Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEBIJAKAN PUBLIK “KEBIJAKAN

PEMERINTAH DALAM PEMBLOKIRAN SITUS DEWASA DI

INDONESIA “

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:

1. DHAFI HARYANTO (2111150050)


2. SUKRAN ZAHERO (2111150153)
3. RAMDANI HARAHAP (2011150117)
4. OKI KURNIAWAN (2011150118)
5. RIZKI FEBRIANTO (2011150119)
6. CHARLES SAPUTRA ( 2011150120)

DOSEN PENGAMPU: ZAKY ANTONI ,MH

PROGAM STUDI HUKUM TATA NEGRA


FAKULTAS SYARIAH UINIVERIAH UINFAS BENGKULU TAHU
AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

ASSALAMUALIKUM WR ,WB

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya, yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul "Pemblokiran Situs Biru atau Porn". Makalah ini disusun sebagai
salah satu tugas akademik dalam mata kuliah yang kami ikuti.
Dalam era digital yang begitu maju seperti saat ini, internet telah menjadi bagian
integral dari kehidupan kita sehari-hari. Internet memungkinkan akses tak terbatas ke
informasi, komunikasi, dan hiburan. Namun, kehadiran internet juga membawa tantangan
baru, termasuk penyalahgunaan dan penyebaran konten tidak pantas, seperti situs dengan
konten biru atau pornografi.
Pemblokiran situs biru atau pornografi adalah salah satu langkah yang diambil
oleh pemerintah dan otoritas terkait untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif yang
mungkin timbul akibat eksposur terhadap konten tersebut. Pemblokiran situs semacam ini
bertujuan untuk menjaga integritas moral, menjaga privasi dan keamanan individu, serta
melindungi generasi muda dari konten yang tidak pantas.
Dalam makalah ini, kami akan membahas lebih lanjut tentang pemblokiran situs
biru atau pornografi, termasuk landasan hukum, mekanisme pelaksanaan, serta tantangan
yang dihadapi dalam menjalankan kebijakan tersebut. Kami juga akan mencakup perspektif
yang berbeda terkait isu ini, termasuk aspek kebebasan berekspresi, etika, dan dampak
psikologis yang mungkin terjadi.
Kami menyadari bahwa topik ini memunculkan kontroversi dan pendapat yang
beragam di masyarakat. Oleh karena itu, kami berharap makalah ini dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang pemblokiran situs biru atau pornografi, menggali
argumen-argumen yang relevan, serta mendorong refleksi dan diskusi yang lebih luas
mengenai perlindungan dan pengaturan konten internet.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan dan pemahaman
yang lebih baik tentang pemblokiran situs biru atau pornografi, serta mendorong upaya
bersama dalam menciptakan penggunaan internet yang aman, bertanggung jawab, dan
sejalan dengan nilai-nilai moral yang kita anut.

WASSALAMUALIKUM WR , WB
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................................

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN

A. Apa itu situs dewasa .........................................................................................


B. Kenapa Perlun adanya pemblokiran ..................................................................
C. Bagaimana kebijakan pemerintah terhadap isu tersebut....................................
D. Bagaimana dampak positif dan negatif dari kebijakan tersebut .......................

BAB III : KESIMPULAN

A. SARAN DAN PENUTUP ................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era digital yang semakin maju, internet telah menjadi sumber informasi yang
tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Akses yang mudah dan cepat ke berbagai situs
web telah memberikan manfaat besar bagi masyarakat dalam hal komunikasi, pembelajaran,
dan hiburan. Namun, bersamaan dengan kemajuan ini, ada juga ancaman yang muncul,
terutama dalam bentuk penyebaran konten biru atau pornografi.

Pertumbuhan dan ketersediaan mudahnya situs-situs dengan konten biru atau


pornografi menjadi masalah serius yang perlu ditangani dengan tegas. Konten semacam
ini tidak hanya melanggar norma sosial dan moral, tetapi juga dapat memiliki dampak
negatif pada individu dan masyarakat secara luas, terutama pada generasi muda yang
lebih rentan terhadap paparan konten yang tidak pantas.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah dan otoritas terkait di berbagai negara
telah mengambil langkah-langkah untuk memblokir akses ke situs-situs dengan konten
biru atau pornografi. Langkah pemblokiran situs ini dilakukan sebagai upaya melindungi
masyarakat dari bahaya dan dampak negatif yang mungkin timbul, seperti gangguan
psikologis, penyalahgunaan seksual, dan pelanggaran privasi. Pertumbuhan dan
ketersediaan mudahnya situs-situs dengan konten biru atau pornografi menjadi masalah
serius yang perlu ditangani dengan tegas. Konten semacam ini tidak hanya melanggar
norma sosial dan moral, tetapi juga dapat memiliki dampak negatif pada individu dan
masyarakat secara luas, terutama pada generasi muda yang lebih rentan terhadap paparan
konten yang tidak pantas.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah dan otoritas terkait di berbagai negara
telah mengambil langkah-langkah untuk memblokir akses ke situs-situs dengan konten
biru atau pornografi. Langkah pemblokiran situs ini dilakukan sebagai upaya melindungi
masyarakat dari bahaya dan dampak negatif yang mungkin timbul, seperti gangguan
psikologis, penyalahgunaan seksual, dan pelanggaran privasi.
Pemblokiran situs biru atau pornografi menjadi perdebatan yang kompleks dan
kontroversial. Ada pertanyaan tentang efektivitas langkah ini dalam memerangi penyebaran
konten yang tidak pantas, serta keterbatasan dan implikasi terkait kebebasan berekspresi
dan hak privasi individu. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menggali lebih dalam
tentang isu ini, memahami landasan hukum, serta mempertimbangkan berbagai
perspektif yang ada.
Pemblokiran situs biru atau pornografi menjadi perdebatan yang kompleks dan
kontroversial. Ada pertanyaan tentang efektivitas langkah ini dalam memerangi penyebaran
konten yang tidak pantas, serta keterbatasan dan implikasi terkait kebebasan berekspresi
dan hak privasi individu. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menggali lebih dalam
tentang isu ini, memahami landasan hukum, serta mempertimbangkan berbagai
perspektif yang ada.

Makalah ini bertujuan untuk menyajikan pemahaman yang lebih komprehensif


tentang pemblokiran situs biru atau pornografi. Kami akan menganalisis landasan hukum
dan mekanisme pelaksanaan pemblokiran situs ini di berbagai negara. Selain itu, kami
juga akan mengeksplorasi dampak psikologis, sosial, dan budaya yang terkait dengan
konten biru atau pornografi, serta meninjau perspektif yang berbeda dalam mengatasi isu
ini.
Dengan memahami latar belakang dan implikasi dari pemblokiran situs biru atau
pornografi, diharapkan kita dapat lebih bijak dalam mempertimbangkan langkah-langkah
yang perlu diambil untuk melindungi masyarakat dan menjaga integritas moral dalam era
digital yang terus berkembang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan pemblokiran kenapa harus adanya pemblokiran ?
2. Bagaimana kebijakan atau hukum indonesia menanggapi hal tersebut ?
3. Bagimana dampak dari pembelokiran ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN SEBAB PEMBLOKIRAN

1. Pengertian Pemblokiran

Pemblokiran merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau


membatasi akses terhadap suatu situs web, layanan, atau konten tertentu melalui internet.
Tujuan pemblokiran dapat bervariasi, mulai dari melindungi masyarakat dari konten yang
melanggar hukum atau merugikan, hingga menjaga keamanan dan moralitas dalam
penggunaan internet. Dalam konteks pemblokiran situs web, tindakan ini dilakukan
dengan menghentikan atau membatasi akses pengguna ke situs yang dianggap melanggar
kebijakan, hukum, atau standar tertentu. Pemblokiran dapat dilakukan oleh pemerintah,
otoritas terkait, penyedia layanan internet (ISP), atau lembaga penyedia konten.

Pemblokiran situs dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu metode yang
umum digunakan adalah melalui penggunaan filter atau perangkat lunak yang memblokir
akses ke situs-situs yang telah ditentukan atau memenuhi kriteria tertentu. Selain itu,
pemblokiran juga dapat dilakukan melalui pemblokiran DNS (Domain Name System)
atau pengalihan lalu lintas internet melalui server proxy.
Alasan pemblokiran situs bisa beragam. Beberapa alasan yang umum termasuk
melanggar hukum, seperti konten pornografi, kekerasan, atau perjudian ilegal. Pemblokiran
juga bisa dilakukan untuk melindungi masyarakat dari konten yang dianggap merusak
moral, seperti situs yang mempromosikan kebencian atau diskriminasi. Selain itu,
pemblokiran dapat dilakukan dalam upaya memerangi penyebaran informasi hoaks atau
melindungi kepentingan nasional dan keamanan publik.
Namun, penting untuk diingat bahwa pemblokiran situs juga melibatkan aspek
kebebasan berekspresi dan hak privasi individu. Langkah-langkah pemblokiran yang
dilakukan harus mempertimbangkan keseimbangan antara melindungi masyarakat dari
dampak negatif dan tetap menghormati kebebasan berpendapat dan mengakses
informasi.Pada akhirnya, pengertian pemblokiran adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghentikan atau membatasi akses ke situs web atau konten tertentu dalam rangka
mencapai tujuan yang ditetapkan, seperti melindungi masyarakat, menjaga keamanan, dan
mematuhi aturan dan kebijakan yang berlaku.
B. Sebab – sebab terjadinya pemblokiran
Ada beberapa sebab umum yang dapat menyebabkan pemblokiran situs web.
Berikut adalah beberapa faktor yang sering menjadi alasan pemblokiran situs:
1. Pelanggaran Hukum:
Situs web yang melanggar hukum, seperti menyebarkan konten ilegal, melakukan
penipuan, atau memfasilitasi kegiatan kriminal, dapat diblokir untuk mencegah
penyebaran aktivitas yang melanggar hukum.
2. Konten Tidak Pantas:
Situs web yang mengandung konten biru, pornografi, kekerasan, atau kebencian
sering kali diblokir untuk melindungi masyarakat, terutama anak-anak dan remaja,
dari paparan konten yang tidak pantas dan merugikan.
3. Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual:
Situs web yang secara melawan hukum membagikan konten bajakan, termasuk film,
musik, buku, atau perangkat lunak, dapat diblokir untuk melindungi hak kekayaan
intelektual dan mendukung industri kreatif.
4. Keamanan Nasional:
Situs web yang dianggap mengancam keamanan nasional, seperti situs ekstremis,
teroris, atau propaganda yang mendukung aktivitas ilegal, dapat diblokir untuk
mencegah penyebaran informasi berbahaya dan melindungi masyarakat.
5. Perlindungan Privasi dan Keamanan Pengguna:
Situs web yang melibatkan penipuan identitas, pencurian data pribadi, atau melanggar
privasi pengguna dapat diblokir untuk menjaga keamanan dan privasi pengguna.

6. Spam atau Malware:


Situs web yang terinfeksi malware atau berpartisipasi dalam kegiatan spamming dan
penipuan online dapat diblokir untuk melindungi pengguna dari ancaman keamanan dan
kerugian finansial.
7. Peraturan Pemerintah atau Kebijakan ISP:
Pemerintah atau penyedia layanan internet (ISP) dapat menerapkan kebijakan yang
membatasi akses ke situs web berdasarkan aturan, peraturan, atau kebijakan tertentu
yang ditetapkan.
Pemblokiran situs web sering kali merupakan respons dari pemerintah atau
otoritas terkait untuk mengatasi masalah yang muncul di internet. Namun, penting untuk
menjaga keseimbangan antara pemblokiran situs yang sah dengan kebebasan
berekspresi, akses terhadap informasi, dan hak privasi individu.
C. Kebijakan Pemeritah
Mekanisme pemblokiran, diatur pada Permen Kominfo No. 19 Tahun 2014
tentang Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif. Permen ini menjelaskan
bahwa pemblokiran adalah upaya uang dilakukan agar situs internet bermuatan
negatif tidak dapat diakses. Permen Kominfo ini memiliki tujuan untuk
memberikan dasar bagi pemerintah dan masyarakat dalam memahami situs
internet bermuatan negatif dan peran bersama pemerintah dan masyarakat dalam
penanganannya, serta melindungi kepentingan umum dari konten internet
yang berpotensi memberikan dampak negatif dan/atau merugikan.
Pemblokiran 11 situs yang dianggap melanggar Undang-undang (UU) Informasi
dan Transaksi Elektronik (ITE) oleh pemerintah menjadi polemik di masyarakat. Pro
dan kontra muncul. Salah satunya, pemerintah dituduh menghilangkan kebebasan
berpendapat karena memblokir 11 situs tersebut. Menyikapi hal itu, staf ahli
Menteri Komunikasi dan Informatika, Henri Subiakto, menyatakan Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) tidak asal dalam memblokir situs yang
dianggap melanggar UU ITE. "Selama ini kami memang mendapat masukan dari
masyarakat terlebih dahulu lewat lembaga yang kompeten yang menyampaikan ke
Kemenkominfo.
Setelah mendapat laporan dari masyarakat atau aparat penegak hukum,
Kemenkominfo lantas menyelidiki keberadaan situs yang dilaporkan. Setelah itu,
pihaknya mengecek pelanggaran yang telah dilakukan. Biasanya, papar Henri, dalam
pengambilan keputusan untuk pemblokiran, Kemenkominfo melibatkan beberapa tokoh
masyarakat yang kompeten dan mengumpulkannya dalam sebuah tim panel. Namun,
saat ini Surat Keputusan (SK) pembentukan tim panel telah habis masa waktunya.
Sehingga pemblokiran 11 situs kemarin sementara melibatkan unsur-unsur
pemerintahan saja. "Unsur-unsur pemerintah yang terlibat, yakni dari penegak hukum
seperti Kepolisian, BNPT (Badan Nasional Penanggukangan Terorisme), BIN (Badan
Intelijen Negara), Kejaksaan, Kemenkominfo, dan Kemenko Polhukam (Kementerian
Koordinator Politik Hukum dan Keamanan)," tutur Henri. Ia menambahkan, pengelola
11 situs yang diblokir itu diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dengan
menghilangkan konten yang melanggar UU ITE.
Peraturan perundang-undangan yang secara tegas memberikan kewenangan
kepada pemerintah untuk memblokir konten Internet adalah yang tertuang dalam
Pasal 18 Undang-Undang Pornografi Nomor 44 Tahun 2008, yang
menyatakan:“Untuk melakukan tindakan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17, pemerintah berwenang: memutus jaringan produksi dan distribusi produk
atau jasa pornografi, termasuk pencegahan pornografi internet.” Sementara
itu,ketentuan undang-undang lainnya, termasuk Undang-Undang Komunikasi dan
Transaksi Elektronik No.11 Tahun 2008, tidak secara tegas memberikan kewenangan
kepada pemerintah untuk mendistribusikan konten di Internet, termasuk konten yang
dilarang oleh peraturan dalam Pasal 27 dan 29 .
Contoh kausu UndangUndang tentang Informasi dan Elektronika terkait tiga
artis, Nazriel Ilham alias Ariel, Luna Maya dan Cut Tari.Kasus ini tidak hanya
menarik perhatian publik di negara ini tetapi juga menyebabkan kegemparan di
banyak media internasional dan menjadi topik hangat di jejaring sosial. Sebelum
kejadian ini, Kementeri Informasi dan Komunikasi bereaksi keras. Selain kewajiban
untuk memverifikasi keaslian video tersebut, Menkominfo juga menyatakan bahwa juru
kamera dapat dipidana enam tahun penjara berdasarkan Pasal 27 ayat (1) UU
ITE.o.1598/SE/DJPT.1/KOMINFO/7/2010 kepada seluruh ISP di Indonesia untuk
memblokir pornograf.
Adapun undang-undang yang mengatur tentang hal tersebut , UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 44 TAHUN 2008
TENTANGPORNOGRAFI.
Yang berbunyi:
“Setiap orang dilarang memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan,
memiliki, atau menyimpan produk pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1), kecuali yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan”

KETENTUAN PIDANA Pasal 29

Setiap orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak,menggandakan,


menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor,mengekspor, menawarkan,
memperjualbelikan, menyewakan,atau menyediakan pornografi sebagaimana
dimaksud dalamPasal 4 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam)
bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda paling

sedikit Rp250.000.000,00 (duaratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah)
Hal ini akan membantu dalam memberikan pendidikan kepada
masyarakat mengenai situs internet yang memiliki konten negatif dan
dampak negatif atau merugikan yang diakibatkannya. Selain itu, juga akan
membantu dalam menjaga proses demokrasi dan penghormatan atas hak warga
negara.

Bab VI Permen Kominfo No. 19 Tahun 2014 tentang Penanganan Situs


Internet Bermuatan Negatif mengatur mengenai tata cara pemblokiran dan
normalisasi pemblokiran, yang terdiri atas penerimaan laporan, tindak lanjut laporan
dan tata cara normalisasi. Pasal 10 Permen Kominfo mengatur mengenai tata cara
pelaporan, yaitu: Penerimaan laporan berupa pelaporan atas: Situs internet
bermuatan negatif; atau Permintaan normalisasi pemblokiran situs.

Pasal 11 Permen Kominfo menjelaskan mengenai pelaporan yang dilakukan


oleh kementrian atau lembaga, yaitu:

(1) Permintaan pemblokiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)

harus telah melalui penilaian di kementrian atau lembaga terkait

dengan memuat alamat situs, jenis muatan negatif, jenis


pelanggaran dan keterangan;

(2) Permintaan pemblokiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


disampaikan oleh Pejabat berwenang kepada Direktur Jenderal, dengan dilampiri
daftar alamat situs dan hasil penilaian;

(3) Terhadap permintaan pemblokiran sebagaimana dimaksud pada ayat(2),


Direktur Jenderal melakukan pemantauan terhadap situs yang dimintakan
pemblokirannya.

Dilihat dari teori kepastian hukum, kepastian hukum ada ketika peraturan
dikembangkan dan diumumkan secara andal karena diatur dengan jelas dan logis.
Jelas dalam arti tidak perlu dipertanyakan lagi (multitafsir) dan sesuai.

Dari sudut kebijakan kriminal, upaya pencegahan kejahatan (termasuk


memerangi kejahatan dunia maya) tentu tidak dapat diselesaikan sebagian oleh hukum
pidana (sarana penal), tetapi harus dilaksanakan secara keseluruhan atau sistemik.
Sebagai salah satu bentuk high-tech crime, tentunya upaya pemberantasan cybercrime
juga harus dilakukan dengan teknologi (technological prevention). Selain itu, diperlukan
juga pendekatan kultural atau kultural, pendekatan etis atau edukatif, bahkan global
(kerja sama internasional) karena penjahat siber dapat melintasi batas negara
(transnational atau transboundary).
Sebagai bagian dari upaya atau kebijakan untuk menanggulangi kejahatan
dunia maya melalui hukum pidana, seminar atau lokakarya tentang "kejahatan
komputer" diadakan pada Sidang Umum PBB ke X (10 April 2014).2000)
menyatakan bahwa Negara-negara Anggota harus berusaha untuk menyelaraskan
ketentuan yang berkaitan dengan kriminalisasi terkait bukti dan prosedur. Oleh karena
itu, masalahnya bukan hanya bagaimana mengembangkan kebijakan hukum.

pidana (kebijakan kriminalisasi, konstruksi dan hukum) di bidang pencegahan


kejahatan dunia maya, tetapi bagaimana menyelaraskan kebijakan kriminal di
berbagai negara. Artinya kebijakan kriminalisasi cybercrime tidak hanya menjadi
masalah kebijakan nasional (Indonesia) tetapi juga terkait dengan kebijakan
internasional dan regional.

Pemblokiran situs merupakan langkah yang diambil untuk mencegah akses


atau menghentikan penyebaran konten yang dianggap melanggar ketentuan hukum,
kebijakan, atau standar tertentu. Tujuan dari pemblokiran situs dapat bervariasi
tergantung pada konteks dan negara yang melaksanakannya

Berikut beberapa contoh tujuan umum dari pemblokiran situs:


1. Melindungi masyarakat:
Pemblokiran situs dilakukan dengan tujuan melindungi masyarakat dari
konten yang dianggap merugikan atau melanggar norma sosial dan moral.
Contohnya adalah pemblokiran situs dengan konten pornografi, kekerasan,
atau kebencian yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan
moralitas individu serta masyarakat.
2. Keamanan nasional:
Dalam beberapa kasus, pemblokiran situs dilakukan untuk menjaga
keamanan nasional dan melindungi kepentingan negara dari ancaman
internal maupun eksternal. Situs yang dianggap sebagai sumber informasi
atau alat komunikasi bagi kelompok ekstremis, teroris, atau aktivitas ilegal
lainnya dapat diblokir untuk mencegah penyebaran propaganda atau
koordinasi kegiatan berbahaya.
3. Perlindungan hak kekayaan intelektual:
Pemblokiran situs juga dapat dilakukan untuk melindungi hak kekayaan
intelektual, seperti hak cipta atau merek dagang. Situs yang membagikan
konten bajakan atau memperjualbelikan produk palsu dapat diidentifikasi
dan diblokir untuk melindungi pemilik hak kekayaan intelektual.
4. Kepatuhan hukum:
Pemerintah atau otoritas terkait dapat memblokir situs-situs yang
melanggar hukum dalam wilayah hukum yang bersangkutan. Contohnya
adalah situs perjudian ilegal, perdagangan narkoba, atau situs-situs yang
melakukan kegiatan ilegal lainnya. Pemblokiran tersebut bertujuan untuk
membatasi akses dan mencegah penyebaran aktivitas yang melanggar
hukum.
5. Perlindungan anak-anak dan remaja:
Pemblokiran situs juga dapat dilakukan untuk melindungi anak-anak dan
remaja dari paparan konten yang tidak pantas, seperti pornografi atau
kekerasan. Langkah ini bertujuan untuk menjaga kesehatan dan
perkembangan yang sehat pada kelompok usia yang lebih rentan terhadap
dampak negatif konten yang tidak sesuai.

Namun, pemblokiran situs juga dapat menimbulkan perdebatan terkait


kebebasan berekspresi, akses terhadap informasi, dan hak privasi individu. Oleh
karena itu, langkah-langkah pemblokiran perlu dijalankan dengan hati-hati,
memperhatikan prinsip-prinsip kebebasan berpendapat, hak asasi manusia, dan
mekanisme yang transparan dan akuntabel.

D. Dampak Positif dan Negatif Pemblokiran


a. Dampak positif
1. Melindungi masyarakat:
Pemblokiran situs web yang berisi konten merugikan seperti pornografi,
kekerasan, atau kebencian dapat melindungi masyarakat, terutama anak-
anak dan remaja, dari paparan yang tidak pantas dan potensial merusak.
2. Keamanan nasional:
Pemblokiran situs web yang terkait dengan aktivitas teroris, propaganda
ekstremis, atau kegiatan ilegal dapat membantu menjaga keamanan
nasional dengan mencegah penyebaran informasi berbahaya dan aktivitas
yang dapat membahayakan masyarakat.
3. Perlindungan hak kekayaan intelektual:
Pemblokiran situs web yang membagikan konten bajakan atau melanggar
hak kekayaan intelektual dapat melindungi pencipta dan pemilik hak cipta
dari kerugian finansial serta mendorong kepatuhan terhadap hak kekayaan
intelektual.
4. Memerangi penyebaran konten ilegal:
Pemblokiran situs web yang terkait dengan perdagangan narkoba,
perdagangan manusia, atau kegiatan ilegal lainnya dapat membantu dalam
upaya penegakan hukum dan membatasi akses terhadap aktivitas yang
melanggar hukum.
b. Dampak Negatif Pemblokiran :
1. Pembatasan kebebasan berekspresi:
Pemblokiran situs web dapat memicu kekhawatiran terhadap kebebasan
berekspresi dan akses terhadap informasi. Terkadang pemblokiran dapat
digunakan sebagai alat untuk menekan opini kritis atau pengungkapan
yang tidak disukai oleh pemerintah atau otoritas yang berwenang.
2. Kesulitan akses informasi:
Pemblokiran situs web dapat menghambat akses pengguna terhadap
informasi yang sah dan bermanfaat.
Terkadang, situs-situs pendidikan, berita independen, atau platform yang
memberikan sudut pandang berbeda juga dapat menjadi korban pemblokiran
yang berlebihan.
3. Pengalihan lalu lintas dan umpan balik negatif:
Pemblokiran situs web dapat memicu pengalihan lalu lintas ke situs web
lain atau mengakibatkan efek umpan balik negatif, seperti munculnya
teknik penghindaran dan upaya untuk mengakses situs web yang diblokir
melalui jaringan pribadi atau teknologi yang memungkinkan anonimitas.
4. Pembatasan inovasi dan kolaborasi:
Pemblokiran situs web dapat mempengaruhi kolaborasi, berbagi
pengetahuan, dan inovasi. Ketika situs web yang berisi informasi dan
sumber daya penting diblokir, ini dapat membatasi akses dan kemampuan
individu atau kelompok untuk berkembang dan berkontribusi dalam
konteks online.
Cara Memblokir Sebuah Situs Web Seperti http://www.detik.com. Atau Situs Dewasa

1. Pastikan pada PC anda telah terinstall Applikasi Winbox. Apabila belum anda dapat
mendownload pada alamat http://www.mikrotik.com/download
2. Jika sudah maka Pc yang anda gunakan dapat dihubungkan ke perangkat
mikrotik menggunakan kabel ethernet RG45.
3. Lalu buka applikasi winbox yang telah diinstal tadi, Nantinya mac address pada
perangkat mikrotik akan terdetect pada winbox. Maka anda akan dapat terhubung ke jaringan
pada Pc anda

4. Setting IP address router yang terhubung PC terlebih dahulu dengan pilih IP >>
Address. Tambahkan IP address router setiap PC sesuai dengan topologi, Tampilan seperti
gambar dibawah :
Setting IP address pada setiap PC di Local Area Connection . Masukkan IP address
dan DNS setiap PC sesuai dengan topologi.

5. Setelah setting IP Address pada PC dan Router, selanjutnya dilakukan setting


DHCP Client. Setting DHCP client dilakukan pada PC .
6. Hubungkan kabel ethernet 3 router ke ISP.
7. Pada winbox, buka menu IP >> DHCP Client.
8. Pilih interface sebagai client yakni “ether 3”. Kemudian klik OK.
9. Pastikan bahwa setting DHCP Client dalam keadaan bound seperti gambar
dibawah. Dapat dilihat IP DHCP Client didapat secara otomatis dari ISP

10. Selanjutnya setting NAT. Pilih menu IP >> Firewall


11. Pada menu firewall, pilih menu NAT. Kemudian klik “+”.
12. Pada menu general, pilih outgoing interface “ether 3” sebagai via yang terhubung
ke internet.
13. Pilih menu action, kemudian pilih action “Masquerade”.

14. Setelah kita mengatur DHCP client serta Nat maka Pastikan terlebih dahulu kita
sudah terhubung ke jaringan internet

15. Bisa juga menggunakan cmd dengan cara mengeping ke domain webnya, jika
reply maka situs dapat di access.

16. Selanjutnya lakukan pemblokiran pada website (Detik.com) tersebut. Masuk ke


menu IP–> Lalu klik tombol tambah (+) yang ada di bawah menu Filter Rules.
17. Setting outgoing interface “ether 3” dengan chain “forward” dan destination
address yang didapatkan pada menu advance pada menu general.

18. Pada menu advance, isilah destination address list yang akan diblock. Cara
mengetahui destination address list detik.com diperoleh menggunakan cmd, ip situs
block tersebut dalam hal ini adalah 103.49.221.211 (detik.com).

19. Pada menu action, pilihlah action “drop” sehingga nantinya situs yang akan
diblock tersebut akan didrop.
20. Setelah disetting , klik OK. Sehingga tampilan menunjukkan seperti gambar
dibawah :

21. Lakukan Ping IP web yang telah diblokir tadi di cmd, jika dinyatakan “request time
out” maka situs berhasil di blokir.

22. Adapun langkah yang lain untuk verifikasi bahwa situs tersebut telah diblock
dengan memasukkan Ip address dan domain name situs tersebut pada web browser.
Tampilan seperti gambar dibawah :

23. Percobaan Selesai


BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan:

Pemblokiran situs web merupakan langkah yang diambil untuk berbagai tujuan,
seperti melindungi masyarakat, menjaga keamanan nasional, melindungi hak kekayaan
intelektual, dan memerangi aktivitas ilegal. Namun, pemblokiran situs juga memiliki dampak
negatif, seperti pembatasan kebebasan berekspresi, kesulitan akses informasi, pengalihan lalu
lintas, dan pembatasan inovasi. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pendekatan yang
seimbang dalam melaksanakan pemblokiran situs web, dengan mempertimbangkan
kebebasan berekspresi, hak akses terhadap informasi, dan kepentingan privasi individu.

Saran:

1. Keterbukaan dan transparansi: Otoritas yang bertanggung jawab atas pemblokiran


situs web sebaiknya memberikan alasan yang jelas dan terbuka untuk tindakan
tersebut. Hal ini akan membantu masyarakat memahami tujuan dan memastikan
bahwa keputusan tersebut diambil secara transparan.
2. Pengawasan independen: Perlu ada mekanisme pengawasan independen yang
memantau dan mengevaluasi tindakan pemblokiran situs web. Pengawasan ini dapat
membantu memastikan bahwa pemblokiran dilakukan sesuai dengan hukum,
menghindari penyalahgunaan kekuasaan, dan menjaga keseimbangan antara
kebebasan berekspresi dan perlindungan masyarakat.
3. Alternatif edukasi dan kesadaran: Selain melakukan pemblokiran, penting untuk
mengedukasi masyarakat tentang risiko dan dampak konten yang tidak pantas atau
ilegal. Upaya kesadaran dan pendidikan dapat membantu masyarakat dalam
memahami dan menghindari konten yang merugikan tanpa harus mengandalkan
pemblokiran.
4. Kajian dampak yang komprehensif: Sebelum melakukan pemblokiran situs web,
penting untuk melakukan kajian dampak yang komprehensif. Evaluasi ini harus
mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, hukum, dan hak asasi manusia.
Dengan demikian, keputusan pemblokiran dapat diambil dengan pertimbangan yang
lebih matang dan meminimalkan dampak negatif yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Barda Nawawi, Perbandingan Hukum Pidana, Jakarta ; Raja Grafindo, 2002.

Barda Nawawi, Tindak Pidana Mayantara : Perkembangan Cyber Crime di Indonesia,


http://nasional.kompas.com/read/2017/01/10/10462961/begini.mekanisme.pemblokira
n.situs.versi.Jakarta ;Raja Grafindo Persada, 2006.

Harianterbit, Menkominfo Klain Telah Blokir 800 Ratus Situs Porno, www.

harianterbit.com/m/nasional/12 Mei 2015/. Diakses tanggal 04 juni 2015.

71 http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/menkominfo-ancam-pembuat-video-enam-
tahunpenjara.html, diakses pada 20 November 2015.

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor11

Tahun 2008 Tentang Informasi dan Elektronik

Laporan penelitian dan survei: Organisasi atau lembaga penelitian yang berfokus pada
kebebasan berekspresi, hak asasi manusia, atau kebijakan internet sering kali
menerbitkan laporan penelitian atau survei terkait pemblokiran situs web. Contohnya
adalah laporan dari Freedom House, Access Now, atau OpenNet Initiative.

Sumber berita terpercaya: Mengikuti berita dari sumber-sumber berita terkemuka yang
meliput topik pemblokiran situs web. Periksalah situs web resmi dari media berita
yang terpercaya seperti BBC, Reuters, The Guardian, atau New York Times.

Lembaga pemerintah: Memeriksa panduan atau kebijakan yang diterbitkan oleh otoritas
pemerintah terkait pemblokiran situs web. Departemen atau kementerian yang
bertanggung jawab atas telekomunikasi, hukum, atau kebijakan internet dapat
menyediakan informasi yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai