Anda di halaman 1dari 15

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Dasar dengan judul “Reaksi Reduksi dan
Oksidasi” yang disusun oleh:
Nama : Susi Sulistyawati
NIM : 200104500003
Kelas / Kelompok : Fisika Sains/ I (Satu)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten yang
bersangkutan, dan dinyatakan diterima.

Makassar, Desember 2020


Koordinator Asisten Asisten

Miftahul Haryani Haeruddin, S. Pd Sofiyah Auliyah

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Mohammad Wijaya, M. Si


NIP. 19730927 19903 1001
A. Judul Percobaan
Reaksi Reduksi dan Oksidasi

B. Tujuan Percobaan
Mempelajari reaksi-reaksi reduksi dan oksidasi

C. Landasan Teori
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan berkenaan
dengan interkonversi energi listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia
adalah reaksi redoks. Contohnya dalam reaksi pembentukan kalsium oksida
(Cao) dari kalsium dan oksigen. (oksidasi-reduksi) dimana dalam reaksi ini
energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik atau dimana
energi listrik digunakan agar reaksi yang nonspontan bisa terjadi
(Chang,2003:194).
Reduksi merupakan pelepasan oksigen oleh suatu zat atau suatu unsur
dalam reaksi redoks. Oksidasi merupakan proses pelepasan elektron oleh suatu
zat atau senyawa, sedangkan reduksi adalah proses penangkapan elektron oleh
suatu zat atau senyawa (Bukhari,2017).
Reaksi redoks yang mengakibatkan terjadinya perubaha energi kimia
menjadi energi listrik, atau sebaliknya, meupakan proses elektrokimia. Reaksi
osidasi adalah reaksi pelepasan elektron atau reaksi kenaikan bilangan oksidasi.
Reaksi reduksi adalah reaksi penerimaan elktron atau reaksi penurunan
bilangan oksidasi (Kuswati,dkk,2007:39- 41).

Persamaan reaksi redoks dapat disetarakan dengan menggunakan metode


ion- elektron, metode perubahan bilangan oksidasi dan pelepasan atau
pengikatan oksigen. Reaksi redoks melibatkan transferelektron dari zat
pereduksi ke zat pengoksidasi.
Dengan menggunakan bagian-bagian yang terpisah, reaksi redoks dapat
digunakan untuk menghasilkan suatu elektron yang mengalir di bagian luar
pada suatu susunan yang dinamakan dengan sel galvanik (Bukhari,2017).
Proses korosi merupakan reaksi redoks yang berlansung secara spontan
yang mengakibatkan terbentuknya karat dari besi, perak sulfida dari perak, dan
patina (tembaga karbonat) dari tembaga. Korosimengakibatkan kerusakan
parah pada bangunan,kontruksi,gedung, kapal, dan mobil (Bukhari,2017).
Banyak cara telah diupayakan untuk mencegah atau mengurangi dampak
korosi.Elektrolisis ialah proses di mana energi listrik digunakan untuk
mendorong agar reaksi redoks yang nonspontan tidak terjadi. Hubungan
kualitatif antara arus yang dipasok dan produk yang terbentuk dirumuskan oleh
Faraday (Bukhari,2017).
Elektrolisis merupakan cara utama untuk memproduksi logam aktif serta
dan banyak lagi bahan kimia yang penting di industri. Elektrokimia adalah
cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkonversi energi listrik dan
energi kimia (Bukhari,2017).
Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (oksidasi-reduksi) di mana
dalam reaksiini energi yang dilepas oleh reaksi oleh reaksi spontandiubah
menjadi listrik atau di mana energi listrik digunakan agar reaksi yang
nonspontan bisa terjadi (Bukhari,2017).
Untuk memahami konsep di atas perlu dibahas suatu contoh reaksi antara
ion Fe2+yang diubah menjadi Fe3+oleh ion dikromat (Cr2O72-) dalam kondisi
asam. Dalam reaksi tersebut terjadi perubahan (Cr2O72-) tereduksi menjadi
ion Cr3+.

Untuk memudahkan penyelesaian reaksinya akan dilakukan beberapa


tahap reaksi. Ion Fe2+ menjadi Ion Fe3+oleh ion dikromat (Cr2O72-) dalam
medium asam. Sebagai hasilnya, ion ( Cr2O72-) tereduksi menjadi ion-ion
Cr3+. Tahap-tahap berikut ini akan membantu kita menyetarakan
persamaannya. Ada tiga cara yang harus dipahami dalam memudahkan
memahami konsep redoks yaitu proses penangkapan oksigen oleh suatu
senyawa atau suatu zat. Proses pelepasan atau pengikatan elektron dalam suatu
senyawa. Proses perubahan bilangan oksidasi yaitu kenaikan dan penurunan
bilangan oksidasi (Bukhari,2017).
Cara perubahan bilangan oksidasi cara ini dapat dilakukan dalam beberapa
tahap:

• Tulis pereaksi dan hasil reaksi


• Tandai unsur-unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi
• Setaraan jumlah unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi
di ruas kiri dan ruas kanan persamaan reaksi
• Hitung jumlah berkurangnya dan bertambahnya bilangan oksidasi
samakan jumlah berkurangnya dan bertambahnya bilangan oksidasi
Samakan jumlah muatan di ruas kiri dan di ruas kanan dengan
menambahkan H+ bila larutan asamatau OH-bila larutan basa
• Tambahkan H2O untuk menyamakan jumlah atom H di ruas kiri dan
di ruas kanan (Bukhari,2017).
Perubahan bilangan oksidasi ataupun perpindahan elektron dalam reaksi
redoks terjadi dalam waktu yang bersamaan. Hal ini dapat dipahami, sebab
apabila ada suatu zat yang naik bilangan oksidasinya, maka harus ada zat yang
lain yang mengalami penurunan bilangan oksidasi. Demikian pula bila ada zat
yang melepas elektron, maka harus ada zat lain yang mengikat elektron, yang
dilepas oleh zat yang lain (Sudarmo,2006:24-25).
Salah satu manfaat reaksi redoks adalah untuk menyetarakan persamaan
reaksi yang rumit. Persamaan reaksi yang sederhana dapat disetarakan dengan
cara mencoba- coba mengisi koefisien pada setiap rumus kimia dalam
persamaan reaksi. Pada reaksi yang rumityang didalamnya melibatkan lebih
dari dua pereaksi, penyetaraan reaksi sukar dikerjakan dengan cara mencoba-
coba (Sudarmo,2006:24-25).

Reaksi asam basa dapat dikenali dengan proses transfer-proton.


Kelompok reaksi yang disebut reaksi oksidasi-reduksi (atau redoks) dikenal
juga sebagai reaksi transfer- elektron. Reaksi oksidasi reduksi berperan dalam
banyak hal didalam kehidupan kita sehari-hari (Chang, 2003 : 100-101).
Reaksi ini terlibat mulai dari pembakaran bahan bakar minyak bumi
sampai dengan kerja cairan pemutih yang digunakan dalam rumah tangga.
Selain itu sebagian besar unsur logam dan nonlogam diperoleh dari bijihnya
melalui proses oksidasi atau reduksi (Chang, 2003 : 100-101).
Perhatikan reaksi pembentukan kalsium oksida (CaO) dari kalsium dan
oksigen.
2Ca(s) + O2(g) 2CaO(s)

Kalsium oksida (CaO) adalah senyawa ionic yang tersusun atas ion Ca2+
dan O2-. Dalam reaksi pertama, dua atom Ca memberikan atau memindahkan
empat electron pada dua atom O (dalam O2) (Chang, 2003 : 100-101).
Agar lebih mudah dipahami, proses ini dibuat sebagai dua tahap terpisah,
tahap yang satu melibatkan hilangnya empat electron dari dua atom Ca dan
tahap lain melibatkan penangkapan empat electron oleh molekul O2.
2Ca 2Ca2+ + 4e-
O2 + 4e- 2O2-
Setiap tahap diatas dapat disebut sebagai reaksi setengah sel ( hal-reaction),
yang secara eksplisit menunjukkan banyaknya electron yant terlibat dalam
reaksi (Chang, 2003 : 100-101).
Reaksi setengah yang melibatkan hilangnya elektron disebut reaksi
oksidasi (oxidation reaction). Istilah”oksidasi” pada awalnya digunakan oleh
kimiawan untuk menjelaskan kombinasi unsur dengan oksigen. Namun, istilah
tersebut sekarang memiliki arti yang lebih luas, termasuk untuk reaksi-reaksi
yang tidak melibatkan oksigen (Chang, 2003 : 100-101).
Reaksi setengah-sel yang melibatkan penangkapan elektron disebut
reaksi reduksi (reduction reaction). Dalam pembentukan kalsium oksida,
kalsium teroksidasi. Kalsium bertindang sebagai suatu zat pereduksi (reducint
agent) karena memberikan elektron kepada oksigen dan menyebabkan
oksigen tereduksi (Chang, 2003 : 100-101).

Oksigen tereduksi dan bertindak sebagai zat pengoksidasi (oxidizing


agent) karena menerima elektron dari kalsium, yang menyebabkan kalsium
teroksidasi. Perhatikan bahwa tingkat oksidasi dalam reaksi redoks harus ama
dengan tingkat reduksi; yaitu, jumlah elektron yang hilang oleh zat pereduksi
harus sama dengan jumlah elektron yang diterima oleh zat pengoksidasi
(Chang, 2003 : 100-101).
Tetapi penjelasan mengenai redoks sebagai reaksi pelepasan dan
penerimaan elektron tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya
merujuk pada perubahan bilangan oksidasi, karena transfer elektron tidak akan
selalu terjadi. Contohnya pada proses pembentukan hidrogen klorida (HCl) dan
belerang dioksida (SO2) (Chang, 2003 : 100-101).
H2 (g) + Cl2 (g) 2HCl (g)
S (s) + O2 (g) SO2 (g)
Hal ini disebabkan karena HCl dan SO2 bukanlah senyawa ionik
melainkan senyawa molekular, sehingga tidak ada elektron yang benar benar
berpindah dalam pembentukan kedua senyawa ini. Akan tetapi kimiawan tetap
memperlakukan reaksi- reaksi tersebut sebagai reaksi redoks kerena terjadi
transfer elektron secara parsial (sebagian, yaitu H kepada Cl dalam HCl dan
dari S kepada O dalam SO2) (Chang, 2003 : 100-101).
Untuk dapat menelusuri elektron- elektron yang terlibat dalam reaksi
redoks, maka perlu dituliskan bilangan oksidasi pada reaktan maupun produk.
Bilangan oksidasi merujukpada jumlah muatan yang dimiliki suatu atom dalam
molekul (senyawa ionik) jika elektron-elektronnya berpindah seluruhnya
(Chang, 2003 : 100-101).
Ada empat konsep reaksi redoks yaitu proses transfer elektron; bilangan
oksidasi; penentuan oksidator dan reduktor; serta penulisan persamaan reaksi
redoks. Keempat konsep tersebut dikemas dalam tiga kelompok reaksi redoks
yaitu reaksi redoks netral, reaksi redoks suasana asam dan reaksi redoks
suasana basa (Langitasari, 2016).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Tabung reaksi (3 buah)
b. Rak tabung reaksi (1 buah)
c. Gelas ukur 10 mL (2 buah)
d. Pipet tetes (5 buah)
e. Botol semprot (1 buah)
f. Pembakar spritus (1 buah)
g. Penjepit tabung (1 buah)
h. Korek api (1 buah)
2. Bahan
3. Aquades (H2O)
4. Larutan Kalium Permanganat 0,1 M (KMnO4)
5. Asam Sulfat 0,1 M (H2SO4)
6. Ferro Sulfat 0,1 M (FeSO4)
7. Natrium Tio Sulfat 0,1 M (Na2S2O3)
8. Asam Oksalat 0,1 M (H2C2O4)

E. Prosedur Kerja
1. Masukkan 1 mL KMnO4 0,1M ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1 mL
asam sulfat encer.
2. Tambahkan beberapa tetes Ferro Sulfat (FeSO4) 0,1M. Amati apa yang
terjadi.
3. Ulangi perlakuan 1, tambahkan beberapa tetes Natrium Tio Sulfat (Na2S2O3)
0,1M. Amati apa yang terjadi.
4. Ulangi perlakuan 1, tambahkan beberapa tetes Natrium Tio Sulfat (Na2S2O3)
0,1M, kemudian panaskan perlahan-lahan. Amati apa yang terjadi.

F. Hasil Pengamatan
No. Perlakuan Hasil
1. • 1 mL KMnO4 (ungu) Larutan berwarna ungu
1 mL H2SO4 (bening)
• Larutan berwarna ungu + 9 Larutan berwarna merah
tetes FeSO4 0,1 M
2. • 1 mL KMnO4 (ungu) Larutan berwarna ungu
1 mL H2SO4 (bening)
Larutan berwarna bening
• Larutan berwarna ungu + 1
tetes Na2S2O3 0,1 M
3. • 1 mL KMnO4 (ungu) Larutan berwarna ungu
1 mL H2SO4 (bening)
• Larutan berwarna ungu + 5 Larutan berwarna merah bata
tetes H2C2O4 0,1 M

G. Pembahasan
Adapun prinsip dasar percobaan pada praktikum ini yaitu berdasarkan
reaksi (Reduksi Oksidasi) dimana larutan KMnO4 yang bersifat oksidator dari
larutan uji dan sampel bersifat reduktor. Pada percobaan ini dimasukkan
masing-masing 1 mL kalium permanganat dan 1 mL asam sulfat kedalam tiga
buah tabung reaksi. Pada percobaan ini diberikan perlakuan terhadap tiga
sampel yaitu Ferro sulfat (FeSO4) 0,1 M, Natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 M,
dan Asam oksalat (H2C2O4) 0,1 M yang direaksikan dengan Kalium
permanganat (KMnO4) 0,1 M dan Asam sulfat (H2SO4) 1 M.

Perlakuan pertama yang dilakukan yaitu mereaksikan kalium


permanganat (KMnO4) yang berwarna ungu dengan asam sulfat (H2SO4)
yang tidak berwarna. Kalium permanganat (KMnO4) ini digunakan karena
merupakan oksidator kuat yang dapat mengalami reaksi reduksi oksidasi.
Sementara untuk asam sulfat (H2SO4) berfungsi sebagai katalisator yang dapat
mempercepat terjadinya reaksi dan memberikan suasana asam serta sebagai
pembentuk garam sulfat, dimana jika Mn2+ bereaksi dengan asam sulfat
(H2SO4) akan membentuk MnSO4 yang tidak berwarna sehingga produk yang
terbentuk tidak mengganggu pengamatan. Hasil yang diperoleh dari
penambahan H2SO4 ke dalam KMnO4 yaitu larutan tetap berwarna ungu, hal
ini berarti tidak terjadi reaksi antara keduanya. Kemudian ditambahkan 8 tetes
ferro sulfat, terjadilah perubahan warna menjadi merah kecoklatan. Ini berarti
terjadi reaksi antara ferro sulfat dengan larutan kalium permanganat. Ini
disebabkan karena larutan kalium permanganat mampu mengoksidasi ferro
sulfat, sehingga ferro sulfat bertindak sebagai reduktor dengan penambahan
biloks pada Fe2+ dalam FeSO4 menjadi Fe3+ dalam Fe2(SO4).
Perlakuan kedua, yaitu dengan mereaksikan larutan KMnO4 dengan
larutanH2SO4, kemudian ditambahkan 8 tetes Na2S2O3. Seperti pada perlakuan
pertama, asam sulfat berfungsi sebagai katalisator yang mempercepat reaksi dan
pembawa suasana asam. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu larutan
menjadi tidak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi reaksi antara
KMnO4dengan Na2S2O3, dimana larutan KMnO4 mengalami reduksi atau
sebagai oksidator karena mengalami penurunan bilangan oksidasi dan memiliki
potensial reaksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan natrium tiosulfat
sedangkan larutan Na2S2O3 mengalami oksidasi atau sebagai reduktor karena
mengalami kenaikan biloks. Hal ini telah sesuai dengan teori, bahwa reaksi
reduksi adalah reaksi yang terjadi penurunan bilangan oksidasi melalui
penangkapan elektron, sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi yang terjadi
peningkatan bilangan oksidasi melalui pelepasan electron.

Perlakuan ketiga yaitu mereaksikan larutan KMnO4 dengan H2SO4


kemudian ditambahkan 8 tetes asam oksalat (H2C2O4). Selanjutnya larutan
tersebut dipanaskan. Fungsi pemanasan ini yaitu untuk mempercepat
terjadinya reaksi, karena asam oksalat sukar bereaksi pada suhu rendah.
Pemanasan dapat menyebabkan partikel dalamlarut akan bergerak aktif yang
bertumbukan dan mengeluarkan gas CO2. KMnO4 yang ditambahkan dengan
asam sulfat akan menjadi pengoksidasi kuat karena berada pada suasana
asam. Asam oksalat mampu dioksidasi oleh larutan kalium permanganat
karena potensial reduksinya yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan
larutan kalium permanganat. Sebelum dipanaskan larutan berwarna ungu dan
setelah dipanaskan larutan coklat. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang
diperoleh gagal. Kegagalan ini disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam
pencampuran larutan. Hasil yang seharusnya diperoleh dari percobaan ini
yakni larutan akan berubah menjadi warna merah dan terdapat endapan.
H. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa kalium permanganat (KMnO4) merupakan oksidator yang kuat, karena
jika direaksikan dengan ferro sulfat (FeSO4), natrium tiosulfat (Na2S2O3),
dan asam oksalat (H2C2O4), kalium permanganat bertindak sebagai oksidator.
Sementara, ferro sulfat, natrium tiosulfat, dan asam oksalat bertindak sebagai
reduktor atau zat yang mengalami oksidasi. Hal ini terlihat dari perubahan
warna yang terjadi pada larutan yang diuji.

Saran

Untuk praktikan berikutnya, disarankan sebelum melakukan praktikum


agar semua alat dicuci dengan bersih menggunakan aquades.Selain itu, lebih
berhati- hati dalam pencampuran larutan, serta lebih teliti dalam
pengidentifikasian warna campuran larutan hasil reaksi.Jangan lupa untuk
tetap disiplin dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Bukhari. 2017. Pendekatan Ilmu Fisika dan Matematika dalam Memahami
Konsep Reaksi Oksidasi-Reduksi (Redoks). Jurnal Dedikasi. Volume 1
(2): 252-255.

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Edisi Ketiga Konsep-Konsep Inti Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Kuswati, Tine Maria, dkk. 2007. Sains Kimia 3 SMA/MA. Jakarta: Bumi Aksara.
Langitasari, Indah. 2016. Analisis Kemampuan Awal Multi Level
Representasi Mahasiswa
Tingkat I Pada Konsep Reaksi Redoks. Jurnal Kimia dan Pendidikan. Vol.1 (1):
17- 18.
Sudarmo, Unggul. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Jawa Timur: Phibeta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Laporan Sementara
Lampiran 3. Dokumentasi

Memasukkan 1 mL KMnO4 0,1 M dan Hasil dari (1 mL KMnO4 0,1 M dan 1


1 mL H2SO4 0,1 M mL H2SO4 0,1 M) + 9 tetes FeSO4 0,1
M larutan berwarna merah.

Hasil dari (1 mL KMnO4 0,1 M dan 1 Proses pemanasan campuran (1 mL


mL H2SO4 0,1 M) + 1 tetes Na2S2O3 KMnO4 0,1 M dan 1 mL H2SO4 0,1
0,1 M larutan berwarna bening. M) + 5 tetes H2C2O4 0,1 M
Hasil dari (1 mL KMnO4 0,1 M dan 1 mL H2SO4 0,1 M) + 5 tetes H2C2O4 0,1 M
larutan berwarna merah bata.

Anda mungkin juga menyukai