DISUSUN OLEH:
1. MUHAMAD RAGIL ZANDISYAH NIM. 1931410132
2. ZILDAN ALFASABILA NIM. 1931410142
DOSEN PEMBIMBING
NANIK HENDRAWATI, S.T., M.S.
disusun oleh:
1. MUHAMAD RAGIL ZANDISYAH NIM. 1931410132
2. ZILDAN ALFASABILA NIM. 1931410142
Disetujui Oleh
ii
Pembuatan Plastik Edible Berantioksidan dari Bahan Dasar Pati
Jagung (Amylum maydis) dengan Penambahan Ekstrak Kulit
Bawang Merah (Allium cepa L.)
ABSTRAK
Edible film merupakan suatu lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat
dimakan. Pati merupakan salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan untuk
membuat edible film, seperti pati jagung karena mengandung amilosa sebesar
28%, sedangkan pati singkong 18,6% dan pati kentang 17,8%. Pada plastik edible
film ini dibuat dengan penambahan zat antioksidan dari ekstrak kulit bawang
merah (Allium cepa L.) dan gliserol sebagai bahan plasticizer. Ekstraksi pada kulit
bawang merah (Allium cepa L.) menggunakan metode maserasi selama 2x48 jam
dengan perendaman 500 mL etanol 96 %. Bahan plasticizer yang digunakan yaitu
gliserol 30% karena konsentrasi gliserol 30% merupakan konsentrasi yang baik
dan tidak terlalu buruk pada edible film dari uji ketebalan, uji kuat tarik dan uji
serap air. Pada penelitian ini uji aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan
metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) untuk melihat berapa nilai IC50 nya.
Penelitian ini ditujukan untuk melakukan analisis data eksperimen. Analisis yang
dilakukan yaitu melakukan pengujian untuk mengetahui karakter fisik dari plastik
edible film dengan variable berat pati jagung sebesar 5 g, 7 g,10 g, 12 g serta
penambahan ekstrak kulit bawang merah 0%, 4%, 6%, 8% meliputi uji ketebalan,
uji kuat tarik, uji serap air, dan uji umur simpan.
Kata kunci: gliserol, kulit bawang merah, pati jagung, edible film, antioksidan
iii
Manufacture of Antioxidant Edible Plastic from Corn Starch Base
Material (Amylum maydis) with the Addition of Onion Skin
Extract (Allium cepa L.)
ABSTRACT
Edible film is a thin layer made from edible ingredients. Starch is one of the
ingredients that can be used to make edible films, such as jagung starch because it
contains amylose by 28%, while cassava starch is 18.6% and potato starch is
17.8%. In plastic edible film is made with the addition of antioxidant substances
from onion skin extract (Allium cepa L.) glycerol as a plasticizer. Extraction on
onion skin (Allium cepa L.) Using the maceration method for 2x48 hours with
500 mL of 96% ethanol immersion. The plasticizer material used is 30% glycerol
because the 30% glycerol concentration is a good concentration and not too bad
on edible films from thickness tests, strong tensile tests and water absorption tests.
In this study, antioxidant activity tests were conducted using the DPPH method
(2,2-diphenyl-1-picrilhydrazil) to see how much IC50 values. This penelitian is
intended to conduct experimental data analysis. The analysis conducted tests to
find out the physical character of the edible film plastik with variable weight of
corn starch of 5 g, 7 g,10 g, 12 g and the addition of onion skin extract 0%, 4%,
6%, 8% includes thickness test, tensile strength test, water absorption test, and
shelf life test.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................................ii
ABSTRAK............................................................................................................................iii
ABSTRACT..........................................................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................................viii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................6
2.1 Edible Film..........................................................................................................6
2.5 Antioksidan.......................................................................................................16
BAB III...............................................................................................................................18
METODOLOGI PENELITIAN...............................................................................................18
3.1 Metode Penelitian............................................................................................18
v
3.3 Prosedur Percobaan.........................................................................................19
BAB IV..............................................................................................................................25
4.1 Tempat Pelaksanaan Laporan Akhir.................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
bioplastik (Kamsiati et al., 2017). Plastik jenis ini merupakan plastik yang dapat
diuraikan oleh jamur atau mikroorganisme di dalam tanah sehingga akan
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh plastik sintetik (Widyaningsih
et al., 2012). Jenis bioplastik (plastik biodegradable) sering disebut dengan edible
film. Edible film merupakan suatu lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat
dimakan (Azwar & Simbolon, 2020).
Pati merupakan salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan untuk membuat
edible film, seperti pati jagung. Pati jagung mengandung amilosa sebesar 28%,
sedangkan pati singkong 18,6% dan pati kentang 17,8% (Marichelvam et al.,
2019). Amilosa pada pati berperan dalam kekompakan film (Pradana et al, 2017).
Namun, karena sifat hidrofilik pati dapat mengganggu stabilitas dan sifat
mekanik, film yang dihasilkan sangat rapuh, memiliki ketahanan air yang rendah,
dan memiliki kemampuan penghalang uap air yang rendah (Wang et al., 2015).
Oleh karena itu, plasticizer harus ditambahkan untuk meningkatkan sifat mekanik
dan fisik film pati.
Bahan plasticizer yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
gliserol. Menurut Ilmiah & Pangan, 2018 , peran gliserol sebagai plasticizer yakni
meningkatkan fleksibilitas film, permukaan film lebih halus, selain itu gliserol
dapat meningkatkan kemampuan edible film dalam mengurangi laju transmisi uap
air. Penelitian yang akan dilakukan berdasarkan dari penelitian (Moh Ikhsanuddin
DG M, 2017). Dari penelitian Moh Ikhsanuddin DG M, 2017 dilakukan penelitian
pembuatan plastik edible film dengan menggunakan variable gliserol 10%, 20%,
30%, 40%, 50% dengan uji ketebalan edible film, kuat tarik edible film, serap air
edible film. Didapatkan hasil dari pengujiannya yaitu, pada uji ketebalan edible
film didapatkan bahwa penambahan konsentrasi yang tinggi akan menghasilkan
ketebalan film semakin tinggi. Pada uji kuat tarik edible film didapatkan bahwa
kuat tarik tertinggi terdapat pada penambahan konsentrasi gliserol 10%,
sedangkan kuat tarik terendah terdapat pada konsentrasi gliserol 50%. Pada uji
serap air edible film didapatkan bahwa daya serap tertinggi terlihat pada
konsentrasi gliserol 50%, sedangkan daya serap terendah berada pada konsentrasi
gliserol 10%. Dari data hasil penelitian diatas, peneliti tertarik menggunakan
gliserol dengan konsentrasi 30% dikarenakan konsentrasi gliserol 30% merupakan
3
konsentrasi yang baik dan tidak terlalu buruk pada edible film dari uji ketebalan,
uji kuat tarik dan uji serap air.
Keuntungan edible film antara lain dapat dikonsumsi langsung bersama
produk yang dikemas, tidak mencemari lingkungan, memperbaiki sifat
organoleptik produk yang dikemas, berfungsi sebagai sumplemen penambah
nutrisi, sebagai flavor, pewarna (Moh Ikhsanuddin DG M, 2017). Edible film juga
sering ditambahkan active filler yang bersifat antimikroba atau antioksidan untuk
melindungi bahan makanan yang dibungkus. Salah satu tanaman yang berpotensi
sebagai antioksidan adalah bawang merah. Menurut Jang et al., 2008 , umbi
bawang merah (Allium cepa L.) memiliki kandungan polifenol, flavonol,
flavonoid dan tanin yang kadarnya lebih banyak bila dibandingkan dengan umbi
bawang lainnya. Diketahui bahwa ekstrak kulit bawang merah mengandung
senyawa kimia yang berpotensi sebagai antioksidan yaitu flavonoid yang dapat
mencegah berkembangnya radikal bebas di dalam tubuh sekaligus memperbaiki
sel-sel tubuh yang rusak (Rahayu et al., 2015). Bawang merah juga (Allium cepa
L.) diyakini memiliki kandungan senyawa kimia aktif lainnya seperti rutin dan
kuersetin yang diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi (Morland & Filomena,
2007). (Kim et al., 2018) menyatakan umbi bawang merah (Allium cepa L.)
mengandung senyawa organosulfur yang terbukti memiliki aktivitas antioksidan.
Selain itu juga mengandung senyawa kuersetin. Kuersetin merupakan senyawa
flavonoid dari kelompok flavonol (Reddy, 2014). Menurut Mardiah et al., 2017 ,
diketahui bahwa ekstrak kulit bawang merah mengadung polifenol, flavonoid,
alkaloid, saponin, steroid dan triterpenoid, kuinon serta seskuiterpen dan
monoterpen. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak kulit bawang merah dapat
dilihat dari nilai IC50 yaitu sebesar 15,44 ppm sedangkan IC50 kuersetin yaitu
sebesar 2,69 ppm. Nilai IC50 ekstrak kulit bawang merah yang diperoleh
termasuk dalam golongan antioksidan yang sangat aktif.
Penentuan aktivitas antioksidan salah satunya dapat dilakukan dengan
menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Metode ini sering
digunakan karena bersifat sederhana, mudah, cepat, dan peka serta hanya
memerlukan beberapa sampel. Senyawa antioksidan akan bereaksi dengan radikal
DPPH melalui mekanisme donasi atom hidrogen dan menyebabkan terjadinya
4
peluruhan warna DPPH dari ungu ke kuning (Hanani et al., 2005). Inhibition
Concentration50 (IC50) didefinisikan sebagai konsentrasi efektif zat dalam
sampel yang dapat menghambat 50% absorbansi DPPH. Harga IC50 berbanding
terbalik dengan kemampuan zat/senyawa yang bersifat sebagai antioksidan.
Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin kuat daya antioksidannya (Mardiah et
al., 2017).
Pada penelitian kali ini dilakukan dengan mengekstraksi kulit bawang
merah menggunakan metode maserasi. Teknik ekstraksi dilakukan dengan cara
maserasi menggunakan pelarut etanol. Maserasi merupakan salah satu ekstraksi
yang merupakan ekstraksi pendinginan yaitu dengan cara perendaman. Proses
ekstraksi dengan teknik maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan
atau pengadukan pada suhu ruang. Keuntungan cara ini mudah dan tidak perlu
pemanasan sehingga kecil kemungkinan bahan alam menjadi rusak atau terurai.
Metode maserasi dipilih karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu cara
pengerjaan yang mudah, alat yang digunakan sederhana dan cocok untuk bahan
yang tidak tahan pemanasan (Tutik, Feladita et al., 2021).
Dari uraian diatas, masih belum dilakukan penelitian mengenai pembuatan
plastik edible film berbahan dasar pati jagung dengan penambahan ekstrak kulit
bawang merah (Allium cepa L.) sebagai senyawa antioksidannya. Maka dari itu,
peneliti ingin membuat plastik edible film dengan penambahan ekstrak kulit
bawang merah (Allium cepa L.) yang berfungsi sebagai pembawa senyawa
antioksidan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penambahan ekstrak
kulit bawang merah dan jumlah pati terhadap karakteristik fisik plastik edible
film. Karakterisasi terhadap produk edible film yang dilakukan antara lain
ketebalan, kuat tarik, daya serap air, dan umur simpan edible film.
fisik dari plastik edible film dilakukan pengujian yang meliputi uji ketebalan, uji
kuat tarik, uji serap air, dan uji umur simpan.
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu bahan edible film dari golongan hidrokoloid yaitu polisakarida
yang mempunyai beberapa kelebihan di antaranya selektif terhadap oksigen dan
karbondioksida, memiliki kandungan kalori rendah serta penampilan tidak
berminyak. Di antara jenis polisakarida, pati merupakan bahan baku yang
potensial untuk pembuatan edible film dengan karakteristik fisik yang mirip
dengan plastik yaitu tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau.
Sebuah Edible Film, pada dasarnya ialah kering, dan merupakan interaksi
antara jaringan tiga dimensi struktur gel. Bahan pembentuk film harus bisa
berinteraksi dengan bahan pembentuk film lainnya seperti biopolimer, plasticizer,
serta bahan tambahan yang lain. Biopolimer bahan pembentuk film pada
6
7
Pada umumnya edible film yang terbuat dari polisakarida mempunyai sifat
penghambatan terhadap gas yang lebih baik daripada terhadap uap air.
Permeabilitas dipengaruhi oleh sifat kimia bahan, struktur polimer, kondisi uji,
dan sifat dari bahan yang akan berdifusi. Untuk memperbaiki sifat tersebut
biasanya polisakarida dikombinasikan dengan beberapa pangan fungsional seperti
resin, platicizer, surfaktan, minyak, lilin dan emulsifier yang memiliki fungsi
memberikan permukaan yang halus, meningkatkan permeabilitas dan mencegah
kehilangan uap air (Pati & Winarti, 2013)
yang berbeda. Suhu pemanasan pati akan menetukan sifat fisik pasta yang
terbentuk.
3. Plasticizer dan bahan aditif lainnya
Penambahan plasticizer pada pembuatan edible film akan menghasilkan
edible film yang fleksibel. Konsentrasi plasticizer dan zat aditif lain yang
ditambahkan dalam formula edible film akan mempengaruhi sifat mekanis
edible film yang terbentuk. Hal tersebut dikarenakan bahan-bahan itu akan
berinteraksi dengan pati (Gontard et al., 1993).
Menurut Moh Ikhsanuddin DG M, 2017, beberapa keunggulan edible film
dibandingkan dengan bahan pengemas lain yaitu:
1. Meningkatkan retensi warna, asam, gula dan komponen flavor
2. Mengurangi kehilangan berat
3. Mempertahankan kualitas saat pengiriman dan penyimpanan
4. Mengurangi kerusakan akibat penyimpanan
5. Memperpanjang umur simpan Mengurangi penggunaan pengemas sintetik
Kekuatan tarik (tensile strength) adalah ukuran untuk kekuatan film secara
spesifik, merupakan tarikan maksimum yang dapat dicapai sampai film tetap
bertahan sebelum putus/sobek. Pengukuran ini untuk mengetahui besarnya gaya
yang diperlukan untuk mencapai tarikan maksimum pada setiap luas area film.
Sifat kekuatan tarik bergantung pada konsentrasi dan jenis bahan penyusun
edible film (Moh Ikhsanuddin DG M, 2017).
Laju transmisi uap air adalah jumlah uap air yang melalui suatu
permukaan persatuan luas atau slope jumlah uap air dibagi luas area. Edible film
dengan penambahan dasar polisakarida umumnya sifatnya terhadap uap airnya
rendah. Nilai laju transmisi uap air suatu bahan dipengaruhi oleh struktur bahan
pembentuk dan konsentrasi plasticizer. Penambahan plasticizer seperti gliserol
akan meningkatkan permeabilitas film terhadap uap air karena gliserol bersifat
hidrofilik (Moh Ikhsanuddin DG M, 2017). Permeabilitas uap air merupakan
jumlah uap air yang hilang per satuan waktu dibagi dengan luas area film. Oleh
karena itu salah satu fungsi edible film adalah untuk menahan migrasi uap air
maka permeabilitasnya terhadap uap air harus serendah mungkin (Murni et al.,
2013).
Pati adalah salah satu produk yang dihasilkan dari jagung. Pengolahan
jagung menjadi pati mempunyai prospek untuk meningkatkan nilai tambah
jagung. Kebutuhan pati nasional yang berkisar antara 1,5-2,0 juta ton ternyata
belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga Indonesia masih
mengimpor pati, baik dalam bentuk alami maupun modifikasi. Jagung
mengandung ±70% pati. Pati tersusun paling sedikit oleh tiga komponen utama,
yaitu amilosa, amilopektin dan bahan antara seperti lipid dan protein. Komponen
tersebut berpengaruh terhadap sifat fungsional tepung jagung. Komposisi amilosa
11
dan amilopektin di dalam biji jagung terkendali secara genetik. Jagung pulut
memiliki kandungan pati hampir 100% amilopektin. Umumnya sifat fisik kimia
dan fungsional pati dapat memberi petunjuk dalam memilih varieties jagung yang
sesuai untuk produk yang diinginkan (Moh Ikhsanuddin DG M, 2017).
Sifat pati jagung seperti halnya pati lainnya dimana dalam bentuk
alaminya memiliki kestabilan tekstur yang baik dalam sistem pangan, tetapi
memiliki ketahanan yang rendah terhadap proses pengadukan dan proses yang
melibatkan panas. Selain itu memiliki keterbatasan untuk mengalami retrogradasi
dan tidak dapat membentuk gel yang kaku kecuali pada konsentrasi yang tinggi
(Weeks, 2015). Sifat-sifat pati juga sesuai untuk bahan edible coating/film karena
dapat membentuk film yang cukup kuat. Namun, edible film berbasis pati
mempunyai kelemahan, yaitu resistensinya terhadap air rendah dan sifat
penghalang terhadap uap air juga rendah karena sifat hidrofilik pati dapat
memengaruhi stabilitas dan sifat mekanisnya (García et al., 2011).
Zat pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas.
Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin.
a) Amilosa
Amilosa memiliki rantai lurus yang terdiri dari 250-2000 unit D-glukosa
dengan berat molekul 40000 sampai 340000. Kemampuan amilosa untuk
berinteraksi dengan iodin membentuk kompleks berwarna biru merupakan cara
untuk mendeteksi adanya pati. Amilosa mampu membentuk struktur kristal karena
adanya interaksi molekuler yang kuat. Kristalisasi sering dilihat sebagai
retrogradasi, yaitu proses dimana molekul pati menjadi tidak larut dalam air
secara irreversibel sehubungan dengan pembentukan ikatan yang kuat.
Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan jenis tanaman sayuran umbi
yang memiliki banyak manfaat. Skrining fitokimia ekstrak etanol kulit bawang
merah mengadung komponen flavonoid, tanin, dan saponin (Elsyana et al., 2019).
Aktivitas antioksidan kulit bawang merah ekstrak metanol termasuk dalam
kategori antioksidan kuat degan nilai IC50 sebesar 39, 22 ppm (Rosahdi et al.,
2015).
2.5 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghambat oksigen reaktif
dan radikal bebas dalam tubuh dengan cara mendonorkan satu atau lebih elektron
kepada radikal bebas sehingga menjadi molekul yang normal kembali dan dapat
mengentikan akibat kerusakan yang ditimbulkan (Faidah et al., 2020). Dalam
keadaan normal (saat istirahat) sistem pertahanan dalam tubuh, antioksidan dapat
secara mudah mengatasi radikal bebas yang mucul (Capelli & Cysewski, 2007).
Antioksidan sendiri digunakan sebagai bahan aktif yang mampu melindungi tubuh
dari kerusakan yang disebabkan oleh oksidasi sehingga penuaan dini dapat
tercegah (Masaki, 2010). Antioksidan sintetik seperti BHA (butylated hidroxy
aniline) dan BHT (butylated hidroxy toluen) telah diketahui memiliki efek
samping yang besar antara lain menyebabkan kerusakan hati (Kikuzaki et al.,
2002). Di sisi lain alam menyediakan sumber antioksidan yang efektif dan relatif
aman seperti flavonoid, vitamin C, beta karoten dan Vitamin E. Hal tersebut
mendorong semakin banyak penelitian dilakukan eksplorasi pada bahan alam
untuk menjadi sumber antioksidan.
tubuh sekaligus memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak (Rahayu et al., 2015). Hasil
uji aktivitas antioksidan ekstrak kulit bawang merah dapat dilihat dari nilai IC50
yaitu sebesar 15,44 ppm sedangkan IC50 kuersetin yaitu sebesar 2,69 ppm. Nilai
IC50 ekstrak kulit bawang merah yang diperoleh termasuk dalam golongan
antioksidan yang sangat aktif.
Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang
secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak
berpasangan. Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh dapat memicu
munculnya berbagai penyakit degeneratif. Oleh sebab itu, tubuh kita memerlukan
suatu substansi penting, yakni antioksidan yang dapat membantu melindungi
tubuh dari serangan radikal bebas dan meredam dampak negatifnya (Dontha,
2016). Tubuh memerlukan antioksidan eksogen bila pertahanan antioksidan
endogen tidak mencukupi untuk melawan radikal bebas dalam jumlah yang
banyak (Werdhasari, 2014). Antioksidan memiliki kemampuan untuk menetralisir
radikal bebas tanpa menjadi radikal bebas itu sendiri (Suwardi & Noer, 2020).
Ketika Antioksidan menetralkan radikal bebas dengan menerima atau
menyumbangkan elektron, mereka tidak akan berubah menjadi radikal bebas dan
tetap stabil (Najihudin et al., 2017).
METODOLOGI PENELITIAN
19
20
15) Pinset
16) Batang pengaduk
17) Ayakan
18) Pisau
19) Pengering Cabinet Dryer
20) Desikator
3.2.2 Bahan Penelitian
- Pati Jagung (Maizenaku) - Etanol 96%
- Kulit Bawang Merah - Larutan DPPH
- Kain saring - Gliserol
- Kertas saring
- Aquades
3.1 Prosedur Percobaan
3.3.1 Pembuatan Ekstrak Kulit Bawang Merah
Sampel kulit bawang merah yang telah dibersihkan dan dikeringkan
dengan oven pada suhu kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender,
setelah itu ditimbang sebanyak 100 g. Setelah sampel halus, tahap selanjutnya
adalah melakukan ekstraksi pada sampel. Metode ekstraksi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah ekstraksi maserasi. Kemudian 100 g sampel
direndam dengan 500 mL etanol 96% dan dimaserasi sebanyak 2x48 jam disertai
pengocokan/pengadukan setiap 12 jam. Kemudian disaring dengan kertas saring.
Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan menggunakan vacuum
rotary evaporator.
3.3.2 Pembuatan Edible Film
Pembuatan edible film dilakukan dengan menimbang beberapa
variable berat pati jagung 5 g, 7 g, 10 g, 12 g dan kemudian ditambahkan dengan
100 mL akuades dan diaduk menggunakan magnetic stirrer. Kemudian
dipanaskan hingga suhu mencapai 60°C. Larutan pati jagung ditambahkan
dengan gliserol 30% serta penambahan ekstrak kulit bawang merah 0%, 4%,
6%, 8%. kemudian dipanaskan kembali hingga suhu mencapai 80°C. Larutan
campuran pati jagung, gliserol dan ekstrak kulit bawang merah yang telah
dipanaskan kemudian dituangkan ke dalam plat kaca dan dikeringkan dalam
21
oven selama 5 jam pada suhu 60 °C. Edible film yang terbentuk didiamkan
didalam suhu ruangan sampai dingin. Setelah itu diangkat dari cetakan plat kaca
dan edible film siap dilakukan pengujian.
3.3.3 Uji Antioksidan
3.3.3.1 Pembuatan Larutan DPPH 20 ppm
10 mg serbuk DPPH ditimbang dan kemudian dilarutkan dengan
etanol dalam labu ukur 100 mL dan cukupkan dengan etanol hingga batas
tera sehingga didapatkan larutan DPPH 100 ppm. Larutan tersebut dipipet 1
mL kemudian dimasukkan dalam labu ukur 50 mL, cukupkan dengan etanol
hingga batas tera dan homogenkan sehingga didapatkan larutan DPPH
dengan konsentrasi 20 ppm.
Keterangan :
Y = IC50
a = Intersep
b = Slop
x = Kadar larutan analit
Rumus :
akuades selama 1 menit. Setelah itu, diangkat dari wadah dan dikeringkan
(dilap permukaannya). Kemudian ditimbang berat sampel (W). Hal yang
sama dilakukan hingga diperoleh berat akhir sampel yang konstan setiap 1
menitnya.
Pengukuran Menggunakan
Metode Spektrofotometri UV-Vis
Tabel 3. 1 Data Ketebalan, Kuat Tarik, Daya Serap Air Edible Film
Variasi
Uji Konsentrasi Variasi Pati
Penelitian Ekstrak Kulit
Bawang Merah
5g 7g 10g 12g
0% 0,24 mm 0,44 mm 0,72 mm 1,1 mm
Ketebalan 4% 0,30 mm 0,45 mm 0,75 mm 1,17 mm
Edible
6% 0,35 mm 0,5 mm 0,76 mm 1,2 mm
Film (mm)
8% 0,41 mm 0,65 mm 0,90 mm 1,24 mm
Kuat 0%
25
Tarik 4%
Edible 6%
Film
(N/m2) 8%
0%
Ketahanan 4%
Air Edible
6%
Film (%)
8%
Tumbuh Tumbuh
Tumbuh
Tumbuh Jamur Jamur
Jamur
7 Jamur Putih Kuning, Kuning,
Kuning dan
dan Hitam Putih, dan Putih dan
Putih
Hitam Hitam
Tumbuh Tumbuh Tumbuh Tumbuh
Jamur Jamur Jamur Jamur
10 Kuning, Kuning, Kuning, Kuning,
Putih, dan Putih, dan Putih, dan Putih, dan
Hitam Hitam Hitam Hitam
Tumbuh Tumbuh Tumbuh Tumbuh
Jamur Jamur Jamur Jamur
12 Kuning, Kuning, Kuning, Kuning,
Putih, dan Putih, dan Putih, dan Putih, dan
Hitam Hitam Hitam Hitam
BAB IV
TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN
Pelaksanaan
Jenis Kegiatan
Februari Maret April Mei Juni
Studi Literatur
Analisis Data
Pembuatan Laporan
27
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, E., & Simbolon, S. O. (2020). Tepung Maizena Dan Batang Pisang Food
Wrapping Plastic Characterization of Maizena. Journal Balitbang Dalam
Pung, 8(1), 17–28.
28
29
Elsyana, V., Hidayat, M. A., & Tutik. (2019). Uji Toksisitas Dan Skrining Ekstrak
Kulit Bawang Merah ( Allium cepa L). Jurnal Farmasi Malahayati, 2(1),
41–49.
Faidah, N., Nurhaeni, Ridhay, A., Jusman, Razak, A. R., & Bahri, S. (2020).
Aktivitas Antioksidan Akar Bawang Merah Lokal Palu (Allium cepa Var
Aggergatum L.) dengan Berbagai Kepolaran Pelarut. KOVALEN: Jurnal
Riset Kimia, 6(3), 198–205.
https://doi.org/10.22487/kovalen.2020.v6.i3.13662
García, N. L., Ribba, L., Dufresne, A., Aranguren, M., & Goyanes, S. (2011).
Effect of glycerol on the morphology of nanocomposites made from
thermoplastic starch and starch nanocrystals. Carbohydrate Polymers, 84(1),
203–210. https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2010.11.024
GONTARD, N., GUILBERT, S., & CUQ, J. ‐L. (1993). Water and Glycerol as
Plasticizers Affect Mechanical and Water Vapor Barrier Properties of an
Edible Wheat Gluten Film. Journal of Food Science, 58(1), 206–211.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2621.1993.tb03246.x
Hanani, E., Munim, A., & Sekarini, R. (2005). Identifikasi Senyawa Antioksidan
30
Ilmiah, M., & Pangan, T. (2018). The Effect of Glycerol Concentration on The
Characteristic Edible Film Sweet Potato Starch (Ipomoea batatas L.). Media
Ilmiah Teknologi Pangan, 5(1), 27–35.
Jang, M. H., Piao, X. L., Kim, J. M., Kwon, S. W., & Park, J. H. (2008).
Inhibition of cholinesterase and amyloid-&bgr; aggregation by resveratrol
oligomers from Vitis amurensis. Phytotherapy Research, 22(4), 544–549.
https://doi.org/10.1002/ptr
Jun, M., Fu, H. Y., Hong, J., Wan, X., Yang, C. S., & Ho, C. T. (2003).
Comparison of antioxidant activities of isoflavones from kudzu root
(Pueraria lobata Ohwi). Journal of Food Science, 68(6), 2117–2122.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2621.2003.tb07029.x
Kikuzaki, H., Hisamoto, M., Hirose, K., Akiyama, K., & Taniguchi, H. (2002).
Antioxidant properties of ferulic acid and its related compounds. Journal of
Agricultural and Food Chemistry, 50(7), 2161–2168.
https://doi.org/10.1021/jf011348w
Kim, S., Kim, D. B., Jin, W., Park, J., Yoon, W., Lee, Y., Kim, S., Lee, S., Kim,
31
S., Lee, O. H., Shin, D., & Yoo, M. (2018). Comparative studies of bioactive
organosulphur compounds and antioxidant activities in garlic (Allium
sativum L.), elephant garlic (Allium ampeloprasum L.) and onion (Allium
cepa L.). Natural Product Research, 32(10), 1193–1197.
https://doi.org/10.1080/14786419.2017.1323211
Mardiah, N., Mulyanto, C., Amelia, A., Lisnawati, L., Anggraeni, D., &
Rahmawanty, D. (2017). Determination of Antioxidant Activity of Shallot
(Allium ascalonicum L.) Peel Extract Using the DPPH Method. Jurnal
Pharmascience, 4(2), 147–154.
Marichelvam, M. K., Jawaid, M., & Asim, M. (2019). Corn and rice starch-based
bio-plastics as alternative packaging materials. Fibers, 7(4).
https://doi.org/10.3390/fib7040032
Morland, K., & Filomena, S. (2007). Disparities in the availability of fruits and
vegetables between racially segregated urban neighbourhoods. Public Health
Nutrition, 10(12), 1481–1489. https://doi.org/10.1017/S1368980007000079
Murni, W., Pawignyo, H., Widyawati, D., & Sari, N. (2013). Prosiding Seminar
Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” Pembuatan Edible Film dari Tepung
Jagung (Zea Mays L.) dan Kitosan. 1–9.
32
Pati, A. B., & Winarti, C. (2013). Teknologi produksi dan aplikasi pengemas
Edible antimikroba berbasis pati. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian, 31(3), 30908. https://doi.org/10.21082/jp3.v31n3.2012.p%p
Rahayu, S., Kurniasih, N., & Amalia, V. (2015). Ekstraksi Dan Identifikasi
Senyawa Flavonoid Dari Limbah Kulit Bawang Merah Sebagai Antioksidan
Alami. Al-Kimiya, 2(1), 1–8. https://doi.org/10.15575/ak.v2i1.345
Reddy, J. (2014). " Isolation and Structure Elucidaton of Markers From Allium
International Journal of Universal. August 2013.
Rosahdi, T. D., Susanti, Y., & Suhendar, D. (2015). Uji Aktivitas Daya
Antioksidan Biopigmen Pada Fraksi Aseton dari Mikroalga Chlorella
vulgaris. Jurnal ISTEK, IX(1), 1–16.
Santoso, B., Priyanto, G., & Purnomo, R. H. (2007). Sifat fisik dan kimia edible
film berantioksidan dan aplikasinya sebagai pengemas primer lempok durian.
Jurnal Agribisnis Dan Industri Pertanian, 6(1), 77–82.
Suwardi, F., & Noer, S. (2020). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit
Bawang Merah (Allium ascalonicum L .). Sinasis, 1(1), 117.
Tutik, Feladita, N., Junova, H., & Anatasia, I. (2021). Formulasi Sediaan Gel
Moisturizer Anti-Aging Ekstrak Kulit Bawang Merah (Alliium cepa L.)
Sebagai Antioksidan. Jurnal Farmasi Malahayati, 4(1), 93–106.
Viera, V. B., Piovesan, N., Rodrigues, J. B., Mello, R. de O., Prestes, R. C., dos
Santos, R. C. V., Vaucher, R. de A., Hautrive, T. P., & Kubota, E. H. (2017).
Extraction of phenolic compounds and evaluation of the antioxidant and
antimicrobial capacity of red onion skin (Allium cepa L.). International
Food Research Journal, 24(3), 990–999.
Wang, Q., Wei, W., Chang, F., Sun, J., & Zhu, Q. (2015). Individualized
Cellulose Nanofibrils Prepared by Combined Enzymatic Pretreatment and
High Pressure Microfluidization. Polymers, 7(May), 1.
https://doi.org/10.3390/polym70x000x
Widyaningsih, S., Kartika, D., & Tri Nurhayati, Y. (2012). Pengaruh Penambahan
Sorbitol Dan Kalsium Karbonat Terhadap Karakteristik Dan Sifat
Biodegradasi Film Dari Pati Kulit Pisang. Molekul, 7(1), 69.
https://doi.org/10.20884/1.jm.2012.7.1.108