Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 1 : Anti Hipertensi

Soal :
1. Sebutkan penggolongan anti (hipertensi/diabetes).
Jawab :
 Diuretik,
 β-bloker
 ACE inhibitor
 Angiotensin Reseptor Blocker (ARB)
 Calcium Channel Blocker (CCB)
 vasodilator dan golongan antihipertensi lain yang penggunaannya lebih jarang
dibandingkan golongan obat yang disebutkan
2. Jelaskan mekanisme reaksi masing-masing golongan.
1. Diuretik bekerja dengan mendeplesi simpanan natrium tubuh. Beberapa diuretik juga
memiliki efek vasodilatator selain efek diuresisnya. Diuretik efektif menurunkan tekanan
darah 10-15 mmHg pada sebagian besar penderita hipertensi. Golongan obat ini baik
digunakna pada pasien dengan hipertensi esensial ringan sampai dengan sedang.Efek
samping diuretik yang paling sering adalah deplesi kalium (kecuali diuretik hemat kalium
yag malah dapat menimbulkan hiperkalemi), deplesi magnesium, merusak toleransi
glukosa, meningkatkan kadar lipid serum, meningkatkan kadar asam urat dan
mencetuskan gout. Penggunaan dengan dosis lebih rendah akan menurunkan efek
sistemiknya
2. ACE inhibitor memblok kerja ACE sehingga menghambat konversi angiotensin I
menjadi angiotensin II sehingga menurunkan jumlah angiotensin II yang memegang
peranan penting dalam pathogenesis hipertensi
3. ARB bekerja dengan memblok angiotensin II pada reseptor AT1. sehingga jumlah
angiotensin II plasma akan meningkat. Seperti ACE inhibitor, ARB menurunkan tekanan
darah dengan cara menurunkan resistensi sistemik. ARB tidak mempengaruhi heart rate
dan memiliki efek yang minimal pada CJ di jantung yang sehat. ARB juga dapat
menurunkan marker inflamasi pada pasien aterosklerosis
4. ARB bekerja dengan memblok angiotensin II pada reseptor AT1. sehingga jumlah
angiotensin II plasma akan meningkat. Seperti ACE inhibitor, ARB menurunkan tekanan
darah dengan cara menurunkan resistensi sistemik. ARB tidak mempengaruhi heart rate
dan memiliki efek yang minimal pada CJ di jantung yang sehat. ARB juga 27 dapat
menurunkan marker inflamasi pada pasien aterosklerosis
5. Aldosteron Receptor Blocker Golongan aldosteron receptor blocker bekerja dengan
menghambat kerja aldosteron sehingga terjadi penurunan reabsorbsi natrium. Penurunan
reabsorbsi natrium ini kemudian akan menurunkan volume intravaskuler, menurunkan
preload dan akhirnya menurunkan tekanan darah. Contoh golongan obatnya adalah
spironolakton
6. Antihipertensi lain Beberapa golongan obat antihipertensi lain adalah : - Agonis α2
sentral Contoh obat Agonis α2 sentral adalah metildopa dan klonidin. Obat-obatan
golongan ini menurunkanaliran simpatis dari pusat vasopresor di batang otak namun
membiarkan bahkan meningkatkan sensitivitas baroreseptor. Obat-obatan golongan ini
cenderung menyebabkan sedasi dan depresi mental serta menyebabkan gangguan tidur
termasuk mimpi buruk
3. Tuliskan nama merk dagang sebanyak-banyaknya dari masing-masing golongan.
ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat enzim khusus untuk memproduksi hormon
angiotensin II, yaitu hormon yang dapat memicu penyempitan pembuluh darah. Dengan begitu,
pembuluh darah dalam melebar, aliran darah dapat lebih lancar, dan tekanan darah dapar
menurun. Contoh ACE inhibitor  adalah:
Benazepril
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: -
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat benazepril.
Captopril
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Acepress, Acendril, Captopril, Dexacap, Etapril, Farmoten, Forten, Otoryl, Prix,
Tensicap, Tensobon, Vapril
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat captopril.
Enalapril
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Tenace, Tenaten, dan Tenazide
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat enalapril.
Fosinopril
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: -
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat fosinopril.
Lisinopril
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Inhitril, Lisinopril Dihydrate, Lipril, Noperten, Nopril
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat lisinopril.
Moexipril
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: -
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat moexipril.
Perindopril
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Bioprexum, Coveram, Cadoril
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat perindopril.
Quinapril
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: -
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat quinapril.
Ramipril
Bentuk obat: Tablet dan kaplet
Merek dagang: Hyperil, Ramipril, Tenapril, Triatec, Vivace
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat ramipril.
Trandolapril
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Tarka
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat trandolapril.
2. Alpha-2 receptor agonist
Alpha-2 receptor agonist bekerja dengan cara menekan aktivitas jaringan yang memproduksi
hormon adrenalin, sehingga tekanan darah turun. Contoh alpha-2 receptor agonist adalah:
Metildopa
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Dopamet
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat metildopa.
Clonidine
Bentuk obat: Tablet dan suntik
Merek dagang: Catapres, Clonidine, Clonidine HCL
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat clonidine.
3. Antagonis kalsium (calcium channel blocker)
Antagonis kalsium bekerja dengan cara menghambat jalan masuk kalsium ke dalam otot jantung
dan dinding pembuluh darah, sehingga menyebabkan denyut jantung melambat dan pembuluh
darah melebar. Dengan begitu tekanan darah dapat turun. Contoh antagonis kalsium adalah:
Amlodipine
Bentuk obat: Tablet dan kaplet
Merek dagang: Amlodipine Besilate, Amlodipine Besylate, Amovask, Comdipin, Concor AM,
Normetec, Norvask, Simvask, Quentin, Zenovask
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat amlodipine.
Diltiazem
Bentuk obat: Tablet, kapsul, dan suntik
Merek dagang: Cordila SR, Dilmen, Diltiazem, Farmabes, Herbesser
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat diltiazem.
Felodipine
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: -
Kondisi: Hipertensi
Dewasa: Dosis awal 5 mg per hari. Dosis dapat disesuaikan dengan respons pasien terhadap obat.
Dosis umum 2,5–10 mg per hari.
Kondisi: Angina pektoris
Dewasa: Dosis awal 5 mg per hari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 10 mg per hari.
Isradipine
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: -
Kondisi: Hipertensi
Dewasa: dosis awal 2,5 mg, 2 kali sehari. Jika diperlukan, setelah 3–4 minggu, dosis dapat
ditingkatkan menjadi 5 mg, 2 kali sehari atau 10 mg, 2 kali
Nicardipine
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Blistra, Carsive, Dipitenz, Nicafer, Nicarfion, Nicardipine HCl, Nicardipine
Hydrochloride, Nidaven, Perdipine, Quadipine, Tensilo, Verdif
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat nicardipine.
Nifedipine
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Adalat Oros, Farmalat ER, Nifedipine, Zendalat
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat nifedipine.
Verapamil
Bentuk obat: Tablet dan kaplet
Merek dagang: Isoptin, Isoptin SR, Tarka, Verapamil HCL
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat verapamil.
4. Angiotensin II receptor blocker (ARB)
ARB bekerja dengan cara menghambat pengikatan angiotensin II, sehingga pembuluh darah
melebar dan tekanan darah pun menurun. Jenis-jenis obat ARB adalah:
Candesartan
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Blopress Plus, Candefion, Candesartan Cilexetil, Candotens, Canderin,
Candepress, Quatan, Unisia
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat candesartan.
Eprosartan
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Teveten
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat eprosartan.
Irbesartan
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Aprovel, Coaprovel, Irbesartan, Irvell, Irtan, Tensira
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat irbesartan.
Losartan
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Angioten, Cozaar, Losartan Potassium, Lifezar, Santesar
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat losartan.
Olmesartan
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Normetec, Olmetec, Olmetec Plus, Oloduo
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat olmesartan.
Telmisartan
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Micardis, Nuzartan,Telgio, Telmisartan
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat telmisartan.
Valsartan
Bentuk obat: Tablet dan kaplet
Merek dagang: Diovan, Exforge, Lapiva 5/80, Lapiva 5/160, Uperio,Valsartan, Vastan 80,
Vastan 160
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat valsartan.
5. Diuretik
Diuretik bekerja dengan cara membuang kelebihan garam (natrium) dan cairan di dalam tubuh
untuk menormalkan tekanan darah.
Ada beberapa jenis diuretic yang bisa digunakan untuk menurunkan tekanan darah, yaitu diuretik
loop, thiazide, diuretik hemat kalium.
Diuretik loop
Diuretik loop bekerja dengan membuat ginjal mengeluarkan lebih banyak cairan, sehingga dapat
mengurangi cairan di aliran darah. Contoh diuretik loop adalah:
Furosemide
Bentuk obat: Tablet dan suntik
Merek dagang: Diuvar, Edemin, Farsix 40, Furosemide, Lasix, Uresix, dan Yekasix
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat furosemide.
Torasemide
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: -
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat torasemide.
Selain obat-obatan yang disebutkan diatas, terdapat beberapa obat lain yang termasuk ke dalam
jenis diuretik loop seperti bumetanide dan ethacrynic acid.
Diuretik hemat kalium
Jenis obat diuretik yang kedua adalah diuretik hemat kalium (potassium-sparing). Obat ini
bekerja dengan cara mengurangi kadar air dan natrium di dalam tubuh dengan tetap
mempertahankan kadar kalium. Contoh diuretik hemat kalium adalah:
Amiloride
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Lorinid Mite
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat amiloride.
Spironolactone
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Aldactone, Carpiaton, Letonal, Spirola, Spironolactone
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat spironolactone.
Diuretik thiazide
Jenis obat diuretik yang ketiga adalah diuretik thiazide. Obat ini bekerja dengan cara
menurunkan cairan di dalam tubuh dan juga memperlebar pembuluh darah. Contoh diuretik
thiazide adalah:
Hydrochlorothiazide
Bentuk obat: Tablet dan kaplet
Merek dagang: Bisovell Plus, Coirvebal, Coaprovel, Co-Irvel, Co-Telsaril, Co-Diovan, Dexacap
Plus, Hapsen Plus, Hydrochlorothiazide, Irtan Plus, Lodoz, Micardis Plus, Olmetec Plus,
Tenazide
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat hydrochlorothiazide.
Indapamide
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Bioprexum Plus, Natexam, Natrilix SR
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat indapamide.
6. Penghambat adrenergik perifer
Penghambat adrenergik perifer bekerja dengan cara memblokir neurotransmitter di otak,
sehingga tekanan darah dapat berkurang. Umumnya obat ini diberikan kepada pasien hipertensi
jika obat antihipertensi lain belum ada yang berhasil. Contoh penghambat adrenergik perifer
adalah:
Reserpine
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Serpasil
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat reserpine.
7. Penghambat alfa (alpha-blocker)
Penghambat alfa bekerja dengan cara menghambat hormon katekolamin agar tidak mengikat
dengan reseptor alfa. Cara kerja ini akan membantu sirkulasi darah lebih lancar, jantung
berdenyut secara normal, dan tekanan darah menurun. Contoh penghambat alfa adalah:
Doxazosin
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Cardura, Doxazosin Mesilat, Tensidox
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat doxazosin.
Terazosin
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Hytrin, Hytroz, Terazosin HCL
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat terazosin.
8. Penghambat beta (beta-blocker)
Penghambat beta bekerja dengan cara menghambat hormon adrenalin, sehingga jantung berdetak
lebih lambat. Dengan begitu, jantung memompa lebih sedikit darah dan dapat menurunkan
tekanan darah. Contoh penghambat beta adalah:
Bisoprolol
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Beta-One, Bipro, Biofin, Biscor, Bisoprolol Fumarate, Bisovell, Carbisol,
Concor, Hapsen, Lodoz, Maintate, Miniten, Opiprol, Selbix
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat bisoprolol.
Propranolol
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Farmadral, Liblok, Propranolol
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat propranolol.

9. Penghambat renin
Penghambat renin bekerja dengan cara menghambat kerja senyawa kimiawi di dalam tubuh yang
disebut renin. Cara kerja ini dapat memperlebar pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
Contoh penghambat renin adalah:
Aliskiren
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Rasilez

4. Apa pertimbangan pemberian kepada pasien dari masing-masing golongan?


Jawab : terapi farmakologis antihipertensi diberikan berdasarkan pertimbangan berat ringannya
derajat hipertensi. Pasien dengan hipetensi derajat 1 memulai terapi dengan monoterapi.
Kebanyakan dimulai dengan terapi tiazid diuretik karena selain efektif pada hipertensi derajat
ringan, tiazid diuretik juga relatif terjangkau, atau dapat juga dipertimbangkan monoterapi dari
golongan lain (ACEinhibitor, ARB, BB, CCB). Apabila masih belum mencapai target terapi,
dapat dilakukan optimalisasi dosis. Namun bila masih tetap tidak mencapai target terapi dapat
dipertimbangkan terapi kombinasi dengan 2 golongan obat yang berbeda. Sedangkan untuk
hipertensi derjat 2, terapi inisial dimuali dengan kombinasi dua macam obat (tiazid diretik +
ACE inhibitor/ARB/BB/CCB). Pasien dengan compelling indication terapinya akan disesuaikan
dengan jenis compelling indication yang dimilikinya, sesuai, Pada kondisi gagal jantung
asimtomatik dengan disfungsi ventrikuler, direkomendasikan penggunaan ACE inhibitor dan
BB, sedangkan untuk pasien dengan gagal jantung simptomatik dan disfungsi ventrikuler atau
end stage, ACE inhibitor, ARB, BB lebih direkomendasikan bersama dengan loop diuretic.
Pasien hipertensi dengan angina pektoris stabil, pilihan obat yang baik biasanya BB. Sebagai
alternative dapat diberikan CCB. Pada pasien dengan sindroma koronaria akut, terapi
antihipertensi dapat dimulai dengan BB dan ACE inhibitor. Pasien dengan post infark miokard
dianjurkan penggunaan ACE inhibitor, BB dan aldosteron inhibitor. Pada pasien hipertensi
dengan diabetes, kombinasi dua sampai tiga jenis obat dibutuhkan untuk mencapai target terapi.
Tiazid diuretik, ACE inhibitor, ARB, BB, dan CCB bermanfaat dalam menurunkan resiko PKV.
ACE inhibitor atau ARB baik untuk diabetic nefropati dan menurunkan albuminuria dan ARB
dapat menurunkan progresi makroalbuminuria. Penyakit ginjal kronik merupakan penurunan
fungsi ekskresi denga LFG < 60 ml/menit per 1,73 m2 (serum kreatinin > 1,5 mg/dL pada laki -
laki dan >1,3 pada perempuan) dan/atau albuminuria (albumin >300 mg/hari atau 200 mg
albumin/g keratin). ACE inhibitor dan ARB diindikasikan untuk menjadi terapi antihipertensi
pada kondisi ini. Peningkatan kreatinin sampai 35% diatas normal dapat menerima terapi ACE
inhibitor dan ARB kecuali bila terjadi hiperkalemi. Pada kerusakan renal yang lebih parah
peningkatan dosis loop diuretic terkadang dibutuhkan. Keuntungan memberikan terapi
antihipertensi pada stroke akut masih belum jelas manfaatnya. Namun untuk penegahan stroke
berulang, kombinasi ACE inhibitor dan diuretik tiazid dapat bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai