Fahmimf Laporan Perkerasan Jalan
Fahmimf Laporan Perkerasan Jalan
KELOMPOK 6
AYI MUHSININ
2003020059
Tanggal Praktikum : 16 Juni 2022
Asistensi Praktikum :
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :
AYI MUHSININ
2003020059
Menandatangani, Mengetahui,
Dosen Pembimbing Praktikum Kepala Laboratorium Teknik Sipil
Perkerasan Jalan Universitas Perjuangan
Menyetujui,
Asisten Dosen Praktikum Perkerasan
Jalan
Thoriq Mustaqim
NIM 1803020060
KATA PENGANTA
Assalamu’alaiakum Wr.Wb
Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
berkat dan limpahan rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan “Laporan Praktikum Perkerasan Jalan Raya” ini tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW.
Yang telah menebar rahmat dan telah menegakkan diinul Islam yang tegak hingga
akhirul zaman, amiin.
Laporan ini disusun dalam upaya memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Praktikum Perkerasan Jalan pada Program Studi Teknik Sipil Universitas
Perjuangan Tasikmalaya.
Berkat bimbingan serta arahan dari berbagai pihak, maka penulis
mengucapkan banyak terimakasih khususnya kepada :
1. Bapak H. Agi R. Hendardi, M.T. selaku ketua prodi Teknik Sipil
Universitas Perjuangan Tasikmalaya
2. Ibu Anri Noor Annisa Ramadan, M.T., selaku kepala laboratorium Teknik
Sipil Universitas Perjuangan Tasikmalaya.
3. Bapak Ade Rizky Nurmayadi, M.T., selaku dosen pembimbing praktikum
Perkerasan Jalan.
4. Thoriq Mustaqim, selaku asisten dosen praktikum Perkerasan Jalan.
Dan juga kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Laporan
ini yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu.
Semoga seluruh kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadikan
amal kebaikan serta mendapat balasan dari Allah SWT. Laporan ini telah disusun
sebaik-baiknya. Namun, apabila ada kekurangan, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis,
i
AYI MUHSININ
NIM. 2003020059
DAFTAR ISI
KATA PENGANTA................................................................................................i
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
2.2.1 Aspal..................................................................................................4
2.2.2 Agregat...............................................................................................6
ii
3.1.1 Tujuan Pemeriksaan Keausan Agregat dengan Mesin Los Ageles..12
BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................34
iii
4.1.1. Pengolahan Data Percobaan Keausan Agregat ...............................34
4.2. Analisa....................................................................................................38
BAB 5 PENUTUP................................................................................................46
5.1. Kesimpulan............................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................48
LAMPIRAN ..................................................................................................49
iv
DAFTAR TABEL
Tabel.2.1 Syarat Pemeriksaan Aspal Keras.
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 mesin loss Angeles
vi
Gambar 3.24 Air Suling
Gambar 3.28 Proses memasukan benda uji dan bola baja ke mesin
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang tentunya sudah
menjadi salah satu faktor kebutuhan paling utama untuk menunjang segala
aktivitas manusia sehari hari, dengan dibangunnya infrastruktur jalan kita bisa
bepergian dengan berbagai tujuan tempat ataupun keperluan dan lain-lain secara
efisien.
Kondisi jalan yang baik akan memudahkan mobilitas penduduk dalam
mengadakan hubungan perekonomian dan kegiatan sosial lainnya. Sedangkan jika
terjadi kerusakan jalan akan berakibat bukan hanya terhalangnya kegiatan
ekonomi dan sosial namun dapat terjadi kecelakaan. Jalan merupakan salah satu
aset yang dimiliki oleh suatu daerah dalam menunjang perekonomian sehingga
jalan mempunyai peran yang sangat penting dan strategis.
Berdasarkan uraian diatas tentunya kondisi jalan yang prima sangat
dibutuhkan untuk menunjang aspek keamanan, kenyamanan, dan keselamatan
pengguna jalan, untuk membuat jalan dalam kondisi baik atau prima tentunya
diperlukan perancangan atau perencanaan konstruksi jalan yang baik. Akan tetapi
berbagai macam faktor yang mempengaruhi kondisi kerusakan jalan menjadi
permasalahan dasar yang perlu kita pertimbangkan selaku calon engineer teknik
sipil, diantaranya adalah kondisi cuaca dan lingkungan, serta perkembangan beban
lalu lintas yang terjadi baik dari jenis kendaraan maupun volume lalu lintas
(Achmadi et al., 2020). Analisis perancangan atau perencanaan perkerasan jalan
adalah salah satu metode penelitian terhadap karakteristik komponen struktur
jalan yang dapat dilakukan dalam upaya perencanaan suatu perkerasan jalan yang
baik.
Ditjen Bina Marga (Mulyono, 2007) mendefinisikan perkerasan jalan
berdasarkan tipe konstruksi yang membentuk wujud fisik jalan, secara beruturan
dari atas ke bawah adalah lapisan permukaan, lapisan pondasi, lapisan pondasi
bawah dan lapisan tanah dasar. Perkerasan jalan terdiri dari 4 komponen utama
1
yaitu agregat kasar, halus, bahan pengisi dan aspal. Instrumen utama yang dipakai
untuk pembuatan jalan raya adalah aspal yang memiliki karakteristik fleksibilitas,
stabilitas, durabilitas, dan tahan air. Dan untuk agregat yang digunakan adalah
batu koral dengan spesifikasi tertentu yang merupakan hasil dari mesin batu ecah.
Sedangkan agrgat halusnya memakai pasir kali yang berkualitas baik, serta unutk
bahan pengisinya menggunakan semen (Achmadi et al., 2020).
Berdasarkan kondisi diatas, sangatlah penting bagi mahasiswa teknik sipil
untuk bisa menganalisis perkerasan jalan, supaya ketika sudah terjun kedunia
kerja atau masyarakat diharapkan bisa merencanakan suatu perkerasan jalan
dengan baik yaitu dengan mempertimbangkan berbagai variabel diantaranya
kondisi lapangan yang akan dijadikan tempat pembangunan konstruksi jalan, dan
tentunya meneliti karekteristik komponen perkerasan jalan yang akan digunakan
sehingga sesuai dengan kondisi wilayah yang akan dibangun, yaitu dengan
pelaksanaan Praktikum Perkerasan jalan.
Praktikum perkerasan jalan raya yang dilaksanakan pada Laboratorium
Teknik Sipil Universitas Perjuangan Tasikmalaya digunakan untuk melakukan Uji
Penetrasi Bitumen, Uji Berat Jenis Bitumen ,Uji Daktilitas Bahan-bahan Bitumen,
Uji titik Lembek Aspal, dan Pemeriksaan Keausan Agregat. Kesemuanya itu
diperlukan untuk mengetahui kualitas hotmix dari formula yang ditentukan.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksankannya praktikum Perkerasan Jalan ini diantaranya:
1. Menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid)
dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, dengan beban waktu
tertentu ke dalam bitumen pada suhu tertentu.
2. Menentukan berat jenis bitumen dengan piknometer.
3. Menentukan titik lembek aspal yang berkisar antara 30˚C sampai 200˚C.
4. Mengetahui jarak terpanjang yang dapat ditarik antara cetakan yang berisi
bitumen keras sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.
5. Menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan
menggunakan Los Angeles.
1.3. Ruang Lingkup Praktikum
2
Berdasarkan uraian tujuan praktikum diatas , maka fokus penelitian pada
praktikum ini adalah untuk melakukan serangkaian uji terhadap beberapa
komponen utama perkerasan jalan yaitu, aspal dan agregat (agregat kasar).
Adapun pengujian yang dilakukan adalah Uji Penetrasi Bitumen untuk
Menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan
memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, dengan beban waktu tertentu ke
dalam bitumen pada suhu tertentu., Uji Berat Jenis Bitumen untuk menentukan
berat jenis bitumen dengan piknometer.,Uji Daktilitas Bahan-bahan Bitumen
Mengetahui jarak terpanjang yang dapat ditarik antara cetakan yang berisi
bitumen keras sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tarik tertentu., Uji titik
Lembek Aspal untuk Menentukan titik lembek aspal yang berkisar antara 30˚C
sampai 200˚C., dan Pemeriksaan Keausan Agregat Menentukan ketahanan agregat
kasar terhadap keausan dengan menggunakan Los Angeles.
1.4. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum perkerasan jalan ini, diantaranya:
1. Mahasiswa dapat mengetahui mengenai campuran yang dipakai untuk jalan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui parameter-parameter material pembentukan
aspal.
3. Mahasiswa dapat mengetahui perencanaan dan percobaan pembuatan
campuran aspal.
4. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pengujian aspal.
1.5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Praktikum Perkerasan Jalan dilaksankan pada tanggal 13 Juni
2022, pukul 9:30 WIB. Pelaksanaan praktikum di Laboratorium Teknik Sipil
Universitas Perjuangan Tasikmalaya.
3
BAB 2
DASAR TEORI
2.1. Definisi Umum
Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang
sudah didapatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas
dan menyebarkannya ke tanah dasar agar beban yang diterima tanah dasar tidak
melebihi daya dukung tanah yang diijinkan. Sehingga dalam perencanaan struktur
perkerasan jalan ini harus dilakukan dengan baik berdasarkan standart dan kriteria
perencanaan yang berlaku.
Menurut (Mubarak, 2016) berdasarkan bahan pengikatnya konstruksi jalan
dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) adalah lapis perkerasan
yang menggunakan aspal sebagai bahan ikat antar material.
b. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) adalah lapis perkerasan yang
menggunakan semen sebagai bahan ikat antar materialnya.
c. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement) adalah lapis
perkerasan yang berupa kombinasi antara perkerasan lentur dengan
perkerasan kaku.
Adapun penelitian pada praktikum yaitu pengujian pada jenis konstruksi
perkerasan lentur dengan variabel yang diteliti adalah pada komponen aspal dan
agregat. Pengujian yang dilakukan adalah melakukan Uji Penetrasi Bitumen, Uji
Berat Jenis Bitumen ,Uji Daktilitas Bahan-bahan Bitumen, Uji titik Lembek
Aspal, dan Pemeriksaan Keausan Agregat.
Menurut (Mulyono, 2007) Perkerasan lentur adalah perkerasan yang
menggunakan bahan campuran agregat dan aspal dalam keadaan panas (hotmix)
atau dingin (coldmix) sebagai lapisan permukaan (surface course) serta bahan
berbutir (granular material) sebagai lapisan dibawahnya, yang dibangun diatas
tanah dasar (subgrade).
2.2. Material enyusun erkerasan jalan
2.2.1 Aspal
4
Menurut (Sukirman, 2006) Bitumen adalah zat perekat material (viscous
cementitious material), berwarna hitam atau gelap, berbentuk padat atau semi
padat, yang dapat berupa aspal, tar, atau pitch . aspal dapat diperoleh dialam
ataupun merupakan residu dari pengilangan minyak bumi, tar adalah hasil
kondesat dalam destilasi destruktif dari batu bara, minyak bumi, kayu, atau
material organik lainnya, sedangkan pitch diperoleh sebagai residu dari destilasi
fraksional tar. Tar dan pitch tidak diperoleh di alam, namun merupakan produk
kimiawi. Dari ketiga jenis bitumen tersebut di atas, hanya aspal yang umum
digunakan untuk sebagai bahan pembentuk perkerasan jalan, sehingga seringkali
bitumen disebut sebagi aspal. Aspal bersifat termoplastis yaitu mencair jika
dipanaskan dan kembali membeku jika temperatur turun. Sifat ini digunakan
dalam proses konstruksi perkerasan jalan. Banyaknya aspal dalam campuran
perkerasan berkisar antara 4- 10% berdasarkan berat campuran, atau 10-15%
berdasarkan volume campuran.
Silvia Sukirman (2006, p. 1) juga mengemukakan bahwa jenis aspal
berdasarkan diperolehnya, dibedakan atas aspal alam dan aspal minyak. Aspal
alam nyaitu aspal yang ditemui di alam dan dapat digunakan sebagaimana
diperolehnya atau dengan sedikit pengolahan, sedangkan aspal minyak adalah
aspal yang merupakan residu pengilangan minyak bumi.
5
Tabel.2.1 Syarat Pemeriksaan Aspal Keras.
Pen 40/50 Pen 40/51 Pen 40/52
Jenis Pemeriksaan Satuan
Min Max Min Max Min Max
Penetrasi 25˚C, 100 gr, 5 detik 40 59 60 79 80 99 0,1 mm
˚
Ttitik Lembek 5 C (Ring and Ball ) 51 63 48 58 46 54 Derajat Celcius
Titik nyala (Cleveland Open Cup ) 232 - 232 - 232 - Derajat Celcius
Kehilangan Berat (Thick Film Oven Test ) - 0,4 - 0,4 - 0,4 % Berat
Kelarutan dalam CCl4 99 - 99 - 99 - % Berat
Daktilitas 100 - 100 - 100 - cm
Penetrasi setelah kehilangan berat 75 - 75 - 75 - % semula
Berat jenis 25˚C 1 - 1 - 1 - gr/cc
Sumber: Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No. 01/MN/BN/1976, Ditjen Bina Marga, 1983
2.2.2 Agregat
Silvia Sukirman., (2006, p. 23) mendefinisikan secara umum agregat
sebagai formasi kulit bumi yang keras dan padat. Agregat merupakan komponen
utama dari struktur perkerasan jalan, yaitu 90-95% agregat berdasarkan persentase
berat, atau 75-85% agregat berdasarkan persentase volume. Agregat dapat
dibedakan berdasarkan kelompok terjadinya, pengolahannya, dan ukuran butirnya.
Berdasarkan proses terjadinya agregat dapat dibedakan atas batuan beku
(igneous rock), batuan sedimen (sedimentary rock) dan batuan metamorfik
(metamorphic rock).
Berdasarkan pengolahannya agregat dapat dibedakan atas agregat siap
pakai, dan agregat yang perlu diolah terlebih dahulu sebelum dipakai. Sedangkan
6
untuk agregat berdasarkan ukuran butirnya dapat dibedakan atas agregat kasar,
agregat halus, dan bahan pengisi (filler). ASTM dan Depkimpraswil dalam
spesifikasi teknis campuran panas, 2010, membedakan agregat menjadi :
a Agregat kasar, adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari saringan
1
No. 4 (= 4,75 mm) dan lebih kecil dari ayakan 1 inci.
2
b Agregat halus, adalah agregat dengan ukuran butir lebih halus dari saringan
No. 4 (= 4,75 mm) dan maksimum yang lolos ayakan No. 200 (= 0,075 mm)
adalah 10%.
c Bahan pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang lolos saringan
No. 200 (= 0,075 mm) minimum 75%.
7
Sumber : (Sukirman, 2006)
a Apabila nilai keausan yang diperoleh > 40% maka agregat yang diuji tidak
baik digunakan dalam bahan perkerasan jalan.
b Apabila nilai keausan agregat yang diperoleh < 40% maka agregat yang
diuji baik digunakan dalam bahan perkerasan jalan.
Untuk perhitungan keausan yang dicari adalah persentasi keausan dari
agragat yang diuji, perhitungan menggunakan rumus persentasi:
a−b
keausan= × 100 %
a
Dimana : a = Berat benda uji semula (gram)
b = berat benda uji tertahan saringan no.12 (gram)
8
perbandingan antara berat bitumen atau ter dan berat air suling dengan isi yang
sama pada suhu tertentu. Pengukuran dilakukan secara bertahap yaitu dimulai
dengan menimbang berat piknometer kosong, kemudian menimbang berat
piknometer berisi air suling (piknometer dalam kondisi penuh), kemudian
menimbang piknometer yang berisi asapal dengan temperatur tertentu (tanpa air),
dan yang terakhir adalah dengan menimbang piknometer yang diisi dengan aspal
dan air suling .. kemudian data hasil timbangan diolah hingga mendapat berat
jenis bitumen tersebut.
a Penetration grade bitumen denga berat jenis antara 1,010 sampai dengan
1,040.
b Bitumen yang telah teroksidasi dengan berat jenis berkisar antara 1,015-
1,035.
c Hard grades bitumen dengan berat jenis berkisar antara 1,015-1,035.
d Hard grades bitumen dnegan berat jenis berkisar antara 1,045-1,065.
e Cut back grades bitumen dengan berat jenis berkisar antara 0,992-1,007.
Standar pengujian untuk berat jenis bitumen keras dan ter menurut SNI 06-
2441-1991 adlah 1 gram/ml. Rumus yang digunakan dalam pengujian adalah:
(C− A)
B.J=
( B− A )−( D−C)
Dimana: A = Berat piknometer (dengan penutup) (gram)
B = Berat piknometer berisi air (gram)
C = Berat piknometer berisi aspal (gram)
D = Berat piknometer berisi aspal dan air (gram)
9
dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya dengan pengurangan suhu.
Meskitun demikian, perilaku dari materisl bahanbitumen berbeda-beda tergantung
dari komposisi unsur-unsur penyusunnya.
10
menurut (Achmadi et al., 2020) mengacu pada (SNI 2432:2011, ASTM D
5-86, SNI-06-2432-1991) daktilitas sifat pemuluran aspal yang di ukur pada saat
putus nilai keelastisitasan aspal, yang diukur dari jarak terpanjang, apabila antara
dua cetakan berisi bitumen keras yang ditarik sebelum putus pada suhu 25˚C dan
dengan kecepatan 50 mm/menit.
11
BAB 3
RUANG LINGKUP PRAKTIKUM
12
Pada kegiatan praktikum jenis aspal yang digunakan adalah aspal
lembek,yang kemudian diteliti sesuai dengan standar SNI 06-2456-1911.
13
terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder bilah baja melintang
penuh setinggi 8,9 cm [3,56”].
14
Gambar 3.3 Timbangan
d. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm [1,84”] dan berat masing-
masing antara 390 gram sampai 445 gram.
15
3.2.2 Peralatan Pemeriksaan Berat Jenis Bitumen
a. Piknometer
16
Gambar 3.7 Wadah Air Suling
3.2.3 Peralatan Uji Penetrasi Bitumen
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegangan jarum naik turun
tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
17
Gambar 3.9 Bejana
c. Cawan contoh terbuat dari logam atau logam atau gelas berbentuk silinder
dengan dasar yang sama.
18
Gambar 3.11 Stop Watch
e. Termometer.
19
Gambar 3.13 Termometter
b. Dudukan Benda Uji.
20
d. Cincin Kuningan & Bola Baja, diameter 9,53 mm berat 3,4 sampai 3,55
gram.
21
Gambar 3.19 Kompor
c. Mesin Uji Daktilitas.
22
Gambar 3.22 Agregat
3.3.2 Bahan Percobaan Pemeriksaan Berat Jenis Bitumen
a. Aspal Dingin.
23
3.3.3 Bahan Percobaan Uji penetrasi Bitumen
a. Aspal yang di cairkan di panaskan kemudian di masukan kedalam cawan.
24
b. Air untuk pengujian pada mesin penguji daktilitas, air yang digunakan
adalah air tawar biasa.
25
Gambar 3.28 Proses Memasukan Benda Uji dan Bola Baja ke Mesin Los
Angeles
c. Setelah selesai putaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring
dengan saringan no 12
26
Gambar 3.31 Timbangan Berat Piknometer
b. Isi piknometer dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas
piknometer yang tidak terendam air setinggi 40 mm.
27
Gambar 3.33 Timbangan Berat Piknometer + Aspal
d. Setelah ditimbang lalu diberi air suling setinggi leher dan timbang kembali
28
Gambar 3.36 Mengatur Jarum Penetrasi
c. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch selama jangka
waktu (5±0,1) detik.Kemudian putarlah arloji penetrometer dan bacalah
angka penetrasi yang berimpit dengan jarum penunjuk (lakukan 5 kali
tusukan)
29
Gambar 3.38 Pemasangan Benda Uji
b. Isilah bejana dengan air, Kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut
kedalam bejana gelas.
30
Gambar 3.40 Proses Menentukan Titik Lembek
3.4.5 Prosedur Percobaan Uji Daktilitas Bahan Bitumen
a. Lapisi semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas pelat dasar
dengan glycerin atau sabun
31
Gambar 3.42 Proses Pemanasan Aspal
c. Tuangakn ke dalam cetakan dengan hati-hati dari ujung ke ujung hingga
merata penuh
32
Gambar 3.44 Proses Pengujian Mesin Daktilitas
33
BAB 4
PEMBAHASAN
( a−b )
keausan= × 100 %
a
34
4,75 2,36
Jumlah Berat
Berat tertahan saringan
no.12
35
Dari hasil uji berat jenis bitumen didapatkan hasil berat jenis bitumen
0,92308 gram.
Dari hasil uji penetrasi bitumen didapatkan rata-rata penetrasi dari ke dua
benda uji adalah 100,6 mm.Untuk benda uji 1 didapat penetrasi yang tertinggi
adalah 153 dan yang terkecil adalah 77 maka beda nilai penetrasinya adalah 76.
Sedangkan untuk benda uji 2 didapat penetrasi yang tertinggi adalah 121 dan yang
terkecil adalah 83 maka beda nilai penetrasinya adalah 38.
36
Wakt Suhu Wakt Suhu
u (˚C) u (˚C)
1 9:56 27 9:56 27
2 10:04 32 10:04 32
3 10:07 37 10:07 37
4 10:09 42 10:12 42
5 10:12 47 10:13 46
Dari hasil uji titik lembek aspal didapat suhu ketika aspal mencapai titik
lembek adalah pada suhu 47 ˚C untuk benda uji 1 dan 46 ˚C untuk benda uji 2.
Dari hasil pengukuran suhu berkala pada benda uji bitumen , didapat suhu
masing-masing benda uji ketika memasuki proses pemeriksaan adalah 25 ˚C.
37
Dari hasil uji daktilitas pada benda uji 1 dan 2 , didapat masing benda uji
mencapai jarak 433 mm dan 438 mm pada suhu pemeriksaan 25 ˚C.
4.2. Analisa
4.2.1. Analisa Percobaan
a. Analisa Percobaan Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.
Percobaan uji keausan agregat dilakukan untuk mengetahui persentasi
keausan agregat dengan cara membandingkan selisih berat agregat sebelum
pengujian dan setelah pengujian dengan mesin los angeles, dalam praktikum
ini ditentukan yaitu agregat yang tertahan oleh saringan (3/4) , untuk
selanjutnya dilakukan penimbangan sampai memenuhi berat yang sudah
ditentukan ( dalam praktikum ditentukan seberat 5kg). Selanjutnya agregat
tersebut di masukan kedalam mesin los angeles bersamaan dengan bola-bola
baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm [1,84”] dan berat masing-masing
antara 390 gram sampai 445 gram, disini bola-bola baja berfungsi sebagai
penumbuk agregat ketika mesin los angeles dinyalakan, mesin akan secara
otomatis berputar dan bola-baja tersebut akan bergerak dan saling
berbenturan dengan agregat yang sudah dimasukan pada mesin tersebut,
secara tidak langsung agregat tertumbuk oleh bola baja. Pengujian
berlangsung sampai mesin berputar sebanyak 100 putaran, untuk
selanjutnya agregat dari hasil olahan mesin dilakukan pengujian saringan
dengan ukuran 12, tetapi dikarnakan keterbatasan ketersedialaan alat dan
untuk saringan no 12 tidak tersedia, maka pengujian saringan dilakukan
dengan menggunakan saringan no 8 dan 10. Agregat yang tertahan oleh
saringan 8 dan 10 diambil sebagai variabel yang dijadikan pembanding
dengan berat agregat sebelum dilakukan uji pada mesin los angeles, untuk
selanjutnya data yang sudah didapat dilakukan perhitungan sebagaimana
pengolahan data pada pembahasan diatas tentang pengolahan data
percobaan uji keasuan agregat dengan mesin los angeles.
b. Analisa Percobaan Uji Berat Jenis Bitumen
38
Uji berat jenis bitumen dilakukan untuk mengetahui berat jenis dari
benda uji berupa bitumen atau aspal dingin dengan menggunakan alat
“Piknometer”. Pengunjian dilakukan secara bertahap dan dilakukan
pencatatan data hasil pengukuran dari setiap tahapan tersebut untuk
kemudian dilakukan pengolahan data, dimuali dengan menimbang berat alat
piknometer, kemudian timbang piknometer yang berisi benda uji bitumen,
setelah itu keluarkan benda uji bitumen dari piknometer untuk kemudian
diisi dengan air dengan bantuan alat wadah air suling hingga penuh , pada
saat pengujian ketika piknometer di tutup maka akan ada sebagian air yang
meluap dan tumpah karna tertekan oleh tutup piknometer tersebut, maka
pastikan saat penimbangan dilakukan, kondisi alat timbangan dalam
keadalan steril dari objek lain selain benda uji, selanjutnya lakukan
penimbangan terhadap piknometer dengan isi air dan aspal dingin yang
sudah ditentukan. Setelah data-data dari hasil percobaan dilakukan, lakukan
pengolahan data dari percobaan tersebut untuk menentukan berat jenis
bitumen sesuai dengan tujuan dari dilakukannya percobaan tersebut.
c. Analisa Percobaan Uji Penetrasi Bitumen
Pada pengujian kali ini akan dicari rata-rata penetrasi dari 2 benda uji
dengan jenis yang sama yaitu aspal atau bitumen, adapun untuk benda uji
dilakukan pemanasan terlebih dahulu hingga mencapai suhu ±100˚C,
kemudian dilakukan pendinginan di tempat terbuka selama 1,5 jam dan
kemudian dilakukan pendinginan kembali dengan cara direndam dengan air
selama 1,5 jam.
Selanjutnya lakukan uji penetrasi dengan menggunakan alat uji
penetrasi yang sudah ditentukan sebagaimana yang tertera pada gambar 3.8,
adapun langkah pengujian dilakukan secara bertahap yaitu dimulai dengan
menentukan 5 titik pada bagian aspal/bitumen yang disediakan didalam
cawan, kemudian pastikan bagian batang jarum pada alat penetrasi memiliki
total berat 100 gram ketika ditambah dengan beban tambahan, dalam
praktikum ini dikarnakan alat praktikum tidak memenuhi berat yang sudah
ditentukan, maka dilakukan penambahan berat dengan memanfaatkan benda
39
yang ada disekitar laboratorium dalam hal ini pada saat praktikum
menggunakan kunci kombinasi ukuran 10 akan tetapi berat yang didapat
adalah 102.
Selanjutnya pasangkan kembali bagian batang jarum alat penetrasi ,
dan lakukan kalibrasi dengan mengatur posisi batang jarum berada di titik 0
pada skala pembacaan alat ukur, hal ini diperlukan untuk memudahkan kita
dalam membaca hasil pengukuran, dan meminimalisir kesalahan pembacaan
pada alat ukur. Kemudian lakukan pengujian terhadap benda uji dengan 5
titik yang berbeda dengan jarak ±1cm dari titik yang di uji sebelumnya,
pengujian dilakukan dengan menempatkan ujung batang jarum tepat diatas
permukaan aspal yang sudah disediakan didalam cawan dan terendam oleh
air , setelah posisi jarum dapat dipastikan berada di atas permukaan
bitumen, tekan tombol pengunci batang jarum selama 5 detik kemudian
lepaskan dan lakukan pembacaan pada skala alat ukur. Lakukan hal tersebut
sebanyak 5 kali di titik yang berbeda pada ke dua benda uji.
d. Analisa Percobaan Uji Titik Lembek Aspal
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pada suhu berapa derajat
aspal mencapai titik lembek maksimum dengn indikator pergerakan yang
diakibatkan oleh berat bola baja ditambah gaya gravitasi melawan tekanan
yang diakibatkan oleh tekstur aspal yang mula-mula keras sehingga bisa
menahan aspal pada posisi yang telah ditentukan yaitu ditempatkan dalam
cincin kuningan yg direndam dalam air, kemudian menjadi melunak secara
bertahap sesuai dengan pertambahan suhu dari aspal yang diakibatkan oleh
panas dari kompor, sehingga ketika aspal melunak partikel aspal akan
melonggar akibat kalor yang diterima dan daya tahan aspal terhadap berat
bola baja pun akan berkurang seiring bertambahnya suhu aspal, sampai
aspal tidak dapat menahan berat dari bola baja tersebut.
Adapun langkah yang dilakukan pada pengujian ini adalah , dengan
memasukkan aspal dingin kedalam cincin kuningan dan ratakan permukaan
kedua sisi cincin, kemudian pasang dan aturlah kedua benda uji diatas
dudukannya dan letakkan pengarah bola diatasnya. Kemudian masukkan
40
seluruh peralatan kedalam bejana gelas, dan letakkan bola baja tepat
ditengan-tengah masing-masing benda uji. Kemudain isi bejana gelas
tersebut dengan air hingga merendam bagian benda uji, selanjutnya
panaskan bejana gelas dan lakukan pembacaan setian penaikan suhu 5˚C hal
tersebut dilakukan sampai bola bajan turun hingga menyentuh plat baca alat
uji, kemudian catan suhu ketika bola uji mengalami penuruan hingga
menyentuh plat baja.
e. Analisa Percobaan Uji Daktlitas Bitumen/Aspal
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui jarak terjauh ketika
dilakukan penarikan benda uji antara cetakan yang berisi bitumen keras
sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.
Adapun percobaan dilakukan dengan membuat aspal cair yang
selanjutnya dituangkan kedalam cetakan khusus sebagaimana terlihat pada
gambar 3.18, yang sebelumnya telah di lapisi sabun colek pada bagian
cetakan yang akan berkenaan langsung dengan dudukan cetakan, hal ini
dimaksudkan supaya memudahkan padasaat cetakan dilepas dari dudukan
cetakannya. Pada percobaan ini seharusnya cetakan daktilitas bagian dalam
dan bagian atas dilapisi oleh campuran glyserin dan dextrin atau glycerin
dan talk atau glycerin dan kaolin atau amalgam, hal ini diperlukan supaya
ketika dilakukan penarikan terhadap bitumen pada mesin daktilitas tidak
mengalami lendutan kedasar permukaan bak mesin daktilitas. akan tetapi
dikarnakan keterbasatasan peralatan sehingga digunakan peralatan yang
berada di sekitar laboratorium. Aspal cair dimasukan kedalam cetakan
tersebut dengan cara dituangkan dari ujung ke ujung hingga penuh dan pas
ke bagian tepi atas cetakan.
Kemudian aspal di dinginkan sekitar ±30 menit kemudian redam
dalam air selama ±30 menit, setelah itu lakukan pengukuran suhu terhadap
bitumen untuk selanjutnya dilakuakn pengujian dengan mesin uji daktilitas.
Selanjutnya lepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi cetakannya.
Pasanglah benda uji pada alat mesin uji, kemudian dilakukan
penarikan dengan kecepatan tertentu sesuai dengan mesin daktilitas tersebut,
41
penarikan dilakukan hingga benda uji putus, akan tetapi dikarnakan benda
uji sebelumnya tidak di lapisi campuran glycerin sehingga benda uji ketika
ditarik sulit mencapai titik putus, akan tetapi dengan tekstur aspal tersebut,
aspal mengalami lendutan kebawah hingga menyentuh plat dasar pada bak
mesin daktilitas, hal ini dikarnakan pada saat dilakukan penarikan, benda uji
kehilangan tumpuan secara bertahap hingga pada titik maksimum dalam hal
ini titik terjauh antara ke dua ujung cetakan, segmen bitumen bagian yang
terjauh dari cetakan akan kehilangan daya tahan dari tumpuan cetakan
tersebut, dan akhirnya mengalami lendutan ke dasar permukaan air bak.
Sehingga lendutan tersebut dijadikan indikator batas maksimum penarikan
benda uji. Selama penarikan benda uji dipastikan teredam dengan
kedalaman sekurang-kurangnya 2,5 cm dari permukaan air dadn dengan
suhu (25±0,5)˚C.
42
prosedur praktikum diatas, didapat hasil perhitungan berat jenisa bitumen
sebesar 0,92308 gram.
Standar pengujian untuk berat jenis bitumen keras dan ter menurut
SNI 06-2441-1991 adlah 1 gram/ml. Sehingga besar nilai berat jenis pada
praktikum telah memenuhi standar karna untuk nilai 0,92308 bisa
dibulatkan ke angka 1 gram atau mendekati nilai 1 gram.
c. Analisa Hasil Perhitungan Uji Titik Lembek Aspal
Berdasarkan data yang didapat dari praktikum dan pengolahan data
sebagaimana diuraikan pada bagain pengolahan data praktikum dan
prosedur praktikum diatas, didapat suhu ketika aspal mencapai titik lembek
adalah pada suhu 47 ˚C untuk benda uji 1 dan 46 ˚C untuk benda uji 2.
Berdasarkan SNI 2434:2011 sebagaimana yang diuraikan pada bab 2
(dasar teori), ditentukan bahwa untuk titik lembek menggunakan air suling
adalah (30 – 80)˚C. Sehingga dapat disimpulkan untuk besar suhu dari titik
lembek aspal pada praktikum sudah memenuhi standar yang berlaku.
d. Analisa Hasil Perhitungan Uji Penetrasi Bitumen
Berdasarkan data yang didapat dari praktikum dan pengolahan data
sebagaimana diuraikan pada bagain pengolahan data praktikum dan
prosedur praktikum diatas, didapat rata-rata penetrasi dari ke dua benda uji
adalah 100,6 mm. Untuk benda uji 1 didapat penetrasi yang tertinggi adalah
153 dan yang terkecil adalah 77 maka beda nilai penetrasinya adalah 76.
Sedangkan untuk benda uji 2 didapat penetrasi yang tertinggi adalah 121
dan yang terkecil adalah 83 maka beda nilai penetrasinya adalah 38.
Berdasarkan SNI 2456:2011, nilai penetrasi dinyatakan dalam rata-
rata sekurangnya tiga pembacaan dengan ketentuan toleransi untuk penetrasi
50-149 adalah 4. Dan aspal yang diujikan adalah sebagai aspal pen 60/70 di
mana aspal kategori ini memiliki rentang penetrasi 60-79. Sehingga
penetrasi aspal yang didapat sebagaimana yang diuraikan diatas sangat jauh
dari ketentuan dan hasil pengolahan data tidak bisa digunakan dan harus
dilakukan pengujian ulang terhadap aspal/benda uji.
e. Analisa Hasil Perhitungan Uji Daktilitas Bitumen
43
Dari hasil uji daktilitas pada benda uji 1 dan 2 , didapat masing benda
uji mencapai jarak 433 mm dan 438 mm pada suhu pemeriksaan 25 ˚C
sebagaiaman pada tabel 4.6.
Berdasarkan SNI 06-2432-1991 Nilai dari daktilitas aspal adalah besar
dari 1000 mm, dimana menurut spesifikasi minimum adalah 100 cm. Aspal
dengan daktilitas lebih besar dapat mengikat agregat lebih baik, namun
sangat peka terhadap perubahan temperatur (2019). Sehingga dapat
disimpulkan untuk jarak yang di dapat dari hasil pengujian masih belum
memenuhi standar yang berlaku.
44
Terjadi kesalahan pada saat pengujian keausan agregat yaitu
pada sesi penyaringan agregat, dimana agregat yang disaring pada saat
sesudah dilakukan uji keausan pada mesin Los Angeles menggunkan
saringan no 8 dan 10, yang seharusnya dilakukan pada saringan no 12.
Hal ini mengakibatkan perbandingan berat pada awal sebelum
pengujian dan sesudah pengujian mengalami perbandingan yang
sangat jauh, sehingga persentasi keausan menjadi tinggi.
2. Kesalahan pengujian penetrasi bitumen
Terjadi kesalahan pada saat pengujian penetrasi bitumen yaitu
pada sesi pengujian dengan alat penetrasi bitumen, kesalahan
dilakukan pada saat memposisikan jarum tepat pada permukaan
bitumen, namun pada praktikum tidak dilakukan secara cermat
sehingga kemungkinan jarum tidak tepat diatas permukaan bitumen.
Hal ini menyembabkan nilai penetrasi menjadi besar dan tidak
konsisten. Hasilnya adalah beda maksismum penetrasi tertinggi dan
terkecilnya sangat jauh. Kesalahan juga dilakukan dengan tidak
melakukan pengujian ulang untuk uji penetrasi mengingat nilai
penetrasi yang didapat tidak wajar.
3. Kesalahan pengujian daktilitas bitumen
Terjadi kesalahan pada saaat pengujian daktilitas bitumen yaitu
pada sesi penyiapan benda uji, dimana benda uji yang seharusnya
dilapisi dengan campuran glyserin, pada saat praktikum dilapisi oleh
sabun colek saja. Hal ini menyebabkan pada saat pengujian daktilitas
oleh mesin penarik, benda uji tidak mencapai titik putus. Sehingga
pembacaan jaraknya juga tidak bisa dipastikan.
45
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari seluruh rangkaian kegiatan praktikum dan hasil dari analis perhitungan
serta pengamatan praktikum jalan raya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Uji Keausan Agregat (Abrasi)
Didapat keausan rata-rata dari agregat yang diuji adalah sebesar
92,3% maka dapat disimpulkan bahwa tingkat keausan atau besar persentasi
keausan yang didapat dari pengolahan data praktikum adalah tidak baik
digunakan dalam bahan perkerasan jalan karna tingkat keausan agregat >
40%.
b. Uji Berat Jenis Bitumen
Dari hasil pengujian berat jenis didapat besar nilai berat jenis pada
praktikum telah memenuhi standar karna untuk nilai 0,92308 bisa
dibulatkan ke angka 1 gram atau mendekati nilai 1 gram.
c. Uji Titik Lembek Aspal
Setelah pengujian dilakukan didapat suhu titik lembek aspal benda uji
adalah 47 ˚C untuk benda uji 1 dan 46 ˚C untuk benda uji 2. Berdasarkan
SNI 2434:2011 sebagaimana yang diuraikan pada bab 2 (dasar teori),
ditentukan bahwa untuk titik lembek menggunakan air suling adalah (30 –
80)˚C. Sehingga dapat disimpulkan untuk besar suhu dari titik lembek aspal
pada praktikum sudah memenuhi standar yang berlaku.
d. Uji Penetrasi Aspal
didapat rata-rata penetrasi dari ke dua benda uji adalah 100,6 mm.
Untuk benda uji 1 didapat penetrasi yang tertinggi adalah 153 dan yang
terkecil adalah 77 maka beda nilai penetrasinya adalah 76. Sedangkan untuk
benda uji 2 didapat penetrasi yang tertinggi adalah 121 dan yang terkecil
adalah 83 maka beda nilai penetrasinya adalah 38.
Dan aspal yang diujikan adalah sebagai aspal pen 60/70 di mana aspal
kategori ini memiliki rentang penetrasi 60-79. Sehingga penetrasi aspal
46
yang didapat sebagaimana yang diuraikan diatas sangat jauh dari ketentuan
dan hasil pengolahan data tidak bisa digunakan dan harus dilakukan
pengujian ulang terhadap aspal/benda uji.
e. Uji Daktilitas Bitumen
Dari hasil uji daktilitas pada benda uji 1 dan 2 , didapat masing benda
uji mencapai jarak 433 mm dan 438 mm pada suhu pemeriksaan 25 ˚C.
Berdasarkan SNI 06-2432-1991 Nilai dari daktilitas aspal adalah besar dari
1000 mm, dimana menurut spesifikasi minimum adalah 100 cm. Sehingga
dapat disimpulkan untuk jarak yang di dapat dari hasil pengujian masih
belum memenuhi standar yang berlaku.
Dari beberapa hasil penelitian diatas, untuk penentuan kelayakan bahan-
bahan penyusun perkerasan jalan yang diuji kita masih belum bisa menentukan
layak atau tidaknya bahan-bahan tersebut untuk di jadikan penyusun perkerasan
jalan, dikarnakan data hasil pengujian masih belum memenuhi standar yang
berlaku yang disebabkan oleh keterbatasan alat dan adanya human eror.
Sebaiknya dilakukan pengujian ulang terhadap benda uji sebagaimana yang si
uraikan pada bagian analisis perhitungan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, H.R. et al. (2020) ‘Laporan praktikum perkerasan jalan raya’.
Sulila, W. (2015) ‘Analisa Mutu Material Aspal Retona Blend 55 Dan Aspal
Minyak’, … Sains, Rekayasa dan Teknologi, 3(1), pp. 29–34. Available at:
https://stitek-binataruna.e-journal.id/radial/article/view/63.
48
LAMPIRAN
49
Pengujian Penetrasi Aspal Pengujian Berat Jenis Aspal
50