Makalah Sejarah Ddakwah
Makalah Sejarah Ddakwah
Disusun Oleh :
Azyu Mardi Zuhri Azra 2021G1C008
Utsman bin Affan lahir enam tahun setelah tahun Gajah, tepatnya pada 47
S.H. usianya enam tahun lebih muda dari pada Rasulullah
Shallalahu’alihiwasallam. Beliau lahir di Taif daerah yang paling subur dikawasan
Hijaz. Kehidupan Utsman bin Affan, tumbuh dan berkembang selayaknya anak-
anak ddiwilayah jazirah Arab yang didalam lingkunganya masih diliputi dan
dipenuhi oleh kebodohan dan kesesatan.
Khalifah Utsman sebelum masuk Islam pada masa awal Islam, sebelum
Nabi Muhammad memasuki Darul Arqam. Khalifah Abu Bakar telah
mengajaknya masuk Islam saat usianya masih 30 tahun. Saat setelah mengajak
masuk Islam, Khalifah Abu Bakar berkata, ‘’Wahai Utsman, demi Allah
sesungguhnya engkau adalah seorang laki-laki teguh yang sangat jelas bagimu
mana yang hak dan mana yang bathil. Sifat-sifat kebathilan-kebathilan itu, sudah
dilihatnya oleh Khalifah Utsman sejak masih kecil. Sebagian besar penduduknya
telah menyembah berhala.
Setelah Rasulullah wafat umat islam di pimpin oleh empat khalifah. Pemilihan
khalifah ini tidaklah semena-mena tanpa dalil Al-Quran dan perintah langsung dari
Rasulullah. Salah satu ayat yang mengatur tentang kepemimpinan adalah QS.
Annisa: 59:
هّٰللا ُ وا الرLLوا هّٰللا َ َواَ ِط ْي ُعLLوا اَ ِط ْي ُعLْٓ Lُٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن
ِ ُر ُّدوْ هُ اِلَىLَ ْي ٍء فLازَ ْعتُ ْم فِ ْي َشLLَا ِ ْن تَنLَر ِم ْن ُك ۚ ْم فL ِ Lوْ َل َواُولِى ااْل َ ْمLَّس
َ َِوال َّرسُوْ ِل اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذل
ك خَ ْي ٌر َّواَحْ َسنُ تَْأ ِو ْي ًل
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlain pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Hal ini sebagaimana Dalam setiap masa ke khalifahannya umat islam semakin
menunjukkan eksistensinya. Salah satu dari ke empat khalifah itu adalah Utsman
Bin Affan. Khalifah Utsman bin Affan telah memberikan kontribusi yang besar
terhadap perkembangan Agama Islam dan perluasaan Agama Islam. Perkembangan
agama Islam pada masa Khalifah Utsman salah satu bentuk kemajuan peradaban
Islam, dalam kebijakan perkembangannya langkah yang diambil oleh Khalifah
Utsman adalah untuk menuju peradaban Agama Islam yang lebih maju.
Proses pengangkatan Utsman Bin Affan sebagai khalifah melalui tahap yang
cukup panjang. Utsman dipilih atas kesepakatan dewan syura yang dibentuk oleh
Umar. Hal ini dikarenakan tidak ada yang lebih diunggulkan antara sahabat yang
lain. Pada awalnya Umar akan melakukan hal yang sama dengan apa yang
dilakukan oleh Abu Bakar yakni dengan menunjuk salah satu sahabat untuk
menjadi penggantinya, namun sahabat tersebut terlebih dahulu wafat sebelum
menjadi khalifah. Seperti yang dituturkan oleh Amr bin Maimun bahwa ketika umat
terjangkit wabah penyakit, Umar ditanya: “Ya amirul mukminin, adakah kau telah
memilih penggantimu? lantas siapakah itu?” Umar menjawab: “Kalau saja Abu
Ubaidah masih hidup, maka aku akan menunjuknya sebagai khalifah. Ketika Allah
mempertanyakannya, maka aku mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya
dia (Abu Ubaidah) adalah orang yang paling terpercaya di antara umatku”. Jika
masih ada Salim budak dari Abu Hudzaifah, maka aku akan memilihnya. Apabila
tuhan menanyakan hal ini, maka aku telah mendengar Rasulullah
bersabda:”Sesungguhnya Salim adalah orang yang paling cinta kepada Allah”.
Ketika seorang pria menanyakan terhadap Umar mengapa ia tidak menunjuk
anaknya sendiri yakni Abdullah bin Umar menjadi penggantinya sebagai khalifah,
maka Umar pun marah dan mencukupkan dirinya saja dari kalangan keluarganya
yang sebagai khalifah.
Namun jika Umar tidak segera menentukan sikap siapa penggantinya, maka
kekhawatiran akan muncul kembali konflik yang pernah terjadi pada proses
pengangkatan Abu Bakar. Maka para sahabat mendesak Umar agar segera
menentukan penggantinya. Umar pun tidak bisa mengelak desakan tersebut. Hanya
saja Umar tidak menunjuk secara langsung penggantinya, akan tetapi Umar
membuat tim formatur atau dikenal dengan dewan syuro. Mereka adalah terdiri dari
enam sahabat, yakni: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin ‘Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin ‘Auf
dan Abdullah bin Umar. Namun Umar menggarisbawahi bahwa Abdullah tidak
boleh dipilih.
Setelah menunjuk mereka, Umar memaparkan aturan main pemilihan tersebut:
bila lima atau empat orang bersepakat memilih satu orang dan satu atau dua orang
tersebut membangkang, maka bunuhlah mereka yang membangkang. Jika suara
berimbang 3 berbanding 3, maka keputusan diserahkan kepada Abdullah bin Umar,
tapi kalau tidak disepakati, maka yang menjadi khalifah adalah pilihan yang dipilih
oleh Abdurrahman. Tapi jika masih juga tidak disetujui, maka penggal saja mereka
yang membangkang. Umar bin Khattab mengambil tindakan ini sebagaimana yang
telah dilakukan oleh para pendahulunya yakni Abu Bakar dan Rasulullah. Namun
dengan cara yang berbeda.
Dari keenam tokoh tersebut semuanya adalah kaum Muhajirin dan tidak ada
satupun dari kaum Anshor. Hal ini didasarkan bahwa keenam sahabat tersebut
adalah sahabat terbaik dari sahabat yang lainnya. Keputusan ini diterima secara
lapang dada oleh kaum Anshor dan kaum Arab yang lainnya. Kepercayaan mereka
terhadap Umar membuat mereka tetap patuh dan taat atas apapun keputusan yang
Umar lakukan, sampai menjelang wafat dan pergantian khalifah selanjutnya.
Maka Abdurrahman bin ‘Auf berkata kepada hadirin: “Jika kalian bersedia maka
akan saya pilihkan untuk kalian dari golongan kalian, maka aku pasrahkan
kepadanya” Pada saat itu, Thalhah sedang tidak ada di Madinah, maka
Abdurrahman menyarankan untuk salah satunya mundur dari pencalonan, agar
jumlah menjadi ganjil. Namun mereka tetap bersikukuh dan tidak mau mengalah.
Perdebatan ini dipicu oleh ambisi ingin menguasai kekuatan Islam. Karena
sepeninggalan Umar, Islam telah mencapai kegemilangannya dengan wilayah yang
sangat luas dan kekayaan Islam yang sangat melimpah ruah. Selain dari pada itu,
persoalan fanatisme kesukuan muncul kembali. Persaingan antara kabilah Bani
Hasyim dan Bani Umayah yang masing-masing menginginkan kekhalifahan dari
kelompoknya.32 Maka Abdurrahman sendiri yang mengalah dan mengundurkan
diri, kemudian diikuti oleh Zubair dan Sa’ad. Sehingga hanya tersisa Ali dan
Utsman saja. Selanjutnya, Abdurrahman yang dipercaya oleh Umar untuk
memimpin syura tersebut berkeliling ke beberapa sahabat Nabi dan masyarakat
Madinah.
Abdurrahman menanyakan kepada Utsman tentang siapa yang pantas untuk
dijadikan khalifah, kemudia ia menjawab Ali. Pertanyaan yang sama juga diajukan
kepada Ali, Zubair dan Sa’ad secara terpisah, kemudian mereka menjawab Utsman.
Maka suara Utsman lebih unggul daripada Ali. Setelah itu, Abdurrahman
mengumpulkan umat Islam untuk membai’at Utsman.
Masjid Nabawi adalah masjid yang pertama kali didirikan oleh Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat pertama kali tiba di Madinah
dari perjalanan hijrahnya. Pada mulanya Masjid Nabawi berukuran kecil dan
masih sangat sederhana. Dengan semakin banyaknya jumlah umat Islam yang
menggunakan Masjid Nabawi, maka Umar bin Khattab mulai memperluas masjid
ini. Masjid Nabawi telah mulai dibangun sejak masa Khalifah Umar bin Khattab
yang kemudian dilanjutkan renovasinya dan diperluas oleh Utsman bin Affan.
Selain diperluas, masjid Nabawi juga dibangun dengan bentuk dan coraknya yang
lebih indah.
Perluasan ke Khurasan di bawah pimpinan Sa’ad bin Ash dan Huzaifah bin
Yaman.
Afrika Utara (Tunisia) Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sa’ad bin Abi Sarah.
1. Nepotisme
30 juta 500 ribu dirham, serta 100 ribu dinar. Semuanya dijarah dan hilang
tak tersisa dalam pemberontakan yang mengakhiri hidupnya. Ia juga
meninggalkan seribu ekor unta di Rabzah, dan sejumlah pemberian sedekah
sekitar 200 ribu dinar untuk Beradis, Khaibar, dan Wadil Qura. Menurut
Maududi: “Namun Usman bin Affan ketika mengganti kedudukan Umar, mulai
menyimpan dari kebijasanaan ini. Sedikit demi sedikit ia mulai menunjuk sanak
kerabatnya untuk menduduki jabatan-jabatan penting dan memberikan kepada
mereka keistimewaan lain yang menimbulkan protes-protes dan kritikan-kritikan
rakyat secara umum.”
dari Madinah. Yang lain berkata bahwa Abu Dzar sendiri yang meminta
kepada khalifah agar mengizinkannya keluar menuju Rabdazah, di mana ia
menghabiskan sisa hari-hari di situ. Walaupun berbeda pendapat dengan khalifah
namun Abu Dzar tetap sangat menghormati khalifah tanpa ada niat mau
melakukan pemberontakan segala keputusan khalifah beliau taati. Sahabat lain
yang melakukan kritik terhadap kebijakan beliau adalah Ammar bin Yasir. Ia
adalah seorang sahabat besar, kedua orang tuanya mati syahid di kayu siksaan, di
mana Quraisy ingin memadamkan cahaya Allah swt dan Ammar ikut merasakan
siksaan yang mengerikan itu. Bersama kedua orang tuanya pula Ammar diberitahu
Rasul saw, tentang kabar gembira yang cemerlang ketika mereka sedang
mengalami siksaan yaitu. “bersabarlah keluarga Yasir, karena tempat kalian kelak
adalah surga.”
2. Pemberontakan
Sebab-sebab terjadinya pemberontakan yang berakhir dengan
terbunuhnya Khalifah Usman dapat dilihat dari beberapa segi. Pertama,
bahwa di tengah-tengah masyarakat terdapat sejumlah kelompok yang
memeluk Islam tidak dengan sepenuh kesadaran tetapi melainkan untuk
kepentingan tertentu seperti Abudullah ibn Saba’, orang Yaman yang
semula pemeluk agama Yahudi. Mereka ini menyebarkan hasutan terhadap
Usman. Keberhasilan propaganda jahat Abdullah ibn Saba’ membuat
jumlah kekuatan pemberontak bertambah banyak.
Kedua, persaingan dan permusuhan antara keluarga Hasyim dan
keluarga Umayyah turut memperlemah kekuatan Usman. Sebelum Nabi
Muhammad lahir telah berlangsung persaingan kedua keturunan yang
masih bersaudari ini. Pada masa pemerintahan Usman benih kebencian ini
tumbuh kembali.
Ketiga, lemahnya karakter kepemimpinan Usman turut pula
menyokongnya, khususnya dalam menghadapi gejolak pemberontakan.
Bahwa Usman adalah pribadi yang yang sederhana dan sikap lemah
lembut sangat tidak sesuai dalam urusan politik dan pemerinthan, lebih-
lebih lagi dalam kondisi yang kritis. Pada kondisi yang demikian
dibutuhkan sikap yang tegas untuk menegakkan stabilitas pemerintahan.
Sikap seperti ini tidak dimiliki oleh Usman. Pada beberapa kasus ia terlalu
mudah untuk memaafkan orang lain sekalipun musuhnya sendiri yang
membahayakan. Sikap lemah-lembut ini mendorong pihak-pihak yang
bermaksud jahat melancarkan maksudnya. Dengan sikapnya karakter
Usman yang seperti itulah akhirnya pada tanggal 17 Juni 656 M Usman
dibunuh dengan cara ditikam oleh gerombolan pemberontak yang tiba-tiba
datang mengepung rumah khalifah Usman pada saat ketika beliau sedang
membaca Alquran. Pembunuhan yang bermotif politik atas diri Khalifah
Usman membawa dampak yang panjang terhadap sejarah Islam
sesudahnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Proses pengangkatan Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin
Abdi Syams bin Abdi Syams bin Manaf r.a. melalui tahap yang cukup
panjang. Utsman dipilih atas kesepakatan dewan syura yang dibentuk oleh
Umar. Hal ini dikarenakan tidak ada yang lebih diunggulkan antara
sahabat yang lain. Pada awalnya Umar akan melakukan hal yang sama
dengan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar yakni dengan menunjuk salah
satu sahabat untuk menjadi penggantinya, namun sahabat tersebut terlebih
dahulu wafat sebelum menjadi khalifah
2. Pada masa khalifaah utsman bin affan beliau memiliki beberapa prestasi
yang cukup gemilang diataranya Modifikasi Mushaf Al-Qur’an, Renovasi
Masjid Nabawi, Pembentukan Angkatan Laut, Perluasan Wilayah Islam
3. Usman adalah pribadi yang yang sederhana dan sikap lemah lembut
sangat tidak sesuai dalam urusan politik dan pemerinthan, lebih-lebih lagi
dalam kondisi yang kritis. Pada kondisi yang demikian dibutuhkan sikap
yang tegas untuk menegakkan stabilitas pemerintahan. Sikap seperti ini
tidak dimiliki oleh Usman. Dengan sikapnya karakter Usman yang seperti
itulah akhirnya pada tanggal 17 Juni 656 M Usman dibunuh dengan cara
ditikam oleh gerombolan pemberontak yang tiba-tiba datang mengepung
rumah khalifah Usman pada saat ketika beliau sedang membaca Alquran.
Pembunuhan yang bermotif politik atas diri Khalifah Usman membawa
dampak yang panjang terhadap sejarah Islam sesudahnya.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, K. A Study of Islamic History, Terj. Gupron A. Mas‟adi, Sejarah Islam, Cet. II; Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1997.
Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Abdullah, Taufik , dan Abdurrahman Sorjomihardjo. Ilmu Sejarah dan Historiografi,
Jakarta: Gramedia, 1985.
Ali, Ameer, A Short History Of the Saracen, New Deli: Kitab Bafan, 1981.
Anwar, Hamdan, Masa Khulafa ar-Rasyidin, dalam Taufik Abdullah dkk, Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam, Jilid II; Jakarta: PT. Ikhtiar Baru.
Khaldun I. 2001. Muqadimah Ibnu Khaldun. Pustaka Al-Kautsar, Jakarta. Lewis B. 1984.
The jews of Islam. Princeton University Press, New Jersey USA. Mawardi. 1996. Hukum
tata negara dan kepemimpinan dalam takaran Islam. Cetakan kesatu. Al-Maktab,
al-Islami
Sugiyanto. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Jember: Universitas Jember.
Sulaiman, R. 2014. Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.