Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Nawagsih Genta Maghribi

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042642757

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4111/Pendidikan Kewarganegaraan

Kode/Nama UPBJJ : 74 - MALANG

Masa Ujian : 2020/21.1 (2020.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Banyaknya korupsi dan pungli dalam pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakan menjadi
salah satu faktor tujuan penyelenggaraan otonomi daerah belum tercapai. Dengan adanya pungli dan
korupsi membuat masyarakat merasa sangat dirugikan. Dan hal tersebut juga membuat masyarakat
kehilangan kepercayaan kepada pemerintah daerah dan bersifat meremehkan karna masyarakat
merasa pelayanan tanpa uang tidak mungkin terjadi.

2. a) Tidak Menerapkan ajaran Agama


Indonesia dikenal sebagai bangsa religius, bahkan Indonesia merupakan negara yang memiliki ragam
anyak, yakni 6 agama. 6 agama tersebut meliputi : Islam, kristen, katolik, hindu, budha, dan
konghuchu. Tentunya dalam ajaran masing masing agama akan melarang tindak korupsi dalam
bentuk apapun. Kenyataan di lapangan menunjukkan bila korupsi masih berjalan subur di tengah
masyarakat. Situasi paradok ini menandakan bahwa ajaran agama kurang diterapkan dalam
kehidupan.
b) Kurang Memiliki Keteladanan Pimpinan
Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh penting bagi
bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di hadapan bawahannya,
misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan mengambil kesempatan yang
sama dengan atasannya. Setiap perilaku perilaku atasan akan dicontoh oleh bawahannya. Pemimpin
yang baik akan menjadikan rakyat yang baik juga, begitu juga sebaliknya.
c) Manajemen Cendrung Menutupi Korupsi di Organisasi
Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang dilakukan oleh segelintir
oknum dalam organisasi, ini yang membuat para oknum korupsi merasa aman karna terlindunggi.
Akibat sifat tertutup ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk.
d)Aspek peraturan perundang-undangan
Korupsi mudah timbul karena adanya kelemahan di dalam peraturan perundang-undangan kualitas
peraturan yang kurang memadai, peraturan yang kurang disosialisasikan, sangsi yang terlalu ringan,
penerapan sangsi yang tidak konsisten dan pandang bulu, serta lemahnya bidang evaluasi dan revisi
peraturan perundang-undangan. Pada intinya peraturan perundang – undangan yang tidak nyata
pada lapangan.
d)Aspek Individu Pelaku
Sifat Tamak Manusia Kemungkinan orang melakukan korupsi bukan karena orangnya miskin atau
penghasilan tak cukup. Kemungkinan orang tersebut sudah cukup kaya, tetapi masih punya hasrat
besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam
diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus. Faktor utama penyebab sifat manusia yang demikian adalah
kurangnya rasa bersyukur. Manusia yang kurang bersyukur akan selalu merasa kurang terhadap apa
yang ia miliki.
e)Moral yang Kurang Kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu
bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahanya, atau pihak yang lain yang memberi
kesempatan untuk berniatan korupsi. Pembentukan moral yang tidak sempurna dari keluarga bisa
menjadi faktor utama dalam hal ini.
f)Kebutuhan Hidup yang Mendesak
Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal
ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas
diantaranya dengan melakukan korupsi. Misalnya kurang dalam hal ekonomi, sedangkan ia harus
tetap membiaya kehidupan keluarga, sehingga muncul niatan untuk melakukan korupsi demi
menafkahi keluarga.
g) Gaya Hidup yang Konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar seringkali mendorong gaya hidup seseorang konsumtif. Perilaku
konsumtif semacam ini bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka
peluang seseorang untuk melakukan tindakan korupsi untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak
lagi dan lagi sebagai bentuk pemenuhan keinginan.
h)Malas atau Tidak Mau Bekerja
Banyak orang yang ingin mendapat penghasilan banyak namun mereka tidak mau berusaha dengan
cara yang susah, tidak ingin banyak mengeluarkan keringan, ini merupakan contoh orang malas dan
tidak mau bekerja. Sifat semacam ini akan potensial melakukan tindakan apapun dengan cara-cara
mudah dan cepat, diantaranya melakukan korupsi.

3. Jangan terlalu dan selalu mengandalkan dana perimbangan dari pemerintah pusat. Dana
perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang bertujuan
mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dan pemerintahan daerah dan antarpemerintahan
daerah. Dana perimbangan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan mengurangi
kesenjangan fiskal. Dana perimbangan bersifat subtitusi terhadap PAD.

Kemandirian keuangan daerah dan derajat desentralisasi fiskal kemampuan daerah dalam menjalani
otonomi daerah dapat diukur dengan kinerja keuangan daerah yang dapat dilihat dari kemandirian
daerah dan derajat desentralisasi fiskal. Kemandirian keuangan daerah merupakan gambaran
pemerintah daerah dalam hal ketergantungan daerah pada sumber dana pemerintah pusat dan
provinsi bagi kabupaten dan kota.

Makin tinggi kemandirian keuangan daerah maka ketergantungan daerah terhadap bantuan
pemerintah dan provinsi makin rendah. Kemandirian keuangan daerah juga menggambarkan tingkat
partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah, yakni makin tinggi kemandirian keuangan
daerah menggambarkan, makin tingginya partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi
daerah.

Pajak dan retribusi daerah merupakan komponen dari PAD. Kemandirian keuangan daerah dapat
ditunjukkan dari perbandingan PAD dengan pendapatan yang berasal dari pemerintah pusat. Derajat
desentralisasi fiskal yang tinggi mengindikasikan pemerintah daerah telah mampu meningkatkan PAD
dibandingkan pendapatan lain pada pendapatan daerah. Jika rasio PAD tinggi akan mengurangi
ketergantungan pemerintah daerah pada penggunaan dana dari daerah pusat.

Kemandirian keuangan daerah berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan


ekonomi, sedangkan rasio dana perimbangan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Kemandirian keuangan daerah merupakan gambaran pemerintah daerah
dalam hal ketergantungan daerah pada sumber dana pemerintah pusat dan provinsi. Makin tinggi
kemandirian keuangan daerah maka ketergantungan daerah terhadap bantuan pemerintah dan
provinsi makin rendah.

Kemandirian keuangan daerah dapat ditunjukkan dari perbandingan PAD dengan pendapatan yang
berasal dari pemerintah pusat. Derajat desentralisasi fiskal yang tinggi mengindikasikan pemerintah
daerah telah mampu meningkatkan PAD dibandingkan pendapatan lain pada pendapatan daerah.
Jika rasio PAD tinggi akan mengurangi ketergantungan pemerintah daerah pada penggunaan dana
dari pusat.

4. Beberapa perbaikan yang dilakukan Rudi selama memimpin Batam, dan dimungkinkan masuk dalam
penilaian, antara lain adalah melakukan terobosan dalam hal inovasi Mal Pelayanan Publik, melalui
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan perbaikan di layanan KTP, yang dahulunya dilayani di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, kini bisa dilayani di tingkat kecamatan. Hal tersebut masuk ke
dalam prinsip transparansi dan kesetaraan.

Anda mungkin juga menyukai