Anda di halaman 1dari 2

Mana yang kau suka dariku?

Mataku yang sipit satu, dua gigi depan-bagian bawahku


yang lebih panjang, atau tembam pipiku?

Sebulan lebih Ajeng mengenal Mas Dana. Kali pertama bertemu di sebuah tempat
makan pinggiran Sungai Serayu. Dengan suara gemericik air yang membuka
pembicaraan mereka, keduanya masih tampak malu-malu. Wajar saja, perkenalan
mereka adalah upaya keras dari budhe Mas Dion yang merupakan teman dari
Tantenya Ajeng. Sebelumnya, mereka sudah bertukar informasi lewat whatsapp
seperti anak muda kebanyakan.

Usia Mas Danan terpaut lima tahun dibanding Ajeng. Sosok yang dewasa dan sudah
pantas untuk menikah. Dia bekerja di sektor wisata dan kuliner. Banyak orang yang
mengira di masih mahasiswa. Begitu juga Ajeng. Beberapa kali dia melontarkan
pujian kalau wajah Mas Dion masih seperti anak kuliahan.

Sementara Ajeng bekerja di perpustakaan milik pemerintah setempat. Kecintaanya


pada buku semenjak bangku SMP, membuat dia mantap untuk mengambil jurusan
perpustakaan.

Waktu itu berjalan kian cepat. Kau tahu sendiri kan ketika sepasang manusia
dipertemukan? Rasanya baru sebentar berbincang, masih banyak pertanyaan yang
ingin dilontarkan, tapi harus dihentikan sebab waktu hendak berubah petang. Sebelum
pulang, mereka sepakat untuk berjumpa kembali.

Diantara mereka, siapakah yang jatuh hati terlebih dahulu?


Bagi Mas Dana, Ajeng yang ditemuinya mampu memikat perhatiannya. Dia
perempuan sederhana juga mandiri. Sedangkan Ajeng menyukai sikap dewasa dan
pekerja kerasnya Mas Dana. Mungkin karena usianya memang sudah dewasa. Ajeng
lebih tertarik pada lelaki yang memiliki usia diatasnya.

Ketimbang Ajeng, Mas Dana lebih sering mengirim pesan lebih dahulu. Menanya
bagaimana Ajeng menjalani harinya saat malam. Tiada pertanyaan sedang apa, sudah
makan atau belum, selamat tidur-mimpi indah atau pertanyaan yang serupa. Bukan
lagi masanya mereka demikian.

Sebelum bertemu, baik Ajeng maupun Mas Dana sudah tahu arah tujuan yang hendak
dicapainya. Orang terdekat mereka pun senang dengan kabar kedetan mereka. Banyak
doa kebaikan yang mengalir.

Tapi, Ajeng masih belum yakin pada dirinya sendiri. Apakah dia sudah mantap untuk
melepas masa lajangnya bersama Mas Dana?

Sebagiaman aperemupan kebanyakan, wanita menyukai lelaki yang serius. Namun,


ketika ada sesosok lelaki serius yang datang padanya, ia justru ragu.

“Aku paham niat baikmu, Mas. Aku cuma ragu pada diriku sendiri,” sebuah pesan
terkirim dari nomor Ajeng. Sebagai lelaki, ia merasa makin tertantang.

“Aku mau menunggu kamu,” balasnya sebelum ia tertidur


Pertemuan kedua, di kedai kopi milik rekan Mas Dana. Dia kembali menanyakan
keseriusannya. Ini terbalik. Biasanya sang permeouanlah yang beruoang ertanya
[erihal keseriusan.

Ajeng tak bisa menemani Mas Dana ke tempat pernikahan rekannya

Ajeng bilang, takut membuang-buang waktu Mas Dana untuk hal yang sia-sia

Anda mungkin juga menyukai