DOSEN PENGAMPU :
Disusun oleh :
Teddy Hardiansyah
NPM: 71200517003
T.A. 2022-2023
METABOLISME PROTEIN
A. Metabolisme Protein
Menurut Murray yang dikutip oleh wahjuni (2013: 22) protein dalam sel hidup
terus menerus diperbaharui melalui proses pertukaran protein, yaitu suatu proses
berkesinambungan yang terdiri atas penguraian protein yang sudah ada menjadi asam
amino bebas dan resintesis selanjutnya dari asam-asam amino bebas menjadi protein.
Dalam tubuh sekitar 1-2 % protein mengalami peruraian setiap hari. Sekitar 75- 80 %
dari asam amino yang dibebaskan akan digunakan kembali untuk sintesis protein yang
baru. Nitrogen sisanya akan dikatabolisasi menjadi urea (pada mamalia) dan kerangka
karbon bagi senyawa-senyawa amfibolik (Wahjuni 2013).
2. Proses Transminasi
Menurut Hanum (2018:155) Transaminasi adalah proses perubahan asam
amino menjadi jenis asam amino lain. Sedangkan menurut Wahjuni (2013:26)
Transamini adalah pemindahan gugus asam α-amino pada glutamat, proses ini
merupakan reaksi pertama dari proses katabolisme. Reaksi ini diawali oleh enzim
transaminase. Enzim ini mempunyai gugus prostetik piridoksal phospat (bentuk aktif
B6). Umumnya, piridoksal fosfat berikatan kovalen dengan situs aktif enzim melalui
ikatan imin (basa schift), yaitu pada gugus amina E dari residu lisin transaminase.
Reaksi-reaksi yang dikatalisis transaminase mempunyai konstanta kesetimbangan 1,0
karenanya reaksinya adalah bolak-balik. Gugus prostetik piridoksal fosfat berfungsi
sebagai pengangkut sementara (intermediate carrier) bagi gugus amino pada situs
aktif transaminase (Wahjuni 2013).
Proses transaminasi didahului oleh perubahan asam amino menjadi bentuk
asam keto, secara skematik digambarkan sebagai berikut:
Senyawa ini mengalami transformasi antara bentuk aldehid (piridoksal fosfat)
yang dapat menerima gugus amino dengan bentuk transaminasinya, yaitu
piridoksamin fosfat yang dapat memberikan gugusaminonya kepada suatu asam keto-
α. Piridoksal fosfat terikat pada transaminase pada situs aktifnya melalui ikatan
kovalen dalam bentuk kimina (basa schiff) dengan gugus amino E dari residu lisin.
Pada reaksi transaminasi ini gugus amino- α dari asam amino akan dialihkan ke asam
keto- α glutarat. Hasilnya adalah asam keto- α glutarat akan mendapat gugus amino
menjadi Lglutamat, sedang asam amino yang kehilangan gugus aminonya menjadi
suatu asam keto- α yang bersesuaian. Keadaan yang sama juga terjadi pada
transaminasi gugus amino dari alanin ke α-keto glutarat, reaksi ini menghasilkan L-
glutamat dan pruvat. Jadi, setiap enzim transaminase bersifat spesifi k untuk satu
pasangan asam α -amino dan asam α-keto. Reaksi transaminasi itu terbukti terjadi
hampir pada semua asam amino kecuali lisin, treonin, prolin dan hidroksi prolin
(Wahjuni 2013).
2. Senyawa nitrogen dikeluarkan lewat urin setelah diubah lebih dahulu menjadi
ureum. Proses deaminasi kebanyakan terjadi di hati, oleh karena itu pada
gangguan fungsi hati (liver) kadar NH3 meningkat. Pengeluaran (ekskresi)
urea melalui ginjal dikeluarkan bersama urin. (Hanum 2018).
Pada reaksi ini terdapat dua jalur yaitu yang bersifat oksidatif dan non-oksidatif.
Pada reaksi deaminasi oksidatif L-Glutamat yang mengandung gugus amino pada reaksi
tranamiase akan melepaskan gugus aminonya melalui reaksi deaminasi oksdatif.
Reaksinya berlangsung dalam dua tahap yaitu dehidrogenasi dan hidrolisis (Makmur
2019).
4. Siklus Urea
Dari uraian tentang metabolisme asam amino telah diketahui bahwa NH3
dapat dilepaskan dari asam amino melalui reaksi transaminasi dan deaminasi. Pada
reaksi transaminasi gugus –NH2 yang dilepaskan diterima oleh suatu asam keto,
sehingga terbentuk asam amino baru dan asam keto lain, sedangkan pada reaksi
deaminasi, gugus NH2 dilepaskan dalam bentuk amonia yang kemudian dikeluarkan
dari dalam tubuh dalam bentuk urea dalam urine. Amonia dengan kadar yang tinggi
merupakan racun bagi tubuh manusia (Poedjadi 1996).
Hans Krebs dan Kurt Henseleit pada tahun 1932 mengemukakan serangkaian
reaksi kimia tentang pembentukan urea. Mereka berpendapat bahwa urea terbentuk
dari amonia dan karbondioksida melaui serangkaian reaksi kimia yang berupa siklus,
yang mereka namakan siklus urea. Pembentukan urea ini terutama berlangsung di
dalam hati. Urea merupakan suatu senyawa yang mudaj larut dalam air, bersifat
netral, terdapat dalam urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh (Poedjadi 1996).
Biosintesis urea terdiri atas beberapa tahap reaksi yang merupakan suatu
siklus, sebagai berikut (Poedjadi 1996).
Gambar 10. Siklus pembentukan Urea; (1) Karbamoilase fosfat Sintetase; (2) Ornitin
karbamoilasa; angininosuksinat sintetase; (40 anginino suksinase; (5) arginase.
Sumber: (Poedjadi 1996).
Dalam reaksi pembentukan karbamil fosfat ini, satu mol amonia bereaksi
dengan satu mol karbondioksida dengan bantuan enzim karbamilfosfat sintetase.
Reaksi ini membutuhkan energi, karenanya reaksi ini melibatkan dua mol ATP yang
diubah menjadi ADP. Disamping ini sebagai kofaktor dibutuhkan Mg ++ ¿¿ dan N-
asetil-glutamat (Poedjadi 1996).
Gambar 11. Mekanisme Sintesis Karbamil Fosfat
Sumber: (Poedjadi 1996)
2. Pembentukan Stirulin
Reaksi terakhir ini melengkapai tahap reaksi pada siklus urea. Dalam reaksi
ini, arginin diuraikan menjadi urea dan ornitin. Enzim yang bekerja sebagai katalis
dalam reaksi penguraian ini ialah arginase yang terdapat dalam hati. Ornitin yang
terbentuk dalam reaksi hidrolisis ini bereaksi kembali dengan karbamilfosfat untuk
membentuk sitrulin. Demikian seterusnya reaksi berlangsung secara berulang-ulang
sehingga merupakan suatu siklus. Adapun urea yang terbentuk dikeluarkan dari
tubuh melalui urine. (Poedjadi 1996)
Oleh karena pirofosfat yang terbentuk dalam reakis ini (PPi) terhidrolisis lebih
lanjut menjadi fosfat, maka pembentukan satu molekul urea membutuhkan empat
ikatan fosfat berenergi tinggi. Proses kimia dalam siklus urea ini terjadi dalam hati
karena enzim-enzim yang bekerja sebagai katalis terutama terdapat pada mitokondria
dalam sel hati.
B. Kesimpulan
Metabolisme adalah proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel.
Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena reaksi metabolisme menggunakan
katalisator enzim. Berdasarkan prosesnya metabolisme dibagi menjadi 2, yaitu:
Dalam proses metabolisme protein ada beberapa mekanisme yang sering terjadi
pada metobolisme protein dimulai dari proses dekarboksilasi, proses transaminasi, proses
deaminasi, hingga siklus urea
C. Referensi
Hanum, Galuh Ratna. 2018. BUKU AJAR BIOKIMIA DASAR Edisi Revisi. Sidoarjo:
UMSIDA Press.
Makmur, Indra. 2019. “Katabolisme Protein.” Slide Player. Diambil 5 Maret 2023
(https://slideplayer.info/slide/13816526).
Oktasari, yona. 2014. “Metabolisme Protein Transminasi dan Deaminasi.” slidehare.
Diambil 2 Maret 2023 (https://www.slideshare.net/lingAkhirudin/metabolisme-
protein-transminasi-dan-deaminasi).
Poedjadi, Anna. 1996. Dasar - Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Poetry, wita. 2016. “Metabolisme Protein.” Slide Player. Diambil 31 Maret 2023
(https://slideplayer.info/slide/2780457).
Putra, Ade. 2018. “Metabolisme Protein.” slidehare. Diambil 2 Maret 2023
(ttps://www.slideshare.net/lingAkhirudin/metabolisme-protein-5-120236112).
Universitas Negeri Jakarta. 2017. “Metabolisme Protein.” slidehare. Diambil 4 Maret
2023 (https://www.slideshare.net/lingAkhirudin/metabolisme-protein).
Wahjuni, Sri. 2013. Metabolisme Kimia. diedit oleh Jiwa Atmaja. Denpasar: Udayana
University Press.