Anda di halaman 1dari 2

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MAKALAH DISKUSI KASUS IPM


“Patogenesis SAR Minor”

Nama : Daniella Lunetta Sekar M


NIM : 220160100111022
Kasus : SAR Minor disertai scalloped tongue
Tanggal diskusi : Kamis, 30 Maret 2023

Patogenesis SAR Minor


Stomatitis aftosa rekuren (SAR) minor adalah salah satu penyakit dalam rongga mulut yang
paling banyak terjadi. Gambaran klinis dari penyakit ini berupa lesi ulserasi pada mukosa rongga
mulut, berjumlah tunggal atau multiple, dan bersifat rekuren. Lesi ulserasi yang terjadi merupakan
akibat dari kerusakan lapisan epitel hingga mencapai membrana basalis, sehingga menunjukkan
gambaran lesi berwarna putih kekuningan dengan tepi eritema. Terdapat banyak hipotesis
mengenai patogenesis penyakit ini, yang menunjukkan bahwa SAR Minor merupakan penyakit
yang terjadi karena berbagai macam etiologi dan faktor predisposisi (multifaktorial). Faktor
predisposisi yang mempengaruhi termasuk; predisposisi genetik, infeksi virus dan bakteri, alergi
makanan, defisiensi vitamin dan unsur mikro, penyakit sistemik (celiac disease, Crohn’s disease,
ulcerative colitis, AIDS), peningkatan stres oksidatif, gangguan hormonal, cedera mekanis, dan
kecemasan.
Meskipun tidak memiliki etiologi utama, penyakit ini memiliki gambaran patogenesis yang
sama, yaitu reaksi imun yang dimediasi oleh sel T. Banyak peneliti setuju bahwa kerusakan
lapisan epitel pada SAR mino merupakan akibat dari respons yang dimediasi sel T lokal dan
melibatkan sel T dengan TNF-α yang dihasilkan oleh sel T, makrofag, dan sel mast. Disregulasi
imunologis derajat kecil, kecenderungan genetik untuk ulserasi, dan cross reaction antigen pada
mikroorganisme dan mukosa mulut mungkin terlibat dalam patogenesis SAR.
Proses patogenesis umum dari SAR terjadi ketika terdapat stimuli berupa infiltrasi mikroba
pada bagian mukosa mulut, sehingga tubuh memberikan respon berupa inisiasi kaskade sel imun
dengan sekresi sitokin proinflamasi pada area mukosa yang terdampak. Sitokin ini akan melakukan
kemotaksis untuk menarik sel imun seperti limfosit T, neutrofil, dan sel plasma pada mukosa
mulut. Infiltrasi sel imun ini bervariasi, tergantung pada durasi dan keparahan penyakit.
Ditemukan bahwa ulser pada SAR berkembang sebagai respons terhadap peningkatan reaksi
imunologi terhadap daerah tertentu pada mukosa mulut. Reaksi ini terjadi sebagai akibat kaskade
sitokin yang dimulai secara tidak benar, yang mengaktifkan proses imun tertentu. Pada pasien
dengan SAR, fungsi sistem kekebalan menjadi terganggu sebagai respons terhadap beberapa jenis
faktor pemicu yang beragam, yang mungkin termasuk antigen atau stres virus dan bakteri.
Pada fase awal sebelum pembentukan ulser, monosit dan limfosit T bersama dengan sel mast
dan sel plasma terakumulasi di bawah lapisan sel basal. Pada fase lanjutan, leukosit polinuklear
mendominasi di tengah ulser, sedangkan pada batas lesi dapat diamati infiltrasi sel mononuklear
yang melimpah. Reaksi dari sel imun ini menyebabkan kerusakan pada lapisan epitelial, secara
klinis tampak sebagai lesi ulserasi. Keparahan dan perluasan respon imun ini dapat bervariasi,
bergantung dari faktor predisposisi yang memicu reaksi tersebut. Patogenesis SAR Mayor tidak
jauh berbeda dengan SAR minor, tetapi memiliki peningkatan derajat keparahan dan perubahan
patologis.

Referensi :
1. Neville, et al. 2009. Oral and Maxillofacial Pathology 3rd Edition. Missouri: Elsevier.
2. Scully, Crispian. 2013. Oral and Maxillofacial Medicine: The Basis of Diagnosis and
Treatment. China: Elsevier.
3. Gasmi Benahmed A, Noor S, Menzel A, Gasmi A. (2021). Oral Aphthous: Pathophysiology,
Clinical Aspects and Medical Treatment. Arch Razi Inst. 2021 Nov 30;76(5):1155-1163. doi:
10.22092/ari.2021.356055.1767.
4. Rivera C. (2019). Essentials of recurrent aphthous stomatitis. Biomed Rep. 2019
Aug;11(2):47-50. doi: 10.3892/br.2019.1221.

Anda mungkin juga menyukai