Anda di halaman 1dari 2

28 Wilayah Rawan Gempa dan Tsunami

YOGYAKARTA – Indonesia memiliki setidaknya 13 tipe bencana, baik bencana yang datang
dari alam maupun dari hasil perbuatan manusia. Bencana tersebut diantaranya, banjir,
erupsi gunung api, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, kekeringan,
hingga kebakaran hutan. Tiap kali bencana itu muncul, bisa memberikan dampak
ekonomi cukup besar salah satunya dari sektor industri pariwisata. “Sektor ini sangat rentan
terhadap persepsi publik karena alasan keselamatan dan kesehatan sehingga membutuhkan
strategi untuk mengurangi dampak risiko yang ditimbulkan,” kata Direktur Magister Studi
Manajemen Bencana, Sekolah Pascasarjana UGM, Prof. Dr, Sudibyakto, M.S., dalam konferensi
internasional pengelolaan pariwisata di tengah ancaman risiko bencana, Senin (15/9), di Gedung
Sekolah Pascasarjana UGM.

Meski pemerintah telah membentuk badan yang khusus menangani penanggulangan bencana
baik di tingkat pusat dan daerah, namun antisipasi dan mitigasi bencana untuk daerah yang
menjadi tujuan wisata dinilai masih sangat kurang. Padahal menurut Sudibyakto, industri
pariwisata di beberapa daerah saat ini menjadi salah satu sumber pendapatan dan penghasil
devisa terutama bagi daerah yang minim sumber daya alam seperti di Yogyakarta dan Bali.

Untuk mengurangi dampak kekhawatiran pengunjung terhadap ancaman risiko bencana,


Sudibyakto menegaskan upaya melakukan penilaian risiko dan pemasangan sistem peringatan
dini risiko bencana menjadi sebuah keharusan. Hal itu bisa dilakukan oleh pemerintah,
masyarakat lokal  dan pelaku industri pariwisata. “Ini jauh lebih efektif ketimbang hanya
mengandalkan proses pemulihan pasca bencana,” ujarnya.

Bencana gempa dan tsunami di Aceh  tahun 2004 dan gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa
Tengah pada tahun 2006 menurutnya menjadi pelajaran penting bagi semua pihak tentang
pentingnya manajemen penanggulangan bencana. “Keduanya menjadi bukti bahwa kita
membutuhkan strategi pengurangan risiko bencana,” kata Sudibyakto.

Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota dari University of Hawaii, Amerika Serikat, Dolores
Foley, Ph.D., mengatakan selama satu dekade terakhir, sejumlah bencana memberikan dampak
sangat buruk bagi daerah yang memiliki tujuan wisata pesisir. Dia menyebutkan, di Indonesia
ada 28 wilayah yang rawan terkena gempa dan tsunami, termasuk daerah yang menjadi favorit
tujuan wisata seperti Bali, NTB dan NTT. Menurutnya, Bali rawan terkena gempa karena berada
di posisi cincin api pasifik. “Bali termasuk daerah berisiko kena tsunami tinggi dengan pantai
dataran rendah, tapi untungnya dilindungi oleh pulau Jawa dan Sumatera dari kejadian tsunami
di samudera Hindia tahun 2004,” ujarnya.
Seperti diketahui, wilayah lain yang berisiko terkena gempa dan tsunami tersebut diantaranya
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, DIY, Jawa
Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak, Yapen, Fak-fak,
dan Balikpapan.

Dia menambahkan, daerah yang memiliki risiko terkena bencana menurutnya membutuhkan
sebuah hasil penelitian dalam memberikan informasi yang tepat dalam mengantisipasi dampak
bencana yang kemungkinan suatu saat bisa saja muncul. Komunikasi yang efektif, perencanaan,
dan kemitraan antara masyarakat dan pengelola pariwisata sangat dibutuhkan. (Humas
UGM/Gusti Grehenson)

Anda mungkin juga menyukai