Anda di halaman 1dari 4

“ANALISA KASUS PERCERAIAN KARENA PERSELINGKUHAN”

Berdasarkan data perceraian di seluruh Indonesia pada 2010, masalah utama perceraian dipicu karena
masalah ekonomi. Data yang dilansir Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung (MA) baru-baru ini
menyebutkan, dari 285.184 perkara perceraian, sebanyak 67.891 kasus karena masalah ekonomi.
"Paling banyak di Jawa Barat sebanyak 33.684 kasus, disusul Jawa Timur, yaitu sebanyak 21.324 kasus.
Dan di posisi ke tiga Jawa Tengah dengan 12.019," tulis MA dalam rilis yang didapat detikcom, Rabu
(3/7/2011). Di urutan kedua, pemicu perceraian adalah perselingkuhan sebanyak 20.199 kasus. Jawa
Timur menempati urutan tertinggi dengan 7.172 kasus, menyusul Jawa Barat sebanyak 3.650 kasus dan
posisi ketiga ditempati Jawa Tengah sebanyak 2.503. "Ada pun DKI Jakarta sebanyak 1.158 perceraian di
karenakan karena perselinghkugan," jelasnya.

Fakta lainnya, kekerasan fisik ternyata bukan menjadi pemicu utama sebuah perceraian yaitu hanya
2.191 kasus. Pasangan lebih banyak bercerai karena dipicu api cemburu dibandingkan karena kekerasan,
yaitu sebanyak 10.029 kasus dengan Jawa Timur menempati posisi pertama yaitu sebanyak 4.060 kasus.
"Ada pun poligami yang tidak sehat memicu 1.389 kasus perceraian di seluruh Indonesia," tambah MA

1. Alasan Mengapa orang berselingkuh menurt Pranata Keluarga

Setiap orang yang menikah sudah tentu mendambakan dan mencita-citakan bisa menempuh kehidupan
perkawinan yang harmonis. Namun bagaimana pun juga, kita tidak bisa melupakan bahwa sebuah
perkawinan pada dasarnya terdiri dari 2 orang yang mempunyai kepribadian, sifat dan karakter, latar
belakang keluarga dan problem yang berbeda satu sama lain.

Semua itu sudah ada jauh sebelum keduanya memutuskan untuk menikah. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika kehidupan perkawinan pada kenyataan selanjutnya tidak seindah dan seromantis
harapan pasangan tersebut. Persoalan demi persoalan yang dihadapi setiap hari, belum lagi ditambah
dengan keunikan masing-masing individunya, sering menjadikan kehidupan perkawinan menjadi sulit dan
hambar. Jika sudah demikian, maka kondisi itu semakin membuka peluang bagi timbulnya
perselingkuhan di antara mereka.

Ada beberapa alasan umum seseorang berselingkuh :

a) ingin melarikan diri secara emosional dari pasangannya.

b) ingin bertualang dan ingin mengetahui seperti apa berhubungan seks dengan orang yang bukan
pasangannya.

c) marah, dendam atau permusuhan yang terpendam terhadap pasangannya.

d) ingin melakukan lebih banyak seks atau hal-hal yang menyerupai perbuatan seksual yang tidak ia
dapatkan atau berbeda dari pasangannya.

Debbie Layton-Tholl, seorang psikolog, pada tahun 1998 meneliti alasan-alasan terjadinya
perselingkuhan di antara pasangan setelah sekian lama menikah. Menurut Debbie, biasanya orang
memakai alasan mengapa dirinya berselingkuh adalah karena :

1.      merasakan ketidakpuasan dalam kehidupan perkawinan

2.      adanya kekosongan emosional dalam kehidupan pasangan tersebut


3.      problem pribadi di masa lalu

4.      kebutuhan untuk mencari variasi dalam kehidupan seksual

5.      sulit untuk menolak “godaan”

6.      marah terhadap pasangan

7.      tidak lagi bisa mencintai pasangan

8.      kecanduan alkohol atau pun obat-obatan

9.      seringnya hidup berpisah lokasi

10.   dorongan untuk membuat pasangan menjadi cemburu

2. Analisa secara sosiologis

A. Faktor Internal

a). Konflik dalam perkawinan yang tidak kunjung selesai dan terus-menerus oleh perbedaan latar
belakang pendidikan, perkembangan kepribadian, subkultur, serta pola hidup, yang menyebabkan
ketidakserasian relasi antarpasangan.

b). Kekecewaan oleh berbagai macam sebab seperti sifat yang berbeda, cara berkomunikasi yang kurang
terasa pas

c). Ketidakpuasan dalam kehidupan seksual oleh disfungsi seksual atau penyimpangan perilaku seksual
lainnya.

d). Problema finansial.

e). Persaingan antarpasangan baik dalam karier dan perolehan penghasilan.

B. Faktor External

a). Lingkungan pergaulan yang mendorong seseorang untuk mengambil keputusan mencoba menjalin
hubungan perselingkuhan, demi tidak mendapat sebutan STS (suami takut istri) di kalangan rekan
sepergaulannya.

b). Kedekatan dengan teman lain jenis ditempat kerja yang berawal dari saling mencurahkan kesusahan
dan kekecewaan dalam rumah tangga. Dari curhat, terjalin kedekatan emosional yang berlanjut dengan
kontak fisik intim.

c). Godaan erotis-seksual dari berbagai pihak, rekan kerja dan teman dengan motif tertentu

Dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan informan bahwa ada juga di antara mereka
selingkuh disebabkan mendapat godaan erotis-seksual dari HP, teman, rekan kerja dengan motif tertentu.
Ternyata perselingkuhan mereka diawali dengan perselingkuhan tanpa hubungan seks, hanya sebatas
chating dan kirim foto dan video yang erotis seksual melalui HP, lama kelamaan timbullah hasrat untuk
melakukan hubungan intim, sehingga terjadilah perselingkuhan. Ada juga di antara mereka melakukan
perselingkuhan itu berkepanjangan dan ada juga hanya dilakukan satu atau dua kali saja.
3. Analisa
A. Berdasarkan Hukum Positif
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 163 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, menjelaskan bahwa pihak yang mengajukan
perkara tersebut memiliki beberapa alasan, Terjadinya sebuah perceraian disebabkan karena adanya
beberapa alasan baik itu penggugat maupun termohon. Hal ini juga termuat dalam Undang-Undang
Perkawinan mulai A-F Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang
Perkawinan No.1 Tahun 1974, disebutkan bahwa perceraian terjadi karena alasan sebagai berikut:

a) Salah satu pihak berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi, dan lainnya yang sukar
disembuhkan.
b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain dua tahun berturut-turut tanpa seizin pihak lain
dan tanpa alasan yang sah.
c) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat
setelah perkawinan berlangsung.
d) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiyaan berat yang mengancam jiwa
pihak lain.
e) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang sukar disembuhkan sehingga
tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai suami istri. Serta antara suami dan istri
terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus sehingga tidak ada harapan untuk
dirukunkan (Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan)

Berdasarkan alasan-alasan perceraian di atas yang termuat dalam Undang-undang No. 1 tahun
1974 tentang Perkawinan, maka dapat dikatakan bahwa seorang suami atau istri ketika ingin bercerai di
Pengadilan Agama maka setidaknya memiliki alasan yang cukup untuk mengajukan gugatan cerai. Selain
itu, alasan-alasan di atas, ada juga alasan yang lain yang dapat menyebabkan terjadinya perceraian yaitu
karena adanya salah satu pasangan selingkuh dan penyebab terjadinya perselingkuhan karena kurangnya
akhlak yang dimiliki oleh salah satu pasangan suami istri.
Jika suatu perselingkuhan dengan zina maka bisa dikenai pasal Pasal 411 RKUHP
(1) Setiap Orang yang melakukan persetubuhan dengan orang yang bukan suami atau istrinya,
dipidana karena perzinaan, dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling
banyak kategori II yaitu Rp. 10 juta.
B. Berdasaekan Hukum Islam
Dalam hukum islam , Rasulullah saw melarang keras seseorang mengganggu keharmonisan
rumah tangga orang lain sebagaimana sabdanya
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata Rasulullah saw bersabda: "Bukan bagian dari kami, orang yang menipu
seorang perempuan atas suaminya atau seorang budak atas tuannya" (HR Abu Dawud).
Pada hadits ini, agama Islam jelas menilai buruk aktivitas tipu daya yang dilakukan seorang lelaki
untuk menjauhkan seorang perempuan dari suaminya. Agama mengecam keras berbagai upaya seseorang
sekalipun dengan cara memperdaya seorang perempuan dalam rangka merusak hubungan rumah
tangganya dengan sang suami. 
Kecaman agama ini tidak hanya menyasar lelaki sebagai pihak ketiga dalam rumah tangga. Agama juga
mengecam keras perempuan yang melakukan upaya-upaya serupa dalam rangka merebut hati suami
orang lain sebagai penjelasan atas hadits berikut ini:
Yang artinya : (Bukan bagian dari) pengikut (kami, orang yang menipu) melakukan tipu daya dan
merusak kepercayaan (seorang perempuan atas suaminya) misalnya menyebut keburukan seseorang
lelaki di hadapan istrinya atau menyebut kelebihan lelaki lain di hadapan istri seseorang (atau seorang
budak atas tuannya) dengan cara apa saja yang merusak hubungan keduanya. Semakna dengan ini
adalah upaya yang dilakukan untuk merusak hubungan seorang laki-laki terhadap istrinya atau merusak
hubungan seorang budak perempuan terhadap tuannya. Al-Mundziri mengatakan, hadits ini juga
diriwayatkan An-Nasai (Abu Abdirrahman Abadi, Aunul Ma‘bud ala Sunan Abi Dawud, [Yordan: Baitul
Afkar Ad-Dauliyyah, tanpa catatan tahun], halaman 967). 

Anda mungkin juga menyukai