Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS SANGGA BUANA

Jl. PHH. Mustopa No. 68 Kota Bandung 40124


Website: www.usbypkp.ac.id, email: sekretariat.rektorat@usbypkp.ac.id
Telp 022-7275489, Fax: 022-7201756

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2022/2023


[PERIODE 20222]

I. SOAL :

1. KOMPAS.com - Giri Pamungkas (27), pria yang dulunya bekerja sebagai buruh di pabrik, alami kecelakaan
kerja dan membuat empat jarinya putus. Peristiwa itu terjadi pada 18 Agustus 2020. Saat itu dirinya
diminta memperbaiki mesin pabrik di PT Hasil Raya Industri (HRI) di Kecamatan Klari, Karawang. Namun,
ketika Giri memeriksa mesin tersebut, tiba-tiba mesin menyala. Keempat jarinya pun menjadi korban.
Serentak Giri segera dilarikan ke Rumah Sakit Fikri Medika dan akhirnya terpaksa dirujuk ke Rumah Sakit
Lira Medika untuk jalani operasi.
Sementara itu, Giri mendapat kabar tak menyenangkan bahwa kontraknya tak lagi diperpanjang oleh
perusahaan. Kabar tersebut membuat Giri syok. Pasalnya, selama ini dirinya menjadi tulang punggung
keluarga.

Berdasarkan potongan pemberitaan diatas, bahwa :


a. Bagaiamana pandangan saudara terhadap pemberitaan diatas
b. Menurut saudara, hal hal apa saja yang dapat mendorong seseorang mengalami kecelakaan kerja
c. Apa saja strategi yang harus dibuat untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja.

JAWABAN :
A. Dari artikel diatas , menurut hemat saya , terdapat terdapat beberapa isu dan kemungkinan
kemungkinan penyebab terjadinya kecelkaan kerja , yaitu :
1. Pak Giri sebagai korban / pasien kecelakaan kerja di ruang lingkup perusahaan tempat Pak Giri
bekerja , kemungkinan tidak mendapatkan peralatan APD ( Alat Pelindung Diri ) yang memadai .
2. Kurangnya pengetahuan terhadap pentingnya penggunaan APD di ruang lingkup kerja pasien
korban kecelakaan kerja tersebut.
3. Kurangnya kepatuhan untuk bekerja sesuai SOP ketika memperbaiki alat berat yang rusak tersebut.
4. Kurangnya kompetensi , pelatihan serta sertifikasi khusus nya K3 di dalam pekerjaan pasien ,
sehingga pasien ketika bekerja ada beberapa hal dimana pasien kurang paham , lalu melakukan
Unsafe Act sehingga kecelakaan terjadi.
5. Kemungkinan tidak ada nya pengetahuan baik bagi pasien kecelakaan kerja atau ignorancy dari
perusahaan tempat pasien bekerja untuk dapat bekerja kembali di perusahaan tersebut , sebab
dalam peratuan , Undang –Undang No.33 Tahun 1947, Permenaker No.3 Tahun 1998 dan
Permenaker No.5 Tahun 2021 dijelaskan bahwa pasien akan mendapatkan jaminan sosial / JKK dari
proses pelaporan kecelakaan kerja , pengobatan kuratif , rehabilitative hingga jaminan untuk dapat
bekerja kembali di perusahaan tempat pasien bekerja sebelumnya jika status adalah karyawan ,
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
Jl. PHH. Mustopa No. 68 Kota Bandung 40124
Website: www.usbypkp.ac.id, email: sekretariat.rektorat@usbypkp.ac.id
Telp 022-7275489, Fax: 022-7201756

tetapi jika kontak / outsourcing, maka akan diambil alih oleh Disnaker setempat dengan
pemberdayaan pelatihan vokasi atau workshop pasca rehabilitative .
B. Untuk kasus diatas , hal –hal yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat dianalisa dengan 2 metode
, yaitu :
1. Systematic Cause Analysis Technique (SCAT) adalah sebuah alat atau metode yang dikembangkan International Loss
Control Institute (ILCI), yang digunakan untuk menyelidiki dan mengevaluasi kecelakaan kerja dengan menggunakan
bagan SCAT.

- Categories - - - Activities
- of contact - - - for a
Description
> that could > Immediate >  Basic > successful
of incident
- have led to - cause - cause - loss
- the - - - control
> incident > > > program

Tahapan metode SCAT meliputi:


1. Deskripsi atau gambaran suatu kejadian. Misalnya, keracunan gas, defisiensi oksigen, terjepit mesin
bergerak, atau jatuh dari ketinggian.
2. Faktor pemicu timbulnya kecelakaan atau berbagai hal yang menyebabkan kecelakaan. Misalnya,
pekerja (korban) kontak dengan gas beracun atau kontak dengan peralatan bertenaga.
3. Penyebab langsung, terdiri dari perilaku tidak aman (unsafe action) dan kondisi tidak aman (unsafe
condition).

Tindakan Tidak Aman Kondisi Tidak Aman

 Bekerja tanpa disertai izin kerja  Pengaman/ pembatas di area kerja


 Tidak peduli pada peringatan tidak memadai
 Kegagalan untuk bekerja dengan aman  APD tidak memadai/ tidak sesuai
 Mengoperasikan peralatan melebihi dengan jenis pekerjaan
kecepatan yang ditentukan  Peralatan rusak/ cacat
 Tidak menggunakan perangkat  Ruang kerja sempit/ terbatas
keselamatan  Tanda peringatan/ rambu K3 tidak
 Menggunakan peralatan yang rusak/ memadai
tidak layak  Bahaya kebakaran dan ledakan
 Penggunaan peralatan tidak tepat  Tata graha (housekeeping) tidak
 Menggunakan APD yang tidak layak/ memadai
tidak memakai APD  Paparan bahan kimia berbahaya dan
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
Jl. PHH. Mustopa No. 68 Kota Bandung 40124
Website: www.usbypkp.ac.id, email: sekretariat.rektorat@usbypkp.ac.id
Telp 022-7275489, Fax: 022-7201756

 Cara memuat material tidak tepat


 Penempatan material/ alat bukan di
tempat semestinya
beracun
 Teknik pengangkatan tidak tepat
 Paparan kebisingan
 Posisi kerja tidak ergonomis
 Paparan radiasi
 Mengoperasikan peralatan yang
 Paparan suhu ekstrem
sedang diperbaiki/ dipelihara
 Kurangnya pencahayaan dan ventilasi
 Di bawah pengaruh alkohol/ obat-
obatan terlarang
 Bercanda ketika kerja

 
4. Penyebab dasar, terdiri dari faktor individu, faktor pekerjaan, dan faktor manajemen.

Faktor Individu Faktor Pekerjaan Faktor Manajemen

 Program K3 tidak
memadai/ tidak efektif
 Standar operasional
 Kurangnya
prosedur (SOP) tidak
pengawasan/
sesuai
kepemimpinan yang
 Kurangnya kepatuhan
 Kemampuan fisik dan lemah
terhadap standar
mental pekerja tidak  Rekayasa teknik tidak
 Kurangnya pelatihan
memadai memadai
 Tidak ada inspeksi dan
 Kurangnya  Peralatan kerja tidak
evaluasi
pengetahuan memadai
 Tidak ada audit
 Kurangnya  Perawatan peralatan
 Budaya keselamatan
keterampilan yang tidak memadai
yang apatis
 Stres akibat kerja  Prosedur bekerja
 Manajemen bersikap
 Kurangnya motivasi aman tidak memadai
acuh tak acuh
kerja  Peralatan yang rusak/
 Komunikasi K3 yang
aus tetap digunakan
buruk
 Penyalahgunaan
 Investigasi kecelakaan
peralatan
yang buruk dan
dangkal
 dll.
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
Jl. PHH. Mustopa No. 68 Kota Bandung 40124
Website: www.usbypkp.ac.id, email: sekretariat.rektorat@usbypkp.ac.id
Telp 022-7275489, Fax: 022-7201756

5. Tindakan perbaikan/ pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kecelakaan. Misalnya,
menyediakan APD yang memadai, prosedur kerja diperjelas, atau menyediakan peralatan kerja yang
memadai.
Pada metode investigasi SCAT, setiap faktor penyebab kecelakaan dibuat semacam daftar (sesuai tabel di
atas) sebagai panduan untuk memudahkan penyelidik dalam menemukan akar penyebab kecelakaan
yang terjadi.
Jadi , untuk metode SCAT , terdapat 3 faktor penyebab suatu kecelakaan kerja :
1. Faktor individu
2. Faktor Pekerjaan
3. Faktor Manajemen

2. Metode Analisis FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA). Pada metode ini , Analisis FMEA
memfokuskan pada penyebab kerusakan dan mekanisme terjadinya kerusakan. Ketika penyebab dan
mekanisme kerusakan telah diidentifikasi untuk setiap failure mode, selanjutnya dapat diberikan saran untuk
waktu pelaksanaan preventive maintenance, atau perencanaan monitoring untuknmenurunkan failure rate.
Sehingga bentuk kegagalan potensial (potensial failure mode) dapat ditekan melalui langkah-langkah
antisipasi berdasarkan suatu prioritas.
Dimana dalam menentukan skala priorotas yaitu dengan mendapatkan nilai Risk Priority Number (RPN). Nilai
RPN yang dihasilkan menunjukkan tingkat priorotas perbaikan untuk area atau komponen yang terdapat
dalam sistem. Berikut ini adalah kriteria nilai consequeces, exposure & detection dengan nilai skala rating 3
sampai dengan 5. Nilai ini berfungsi untuk mengkuantitatifkan efek dari setiap modus pada hasil FMEA. Dari
nilai RPN akan menjadi acuan prioritas pengambilan keputusan dan tindakan perbaikan yang akan dilakukan.
Jadi , dari Metode Analisa FMEA dapat disimpulkan bahwa ada 5 faktor prioritas dari kriteria penilaian nilai
RPN ( detection , exposure , consequeces ) , yaitu :

 Man
Faktor yang menjadi penyebab kecelakaan kerja dari sisi manusia adalah karena tingkat
kelelahan, pekerja tidak menaati SOP yang ada, kurangnya kesadaran akan pentingnya
keselamatan kerja serta kurangnya ketelitian dalam bekerja.

 Methode
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan kerja pada metode kerja adalah
penyampaian tentang SOP dalam bekernya masih kurang maksimal dan juga kurangnya
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
Jl. PHH. Mustopa No. 68 Kota Bandung 40124
Website: www.usbypkp.ac.id, email: sekretariat.rektorat@usbypkp.ac.id
Telp 022-7275489, Fax: 022-7201756

pengawasan dari pimpinan terhadap para pekerja sehingga pekerja cenderung kurang
memperhatikan keselamatan saat bekerja.

 Machine
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan kerja pada sisi peralatan adalah
alat-alat yang sudah usang dan juga banyaknya peralatan yang tajam dan berat sehingga dapat
menjadi potensi bahaya bagi para pekerja.

 Material
Faktor yang menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan kerja pada material adalah kurangnya
APD yang memenuhi standar.

 Environment
Lingkungan yang baik akan memberikan kenyamanan dalam bekerja. Sebagai contoh , Di
Automotive Workshop biasanya suhu dalam ruangan terlalu panas dan masih terdapat sisa-sisa
oli dan air bekas mengamplas dibeberapa titik sehingga dapat menyebabkan potensi timbulnya
kecelakaan kerja.
C. Strategi yang dapat dipakai untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja , dapat menggunakan beberapa
metode analisa , antara lain :

1. HRA akan membantu manajemen untuk memprioritaskan program higiene industri dan kesehatan kerja
yang perlu dikembangkan, diimplementasikan dan/atau diperbaiki; menentukan indikator kunci kinerja (KPI)
untuk memonitor pencapaian program sebagai bagian dari perbaikan berkesinambungan. Program higiene
industri yang direkomendasikan harus berbasis risiko yang dapat meminimalkan risiko sampai pada tingkat
yang bisa diterima (as low as reasonably practicable/ALARP) dengan efektif dan efisien.

HRA merupakan tulang punggung dari SMK3LL secara keseluruhan dan merupakan demonstrasi komitmen
Perusahaan untuk memastikan perlindungan kesehatan kerja dan kepatuhan pada peraturan perundangan yang
berlaku .
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
Jl. PHH. Mustopa No. 68 Kota Bandung 40124
Website: www.usbypkp.ac.id, email: sekretariat.rektorat@usbypkp.ac.id
Telp 022-7275489, Fax: 022-7201756

Hasil akhir atau Output dari HRA adalah :

 Dapat mendata laporan teknis HRA berdasarkan aktifitas pekerjaan per lokasi.
 Dapat membagi risiko kesehatan kerja (Lembar Kerja Kajian Risiko Kesehatan Kerja).
 Dapat mempetakan risiko kesehatan berdasarkan lokasi kerja.
 Dapat memberi kesimpulan dan rekomendasi tindakan perbaikan program kesehatan kerja.
 Dapat memberikan rekomendasi program pemantauan Higiene Industri dan tindakan pencegahan
seperti Promotion Health .

2. Menurut Kementrian Keternagakerjaan , strategi pencegahan resiko kecelakaan kerja , dapat dibagi atas
beberapa langkah , yaitu :

1.Memahami dan Melaksanakan K3

K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerja mendapatkan
perlindungan dan terjamin keamanannya saat bekerja. K3 ini telah diatur dalam Undang Undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, seringkali dikenal sebagai aturan pokok dari diterapkannya K3. Jika
perusahaan dan karyawan memahami K3, maka akan lebih mudah bagi kedua belah pihak untuk melakukan
pencegahan. Tidak perlu khawatir, karena saat ini telah banyak tersedia pelatihan pendidikan K3 jika
perusahaan belum merasa cakap memahami aturan tersebut.

2.Menyediakan APD

Pada beberapa sektor industri atau perusahaan diperlukan APD atau Alat Pelindung Diri yang bisa dipakai
oleh pekerja saat mengerjakan objek kerja. Alat ini salah satu yang dibutuhkan dalam pencegahan
kecelakaan kerja. Hal ini gunanya meminimalisir dampak yang ditimbulkan jika terjadi kecelakaan kerja. 

Sehingga, pekerja bisa terlindungi ketika terjadi jatuhnya benda berat, atau terluka sebab adanya kesalahan
operasi mesin. Jika pekerjaan berhubungan dengan bahan kimia juga akan lebih aman bagi pekerja berlindung
di balik APD. Pastikan bahwa APD yang dikenakan juga aman serta nyaman bagi mobilisasi pekerja.

3.Membuat SOP dan Pembagian Kerja


UNIVERSITAS SANGGA BUANA
Jl. PHH. Mustopa No. 68 Kota Bandung 40124
Website: www.usbypkp.ac.id, email: sekretariat.rektorat@usbypkp.ac.id
Telp 022-7275489, Fax: 022-7201756

Gunanya membuat SOP atau Standar Operasional Prosedur ialah agar mengatur dan memastikan bahwa
aktivitas operasional perusahaan berjalan sebagaimana mestinya dan lancar. SOP juga menyangkut peraturan
dan acuan bagaimana para karyawan bekerja. 

Semacam sebuah pedoman untuk melaksanakan kegiatan kerja. Dalam penyusunan SOP pun lagi-lagi tetap
harus memperhatikan K3. 

Pada SOP juga akan lebih jelas terkait pembagian kerja, agar tidak terjadi kecelakaan maka upaya
pencegahan kecelakaan kerja juga dengan membagi ranah pekerjaan kepada yang ahli atau menguasai.
Sebaiknya, perusahaan juga membuat aturan yang harus diterapkan pekerja menyangkut perilaku kerja dan
peraturan kerja.

4.Menciptakan Lokasi Kerja yang Aman

Lokasi kerja dapat dikatakan aman apabila telah memenuhi standar atau syarat yang diatur dalam SSLK atau
Syarat-Syarat Lingkungan Kerja. Apa saja yang termasuk dalam ketentuan SSLK? Lokasi kerja harus steril
dari debu dan kotoran. 

Bebas dari asap yang bersumber dari rokok, uap gas, ataupun mesin produksi. Aman dari adanya radiasi.
Terhindar dari getaran yang ditimbulkan dari mesin dalam skala yang sangat mengganggu. Atau terdapat
kebisingan lainnya yang memecahkan fokus dan konsentrasi atau bahkan mengganggu pendengaran pekerja.

Selain itu, lokasi kerja juga harus ditunjang dengan listrik yang aman serta memadai. Penerangan harus jelas
dan cukup, dengan sirkulasi udara yang sesuai kebutuhan. 

5.Melengkapi Fasilitas Kesehatan

Salah satu upaya pencegahan kecelakaan kerja lainnya adalah dengan menyediakan fasilitas yang dapat
menunjang kesehatan karyawan. Tidak hanya jasmani tapi juga kebutuhan rohani. Seperti adanya ruang medis
untuk pertolongan pertama pada kecelakaan, yang telah dilengkapi dengan obat lengkap. 

Bahkan staf medis khusus yang mampu menangani jika ada keluhan kesehatan dari pekerja. Selain itu juga
melengkapi perusahaan dengan tempat ibadah bagi pekerja.

6.Menempatkan Poster K3 di Tempat Kerja

Untuk dapat meningkatkan dan membangun kesadaran akan pentingnya K3, penting juga untuk menciptakan
lingkungan yang juga mendukung kegiatan tersebut. 

Salah satu caranya adalah dengan meletakkan poster-poster terkait K3 sebagai reminder dan juga wawasan
agar para pekerja selalu mengingatnya. Jangan lupa untuk mengganti poster yang memang tidak relevan lagi
atau sudah tidak efektif.
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
Jl. PHH. Mustopa No. 68 Kota Bandung 40124
Website: www.usbypkp.ac.id, email: sekretariat.rektorat@usbypkp.ac.id
Telp 022-7275489, Fax: 022-7201756

7.Memberikan Pelatihan Kepada Pekerja

Pelatihan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan para pekerja. Training yang cukup dan sesuai akan
dapat memotivasi dan meningkatkan produktivitas pekerja. Sementara training K3 secara berkala juga
diperlukan agar pekerja benar-benar memahami pentingnya penerapan keselamatn kerja. 

Perusahaan juga harus memastikan bahwa pekerja baru mendapatkan pengetahuan tentang K3 dan segala hal
mengenai aturan di perusahaan.

8.Memelihara Peralatan Pendukung Kerja

Peralatan pendukung kerja yang tidak layak pakai bisa menjadi faktor terjadinya kecelakaan kerja. Untuk itu
penting menjaga dan melakukan perawatan pada seluruh peralatan kerja. Mengganti yang sudah usang dengan
yang baru. Penting untuk melakukan pengecekan juga sebelum mengoperasikan peralatan.

9.Menjaga Kebersihan Lokasi Kerja

Kebersihan pada tempat kerja juga berpengaruh dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Pastikan untuk terus
menjaga kebersihan dan keteraturannya sebagai pencegahan kecelakaan kerja. Lantai atau medan yang licin
karena tumpahan minyak atau bahan kimia tentu membahayakan bagi pekerja. 

Tidak hanya itu, tempat kerja yang tidak teratur serta kotor juga dapat menurunkan produktivitas kerja. Jika
ada cairan berbahaya yang mudah terbakar tercecer tanpa dibersihkan, bisa saja memicu terjadinya kebakaran.

10.Melaporkan Kondisi Tidak Aman Segera

Jika pekerjaan dirasa menemukan keadaan tidak wajar saat proses bekerja, atau tidak bisa mengatasi suatu
permasalahan yang menyangkut mesin atau keselamatan kerja, sebaiknya lekas membuat laporan. 

Karena kecelakaan kerja memang tidak biasa langsung terjadi begitu saja, tapi jika sering menunda ataupun
mengabaikan tanda-tanda yang muncul akan susah terhindar dari kecelakaan kerja.

11.Tidak Bekerja Jika Sakit

Jika mendapati pekerja yang memaksakan diri bekerja pada kondisi sedang sakit, tidak fit atau stamina yang
tidak prima. Sebaiknya segera dihentikan. Karena hal itu beresiko dan membahayakan. 

Upaya pencegahan pada kecelakaan kerja adalah dengan menyadari kemampuan dan kapasitas untuk tidak
bekerja dan membahayakan sekitar saat sedang sakit
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
Jl. PHH. Mustopa No. 68 Kota Bandung 40124
Website: www.usbypkp.ac.id, email: sekretariat.rektorat@usbypkp.ac.id
Telp 022-7275489, Fax: 022-7201756

2 .Isu kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting, karena berpengaruh terhadap indikator
pembangunan manusia. Seiring dengan itu bahwa epidemiologi sosial dilatar belakangi oleh beberapa hal ,
seperti tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola penyakit, berkaitan langsung
atau tidak langsung dengan penyakit / kesehatan dan non kesehatan.

Menurut pandangan saudara mengenai perkembangan dari sudut epidemiologi sosial, apa saja yang harus
disiapkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam menghadapi perubahan pola penyakit
tersebut.

JAWABAN :
Epidemiologi sosial merupakan cabang epidemiologi yang mendeskripsikan distribusi kesehatan pada
populasi berdasarkan faktor-faktor sosial, dan menganalisis faktor-faktor sosial yang mempengaruhi
perbedaan distribusi kesehatan itu pada berbagai populasi (Lisa F. Berkman ,2000 ) .
Dari pengertian diatas , dapat diketahui bahwa , Epidemiologi Sosial dapat memetakan dan memberikan
gambaran tentang penyakit yang sedang berlangsung , dapat memberikan perubahan pola penyakit yang
terjadi dalam suatu periode , serta serta memberikan rekomendasi untuk tindakan selanjutnya.
Perubahan pola penyakit yang sedang terjadi baik secara nasional maupun per daerah , secara ilmu
Epidemiologi , maka dapat dibagi menjadi :
1. Membuat data penyakit serta memetakan nya untuk penyakit sering terjadi dengan sampling beberapa
daerah dari Dinkes masing – masing provinsi serta memperbandingkan data penyakit dari tahun – tahun
sebelum nya sehingga kita mengetahui perubahan penyakit yang sering terjangkit .
2. Setelah menetapkan penyakit – penyakit yang sering terjadi dan yang kemungkinan tidak akan terjadi ,
kita harus mempelajari sifat , interaksi, dan proses terjadinya penyakit dengan menggunakan survailans
epidemiologi dan epidemologi sosial . dengan menggunakan medote analisa dari survailans epidemiologi ,
maka kita dapat mengetahui pola kesehatan dan pola penyakit yang sering terjadi di dalam
masyarakat,Setelah menggunakan metode analisa dari survailans epidemiologi , maka kita akan
mendapatkan beberapa kesimpulan , yaitu :
1. Mendapatkan data kecenderungan (trends) penyakit ,
2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak;
3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi
4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring,
dan evaluasi program kesehatan;
5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
Jl. PHH. Mustopa No. 68 Kota Bandung 40124
Website: www.usbypkp.ac.id, email: sekretariat.rektorat@usbypkp.ac.id
Telp 022-7275489, Fax: 022-7201756

3. Setelah mendapatkan kesimpulan didapatkan , maka pemerintah harus menyiapkan program kesehatan
apa yang cocok dengan masyarakat setempat , sebab demografi , kebudayaan ,norma sosial begitu
berpengaruh terhadap suksenya program kesehatan pemerintah yang berkelanjutan .
Itulah sebabnya , pemerintah harus juga meninjau dari aspek Epidemiologi Sosial , menganalisa kebudayaan ,
religi , demografi masyarakat , serta faktor-faktor sosial lain yang mempengaruhi perbedaan distribusi
penyakit kesehatan itu pada berbagai populasi agar pemerintah , baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah , dapat mempersiapkan dengan matang program kesehatan , proses penyampaian dan
media apa yang coock untuk setiap daerah .

2. Perkembangan teknologi pelayanan kesehatan reproduksi sudah semakin berkembang, tetapi belum
merata khususnya untuk daerah terpencil, masih adanya masyarakat yang masih melahirkan belum di
fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga masih terjadi penyakit yang bersumber dari persalinan.

Saat ini angka kematian Ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Menurut anda strategi apa yang dapat
dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, sehingga epidemiologi tentang kesehatan
reproduksi dapat meningkat.

.
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
Jl. PHH. Mustopa No. 68 Kota Bandung 40124
Website: www.usbypkp.ac.id, email: sekretariat.rektorat@usbypkp.ac.id
Telp 022-7275489, Fax: 022-7201756

LEMBAR JAWABAN
UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2022/2023
[PERIODE 20222]
Mata Kuliah :
Nama Lengkap Mahasiswa :
Nomor Pokok Mahasiswa :
Dosen Pembina Mata Kuliah :
Hari, Tanggal Ujian :
Jam Mulai Ujian s.d. selesai :
Tanda Tangan :

Jawaban :

1. ................................................................................
2. ................................................................................
3. ................................................................................
4. ................................................................................
5. ................................................................................
6. ................................................................................ dst

Anda mungkin juga menyukai