Anda di halaman 1dari 2

Harga Telur Mulai Turun, September

Diprediksi Rp 25 Ribu Perkilogram

Setelah mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir, harga telur ayam kini
menunjukkan adanya penuruan.
Ketua Asosiasi Koperasi Unggas Sejahtera Kendal, Suwardi menyatakan, harga telur saat ini
mengalami penurunan Rp 1.300 untuk setiap kilogramnya.
"Di koperasi sudah ada penurunan, dari harga tertinggi Rp 28 ribu per kilogram, turun Rp
1.300. Sekarang harganya Rp 26 ribu - Rp 27 ribu per kilogram. Itu sudah lepas dari
koperasi," kata Suwardi, Selasa (30/8).
Suwardi lebih lanjut menyatakan, adanya penurunan harga yang baru berlaku ini memang
belum secara menyeluruh dirasakan konsumen.
Sebab, penurunan harga baru berlaku per hari ini (kemarin, Red). Sehingga, hal itu
memungkinkan pedagang masih memberlakukan harga sebelumnya lantaran stok belanja
yang masih tersisa.
Dia memperkirakan, para pedagang termasuk di wilayah Semarang akan mulai menerapkan
harga baru esok hari.
Sekarang mungkin masih ada yang jual Rp 30 ribu per kilogram, tapi mungkin besok sudah
Rp 28 ribu - Rp 29 ribu per kilogram.
Untuk Semarang, sekarang sudah sebagian ada yang jual Rp 29 ribu per kilogram karena
yang kami kirim hari ini.
Suwardi memastikan setelah adanya penurunan harga ini, harga ecer telur maksimal pada
kisaran Rp 28 ribu per kilogram. Adapun bulan depan, kata dia, dimungkinkan penurunan
harga akan kembali terjadi seiring dengan mulai normalnya permintaan dan banyaknya ayam
yang mulai bertelur ketika dewasa.
"Pemicu kenaikan hargatelur ayam kemarin itu kebetulan ada momen perayaan 17 Agustus
dan kebetulan ini bersamaan dengan bulan muharram yang biasanya banyak kegiatan
pengajian. Kegiatan masyarakat itu rata-rata menggunakan telur semua yang efisien dan
ekonomis.
Selain itu, pemicu kenaikan harga telur juga karena adanya Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT). Kebetulan sudah direalisasikan, dirapel 2 bulan. Kemampuan ibaratnya produksi
1.000 ton di Jateng, permintaannya 1.100 ton sehingga menyebabkan kepanikan sebagian
agen," terangnya.
"Ini kami jaga keseimbangan sambil menuju normal kembali, karena pasokan September
akan bertambah. Ayam-ayam muda akan mulai bertelur, sehingga nanti dimungkinkan bulan
September ini di angka Rp 24.000 - 25.000 per kilogram dari kandang, itu maksimal. Jadi
nanti di pasar Rp 27.000 - Rp 27.500 paling tinggi," lanjutnya.
Di sisi lain, Suwardi menambahkan, untuk menjaga keseimbangan pula, harga yang telah
turun tersebut diharapkan tidak akan menurun lagi. Hal itu mengingat harga bahan baku
pakan ayam yang masih tinggi.
Selain itu, biaya pokok produksi yang meningkat juga menjadi alasan harga telur tak bisa
diturunkan secara drastis.
"Penurunan itu tidak akan kami turunkan secara drastis, mengingat bahan baku yang impor
naik terus karena sebagian bahan baku untuk pakan ayam ini kan 35 persen masih impor.
Kemudian salah satu bagian yang menyebabkan biaya pokok produksinya naik saat ini
masalah solarnya, karena peternak masih menggunakan diesel untuk pemecah jagungnya itu.
Kami beli solar seliter saja sampai Rp 10 ribu, karena sulit mencarinya. Itu bagian penyebab
menyebabkan HPP-nya (harga pokok penjualan) naik," ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai