MAKALAH
“KESEHATAN BAYI”
OLEH :
KELOMPOK 4
INDONESIA MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kesehatan, kesempatan serta
kelancaran dalam penyelesaian makalah ini sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan makalah ini dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
Tidak lupa penulis ucapkan banyak Terima kasih kepada Ibu Dr. Sumiaty,
SKM.,M.Kes yang telah memberikan tugas pembuatan makalah ini sehingga
penulis bisa mempelajari serta mendapatkan ilmu tentang Kesehatan Bayi.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan
yang terdapat pada makalah ini, baik itu dalam penyusunan atau penggunaan kata,
kalimat maupun paragrafnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
serta saran yang membangun agar dapat diperbaiki pada makalah-makalah
selanjutnya. Penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
C. TUJUAN.......................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
A. KESEHATAN BAYI.....................................................................................4
B. DEFINISI KEMATIAN BAYI.....................................................................6
C. DETERMINAN KEMATIAN BAYI DAN PRINSIP PENURUNAN
AKB/AKBa..........................................................................................................8
D. KAITAN BUDAYA DAN GENDER DENGAN KESEHATAN BAYI....18
BAB III..................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................21
A. KESIMPULAN...........................................................................................21
B. SARAN.......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan untuk bayi baru lahir merupakan salah satu program
kesehatan anak yang bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup dan
tumbuh kembang anak secara optimal. Pemerintah dalam mewujudkan
program kesehatan anak memiliki beberapa indikator agar mempermudah
dalam monitoring dan evaluasi. Indikator status kesehatan anak meliputi
prevalensi berat badan lahir rendah (BBLR), panjang badan lahir pendek,
gangguan kesehatan (sakit) pada bayi umur neonatus, cacat lahir atau
kecacatan pada anak balita.
Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat, atau
dokter untuk menilai status kesehatan bayi dan untuk mengenal/ menemukan
kelainan yang perlu mendapat tindakan segera. Waktu pemeriksaan fisik pada
bayi dapat dilakukan sesudah sesaat bayi baru lahir, saat kondisi atau suhu
tubuh bayi sudah stabil, dan setelah dilakukan pembersihan jalan
napas/resusitasi, pembersihan badan bayi, perawatan tali pusat, 24 jam setelah
bayi lahir, dan akan pulang dari rumah sakit.
perubahan fisiologis pada bayi baru lahir yang dapat diketahui dari ciri-ciri
umum bayi baru lahir normal. Untuk mengetahui ciri-ciri tersebut kita
melakukan suatu pemeriksaan fisik terhadap bayi baru lahir.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah pemeriksaan awal yang dilakukan
pada bayi setelah berada di dunia luar dengan tujuan untuk mengetahui apakah
bayi dalam keadaan normal dan adanya penyimpangan/kelainan pada fisik,
serta ada atau tidaknya refleks primitif. Pemeriksaan fisik dilakukan setelah
kondisi stabil, biasanya 6 jam setelah lahir. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang adekuat, sehingga tidak akan
menimbulkan resiko yang dapat membahayakan bayi. Pada pemeriksaan ini
yang paling penting adalah cara menjaga agar bayi tidak mengalami
hipotermia dan trauma dari tindakan yang kita lakukan. Selalu lengkapi semua
tindakan dengan inform consent terlebih dahulu kepada ibu/ orang tua bayi,
apabila bayi telah dirawat gabung bersama ibunya. Pemahaman dasar,
mengenai cara melakukan pengkajian pada bayi baru lahir adalah dengan
menggunakan pemeriksaan terhadap bayi dan menilai penampilan serta
perilaku bayi, dengan demikian, kita tidak dapat menentukan keadaan bayi
jika tida dilakukan pemeriksaan untuk merencanakan asuhan yang akan
diberikan kepada bayi. Oleh karena bayi belum dapat berkomunikasi seperti
orang dewasa, kita menilai dari penampilan dan perilakunya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi Kematian Bayi ?
2. Determinan kematian bayi dan prinsip – Prinsip Penurunan
AKB/AKBa?
3. Kaitan budaya dan gender dengan kesehatan bayi ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui Definisi Kematian Bayi
BAB II
PEMBAHASAN
A. KESEHATAN BAYI
Kesehatan bayi bergantung pada beberapa factor, yang mencakup
kesehatan ibu dan perilaku kesehatannya sebelum kehamilan, tingkat
keikutsertaannya dalam layanan pranatal, mutu persalinannya, dan lingkungan
bayi setelah lahir. Lingkungan bayi mencakup bukan saja rumah dan
lingkungan keluarga, tetapi juga ketersediaan layanan medis yang esensial,
misalnya, pemeriksaan fisik pascanatal oleh seorang ahli neonatologi (dokter
ahli perawatan bayi baru lahir sampaiusia dua bulan), kunjungan teratur ke
dokter, dan imunisasi yang tepat. Kesehatan bayi juga bergantung pada gizi
yang benar dan bentuk pengasuhan di lingkungan rumah. Kekurangan hal
tersebut dapat menyebabkan kesakitan, masalah perkembangan, dan bahkan
kematian anak.
Sebelum konsepsi
• Skrining wanita untuk menemukan risiko kesehatan dan kondisi kronis
yang sudah ada, misalnya, diabetes,, hipertensi, dan penyakit menular
seksual.
• Konseling wanita mengenai kontrasepsi dan penyediaan akses menuju
layanan keluarga berencana yang efektif (untuk mencegah kehamilan
yang takdiinginkan dan aborsi yang tidak perlu).
• Konseling wanita mengenai manfaat gizi yang baik; menganjurkan
wanita terutama untuk mengonsumsi cukup suplemen asam folat
(untuk mencegah cacat saluran saraf) dan zat besi.
sebagai jumlah kematian anak usia kurang dari 1 tahun per 1.000 kelahiran
hidup. Di akhir abad kedua puluh, angka kematian bayi diperkirakan mencapai
7,0 kematian per 1.000 kelahiran hidup, yang secara bermakna lebih rendah
dari angka tahun 1940—47,0(lihat gambar 7.3). Penurunan selama paruh
terakhir abad itu disebabkan oleh perbaikan dalam status sosioekonomi,
perumahan, gizi, cakupan imunisasi, dan ketersediaan air bersih, susu
terpasteurisasi, dan antibiotic. Penurunan angka kematian bayi akhir-akhir ini
lebih disebabkan oleh peningkatan dalam ketersediaan layanan pranatal dan
pascanatal serta teknologi modern untuk membantu perawatan persalinan yang
mengalami komplikasi.
Sepuluh penyebab utama kematian bayi pada tahun 1998 tercantum dalam
gambar 7.16. Empat penyebab mengakibatkan lebih dari separuh kasus
kematian bayi—anomali kongenital (cacat lahir), gangguan yang berkaitan
dengan gestasi singkat dan berat badan lahir rendah yang tidak jelas, Sudden
Infant Death Syndrome (SIDS), dan bayi baru lahir yang terkena dampak
komplikasi kehamilan. Kematian bayi, atau mortalitas bayi, dapat dibagi lagi
ke dalam kematian neonatal dan kematian pascaneonatal (lihat gambar 7.15).
kematian neonatal adalah kematian yang terjadi selama 28 hari pertama
setelah kelahiran. Saat ini, dua pertiga kasus kematian bayi terjadi selama
periode tersebut. Kematian ini paling lazim disebabkan oleh kejadian pranatal
dan kejadian tepat setelah lahir. Layanan pranatal yang memadai, dilengkapi
dengan pengkajian dan manajemen risiko, serta kemajuan dalam teknologi
perawatan intensif bayi baru lahir dapat memselama tahun 1980-an, dan
meningkat kembali sepanjang tahun 1990-an (lihat gambar 7.14). wanita kulit
hitam, suku Amerika asli, Latin, berpendidikan rendah, wanita usia remaja,
dan wanita yang kemungkinan besar miskin dan tidak memiliki asuransi
kesehatan kemungkinannya kecil untuk menerima layanan prenatal secara dini
dan komprehensif. Factor penting lain yang terbukti dapat memengaruhi
layanan prenatal secara dini adalah diinginkan atau tidaknya kehamilan itu
oleh ibu. Ibu yang hamil tetapi tidak menginginkan bayinya, kecil
kemungkinannya untuk berpartisipasi dalam program layanan prenatal.
Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah yang
terjadi pada bayi baru lahir (perinatal) yaitu sebesar 56,7% kasus. Kasus
kematian tersebut dikelompokan berdasarkan proporsi penyebab kematian
kelompok umur 0–6 hari (perinatal dini) dan 7– 28 hari (perinatal lanjut).
Masalah perinatal dini meliputi gangguan pernafasan (asfiksia) 35% kasus,
prematuritas 32,4% kasus, sepsis 12% kasus, hipotermi 6,3% kasus, kelainan
perdarahan dan kuning 5,6% kasus, postmatur 2,8% kasus dan malformasi
konginetal 1,4% kasus. Masalah yang terjadi pada perinatal usia 7–28 hari
meliputi sepsis 20% kasus, malformasi kongenital 1,8% kasus, pneumonia
15,4% kasus, sindrom gawat pernafasan 12,8%, prematuritas 12,8% kasus,
kuning 2,6%, kasus cidera lahir 2,6% kasus, tetanus 2,6%, defisiensi nutrisi
2,6% kasus, dan sindrom kematian mendadak (sudden infant death) sebanyak
2,6% kasus.
Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara umur ibu,
paritas, penolong persalinan, berat bayi lahir dan kondisi usaha napas bayi
dengan status kematian neonatal.
Kematian maternal dan neonatal pada wanita hamil dan melahirkan pada
usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian yang
terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian meningkat kembali sesudah usia 30-
35 tahun.
10
Kematian perinatal lebih tinggi pada kelompok bayi dengan riwayat usia
ibu berusia 35 tahun mempunyai risiko mengalami kejadian bayi lahir mati
sebesar 2,8 kali dibandingkan ibu yang berusia 20-35 tahun dikarenakan
dengan adanya perkembangan ilmu dan teknologi serta pesatnya arus
informasi yang diterima oleh masyarakat menyebabkan sebagian besar
masyarakat menunda perkawinan serta kehamilan berdasarkan atas
pertimbangan usia, sedang mengenyam pendidikan, terikat kontrak pekerjaan
dan lain-lain namun berdasarkan hasil penelitian dapat dikaji bahwa pada
kelompok kasus dengan usia normal memiliki angka yang lebih tinggi karena
pada usia ibu normal memiliki risiko yang sama untuk mengalami penyulit
baik pada ibu maupun bayi yang dikandungnya, pada prinsipnya setiap
kehamilan dan persalinan harus diduga sebagai kehamilan dan persalinan yang
berisiko. Sedangkan terdapat beberapa kasus berasal dari riwayat usia berisiko
kemungkinan dikarenakan arus informasi yang ada belum menyentuh
masyarakat secara keseluruhan, mengkaji kasus dari sudut pandang kesehatan
reproduksi bahwasanya pola pergaulan yang terjadi dimasyarakat cenderung
lebih bebas sehingga tidak sedikit remaja yang mengalarni kehamilan pada
usia dini.
11
Pada usia yang berisiko (35 tahun) ibu memiliki kesadaran yang kurang
terhadap kesehatannya. Usia muda yang termasuk kedalam remaja cenderung
memiliki pengetahuan yang kurang berkaitan dengan kesehatanya. Informasi
yang mereka dapatkanpun tidak akurat, kadang hanya mendapatkan inforniasi
dari teman sebaya yang sudah memiliki pengalaman yang sama tanpa
melakukan konsultasi kepada petugas kesehatan, sehingga tindakan yang
mereka lakukan relatif tidak tepat. Usia tua berkaitan dengan kesibukan dan
ketidakacuhan ibu terhadap kesehatan bayinya, terkadang dikarenakan telah
memiliki pengalaman yang sama sebelumnya. 1 Hubungan antara paritas
dengan kematian perinatal disebabkan karena pada ibu primigravida belum
pernah memiliki pengalaman kehamilan dan persalinan sebelumnya yang akan
berdampak pada pola perilaku ibu dalam menghadapi masalah yang bekaitan
dengan kehamilan dan persalinan, selain itu ibu primigravida sering
mengalami tekanan spiskologis yang berhubungan dengan perkembangan bayi
yang dikandungnya. Pada multigravida berkaitan dengan fungsi organ
reproduksi yang sudah mengalami kemunduran yang akan berakibat terhadap
timbulnya masalah-masalah yang menyertai kehamilan dan persalinannya,
biasanya perhatian ibu multigravida terhadap kondisi kehamilannya juga
berkurang. Ibu dengan multigravida cenderung sedikit kurang memperhatikan
kehamilannya karena dianggap pernah mengalami kehamilan, persalinan dan
nifas yang normal serta tidak memiliki komplikasi terhadap bayi yang
dilahirkannya.
12
Berat bayi yang dilahirkan dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu baik
sebelum hamil maupun saat hamil. Status gizi ibu sebelum hamil juga cukup
berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil. Status gizi ibu sebelum hamil
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian kematian perinatal.
Ibu dengan status gizi kurang (kurus) sebelum hamil mempunyai resiko 4,27
kali untuk melahirkan bayi kematian perinatal dibandingkan dengan ibu yang
mempunyai status gizi baik (normal).
13
14
teratur sehingga pertumbuhan, perkembangan dan kondisi janin dan ibu dapat
dikontrol sedini mungkin.
15
16
17
Selain itu, dari segi kognitif (cara kerja otak), bayi mulai memahami kata
pertama pada usia 5 bulan dan mulai dapat mengucapkan kata pertamanya
pada usia 13 bulan. Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa
bayi yang ketika memasuki bulan tersebut belum mulai dapat berjalan dan
berbicara. Penyebabnya karena adanya gangguan sensorimotor serta
kurangnya stimulasi yang memancing bayi untuk berbicara. Hal ini dapat
terjadi pada bayi laki-laki maupun perempuan. Dengan demikian, mitos jika
bayi laki-laki lebih lambat berjalan dan berbicara dibanding bayi perempuan
(Santrock,2011).
18
Mitos ini tentu saja tidak benar. Itu sebabnya setelah lahir orang tua
membedong bayinya. Sesungguhnya air dingin dapat membuat pembakaran
dan metabolisme tubuh bayi meningkat. Sehingga makanan di dalam tubuh
bisa habis untuk mengatur suhu tubuh. Bayi bisa kehabisan tenaga dan
akhirnya menjadi mudah sakit. Bayi harus mandi dengan air hangat. Jangan
berlama-lama memandikan bayi dan usahakan bayi langsung dalam keadaan
hangat setelah mandi (Limbong,2017).
Selama ini, ada anggapan baha bayi berjalan jinjit menunjukkan kelainan
pada proses tumbuh kembang balita. Namun, faktanya tak selalu demikian.
Menurut penjelasan dokter, berjalan jinjit adalah hal ajar dalam proses
perkembangan anak, terutama bila masih belajar berjalan. Alasannya, di usia
0-3 tahun, tendon achilles (otot besar di belakang pergelangan kaki yang
menghubungkan otot betis ke tulang tumit) belum cukup relaks, sehingga
secara alami, mayoritas anak akan berjalan secara berjinjit. Hal perlu
diperhatikan adalah bila anak tetap berjalan berjinjit meski usianya sudah
empat tahun atau lebih. Kondisi ini bisa jadi indikasi bahwa ia mengalami
kekakuan otot. Kemungkinan lain, pertanda anak mengalami autisme atau
cerebral palsy . sebaiknya ibu segera konsultasi ke dokter jika anak mengalami
hal ini.
19
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada minggu pertama
kehidupan bayi (WHO, 2015). Oleh karena itu, kematian neonatal dini
adalah bayi yang dilahirkan dalam keadaan hidup namun kemudian
meninggal dalam 7 hari pertama kehidupannya (yaitu pada minggu
pertama setelah kelahirannya). Kematian bayi adalah jumlah bayi lahir
hidup yang meninggal pada rentang waktu antara 7 hingga 28 hari (yaitu
dalam minggu kedua hingga keempat dari kehidupannya). Setiap bayi
yang lahir hidup mempunyai kondisi masa kehamilan, proses kelahiran
dan lingkungan yang mungkin juga berbeda serta akses pelayanan
terhadap fasilitas kesehatan yang mungkin juga berbeda.
B. SARAN
Demikian tugas pembuatan makalah ini, meskipun jauh dari kata
kesempurnaan harapan kami dengan adanya makalah ini kita dapat
mengetahui tentang mencari ridho Allah yang luar biasa tersebut. Dan
semoga dengan adanya pembuatan makalah ini kita dapat mengambil
manfaatnya khususnya bagi para pembaca sekalian.
21
DAFTAR PUSTAKA
22