Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH DAKWAH PADA MASA KHALIFAH

UTSMAN BIN AFFAN

Disusun Oleh :
Azyu Mardi Zuhri Azra 2021G1C008

Program Studi S1 Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam


Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Mataram
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam, adalah agama yang suci, yang bersumber langsung dari sang
pencipta Allah Subhanahuwata’la. Agama Islam diturunkan secara langsung
dan diwahyukan kepada nabi besar Muhammad Shallalahu’alihiwasallam
melalui perantara malaikat Jibril. Perkembangan Agama Islam pada masa
Nabi Muhammad Shallalahu’alihiwasallam dijalankan dengan bentuk
pemerintahan yang berpedoman pada prinsip dan norma-norma ajaran
Agama. Sebelum Agama Islam datang wilayah semenanjung Makkah dan
Madinah, situasi dan kondisi sepanjang wilayah itu sangat tidak mencermin
kan kehidupan umat manusia yang terpuji. Situasi dan kondisi masyarakat
diwilayah jazirah Arab ini diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai
Tuhan.
Setelah Rasulullah wafat umat islam di pimpin oleh empat khalifah.
Dalam setiap masa ke khalifahannya umat islam semakin menunjukkan
eksistensinya. Salah satu dari ke empat khalifah itu adalah Utsman Bin Affan.
Khalifah Utsman bin Affan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap
perkembangan Agama Islam dan perluasaan Agama Islam. Perkembangan
agama Islam pada masa Khalifah Utsman salah satu bentuk kemajuan
peradaban Islam, dalam kebijakan perkembangannya langkah yang diambil
oleh Khalifah Utsman adalah untuk menuju peradaban Agama Islam yang
lebih maju.
Dimasa jahilliyah, beliau disebut sebagai nama panggilan Abu Amr.
Setelah masa Islam, ia lebih sering dipanggil Abu Abdullah yang diambil dari
nama putranya dari Ruqqayyah bint Rasulullah. Julukan yang paling sering
dan yang terkenal adalah Dzunnurain (pemilik dua cahaya). Julukan itu
diberikan oleh Nabi Muhammad Shallalahu’alihiwasallam. Julukan itu
didapatkanya karena telah menikahi dua putri Rasulullah, yaitu Ruqqayyah
r.a dan Ummu Kultsum Rhadiallahu’anha.
Sebelum agama Islam datang dan sesudahnya juga, beliau terhitung
saudagar besar dan kaya, dan beliau juga memiliki sifat yang pemalu dan
sangat pemurah menafkahkan kekayaannya untuk kepentingan dijalan Islam.
Pada saat Rasulullah mengerahkan pasukan tentara Jaisyul Usrah pada saat
perang tabuk, bahwa Utsman telah mendermakan 950 ekor unta, 59 ekor kuda
dan seribu dinar untuk keperluan laskar. Pada peristiwa sebelumnya Utsman
juga banyak sekali dalam mendermakan hartanya untuk kemengan Islam.
Selain dikenal sebagai Khalifah yang dermawan, Utsman bin Affan juga
dikenal sebagai orang yang paling pandai. Setelah Utsman bin Affan masuk
Agama Islam, beliau telah memberikan perubahan yang besar bagi Agama
Islam. Kontribusi Utsman Bin Affan layak untuk dijadikan sebagai sebuah
topik pembahasan agar kita semakin mengenal sosok khalifah dermawan
yang berdakwah untuk kemajuan islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana birografi dan proses pemilihan Utsman Bin Affan sebagai
khalifah ?
2. Bagaimana peristiwa-peristiwa bersejarah pada masa khalifah utsman
bin affan yang menjadi pelajaran sampai saat ini ?
3. Bagaimana akhir kehidupan dan masa ke khalifahan Utsman Bin
Affan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui birografi dan proses pemilihan Utsman Bin Affan sebagai
khalifah
2. Mengetahui peristiwa-peristiwa bersejarah pada masa khalifah utsman
bin affan yang menjadi pelajaran sampai saat ini
4. Mengetahui akhir kehidupan dan masa ke khalifahan Utsman Bin
Affan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Birografi dan Proses Pemilihan Utsman Bin Affan Sebagai khalifah
Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi
Syams bin Manaf r.a. nasabnya bertemu Nabi pada kakek yang keempat, yaitu
Abdu Manaf. Dari sisi ibu, nasab keduanya bertemu pada Urwa bin Kariz. Ibunda
Urwa adalah Baydha bin Abdul Muththalib, bibi Rasulullah. Dimasa jahilliyah,
beliau disebut sebagai nama panggilan Abu Amr. Setelah masa Islam, ia lebih
sering dipanggil Abu Abdullah yang diambil dari nama putranya dari Ruqqayyah
bint Rasulullah. Julukan yang paling sering dan yang terkenal adalah Dzunnurain
(pemilik dua cahaya). Julukan itu diberikan oleh Nabi Muhammad
Shallalahu’alihiwasallam. Julukan itu didapatkanya karena telah menikahi dua
putri Rasulullah, yaitu Ruqqayyah r.a dan Ummu Kultsum r.a.

Utsman bin Affan lahir enam tahun setelah tahun Gajah, tepatnya pada 47
S.H. usianya enam tahun lebih muda dari pada Rasulullah
Shallalahu’alihiwasallam. Beliau lahir di Taif daerah yang paling subur dikawasan
Hijaz. Kehidupan Utsman bin Affan, tumbuh dan berkembang selayaknya anak-
anak ddiwilayah jazirah Arab yang didalam lingkunganya masih diliputi dan
dipenuhi oleh kebodohan dan kesesatan.

Sebelum agama Islam datang dan sesudahnya juga, beliau terhitung


saudagar besar dan kaya, dan beliau juga memiliki sifat yang pemalu dan sangat
pemurah menafkahkan kekayaannya untuk kepentingan dijalan Islam. Pada saat
Rasulullah mengerahkan pasukan tentara Jaisyul Usrah pada saat perang tabuk,
bahwa Utsman telah mendermakan 950 ekor unta, 59 ekor kuda dan seribu dinar
untuk keperluan laskar. Pada peristiwa sebelumnya Utsman juga banyak sekali
dalam mendermakan hartanya untuk kemengan Islam.

Beliau adalah sahabat Nabi yang paling dermawan, suatu ketika


Rasullullah pernah bersabda kepada Utsman, tiap-tiap Nabi mempunyai teman,
temanku di syurga, beliau adalah Utsman. Oleh karena itu pertalian sahabat antara
Rasulullah dan Utsman semakin akrab, maka rasul-pun telah mengkawinkanya
dengan kedua putrinya, Ruqaiyah dan Ummu Kultsum. Setelah sepeninggal
Ruqaiyah diwaktu perang Badr, Utsman dikawinkan dengan putri yg kedua
Ummu Kultsum.

Khalifah Utsman sebelum masuk Islam pada masa awal Islam, sebelum
Nabi Muhammad memasuki Darul Arqam. Khalifah Abu Bakar telah
mengajaknya masuk Islam saat usianya masih 30 tahun. Saat setelah mengajak
masuk Islam, Khalifah Abu Bakar berkata, ‘’Wahai Utsman, demi Allah
sesungguhnya engkau adalah seorang laki-laki teguh yang sangat jelas bagimu
mana yang hak dan mana yang bathil. Sifat-sifat kebathilan-kebathilan itu, sudah
dilihatnya oleh Khalifah Utsman sejak masih kecil. Sebagian besar penduduknya
telah menyembah berhala.

Setelah Rasulullah wafat umat islam di pimpin oleh empat khalifah. Pemilihan
khalifah ini tidaklah semena-mena tanpa dalil Al-Quran dan perintah langsung dari
Rasulullah. Salah satu ayat yang mengatur tentang kepemimpinan adalah QS.
Annisa: 59:
‫هّٰللا‬ ُ ‫وا الر‬LL‫وا هّٰللا َ َواَ ِط ْي ُع‬LL‫وا اَ ِط ْي ُع‬Lْٓ Lُ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن‬
ِ ‫ ُر ُّدوْ هُ اِلَى‬Lَ‫ ْي ٍء ف‬L‫ازَ ْعتُ ْم فِ ْي َش‬LLَ‫ا ِ ْن تَن‬Lَ‫ر ِم ْن ُك ۚ ْم ف‬L ِ L‫وْ َل َواُولِى ااْل َ ْم‬L‫َّس‬
َ ِ‫َوال َّرسُوْ ِل اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذل‬
‫ك خَ ْي ٌر َّواَحْ َسنُ تَْأ ِو ْي ًل‬
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlain pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Hal ini sebagaimana Dalam setiap masa ke khalifahannya umat islam semakin
menunjukkan eksistensinya. Salah satu dari ke empat khalifah itu adalah Utsman
Bin Affan. Khalifah Utsman bin Affan telah memberikan kontribusi yang besar
terhadap perkembangan Agama Islam dan perluasaan Agama Islam. Perkembangan
agama Islam pada masa Khalifah Utsman salah satu bentuk kemajuan peradaban
Islam, dalam kebijakan perkembangannya langkah yang diambil oleh Khalifah
Utsman adalah untuk menuju peradaban Agama Islam yang lebih maju.
Proses pengangkatan Utsman Bin Affan sebagai khalifah melalui tahap yang
cukup panjang. Utsman dipilih atas kesepakatan dewan syura yang dibentuk oleh
Umar. Hal ini dikarenakan tidak ada yang lebih diunggulkan antara sahabat yang
lain. Pada awalnya Umar akan melakukan hal yang sama dengan apa yang
dilakukan oleh Abu Bakar yakni dengan menunjuk salah satu sahabat untuk
menjadi penggantinya, namun sahabat tersebut terlebih dahulu wafat sebelum
menjadi khalifah. Seperti yang dituturkan oleh Amr bin Maimun bahwa ketika umat
terjangkit wabah penyakit, Umar ditanya: “Ya amirul mukminin, adakah kau telah
memilih penggantimu? lantas siapakah itu?” Umar menjawab: “Kalau saja Abu
Ubaidah masih hidup, maka aku akan menunjuknya sebagai khalifah. Ketika Allah
mempertanyakannya, maka aku mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya
dia (Abu Ubaidah) adalah orang yang paling terpercaya di antara umatku”. Jika
masih ada Salim budak dari Abu Hudzaifah, maka aku akan memilihnya. Apabila
tuhan menanyakan hal ini, maka aku telah mendengar Rasulullah
bersabda:”Sesungguhnya Salim adalah orang yang paling cinta kepada Allah”.
Ketika seorang pria menanyakan terhadap Umar mengapa ia tidak menunjuk
anaknya sendiri yakni Abdullah bin Umar menjadi penggantinya sebagai khalifah,
maka Umar pun marah dan mencukupkan dirinya saja dari kalangan keluarganya
yang sebagai khalifah.
Namun jika Umar tidak segera menentukan sikap siapa penggantinya, maka
kekhawatiran akan muncul kembali konflik yang pernah terjadi pada proses
pengangkatan Abu Bakar. Maka para sahabat mendesak Umar agar segera
menentukan penggantinya. Umar pun tidak bisa mengelak desakan tersebut. Hanya
saja Umar tidak menunjuk secara langsung penggantinya, akan tetapi Umar
membuat tim formatur atau dikenal dengan dewan syuro. Mereka adalah terdiri dari
enam sahabat, yakni: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin ‘Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin ‘Auf
dan Abdullah bin Umar. Namun Umar menggarisbawahi bahwa Abdullah tidak
boleh dipilih.
Setelah menunjuk mereka, Umar memaparkan aturan main pemilihan tersebut:
bila lima atau empat orang bersepakat memilih satu orang dan satu atau dua orang
tersebut membangkang, maka bunuhlah mereka yang membangkang. Jika suara
berimbang 3 berbanding 3, maka keputusan diserahkan kepada Abdullah bin Umar,
tapi kalau tidak disepakati, maka yang menjadi khalifah adalah pilihan yang dipilih
oleh Abdurrahman. Tapi jika masih juga tidak disetujui, maka penggal saja mereka
yang membangkang. Umar bin Khattab mengambil tindakan ini sebagaimana yang
telah dilakukan oleh para pendahulunya yakni Abu Bakar dan Rasulullah. Namun
dengan cara yang berbeda.
Dari keenam tokoh tersebut semuanya adalah kaum Muhajirin dan tidak ada
satupun dari kaum Anshor. Hal ini didasarkan bahwa keenam sahabat tersebut
adalah sahabat terbaik dari sahabat yang lainnya. Keputusan ini diterima secara
lapang dada oleh kaum Anshor dan kaum Arab yang lainnya. Kepercayaan mereka
terhadap Umar membuat mereka tetap patuh dan taat atas apapun keputusan yang
Umar lakukan, sampai menjelang wafat dan pergantian khalifah selanjutnya.
Maka Abdurrahman bin ‘Auf berkata kepada hadirin: “Jika kalian bersedia maka
akan saya pilihkan untuk kalian dari golongan kalian, maka aku pasrahkan
kepadanya” Pada saat itu, Thalhah sedang tidak ada di Madinah, maka
Abdurrahman menyarankan untuk salah satunya mundur dari pencalonan, agar
jumlah menjadi ganjil. Namun mereka tetap bersikukuh dan tidak mau mengalah.
Perdebatan ini dipicu oleh ambisi ingin menguasai kekuatan Islam. Karena
sepeninggalan Umar, Islam telah mencapai kegemilangannya dengan wilayah yang
sangat luas dan kekayaan Islam yang sangat melimpah ruah. Selain dari pada itu,
persoalan fanatisme kesukuan muncul kembali. Persaingan antara kabilah Bani
Hasyim dan Bani Umayah yang masing-masing menginginkan kekhalifahan dari
kelompoknya.32 Maka Abdurrahman sendiri yang mengalah dan mengundurkan
diri, kemudian diikuti oleh Zubair dan Sa’ad. Sehingga hanya tersisa Ali dan
Utsman saja. Selanjutnya, Abdurrahman yang dipercaya oleh Umar untuk
memimpin syura tersebut berkeliling ke beberapa sahabat Nabi dan masyarakat
Madinah.
Abdurrahman menanyakan kepada Utsman tentang siapa yang pantas untuk
dijadikan khalifah, kemudia ia menjawab Ali. Pertanyaan yang sama juga diajukan
kepada Ali, Zubair dan Sa’ad secara terpisah, kemudian mereka menjawab Utsman.
Maka suara Utsman lebih unggul daripada Ali. Setelah itu, Abdurrahman
mengumpulkan umat Islam untuk membai’at Utsman.

B. Peristiwa-peristiwa Bersejarah Pada Masa Khalifah Utsman Bin Affan


yang Menjadi Pelajaran Sampai Saat Ini
1. Modifikasi Mushaf Al-Qur’an
Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, wilayah Islam sudah
sangat luas. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perbedaan
pembelajaran Al-Quran di beberapa pelosok wilayah. Perbedaan itu meliputi
susunan surahnya atau lafal (dialeknya).

Salah seorang sahabat bernama Huzaifah bin Yama melihat perselisihan


antara tentara Islam ketika menaklukkan Armenia dan Azarbaijan. Masing-masing
pihak menganggap cara membaca Al-Quran yang dilakukan adalah paling baik.

Perselisihan tersebut kemudian dilaporkan oleh Huzaifah bin Yaman


kepada Usman bin Affan, selanjutnya beliau membentuk sebuah panitia
penyusunan Al-Qur’an. Panitia ini di ketuai oleh Zaid bin Tsabit, anggotanya
Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Haris. Tugas yang dilaksanakan
adalah menyalin ulang ayat-ayat Al-Quran dalam sebuah buku yang disebut
mushaf.

Salinan kumpulan Al-Quran itu disebut mushaf oleh panitia Mushaf


diperbanyak sejumlah empat buah. Salah satunya tetap berada di Madinah,
sedangkan tiga lainya dikirim ke Suriah, Basrah, dan Kuffah. Semua naskah Al-
Quran yang dikirim ke daerah-daerah itu dijadikan pedoman dalam penyalinan
berikutnya di daerah masing-masing. Naskah yang ditinggal di Madinah disebut
Mushaf Al-Imam atau Mushaf Usmani.

2. Renovasi Masjid Nabawi

Masjid Nabawi adalah masjid yang pertama kali didirikan oleh Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat pertama kali tiba di Madinah
dari perjalanan hijrahnya. Pada mulanya Masjid Nabawi berukuran kecil dan
masih sangat sederhana. Dengan semakin banyaknya jumlah umat Islam yang
menggunakan Masjid Nabawi, maka Umar bin Khattab mulai memperluas masjid
ini. Masjid Nabawi telah mulai dibangun sejak masa Khalifah Umar bin Khattab
yang kemudian dilanjutkan renovasinya dan diperluas oleh Utsman bin Affan.
Selain diperluas, masjid Nabawi juga dibangun dengan bentuk dan coraknya yang
lebih indah.

3. Pembentukan Angkatan Laut


Pada masa kekhalifahan Usman bin Affan, wilayah Islam sudah mencapai
Afrika, Siprus, hingga konstantinopel. Muawiyah saat itu menjabat gubernur
Suriah mengusulkan dibentuknya angkatan laut. Usul itu disambut dengan baik
oleh Usman bin Affan. Kemudian dibentuklah angkatan laut dalam rangka
menjaga keutuhan wilayah islam.

4. Perluasan Wilayah Islam

Serangkain penaklukan bangsa Arab dimotivasi oleh semangat keagamaan


untuk menjadikan dunia memeluk dan mengakui Islam. Pada masa pemerintahan
Usman bin Affan wilayah Islam semakin meluas. Wilayah perluasan di masa
Khalifah Utsman bin Affan diantaranya:

 Perluasan ke Khurasan di bawah pimpinan Sa’ad bin Ash dan Huzaifah bin
Yaman.

 Perluasan ke Armenia yang dipimpin Salam Rabiah Al Bahly.

 Afrika Utara (Tunisia) Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sa’ad bin Abi Sarah.

 Penaklukan Ray dan Azerbeijan yang dipimpin Walid bin Uqbah.

C. Konflik dan Akhir Kehidupan Khalifahan Utsman Bin Affan

1. Nepotisme

Salah satu kebijakan Usman pada masa pemerintahannya, yaitu


membebaskan para sahabat ke manapun mereka suka. Tindakan ini wajar
sesuai dengan watak Usman yang lemah lembut, tak sampai hati, pemurah,
dan toleran. Usman mungkin juga sedang memikat hati mereka karena
kebijakan-kebijakannya tak jarang bertentangan yang para sahabat dipikirkan.
Ia mungkin sudah merasa bahwa ia telah mengambil berbagai kebijakan yang
tidak mesti diterima oleh para sahabat. Karena itu, adalah penting baginya
untuk mengangkat harkat dan martabat mereka. Dengan begitu mereka
diharapan untuk tidak melakukan revolusi atau sekedar marah.
Usman juga telah memberikan kepada orang dekatnya dari Bani Umayyah
wewenang untuk mengelolah beberapa kawasan tertentu, sesuatu yang tidak
diperkirakan para sahabat sebelumnya. Saat itulah para sahabat mulai terpikat
untuk berbondong-bondong keluar ke berbagai kawasan baru Islam. Kontan,
mereka terperangah manyaksikan bahwa dunia sangat menyambut kedatangan
mereka dan mereka pun bersiap untuk menyambut indahnya dunia.
Renungkanlah jumlah kekayaan lima orang pemuka sahabat yang mempunyai
nama besar dalam sejarah Islam. Mereka semua adalah sosok-sosok yang
diberi kabar gembira akan memperoleh surga oleh Rasulullah, yaitu enam
orang yang diwasiatkan Umar untuk dipilih menjadi penggantinya. Salah
satunya adalah khalifah terpilih, yaitu Usman bin Affan. Ada juga az-Zubair
bin Awwam Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, dan Abdur
Rahman bin Auf, sebagaimana dikisahkan kitab Al-Tabaqat karangan Ibnu
Sa’ad. Disitu dikatakan bahwa tatkala Usman terbunuh, di dalam
berangkasnya terdapat

30 juta 500 ribu dirham, serta 100 ribu dinar. Semuanya dijarah dan hilang
tak tersisa dalam pemberontakan yang mengakhiri hidupnya. Ia juga
meninggalkan seribu ekor unta di Rabzah, dan sejumlah pemberian sedekah
sekitar 200 ribu dinar untuk Beradis, Khaibar, dan Wadil Qura. Menurut
Maududi: “Namun Usman bin Affan ketika mengganti kedudukan Umar, mulai
menyimpan dari kebijasanaan ini. Sedikit demi sedikit ia mulai menunjuk sanak
kerabatnya untuk menduduki jabatan-jabatan penting dan memberikan kepada
mereka keistimewaan lain yang menimbulkan protes-protes dan kritikan-kritikan
rakyat secara umum.”

Ketika Usman meninggalkan prinsip keadilan para sahabat yang saleh


menyampaikan protes dengan berbagai cara. Ketika Sa’ad bin Waqqash, sahabat
yang termasuk ashbiqun al-Awwalun diganti dengan Walid ibn Uqbah, Abdullah
bin Mas’ud keberatan ia tahu Walid sama sekali tidak layak jadi Gubernur, Ibn
Mas’ud mengundurkan diri sebagai bendahara ia menyerahkan kunci Baitulmal
kepada Walid: “siapa yang mengubah, Allah akan mengubah apa yang ada pada
dirinya. Siapa yang mengganti, Allah akan murka kepadanya. Aku melihat
sahabatmu (Usman) telah mengubah dan mengganti, mengapa ia memakzulkan
orang yang seperti Sa’ad bin Waqqash dan mengangkat Walid?”

Ditengah kemewahan yang berlimpah seorang sahabat Rasulullah saw


tidak suka melihat itu semua, Abu Dzar al Ghifari adalah orang yang selalu
memberi peringatan beliau melihat itu semua sebagai bentuk kelalaian khalifah
Usman bin Affan maka ia memberi peringatan kepada khalifah namun akibat dari
itu Abu Dzar al-Ghifari di kirim ke Syam. Beliau tidak ragu-ragu untuk berangkat
ke Syam ketika mendengar berita tentang kemewahan yang luar biasa, pendirian
istana-istana, gedung-gedung, rumah-rumah, dan kebun-kebun yang dimiliki serta
dinikmati oleh para amir di bawah pimpinan Mu’awiyah dan beberapa sahabat
lain yang menurut pendapat Abu Dzar tidak diciptakan untuk kesenangan dan
kenikmatan dunia yang fana. Di Syam ia mengibarkan panji oposisi yang hampir
merobohkan kedudukan Mu’awiyah. Muawiyah berusaha memenangkan
kemarahannya. Sebenarnya, meskipun ia merasakan adanya bahaya dalam
kritikan Abu Dzar al-Ghifari terhadapnya, namun sikapnya terhadap Abu Dzar
tetap mengagungkan dan menghomatinya. Ia cukup menulis kepada khalifah
sepucuk surat yang berbunyi, “Abu Dzar telah merusak orang-orang di Syam,”
maka datang balasan khalifah dengan segera kepadanya, “kirimkanlah dia
kepadaku.” Abu Dzar kembali ke Madinah dan berlangsung percakapan antara dia
dan khalifah di mana masing-masing tidak bisa menerima pandangan yang
berbeda. Di sini ada dua riwayat sejarah. Yang satu berkata bahwa khalifah
memutuskan untuk mengasingkannya ke Rabdzah, sebuah tempat yang jauh.

dari Madinah. Yang lain berkata bahwa Abu Dzar sendiri yang meminta
kepada khalifah agar mengizinkannya keluar menuju Rabdazah, di mana ia
menghabiskan sisa hari-hari di situ. Walaupun berbeda pendapat dengan khalifah
namun Abu Dzar tetap sangat menghormati khalifah tanpa ada niat mau
melakukan pemberontakan segala keputusan khalifah beliau taati. Sahabat lain
yang melakukan kritik terhadap kebijakan beliau adalah Ammar bin Yasir. Ia
adalah seorang sahabat besar, kedua orang tuanya mati syahid di kayu siksaan, di
mana Quraisy ingin memadamkan cahaya Allah swt dan Ammar ikut merasakan
siksaan yang mengerikan itu. Bersama kedua orang tuanya pula Ammar diberitahu
Rasul saw, tentang kabar gembira yang cemerlang ketika mereka sedang
mengalami siksaan yaitu. “bersabarlah keluarga Yasir, karena tempat kalian kelak
adalah surga.”

Ammar telah berselisih dengan khalifah mengenai beberapa masalah.


Barangkali ia menangani perselisihan itu dengan cara yang mengejutkan khalifah,
terutama di akhir pemerintahan Usman, di mana sebagian gubernur-gubernur Bani
Umayyah telah berlebihan dalam kekerasan terhadap para penentang mereka,
tanpa membedakan antara sahabat besar yang menyatakan kebenaran dengan
orang yang tendensius dan pura-pura.

Mungkin perselisihan antara khalifah dan Ammar diputuskan dengan hak-


hak persahabatan yang mahal, yang menggabungkan keduanya dari hari-hari
kesulitan dan kemenangan. Bahkan tetap begitu kenyataannya kendati makin hari
makin meningkat dengan bergejolaknya jiwa-jiwa yang semakin dipanasi oleh
peristiwa-peristiwa dan persekongkolan-persekongkolan. Telah kita lihat khalifah
tidak melupakan Ammar ketika ia memilih di antara sahabat-sahabat utama untuk
membentuk panitia pencari fakta. Bahwa ia memilih Ammar, kendati oposisi
terhadap khalifah dan mengizinkannnya ke Mesir.

Tatkala utusan-utusan khalifah datang kecuali Ammar yang tinggal lama


di Mesir, dan kebetulan pada waktu itu di sana ada Abdullah bin Saba, maka para
pengadu domba mendapat kesempatan untuk menimbulkan kemarahan khalifah
terhadap Ammar dengan menganggap bahwa ia bertemu dengan Abdullah bin
Saba dan mengikuti omongannya. Namun perselisihan yang banyak dicampuri
kebencian di luar kebiasaanya di mana khalifah mengandalkan tindakan keras
adalah perselisihan yang terjadi antara khalifah dan Abdullah bin Mas’ud,
sedangkan Abdullah bin Mas’ud adalah seorang sahabat yang cemerlang
pengorbanannya, keberaniaan, serta persahabatannya dengan Rasulullah saw.
Perselisihan antara khalifah dan Ibnu Mas’ud menghebat sehingga khalifah
menghentikan tunjangannya dari Baitul Maal.

2. Pemberontakan
Sebab-sebab terjadinya pemberontakan yang berakhir dengan
terbunuhnya Khalifah Usman dapat dilihat dari beberapa segi. Pertama,
bahwa di tengah-tengah masyarakat terdapat sejumlah kelompok yang
memeluk Islam tidak dengan sepenuh kesadaran tetapi melainkan untuk
kepentingan tertentu seperti Abudullah ibn Saba’, orang Yaman yang
semula pemeluk agama Yahudi. Mereka ini menyebarkan hasutan terhadap
Usman. Keberhasilan propaganda jahat Abdullah ibn Saba’ membuat
jumlah kekuatan pemberontak bertambah banyak.
Kedua, persaingan dan permusuhan antara keluarga Hasyim dan
keluarga Umayyah turut memperlemah kekuatan Usman. Sebelum Nabi
Muhammad lahir telah berlangsung persaingan kedua keturunan yang
masih bersaudari ini. Pada masa pemerintahan Usman benih kebencian ini
tumbuh kembali.
Ketiga, lemahnya karakter kepemimpinan Usman turut pula
menyokongnya, khususnya dalam menghadapi gejolak pemberontakan.
Bahwa Usman adalah pribadi yang yang sederhana dan sikap lemah
lembut sangat tidak sesuai dalam urusan politik dan pemerinthan, lebih-
lebih lagi dalam kondisi yang kritis. Pada kondisi yang demikian
dibutuhkan sikap yang tegas untuk menegakkan stabilitas pemerintahan.
Sikap seperti ini tidak dimiliki oleh Usman. Pada beberapa kasus ia terlalu
mudah untuk memaafkan orang lain sekalipun musuhnya sendiri yang
membahayakan. Sikap lemah-lembut ini mendorong pihak-pihak yang
bermaksud jahat melancarkan maksudnya. Dengan sikapnya karakter
Usman yang seperti itulah akhirnya pada tanggal 17 Juni 656 M Usman
dibunuh dengan cara ditikam oleh gerombolan pemberontak yang tiba-tiba
datang mengepung rumah khalifah Usman pada saat ketika beliau sedang
membaca Alquran. Pembunuhan yang bermotif politik atas diri Khalifah
Usman membawa dampak yang panjang terhadap sejarah Islam
sesudahnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Proses pengangkatan Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin
Abdi Syams bin Abdi Syams bin Manaf r.a. melalui tahap yang cukup
panjang. Utsman dipilih atas kesepakatan dewan syura yang dibentuk oleh
Umar. Hal ini dikarenakan tidak ada yang lebih diunggulkan antara
sahabat yang lain. Pada awalnya Umar akan melakukan hal yang sama
dengan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar yakni dengan menunjuk salah
satu sahabat untuk menjadi penggantinya, namun sahabat tersebut terlebih
dahulu wafat sebelum menjadi khalifah

2. Pada masa khalifaah utsman bin affan beliau memiliki beberapa prestasi
yang cukup gemilang diataranya Modifikasi Mushaf Al-Qur’an, Renovasi
Masjid Nabawi, Pembentukan Angkatan Laut, Perluasan Wilayah Islam

3. Usman adalah pribadi yang yang sederhana dan sikap lemah lembut
sangat tidak sesuai dalam urusan politik dan pemerinthan, lebih-lebih lagi
dalam kondisi yang kritis. Pada kondisi yang demikian dibutuhkan sikap
yang tegas untuk menegakkan stabilitas pemerintahan. Sikap seperti ini
tidak dimiliki oleh Usman. Dengan sikapnya karakter Usman yang seperti
itulah akhirnya pada tanggal 17 Juni 656 M Usman dibunuh dengan cara
ditikam oleh gerombolan pemberontak yang tiba-tiba datang mengepung
rumah khalifah Usman pada saat ketika beliau sedang membaca Alquran.
Pembunuhan yang bermotif politik atas diri Khalifah Usman membawa
dampak yang panjang terhadap sejarah Islam sesudahnya.

4.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, K. A Study of Islamic History, Terj. Gupron A. Mas‟adi, Sejarah Islam, Cet. II; Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1997.
Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Abdullah, Taufik , dan Abdurrahman Sorjomihardjo. Ilmu Sejarah dan Historiografi,
Jakarta: Gramedia, 1985.
Ali, Ameer, A Short History Of the Saracen, New Deli: Kitab Bafan, 1981.
Anwar, Hamdan, Masa Khulafa ar-Rasyidin, dalam Taufik Abdullah dkk, Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam, Jilid II; Jakarta: PT. Ikhtiar Baru.
Khaldun I. 2001. Muqadimah Ibnu Khaldun. Pustaka Al-Kautsar, Jakarta. Lewis B. 1984.
The jews of Islam. Princeton University Press, New Jersey USA. Mawardi. 1996. Hukum
tata negara dan kepemimpinan dalam takaran Islam. Cetakan kesatu. Al-Maktab,
al-Islami
Sugiyanto. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Jember: Universitas Jember.
Sulaiman, R. 2014. Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai