PDF Bab 3 Kopling Tak Tetap Dan Rem - Compress
PDF Bab 3 Kopling Tak Tetap Dan Rem - Compress
58
Sebuah kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros
yang digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran yang sama dalam meneruskan daya
serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dlam keadaan diam maupun
berputar.
Rem adalah alat untuk menghentikan putaran suatu poros dengan perantara gesekan.
Berbeda dengan kopling tak tetap yang membuat kedua poros berputar dengan kecepatan
sama, maka rem berfungsi untuk menghentikan poros atau benda yang sedang berputar.
Sering kali penghentian ini harus dilakukan dalam waktu singkat hingga berhenti sama
sekali, dengan cara yang aman. Kadang-kadang rem juga dipergunakan untuk mengatur
putaran suatu poros dengan mengurangi atau membatasi putaran.
Jika daya yang akan diteruskan adalah P (kW) dan putaran poros adalah n1
(rpm), serta faktor koreksi f c dan bahan poros dipilih, maka diameter poros dapat
dihitung menurut tata cara Diagram 1. Sebuah alur pasak untuk menggeserkan
cakar tentu saja harus disediakan.
Diameter dalam D1 (mm), diameter luar D2 (mm) dan tinggi h (mm) dari cakar
untuk suatu diameter poros d s (mm) dapat ditentukan secara empiris (Gambar 3.2).
dan jika gaya tangensial Ft (kg) bekerja pada jari-jari rata-rata rm (mm),
maka
r m = ( D1 + D2)/4
(3.3) (3.4)
Ft = T/ rm
Jika luas akar dari cakar adalah ½ dari (π/4)( D 2 − D 2 ), maka tegangan geser τ
2 1
(kg/mm2) yang timbul pada cakar adalah
τ = (8/π) Ft / ( D 2 − D 2 ) (3.5)
2 1
Momen lentur yang bekerja pada cakar adalah ( Ft / n). h, jika Ft dikenakan pada
ujung cakar, dimana n adalah jumlah cakar.
Alas dari penampang cakar segi empat adalah ( D 2 − D 2 )/2 dan tingginya
2 1
adalah [( D 2 − D 2 )/4](π/n), sehingga momen
2
tahan lenturnya adalah
1 ( D − D ) ⎡π − D )⎤
2 1
( D ⋅
Z = ⋅
2 1 1 2
(3.6)
6 2 4n
⎣
⎦ ⎥
Besarnya tegangan lentur σ b (kg/mm2) adalah
σ b Ft h
= (3.7)
nZ
Jika harga ini lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan, maka dapat diterima.
Tetapi jika lebih besar, maka D1, D2, h, dsb. harus disesuaikan.
Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa menghubungkan dan melepaskan
kopling harus dilakukan dalam keadaan berhenti.
Kini akan dicoba membuat diagram aliran untuk suatu contoh perhitungan (lihat
Diagram 8).
[Contoh 3.1] Sebuah kopling cakar untuk putaran dua arah akan dihubungkan
dengan sebuah poros baja liat untuk meneruskan daya sebesar 1,5 kW pada 120
rpm. Tentukan diamaeter luar, diameter dalam dan tinggi cakar dengan
mengambil
jumlah cakar 3 buah.
Kopling Tak Tetap dan 6
[Penyelesaian]
(1) P = 1,5 kW, n1 = 120 rpm
(2) Dengan menganggap kadar karbon poros liat sebesar
0,20 %, σB = 40 kg/mm2
Ambil mis. Sf1 = 6, Sf2 = 2,5 (dengan alur pasak)
τa = 40/96 x 2,5) = 2,67 kg/mm2
(3) f c = 1, Pd = P = 1,5 kW
T = 9,74 x 105 (1,5/120) = 12175 kg.mm
(4) Kt = 2,5, Cb = 1
ds = [(5,1/2,67) x 2,5 x 1 x 12175]1/3 = 38,7 mm → 40 mm
(5) Dengan menganggap kadar karbon baja liat sebagai bahan cakar sebesar 0,25
%
σB = 45 kg/mm2, Sf1 = 10, Sf2 = 5
τa = 45/(10 x 5) = 0,9 kg/mm2
(6) D1 = 1,2 x 40 + 10 = 58 mm
D2 = 2 x 40 + 8 = 105
mm h = 0,5 x 40 + 8 =
28 mm
(7) r m = (58 + 105)/4 = 41 mm
(8) Ft = 12175/41 = 297 kg
(9) τ = 297
⋅ 8 = 0,099 kg/mm2
π (1 052 − 582 )
2
(10)
1 (105 − 58) ⎡π (105 + = 7141 mm3
58)=
Z ⎤ ⋅ ⋅
⎢ ⎥
6 2 ⎣ 4 x 3 ⎦
σ b
297 x 28 = 0,388 kg/mm2
= 3 x
7141
(11) τmax =
0,3882 + 4 x 0,0992 / 2 = 0,218 kg/mm2
(12) 0,218 kg/mm2 < 0,9 kg/mm2 , baik
(13) d s = 40 mm, D1 = 58 mm, D2 = 105 mm, h = 28 mm
Bahan cakar : baja liat (C = 0,25 %)
sebelah kanan serta dapat bergeser secara aksial pada poros tersebut sepanjang
pasak luncur. Bidang C pada badan B didorong ke badan A hingga terjadi penerusan
putaran dari poros penggerak di sebelah kiri ke poros yang digerakkan di sebelah
kanan. Pemutusan hubungan dapat dilakukan dengan meniadakan gaya dorong
hingga gesekan akan hilang.
D1 adalah diameter dalam, dan D2 adalah diameter luar bidang gesek. Karena
bagian bidang gesek yang terlalu dekat pada sumbu poros hanya mempunyai
pengaruh yang kecil saja pada pemindahan momen, maka besarnya perbandingan
D1/ D2 jarang lebih rendah dari 0,5.
Besarnya tekanan pada permukaan bidang gesek adalah tidak rata pada seluruh
permukaan tersebut ; makin jauh dari sumbu poros, tekananya semakin kecil. Jika
dalam gambar 3.4 besarnya tekanan rata-rata pada bidang gesek adalah p (kg/mm2)
maka besarnya gaya yang menimbulkan tekanan ini adalah
π 2
F =
2
− D 2 ) p (3.9)
( D
4 1
Jika koeffisien gesekan adalah μ dan seluruh gaya dianggap bekerja pada keliling
rata-rata bidang gesek, maka momen gesekan adalah
T D + D2
(3.10)
= μ F ⋅ 1 4
Harga μ dan harga tekanan yang diizinkan pa (kg/mm2) diberikan dalam table 3.1.
Harga-harga koefisien gesek dalam table tersebut ditentukan dengan
memperhitungkan keadaan bidang gesek yang sudah agak menurun gesekannya
karena telah terpakai beberapa waktu, serta didasarkan atas harga tekanan yang
diizinkan yang dianggap baik.
Selanjutnya harus diperhatikan pula GD2 dari poros yang digerakkan yang harus
dipercepat pada waktu kopling dihubungkan. Faktor keamanan kopling harus
Kopling Tak Tetap dan 6
[Contoh 3.2] Rencanakan sebuah kopling plat tunggal untuk meneruskan daya
sebesar 7,5 kW pada 100 rpm. Anggaplah besarnya perbandingan diameter D1/ D2 =
0,8 koefisien gesekan μ = 0,2 dan tekanan yang diizinkan pada bidanfg gesek pa =
0,02 kg/mm2.
[Penyelesaian]
(1) P = 7,5 kW, n1 = 100 rpm
(2) Dengan menganggap daya nominal motor sebesar 7,5 kW, f c = 1,0
(3) Pd = 1 x 7,5 = 7,5 kW
(4) T = 9,74 x 105 x 7,5/100 = 73050 kg.mm
(5) F = (π/4)( D 2 - D 2 ) pa = (π/4)(1 – 0,82) D 2 x 0,02 = 0.00565 D 2
2 1 2 2
Dalam contoh ini, ukuran kopling hanya ditentukan dari perhitungan momen
saja. Tetapi dalam praktek karena percepatan dll. Turut menentukan, maka
perhitungan seperti di atas tidak cukup. Di bawah ini akan diberikan cara yang lebih
lengkap.
Kopling Tak Tetap dan 7
Gbr. 3.7 Karakteristik momen puntir gesek dinamis terhadap putaran relative dari kopling
elektromagnit dengan plat tunggal kering (Gbr. 3.6).
E = Td 0 ⋅ n r GD 2 ⋅ n
⋅ r
19,1 375(T d 0 − Tl 1 )
∴ GD 2 ⋅ n Td 0
⋅ T − (kg.m/hb) (3.23)
E = 7160
T
d 0 l 1
Maka,
GD 2 ⋅n GD 2 .nr
t l = 375(Td
2
;t = (3.26)
0
+ 2 −
Tl 1 ) 375(Td 0 Tl 1 )
+ ) 160(Td 0
−
T ⎡ (2 π + n n2 ⎤
)n
∴ E = d 0 1
2 2
+
1
⎥ (3.27)
⎢ – Tl 1 ⎦
7160 ⎣ Td + Td
0 0
Tl 1
Gbr. 3.8 Kerja penghubungan yang diperoleh untuk kopling elektromagnit dengan plat tunggal
kering (Gbr. 3.6)
ii) Bila sisi beban berputar berlawanan dengan arah putaran poros penggerak
GD 2 ⎛ n2 ⎞
t ae = 375
T
⎜ T + n+1 ⎟ (3.30)
+ T
⎝ d 0 l 1 d 0 l 1 ⎠
Waktu yang diambil sejak dari permulaan pelayanan hingga tercapai hubungan
adalah waktu penghubungan yang sesungguhnya t ae seperti tersebut di atas
ditambah waktu to yang diambil sejak operator memulai pelayanan sampai
saat mulai bekerja pada badan kopling. Waktu to mencakup semua waktu di
dalam
pelayanan yang tergantung pada macam kopling dan perbedaan diantara operator
dalam hal kopling manual. Besarnya waktu tersebut adalah penting, meskipun
harganya tidak tetap.
[Contoh 3.5] Sebuah drum rem dengan diameter 300 mm dipasang pada sebuah
poros yang mempunyai putaran sebesar 250 rpm dengan daya 1,6 kW. Ukuran yang
diberikan terdapat dalam gambar 3.16. Berapakah panjang tuas yang diperlukan
untuk menghentikan putaran poros dengan gaya 20 kg pada ujungnya ? Berapakah
ukuran blok rem untuk menjamin keamanan terhadap panas ? Bahan gesek adalah
asbes (pasta) dan panjang tuas tidak lebih dari 1 meter.
dalam pembahasan berikut ini hanya akan ditinjau rem blok ganda yang
menekan dari luar, sedang yang menekan dari dalam akan dibicarakan pada pasal
3.9. Mengenai table-tabel dan rumus-rumus, disini dapat dipakai table dan rumus
dari rem blok tunggal.
Karena dipakai dua blok rem, maka momen T yang diserap oleh rem dapat
dinyatakan dengan rumus-rumus dibawah ini, dengan catatan bahwa besarnya gaya
rem dari kedua blok harus sama atau hampir sama. Dalam gambar 3.18, jika
masing-masing gaya rem adalah f dan f’ dan gaya pada tuas adalah Q dan Q’ , maka
f ≈ f’ ; Q = Q’
T = f x (D/2) + f’ x (D/2) ≈ fD (3.45)
atau
T = μQ(D/2) + μQ’(D/2) ≈ μQD (3.46)
Jadi, dibandingkan dengan persamaan (3.37), besarnya momen T adalah dua kali
lipat.
Di dalam gambar 3.18, tuas A ditumpu oleh piston C dari silinder pneumatic.
Jika udara tekan B dibuang ke atmosfir, A akan jatuh karena pemberat F. Dengan
demikian B akan tertarik ke bawah dan memutar tuas C (disebut engkol bel).
Gerakan ini akan menarik D dan E ke kanan dan mendorong E ke kiri.
Disini dianggap bahwa gaya Q yang dikenakan dari drum pada E adalah sama
dengan gaya Q’ pada E’.
Q dapat dihitung dengan perbandingan tuas sebagai berikut
Q = F a + a' c e + e'
x x (3.47)
x
a' c' e'
Momen rem T (kg.mm) dapat diperoleh dari rumus di atas dan persamaan
(3.45), dan daya rem P B (kW) dapat dihitung dari putaran drum rem n1 (rpm).
Perhitungan kapasitas rem dan blok rem adalah sama seperti rem blok tunggal,
karena sederhananya perhitungan ini, maka di sini tidak akan dibuat diagram aliran.
[Contoh 3.6] Pada rem blok ganda seperti diperlihatkan gambar 3.18, dimisalkan a
= 520 mm, a’ = 80 mm, c = 80 mm, c’ = 160 mm, e = 300 mm, e’ =300 mm dan
D = 600 mm. Jika berat F adalah 60 kg dan putaran drum rem adalah 100 rpm,
berapakah besar daya (kW) yang dapat direm? Dalam hal ini ambilμ = 0,25
[Penyelesaian]
520 + 80 160 300 + 300
Q = 60 x x x = 1800 kg
80 80 300
T = 0,25 x 1800 x 600 = 170000 kg.mm
2,7 x 105 x 100
P = = 27,7 kW
5
9,74 x 10
dalam satu arah putaran jauh lebih besar daripada dalam arah yang berlawanan.
Juga terdapat macam yang diperlihatkan dalam gambar 3.19(c) yang disebut duo-
servo.
Dalam hal sepatu rem seperti yang diperlihatkan dalam gambar 3.20(a), disebut
sepatu berengsel dan sepatu yang menggelinding pada suatu permukaan seperti
dalam gambar 3.20(b), disebut sepatu mengambang. Macam yang terdahulu
memerlukan ketelitian yang lebih tinggi dalam pembuatannya.
Untuk merencanakan rem drum, pada umumnya perhitungan yang sederhana
seperti diberikan dalam contoh di bawah ini dapat diikuti untuk memperoleh ukuran
bagian-bagian yang bersangkutan serta gaya untuk menekan sepatu.
[Contoh 3.7] Sebuah rem otomobil seperti diperlihatkan gambar 3.21, mempunyai
ukuran sebagai berikut : a = 162 mm, b = 77 mm, e = 86 mm, dengan μ = 0,38.
Tentukan gaya F (kg) untuk mengembangkan sepatu rem dan mendapatkan gaya f
=
f l + f t = 647 kg. Gaya f diperoleh dengan perhitungan seperti di bawah ini.
Pilihlah bahan lapisan rem, dan tetapkan koefisien gesek serta tekanan
permukaannya menurut Tabel 3.6.
Tentukan sudut kontak θ (º), dan celah δ (mm) antara permukaan lapisan dan
drum rem. Kemudian hitung eμθ .
Gaya tarik F1 (kg) pada sisi tarik pita dan gaya tarik F2 (kg) pada sisi lain adalah
F0 = F1 – F2 ; F1/F2 = eμθ
Maka
eμθ
F = F
1 eμθ − 1 1 e
F2 = F e
eμθ −1 (3.82)
Lebar rem untuk derek kecil diperlihatkan dalam tabel 3.7. Untuk drum rem
dengan diameter yang lebih besar terdapat lebar rem sampai 150 mm atau pita dapat
dililitkan dua kali.
Pilihlah lebar rem, dan tentukan tekenan rem maksimum pmax (kg/mm2), tekanan
rem minimum pmin (kg/mm2) dan tekanan rem rata-rata pm (kg/mm2) dari rumus-
rumus berikut ini :
pmax = F1 /(D Rb R /2) (3.83)
pmin = F2 /(D Rb R /2) (3.84)
pm = (pmax + pmin ) 2 (3.85)
Periksalah apakah pmax terletak dalam daerah tekanan rem menurut Tabel 3.6, dan jika
ternyata terlalu besar, perbesar lebar rem b R.
Hitunglah kapasitas rem μ p mν [kg.m/(mm2s)] dan periksalah apakah harga
ini lebih rendah daripada harga batas yang diberikan di dalam bagian rem blok
tunggal.
Hitunglah panjang dan langkah tuas, dan periksalah apakah hasilnya sesuai
dengan ketentuan yang diberikan.
Jika hasi-hasil di atas dipandang cukup memuaskan, selanjutnya rencanakan pita
dan kelingan.
Pilihlah baha-bahan dan masing-masing kekuatan tariknya. Sebagai faktor
keamanan, ambillah dasar 75 % dari batas kelelahan atau batas mulur (σB x 0,45)
untuk tegangan tarik dan 40 % dari (σB x 0,45) untuk tegangan geser. Besarnya
Kopling Tak Tetap dan 10
faktor keamanan adalah 1/(0,45 x 0,75) ≈ 3 dan 1/(0,45 x 0,4) ≈ 5,6. Tetapkan
faktor keamanan akhir dengan mengalikan harga di atas dengan mengalikan harga di
atas dengan 1,2 sampai 2,0 sesuai dengan kondisi masing-masing.
Setelah tegangan tarik yang diizinkan σa (kg/mm2) dari pita dan tegangan geser
yang diizinkan dari paku keling τ’ a (kg/mm2) ditentukan, tetapkan diameter dan
susunan paku keling sedemikian rupa hingga tidak terlalu banyak mengurangi luas
penampang efektif pita. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa lubang paku sedikit
lebih besar dari pada diameter paku. Pita d p adalah diameter paku (mm) dan z adalah
jumlah paku, maka
F1 = τ ’ a (π/4) d 2 z (3.86)
Karena gaya tidak terlalu dapat dikenakan pada z paku keling secara merata,
maka perlu diperhitungkan efisiensi sambungan keling η p (Tabel 3.8).
[Contoh 3.9] Rencanakan sebuah rem pita untuk sebuah derek dengan beban angkat
2000 kg, putaran drum 29 rpm, diameter drum 400 mm, diameter drum dengan lilitan
kabel 3 lapis 470 mm dan diameter drum rem 720 mm.
[Penyelesaian]
(1) W = 2000 kg, D = 400 mm = 0,4 m
D’ = 470 mm – 0,47 m, n p = 29
rpm
(2) Jika η = 0,8, maka
Kopling Tak Tetap dan 10
Kopling Tak Tetap dan 10