirkan
perasaan tenang dalam diri setiap individu dan siap untuk
mengikuti kegiatan sehari-hari.
b. Tujuan peraturan kebersihan adalah terciptanya suasana
bersih dan sehat yang terasa dan nampak pada seluruh warga.
c. Tujuan ketertiban adalah menciptakan kondisi yang teratur
yang mencerminkan keserasian, keselarasan dan
keseimbangan pada tata ruang, tata kerja, tata pergaulan
bahkan cara berpakaian.
d. Tujuan peraturan keindahan adalah untuk menciptakan
lingkungan yang baik sehingga menimbulkan rasa keindahan
bagi yang melihat dan menggunakannya.

Berdasarkan pemaparan di atas, tata tetib memiliki pengaruh

sangat penting pada sekolah yang mengharuskan peserta didik untuk

melaksanakan peraturan tersebut, agar peserta didik dapat menerapkan

peraturan yang telah tertulis menjadi kebiasaan yang baik ketika berada di

lingkungan sebenarnya dengan berbagai pemikiran yang berbeda-beda.


28

7. Teks Narasi Sederhana

a. Pengertian Teks Narasi Sederhana

Narasi merupakan salah satu karangan yang dikategorikan

berdasarkan bentuknya selain eksposisi, argumentasi dan persuasi. Narasi

secara sederhana diartikan sebagai paragraf yang berisi cerita atau kejadian

(Kosasih, 2008). Menurut Keraf (2007:136) narasi adalah suatu bentuk

wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan di

rangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan

waktu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa narasi adalah

rangkaian kalimat yang menggambarkan kejadian secara jelas dari awal

hingga akhir dan menjadi suatu paragraf yang menggambarkan kejadian

sesuai dengan urutan waktu.

b. Bentuk-bentuk Narasi

Narasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1) Narasi Ekspositoris

Narasi yang menceritakan mengenai suatu rangkuman perbuatan

yang disampaikan untuk menginformasikan kepada pembaca suatu peristiwa

yang terjadi. Biasanya digunakan untuk menarasikan pertandingan sepak

bola, renang, bulu tangkis dan lain-lain.

2) Narasi Sugestif

Narasi yang isinya berupa kisah hasil khayalan atau imajinatif dari

penulis. Meski narasi sugestif bersumber dari kisah nyata, namun telah
29

dibumbui dengan imajinasi dari pengarang. Narasi sugestif mudah

ditemukan pada dongeng, cerpen, novel, hikayat dan lain-lain.

Contoh paragraf narasi dalam materi bahasa indonesia yang telah

disusun oleh peneliti untuk proses pembelajaran kelas II sekolah dasar:

“Pukul 07.00 Andi berangkat ke sekolah. Ia berangkat menggunakan

sepeda. Namun, ketika dalam perjalanan, roda yang ia naiki bocor terkena

paku, sehingga Andi terlambat masuk sekolah. Teman Andi, Jini dan Joni

sedang berada di dalam kelas. Mereka mendapat jadwal piket menyapu

lantai yang kotor. Sampah yang terkumpul kemudian dibuang ketempat

sampah. Bel sekolah berbunyi, ibu guru masuk kedalam kelas. Setiap hari

tidak pernah lupa menanyakan keadaan siswa. Ketika ingin memulai

pelajaran ibu guru menuliskan yang di pelajari di papan tulis. Pelajaran

dikelas sudah selesai. Andi bergegas pulang ke rumah dengan menaiki

sepeda. Di jalan, Andi melewati sawah dan melihat petani menanam padi

menggunakan topi yang terbuat dari anyaman bambu. Sesampainya di

rumah, Andi mengganti baju seragamnya, untuk bermain laying-layang

bersama teman-temannya di lapangan yang tidak jauh dari rumah Andi.

Asyik bermain laying-layang, Andi kembali pulang. Sesampainya di rumah

ia melihat ayahnya sedang memperbaiki atap rumah yang bocor.”

8. Bangun Datar

a. Pengertian Bangun Datar

Bangun datar merupakan bentuk geometri berdimensi dua terletak

pada bidang datar dan memiliki dua unsur yaitu panjang dan lebar (Sutan,

2003:61). Menurut Agus Suharjana (2008:2) menyatakan bahwa bangun


30

datar merupakan bangun dua dimensi yang hanya memiliki panjang dan

lebar, yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung atau bangun geometri

yang seluruh bagiannya terletak pada satu bidang. Bangun datar memiliki

bagian-bagian: (1) Sisi, adalah ruas garis yang membatasi suatu bidang atau

bangun datar; (2) Sudut, adalah bagian yang terletak diantara dua sisi dan

bertemu di satu titik; dan (3) Diagonal, adalah garis yang menghubungkan 2

sudut yang tidak bersebelahan.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

bangun datar adalah bangun yang hanya memiliki panjang dan lebar,

dibatasi oleh garis lurus atau lengkung serta seluruh bagiannya terletak pada

satu bidang.

b. Macam-macam Bangun Datar

1) SEGITIGA

Segitiga adalah suatu bangun datar yang jumlah sudutnya 1800 dan

dibentuk dengan cara menghubungkan tiga buah titik yang tidak segaris

dalam satu bidang.

A Segitiga ABC mempunyai 3 sisi

Ketiga sisinya sama panjang

B C Sisi-sisi AB = BC = CA

dan memiliki 3 sudut.


2) SEGIEMPAT

Segi empat adalah bangun datar yang dibentuk dengan

menghubungkan empat buah titik yang tidak segaris.


31

Macam-macam Segi empat:

a) Bujur sangkar (Persegi sama sisi)

Suatu bangun segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan

keempat sudutnya siku-siku.

A B Persegi ABCD mempunyai 4 sisi

Sisi-sisinya yaitu AB, BC, CD dan AD

Keempat sisinya sama panjang

C D Sisi-sisi AB = BC = CD =DA

dan memiliki 4 sudut.

b) Persegi panjang

Suatu bangun segi empat yang kedua sisi berhadapan sama panjang

dan keempat sudutnya siku-siku.

A B Mempunyai 4 sisi yaitu 2 sisi

panjang dan 2 sisi lebar.

memiliki 4 sudut.
C D

c) Belah Ketupat

Suatu bangun jajar genjang yang keempat sisinya sama dengan

perpotongan diagonalnya, membentuk sudut siku-siku.

D
Belah ketupat ABCD mempunyai 4 sisi

A C Sisi-sisinya yaitu AB, BC, CD dan AD

Panjang AB = BC = CD = DA

B
32

d) Trapesium

Segi empat yang mempunyai dua sisi (sepasang sisi) yang

berhadapan sejajar.

A D Trapesium mempunyai 4 sisi

t Sisi panjang AB sejajar CD

B C

3) LINGKARAN

Lingkaran mempunyai banyak definisi diantaranya:

a) Kurva tertutup yang dibentuk dari banyak titik yang berjarak sama terhadap

satu titik tertentu yang dinamakan pusat lingkaran.

b) Jarak himpunan titik terhadap pusat dinamakan jari-jari.

c) Besar sudut suatu lingkaran adalah 3600.

d) Memiliki 1 sisi dan sudut tak terhingga.

Lingkaran mempunyai satu sisi.

π Pada lingkaran sisinya merupakan garis

lengkung.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitan ini merujuk pada penelitian yang sudah pernah

dilakukan. Penelitian pertama yaitu Pengembangan Media Pembelajaran

Gambar Berseri Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi Siswa

Kelas IV Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SDN Kedungoleng 04 Kec.

Paguyangan Kab. Brebes. yang ditulis oleh Aprilia Tri Wulandari (2015).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 22 siswa mengalami


33

peningkatan hasil mengarang sebelum (77.5%) sesudah penggunaan media

gambar berseri sebesar (82,5%) dengan kategori baik. Persamaan dari

pengembangan media pisang badar adalah sama-sama melakukan

pengembangan produk untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan

peneliti di sekolah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

terdahulu adalah penelitian ini menggunakan model pengembangan Borg

and Gall (Research and Development) dengan 7 langkah, sedangkan

penelitian terdahulu menggunakan model pengembangan ADDIE, yakni

Analysis (analisis), Design (perencanaan), Development (pengembangan),

Implementation (uji coba/penerapan), Evaluation (perbaikan).

Penelitian relevan yang kedua yaitu Pengembangan Prototipe

Perangkat Pembelajaran Geometri Materi Bangun Datar Berdasarkan Teori

Van Hiele Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar yang ditulis oleh Dian

Listyawati (2016). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa siswa

memahami bentuk bangun datar dengan presentase 63% siswa mendapat

nilai 100, 21% siswa mendapat 96, 11% siswa mendapat nilai 92 dan 5%

siswa mendapat nilai 88. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

terdahulu adalah sama-sama menggunakan model pengembangan Borg and

Gall (Research and Development). Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu adalah membahas tentang pembelajaran tematik

sedangkan penelitian terdahulu hanya menekankan materi bangun datar.


34

C. Kerangka Pikir

Kondisi Lapang:
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan di Sekolah Dasar Kondisi Ideal:
Negeri Made III Lamongan media Media pisang badar (pilih
yang digunakan belum bisa pasangan bangun datar)
menarik perhatian siswa, sebagai alat bantu untuk
sehingga pembelajaran kurang menyampaikan materi
menarik bagi siswa. Pencapaian tematik tema 5 sub tema 3
hasil belajar tergolong cukup dengan mudah, sehingga
memuaskan karena kurang peserta didik tertarik
adanya kreatifitas dalam mengikuti proses
mengembangkan media yang pembelajaran
sesuai dengan karakteristik siswa,
terlihat dari kurangnya minat
siswa dalam belajar mandiri.

Perencanaan desain Produk


Pengembangan Media
Pisang Badar (Pilih
Pasangan Bangun Datar)
Pada Sub Tema Hidup
Bersih Dan Sehat Di Kelas II
Sekolah Dasar.
Konsultasi ahli media,
ahli materi dan ahli
Melakukan Tahap Validasi pembelajaran
media meliputi dosen ahli
media, ahli materi dan ahli
pembelajaran
Respon siswa

Analisis keefektifan dan Hasil Produk:


kelayakan media dari respon
Media Pisang Badar (Pilih
siswa dan hasil ujicoba
Pasangan Bangun Datar)
produk
Pada Sub Tema Hidup
Bersih Dan Sehat Di Kelas II
Sekolah Dasar.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian.

Anda mungkin juga menyukai