Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KADAR ABU

Praktikum Kimia Analitik

Disusun oleh:

Puput Valentina Graharja


221030790350

S1 FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
2022
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mampu memahami prinsip kerja dari penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut
asam serta mampu menetapkan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam pada sampel
dan menganalisa mutu standar dari sampel yang dianalisis.

II. TEORI DASAR


Abu adalah zat anorganik dari sisahasil pembakaran suatu bahan organik.Penentuan
kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Kadar abu di tentukan
berdasarkan kehilangan beratsetelah pembakaran dengan syarat titik akhir pembakaran
dihentikan sebelum terjadi dekomposisi dari abu tersebut (Sudarmadji2003). Pengarangan
merupakan salah satu tahapan dalam analisis kadar abu. Pengarangan dilakukan sebelum
bahan uji dilabukan. Pengarangan dilakukan dengan cara memanaskan bahan uji dalam
cawan porselendi atas api. Hal ini dilakukan untuk menguapkan zat organik dalam bahan
pangan(Khopkar 2003).
Kadar abu pada bahan pangan menggambarkan kandungan mineral darisampel bahan
makanan. Kadar abu ialah material yang tertinggal bila bahan makanan dipijarkan dan
dibakar pada suhu sekitar 500-800°C. dalam hal ini metode pengabuan dengan metode
tanur adalah dengan cara membakar bahan hingga mencapai suhu 600-750 °C hingga bahan
berwarna abu-abu.Semua bahan organik akan terbakar sempurna menjadi air dan CO2 serta
NH3 sedangkan elemen-elemen tertinggal sebagai oksidannya.
Metode pengabuan ada dua yaitu metode pengabuan kering (langsung) dan metode
pengabuan basah (tidak langsung).
1. Pengabuan kering
Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat
organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600°C dan kemudian melakukan
penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut (Sudarmadji,
1996). Pengabuan dilakukan melalui dua tahap yaitu :
 Pemanasan pada suhu 300°C yang dilakukan dengan maksud untuk dapat
melindungi kandungan bahan yang bersifat volatil dan bahan berlemak hingga
kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan sampai asap habis.
 Pemanasan pada suhu 800°C yang dilakukan agar perubahan suhu pada bahan
maupun porselin tidak secara tiba-tiba agar tidak memecahkan krus yang mudah
pecah pada perubahan suhu yang tiba-tiba.
2. Pengabuan basah
 Pengabuan basah memberikan benerapa keuntungan. Suhu yang digunakan tidak
dapat melebihi titik didih larutan dan pada umumnya karbon lebih cepat hancur
daripada menggunakan cara pengabuan kering. Cara pengabuan basah pada
prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat untuk mendestruksi zat organik pada
suhu rendah dengan maksud menghindari kehilangan mineral akibat penguapan.
 Prinsip dari pengabuan cara tidak langsung yaitu memberikan reagen kimia tertentu
kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan
adalah gliserol alkohol ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya dilakukan
pemanasan pada suhu tinggi. Pemanasan mengakibatkan gliserol alkohol
membentuk kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi besar
dan dapat mempercepat oksidasi. Sedangkan pada pemanasan untuk pasir bebas
dapat membuat permukaan yang bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan
memperbesar porositas, sehingga mempercepat proses pengabuan. (Sudarmadji,
1996).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
• Krus
• Tang krus
• Mortir dan stemper
• Loyang
• Oven
• Tanur
Bahan :
• Sampel biskuit
• HCl encer

IV. PROSEDUR KERJA

1. Penetapan Kadar Abu Total

Krus kosong di oven terlebih dahulu


selama 30 menit pada suhu 105°C

Kemudian angkat dan dinginkan krus


kedalam desikator selama 30 menit

Krus kosong ditimbang (A)

Kemudian masukkan sampel


kedalam krus kosong tersebut

Timbang dan catat berat krus +
sampel tersebut

Masukkan dalam oven panaskan
diatas suhu 105°C, kemudian angkat
dan dinginkan kedalam desikator lalu
timbang. Lakukan hal ini sampai
berat konstan (untuk menghilangkan
kadar air)

Kemudian masukkan kedalam tanur
selama 6 jam dengan tahapan suhu
mulai dari 400oC, 500°C dan

Kemudian angkat dan dinginkan
kembali didalam desikator selama 30
menit

Timbang sampai berat konstan (C)

Perhitungan Kadar Abu Total

Kadar Abu Total = x100

2. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Abu hasil tanur dari penetapan kadar


abu total dilarutkan dengan HCl
encer

Saring dengan kertas saring wathman


Masukkan kedalam krus yang
konstan, lalu masukkan dalam oven
kemudian panaskan pada suhu 105°C

Angkat dan dinginkan kembali
didalam desikator selama 30 menit,
lalu oven kembali sampai berat
konstan

Kemudian masukkan kedalam tanur
selama 30 menit dengan tahapan
suhu mulai dari 400°C, 500°C dan
600°C

Angkat dan dinginkan kembali
didalam desikator selama 30 menit,
lalu oven kembali sampai berat
konstan

Hitung sebagai kadar abu tidak larut
asam

Perhitungan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Kadar Abu Tidak Larut Asam = x100


RUMUS PERHITUNGAN

Kadar abu = x100

V. HASIL PENGAMATAN
Sampel = Biskuit

Pengulangan Berat krus Berat krus + Berat krus + abu Berat krus + abu
(gram) sampel (gram) (gram) + HCl (gram)
1 30, 3556 35, 7934 32,8905 32,2235
2 30, 3687 35, 7543 32,8123 32,2310
3 30, 3521 35, 7134 32,9031 32,2984

PERHITUNGAN

1. Hitunglah kadar abu total


2. Hitunglah kadar abu tidak larut asam

Perhitungan Kadar Abu Total

Kadar Abu Total = x100

Berat Sampel = (berat krus + sampel) ) – (berat krus)

Pengulangan 1 : x100 = = 46,6162%

Pengulangan 2 : x100 = = 45,3728%

Pengulangan 3 : x100 = = 47,5817%

Kadar Abu Tidak Larut Asam

Kadar Abu Tidak Larut Asam = x100


Berat Sampel = (berat krus + sampel) ) – (berat krus)

Pengulangan 1 : x100 = = 34,3502%

Pengulangan 2 : x100 = = 34,5792%

Pengulangan 3 : x100 = = 36, 3027%

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu analisis kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam
dengan proses pengabuan menggunakan tanur. Pengabuan dilakukan untuk menentukan
jumlah mineral yang terkandung dalam bahan. Penentuan kadar mineral bahan secara asli
sangatlah sulit sehingga perlu dilakukan dengan menentukan sisa hasil pembakaran atas
garam mineral bahan tersebut. Pada peroses pengabuan ini dilakukan dengan menggunakan
tanur yang memijarkan sampel pada suhu mencapai 550oC, dilakukan menggunakan tanur
ini yaitu karena suhu dapat diatur sesuai yang telah ditentukan untuk proses pengabuan.
Metode yang digunakan adalah metode langsung yaitu pengabuan kering.
Kadar abu yang diperoleh dari kadar abu total untuk krus pertama adalah 46,6162%,
krus kedua adalah 45,3728%, krus ketiga adalah 47,5817%. Sedangkan untuk kadar abu
tidak larut asam untuk krus pertama adalah 34,3502%, untuk krus kedua adalah 34,5792%,
dan untuk krus ketiga adalah 36,3027%.
Penentuan abu total dilakukan dengan tujuan untuk menentukan baik tidaknya suatu
proses pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, serta dijadikan parameter nilai
gizi bahan makanan. Pada penentuan abu tidak larut asam dilakukan dengan
mencampurkan abu kedalam HCl encer, yang kemudian disaring dengan kertas saring
whatman. Residu merupakan abu yang tidak larut dalam asam yang terdiri dari pasir dan
silika. Jika abu banyak mengandung abu jenis ini maka dapat diperkirakan proses
pencucian bahan tidak sempurna ataupun terjadinya kontaminasi dari tanah selama
proses bahan tersebut.

VII. KESIMPULAN
Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Kadar abu dapat
menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses
pembakaran akan terbakar tetapi komponen organiknya tidak, karena itulah disebut sebagai
kadar abu. Proses pemanasan yang dilakukan sebaiknya menggunakan suhu 500°C, agar
diperoleh hasil pemanasan yang maksimal. Kandungan abu dapat digunakan untuk
memperkirakan kandungan dan keaslian bahan yang digunakan. Sedangkan kadar abu
sebagai parameter nilai gizi.

VIII. SARAN
Dalam analisis kadar abu banyak hal yang harus diperhatikan oleh para praktikan,
diantaranya yaitu memperhatikan bahan yang digunakan agar benar-benar bebas dari
kotoran, karena hal tersebut dapat mempengaruhi besarnya kadar abu yang diperoleh.
Untuk itu, praktikan harus memperhatikan hal tersebut dan lebih teliti agar memperoleh
hasil yang baik.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Aulia, Arif . “Latar Belakang”
https://id.scribd.com/doc/211719479/Laporan-Kadar-Abu, diakses 26 November 2022
pukul 06.14.

Anonim. 2014, https://www.slideshare.net/abagusnur/laporan-kadar-


abu , diakses 25 November 2022 pukul 06.13

Anda mungkin juga menyukai