ABSTRAK
Perihal metode pembelajaran saat ini yang diterapkan guru hanya menerapkan satu metode yakni
metode ceramah, sehingga pemahaman siswa masih rendah Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar mengarang bahasa Indonesia kelas IV dengan menggunakan teknik
penalaran dan perangkat pembelajaran berupa gambar.Waktu penelitian dilaksanakan mulai
tanggal 6 April 2023 sampai tanggal 13 April 2023. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas
IV SD Negeri 3 Gunungcupu Kecamatan Sindangkasih yang berjumlah 15 siswa. Pada hasil
belajar siswa prasiklus tahap awal, kurang lebih 2 siswa (13%) berada di bawah KKM. Pada
siklus I, jumlah siswa meningkat menjadi 7 (47%). Pada siklus kedua, jumlah siswa meningkat
menjadi 14 (93%). Temuan dari penelitian tentang peningkatan pembelajaran melalui teknik
diskusi dan perangkat pembelajaran metafora dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
di kelas Bahasa Indonesia.
PENDAHULUAN
Penggunaan bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting dan efektif
dalam masyarakat. Apabila pemakai bahasa mengetahui cara menggunakan bahasanya dengan
benar, maka mereka dapat berkomunikasi secara efektif dan lancar sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia. Karena orang tidak berbicara bahasa mereka sendiri, mereka mengalami
kesulitan mengeluarkan gagasan pikiran dan ungkapan perasaan mereka kepada orang lain.
Siswa, khususnya siswa Sekolah Dasar (SD), perlu mengembangkan kemampuan berbahasa,
meliputi keterampilan menyimak, menulis, membaca, dan berbicara. Secara teori, menulis
adalah sarana komunikasi dan sarana memperluas pengetahuan. Menulis juga merupakan
keterampilan berbahasa yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Menulis pada dasarnya adalah proses menyusun sebuah cerita, buku, puisi, dll yang terdiri dari
kumpulan kalimat - kalimat. Kalimat dalam karangan tersebut saling berkaitan satu sama lain
meskipun setiap kalimat memiliki arti atau arti tersendiri. Menulis berbicara tentang apa yang
1
ada dalam imajinasi Anda. Cerita dapat diceritakan secara lisan atau tertulis. Dalam penulisan,
karangan dapat berbentuk karangan deskriptif, argumentatif, naratif, deskriptif, dan persuasif.
Perbedaan satu jenis karangan dengan jenis karangan lainnya terletak pada isi dan
format ceritanya. Siswa harus memiliki kosa kata yang baik, dapat menggunakan kata-kata
untuk membuat kalimat yang jelas dan dapat menggunakan bahasa secara efektif untuk
mengkomunikasikan pikiran, ide, perasaan, pengalaman atau lainnya. Keterampilan menulis
seperti itu disebutkan dalam Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Bahasa Indonesia
Kelas IV SD. Salah satu keterampilan utama adalah bahwa tujuan dari pelajaran ini adalah
untuk memungkinkan Anda menulis karangan. Berdasarkan pengalaman penulis dalam
mengajar bahasa Indonesia kepada siswa di SD Negeri 3 Gunungcupu Kabupaten
Sindangkasih, khususnya menulis karangan dilarang, teridentifikasi beberapa faktor yang
menyebabkan kesulitan dalam menulis karangan bagi siswa di SD Negeri 3 Gunungcupu. Ini
terutama karena alasan 1)Siswa kesulitan mengorganisasikan dan mengenali ide dan
pemikirannya dalam kalimat dan paragraf yang tepat.2)Bagaimana cara seorang guru
memperkenalkan suatu mata pelajaran kepada siswa Sekolah Dasar (SD) hanya melalui
ceramah tanpa menggunakan variasi pembelajaran lain dan membuat siswa tidak bosan 3)
Media pendidikan yang digunakan kurang memadai sehingga menimbulkan kebosanan siswa.
Berdasarkan hasil tes "Bahasa Indonesia" pertama yang diberikan kepada siswa kelas 4 SDN
3 Gunungcupu Kecamatan Sindangkasih, hanya 5 dari 15 siswa yang memperoleh nilai di atas
KKM sedangkan 10 siswa di bawah KKM. Rata-rata kelasnya juga cukup rendah, 54 poin. SD
Negri 3 Gunungcup diajarkan proses menulis dan mengarang di kelas 4 SD. Namun, banyak
siswa tidak dapat meringkas pemikiran mereka saat menulis. Selain itu, siswa tidak terbiasa
mencurahkan isi hatinya untuk menulis karangan.
Di sisi lain, kosa kata juga menentukan kelancaran siswa mengungkapkan pikiran dan
pemikirannya untuk menulis kalimat dan karangan yang dapat dipahami semua orang. Untuk
dapat menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan saat menulis karangan, Anda perlu memiliki
kosakata yang baik dan memilih kata yang tepat. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
tersebut di atas, penggunaan teknik pembelajaran bagi guru dapat memecahkan dalam
mengatasi kesukaran dalam hal belajar bahasa Indonesia khususnya dalam hal menulis. Salah
satu cara untuk memecahkan solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan belajar
menggunakan metode percakapan dan media gambar.
Terkait penelitian metode diskusi yang dilakukan oleh (I Nengah Widiarsa 2020: 141)
“Penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa karena siswa
langsung terlibat dalam pembelajaran . Selain itu peneliti yang dilakukan oleh (Tri Agustini,
2
2007:243) “juga menunjukan bahwa bahwa upaya peningkatan kemampuan belajar melalui
metode diskusi menggunakan media Visual bagi siswa kelas V SDN 24 Surakarta pada
semester II tahun 2007 terjadi peningkatan pada setiap”.
Atas pendalaman ini, memiliki arah yang mau dicapai yaitu untuk menggambarkan
kemampuan belajar siswa dengan penerapan metode diskusi menggunakan media visual . hal
itu akan mengaitkan dampak pembelajaran dengan menggunakan metode sikusi terhadap
kemampuan belajar siswa kelas IV SDN 3 Gunungcupu.
METODE
Bentuk penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan
pendalaman yang diterapkan oleh seorang pendidik dikelasnya sendiri dengan melakukan
perenungan diri, yang memiliki arah untuk lebih baik dalam mengajar sebagai seorang
pendidik, sehingga siswa hasil belajarnya lebih baik. Hal ini akan dilaksanakan pada lembaga
SDN 3 Gunungcupu, Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 6 April 2023 pada siklus(1)
dan tanggal 13 April 2023 pada siklus (2). Adapun objek penelitiannya itu peserta didik kelas
IV sebanyak 15 peserta didik yang tergolong dari 9 laki-laki dan 6 perempuan.
Adapun terkait cara pengambilan data peneliti dengan pengamatan, tes formatif dan
studi dokumntasi. Dengan menitik beratkan perkembangan kemampuan belajar siswa sampel
data adalah total keseluruhan siswa dikelas IV sdn 03 Gunungcupu sebanyak 15 siswa. Teknik
analisa data dimulai dengan mengumpulkan data selanjutnya peneliti Raduksi data, melakukan
pengajuan data, dan terakhir menarik kesimpulan.
Setelah itu peneliti berusaha mengetahui tingkat keberhasilan metode diskusi dengan
menggunakan media visual sehingga tahapan yang di ambil dalam proses analisis fase satu dan
fase dua.
Dalam proses pengumpulan data, peneliti mengumpulkan keseluruhan sample penelitian
dimana diberikan sebuat tes formatif dan dikakulasikan dengan rumus dibawah ini :
X=
X
N
3
Y=
Y x100%
N
Dengan : Y = persentase ketuntasan
No Skor Frekuensi % S *F
1 75 2 13 150
2 70 2 13 140
3 65 3 20 195
4 55 2 13 110
5 50 4 27 200
6 45 2 13 90
4
Jumlah 15 100 885
Rata-rata 59
Jumlah Siswa Memenuhui KKM 7
Ketuntasan Klasikal 47%
Grafik Siklus 1
4,5 30
4
25
3,5
3 20
2,5
15
2
1,5 10
1
5
0,5
0 0
75 70 65 55 50 45
Frekuensi %
Berdasarkan tabel 1. dan gambar grafik 1. diatas siswa yang meraih skor diatas
65 sebagai batas Kriteria Ketuntasan Minimal berjumlah 7 siswa dengan rincian siswa
yang mendapatkan skor 75 sebanyak 2 siswa dengan persentase 13%, skor 70 sebanyak
2 siswa dengan persentase 13%, skor 65 sebanyak 3 siswa dengan persentase 20%, skor
55 sebanyak 2 siswa dengan persentase 13%, skor 50 sebanyak 4 siswa dengan
persentase 27%, skor 45 sebanyak 2 siswa dengan persentase 13%. Dengan demikian
skor rata-rata kelas IV. pada siklus I adalah 59 serta ketuntasan klasikal mencapai 47%.
5
Tabel. 2. Ringkasan Hasil Belajar Siklus II
No Skor Frekuensi % S *F
1 100 4 27 400
2 90 3 20 270
3 85 4 27 340
4 80 2 13 160
5 65 1 7 65
6 60 1 7 60
Jumlah 15 100 1.295
Rata-rata 86
Jumlah Siswa Memenuhi KKM 14
Ketuntasan Klasikal 93%
GRAFIK SIKLUS II
4,5 30
4
25
3,5
3 20
2,5
15
2
1,5 10
1
5
0,5
0 0
100 95 90 85 80 65
Frekuensi %
Dari hasil tabel. 2 dan Gambar 2. diatas pada siklus II perbaikan pembelajaran
siswa yang meraih nilai diatas 65 sebagai standar Kreteria Ketuntasan Minimal
berjumlah 14 orang dengan rincian siswa yang mendapatkan nilai 100 sebanyak 4 orang
dengan persentase 27%, skor 95 sebanyak 3 orang dengan persentase 20%, skor 90
sebanyak 4 orang dengan persentase 27%, skor 85 sebanyak 2 orang dengan persentase
6
13%, skor 65 sebanyak 1 orang dengan persentase 7%, skor 60 sebanyak 1 orang dengan
persentase 7%. Dengan demikian skor rata-rata kelas IV pada siklus II 86 Serta
ketuntasan klasikal mencapai 93%.
PEMBAHASAN
1. Pendalaman Siklus I
Pembelajaran pada siklus I menjelaskan mengenai materi menulis karangan melalui metode
diskusi dengan menggunakan media visual.Tindakan-tindakanperbaikan pendalaman
tersebut diaplikasikan sebagai berikut :
Perencanaan
Tentukan kelas untuk topik penelitian Anda. 2. Rencana Pengembangan Pembelajaran.
3. Menentukan fokus pengamatan dan aspek yang diamati. 4. Tentukan tipe datanya. 5.
Penunjukan pengamat (observer), asisten observasi, pedoman observasi, pelaksanaan
observasi. 6. Mengembangkan alat penelitian. menentukan pemenang kesuksesan.
Pelaksanaan
Proses terpadu membaca dan menulis yang dikembangkan oleh penulis adalah sebagai
berikut. Bentuklah kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 siswa. 2. Menggunakan bahan
pelajaran dan lingkungan belajar yang berkaitan dengan mata pelajaran. 3. Setiap kelompok
menulis karangan berdasarkan materi visual yang disampaikan siswa di depan kelas. 4.
Presentasi hasil kelompok. 5. Kesimpulan dibuat bersama.
Pengamatan
Guru memperhatikan kegiatan setiap siswa. Mulai dari kesulitan yang muncul di awal
pembelajaran hingga akhir pembelajaran.,Menilai indikator kinerja dan keterampilan proses
setiap siswa, Rekan kerja mengamati waktu belajar. Apakah ada masalah yang dihadapi
siswa? Di mana mereka?, Kolega mengamati proses pembelajaran mereka yang bisa dan
tidak bisa memecahkan masalah.
Refleksi
Guru menganalisis hasil observasi bersama. Kemudian melakukan refleksi dan
membuat kesimpulan awal tentang pelaksanaan siklus 1. 2. Mendiskusikan hasil analisis
berdasarkan hasil evaluasi indikator dan menyusun rencana perbaikan dan merevisi rencana
tindakan berdasarkan hasil analisis tanda indikator. Namun dalam meningkatkan kemapuan
belajar siswa melalui metode diskusi sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat pada nilai
kemampuan belajar yang meningkat antara prasiklus dan siklus I yang dapat dilihat tabel
dibawah ini:
7
Pra Siklus Siklus I
Nilai
f % f %
75 0 0% 2 13%
70 0 0% 2 13%
65 2 13% 3 20%
55 8 53% 2 13%
50 3 20% 4 27%
45 2 13% 2 13%
Jumlah 15 100% 15 100%
Ketuntasan
2 13% 7 47%
Klasikal
Tabel. 3. Perbandingan Nilai Pra Siklus dan Siklus I
Perbandingan peroleh nilai hasil belajar siswa antara Prasiklus dan Siklus I bisa
terlilihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 3. Grafik Perbandingan Nilai Pra Siklus dan Siklus I
Frekuensi Presentasi
Berdasarkan Tabel dan diagram diatas diatas masih harus dilakukan tindakan
perbaikan belajar agar dapat memenuhi nilai diatas KKM, pada siklus I sebanyak 8
siswa yang meraih nilai dibawah KKM, pada siswa yang dikatakan tuntas / memenuhi
KKM itu sebanyak 7 siswa dengan perolehan persentase 47%. Karena besar sebagian
siswa masih ada yang belum tuntas, maka dari itu peneliti akan melaksanakan perbaikan
kegiatan pembelajaran pada siklus II.
8
2. Penelitian Siklus II
Pada siklus II ini adalah lanjutan dari pembelajaran siklus I, yang ditunjukan
untuk memperbaiki kemampuan belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia
siswa kelas IV. pada meteri menulis karangan, untuk itu diperlukan tahapan sebagai
berikut:
Perencanaan
Merevisi dan mereview RPP yang dibuat untuk Siklus 2 Sesuai hasil refleksi
siklus Lebih banyak lembar kerja untuk siswa.
Pelaksanaan
Membuat regu kecil siswa yang terdiri 4-6 orang. 2. Memakai sumber dan media
pembelajaran yang berhubungan dengan materi pelajaran. 3. Guru menjelaskan cara
meulis karangan yang benar menggunakan media gambar. 4. Setiap kelompok membuat
karangan berdasarkan media gambar yang ada di depan kelas. 5. Setiap kelompok
mempresentasikan hasil menulis karangan di depan kelas.Guru dan siswa membuat
kesimpulan.
Pengamatan
Pengamatan pelaksanaan belajar telah diaplikasikannya bersama. Pada usai
kegiatan belajar mengajar peserta didik diberikan tes formatif I dengan bertujuan untuk
melihat tingkat kemampuan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar yang telah
dilaksanakan. Pada usai kegiatan belajar mengajar siswa diberi tes formatif yang ke-2
dengan tujuan untuk melihat tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Hasil perbaikan pembelajaran Pra sikulus, siklus I dan Siklus II
melalui metode diskusi dengan menggunakan media visual terhadap mata pelajaran
Bahasa Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel.4. Kemampuan Belajar Semua Siklus
9
55 8 53% 2 13% 0 0%
50 3 20% 4 27% 0 0%
45 2 13% 2 13% 0 0%
Dari tabel diatas maka dibuatkan grafik ketuntasan secara klasikal hasil perbaikan
belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II adalah sebagai berikut :
30 80%
70%
25
60%
20 50%
15 40%
30%
10
20%
5 10%
0 0%
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Frekuensi Presentasi
Dari tabel 4 dan gambar 4. diatas maka didapatkan hasil pada perbaikan
pembelajaran pra siklus terdapat 2 siswa yang dinyatakan tuntas dan mendapatkan nilai
diatas KKM dan memiliki persentase 13% artinya dari 15 siswa yang merahi nilai 65
sebanyak 2 orang dan 13 siswa merahi nilai dibawah 65. Dalam pelaksanaan perbaikan
siklus I dengan melalui metode diskusi dengan menggunakan media visual terdapat 7
siswa yang dinyatakan tuntas dan merahi nilai diatas KKM dan memiliki persentase
47% artinya dari 15 siswa yang merahi nilai diatas 65 sebanyak 7 siswa dan 8 siswa
merahi nilai dibawah 65 akan tetapi belum sempurna karena masih banyak siswa yang
merahi nilai dibawah KKM. Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II
terdapat 14 siswa yang dinyatakan tuntas merahi nilai diatas KKM dangan persentase
ketuntasan klasikal diangka 93% hal tersebut menunjukan bahwa pada perbaikan
pembelajaran siklus II meningkat dari siklus I karena perbaikan siklus II siswa sudah
10
mulai menerapkan metode diskusi dengan menggunakan moedia visual yaitu membuat
permasalahan dapat diselesaikan dengan sendiri. Sehingga dari 15 siswa di kelas IV
yang mendapatkan nilai diatas KKM berjumlah 14 siswa sedangkan terdapat 1 siswa
belum tuntas nilainya masih dibawah KKM. Artinya peningkatan pada perbaikan
pembelajaran siklus II menunjukan keberhasilan yang ditandai dengan ketuntasan KKM
diatas 65.
11
DAFTAR PUSTAKA
12